• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKM-P-Potensi Ekstrak Rumput Gajah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PKM-P-Potensi Ekstrak Rumput Gajah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

POTENSI EKSTRAK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schum.) SEBAGAI ALTERNATIF ANTIDISLIPIDEMIA: UPAYA PENURUN ANGKA KEMATIAN

AKIBAT JANTUNG KORONER BIDANG KEGIATAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKM P)

Diusulkan oleh :

Zora Almira (102210101027) Angkatan (2010) Imas Rifki Sahara (102210101097) Angkatan (2010) Andika Dewi Ramadhani (102210101032) Angkatan (2010) Farichatul Izzah (122210101022) Angkatan (2012)

UNIVERSITAS JEMBER JEMBER

(2)
(3)

iii C. DAFTAR ISI A. HALAMAN JUDUL... i B. HALAMAN PENGESAHAN ... ii C. DAFTAR ISI ... iv D. LATAR BELAKANG ... 1 E. PERUMUSAN MASALAH ... 2 F. TUJUAN ... 2

G. LUARAN YANG DIHARAPKAN ... 3

H. KEGUNAAN ... 3

I. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Pengertian Dislipidemia………...3

J. METODE PELAKSANAAN ... 8

Alat dan Bahan………...5

Cara Penelitian………..…....6

Subjek Penelitian………...6

Variabel Penelitian………...6.

Preparasi hewan uji………...7

Perlakuan hewan uji ………....7

Uji Imunohistologi ………...8

Analisis Data………...8

K. JADWAL KEGIATAN ... 9

L. RANCANGAN BIAYA ... 9

(4)

D. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyakit kardiovaskuler (PKV) terutama penyakit jantung koroner menjadi pembunuh utama di dunia. Berdasarkan data statistik American Heart Association (2009), kematian akibat jantung koroner pada tahun 2005 adalah 445.687 dengan rata-rata 1 kematian setiap 37 detik perhari. Seseorang diperkirakan terserang penyakit jantung koroner setiap 25 detik dan akan mati akibat jantung koroner setiap menit pada tahun 2009. Dua puluh dua persen dari 45% angka kematian akibat jantung koroner di antaranya disebabkan oleh hiperlipidemia. Setengah dari orang-orang tersebut juga mengalami penyakit hiperkolesterolemia (WHO, 2012). Adanya reaksi inflamasi dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan dan pengembangan plak arteri pada penyakit jantung koroner (Sinantra et al., 2008). Oleh karena itu, hiperlipidemia dianggap berperan secara langsung terhadap 7,5 juta angka kematian dari total seluruh kematian global dan kolesterol (American Heart Association, 2002).

Faktor risiko penyakit jantung koroner ditemukan pada pasien dengan kardiometabolik seperti hipertensi dan hiperinsulinemia (Brunzell et al., 2008), serta pada pasien yang memiliki penyakit dislipidemia dimana terdapat peningkatan jumlah lipoprotein aterogenik seperti penurunan HDL-C (high density lipoprotein cholesterol), tingginya kadar trigliserida, dan peningkatan LDL-C (low density lipoprotein cholesterol) dari batas normal (Kathiresan et al., 2005). Pengaturan farmakologis dianjurkan untuk mengurangi peningkatan LDL dengan sejumlah agen penurun lipid sehingga dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner (Vijayaraghavan, 2010).

Salah satu alternatif untuk mengurangi risiko jantung koroner adalah meminimalkan faktor risiko lipid dan lipoprotein. Antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol LDL yang merupakan komponen penting risiko jantung koroner dan stroke atau dengan cara meningkatkan kolesterol HDL melalui modifikasi jalur kolesterol (Brunzell et al., 2008). Pemanfaatan kandungan zat aktif pada tumbuhan di sekitar kita yang dapat berkhasiat dalam modifikasi jalur kolesterol dapat menjadi jalan alternatif tersebut. Saponin merupakan salah satu kandungan aktif dari tumbuhan yang dapat memicu penurunan kolesterol hati dan kadar trigliserida serta peningkatan ekskresi tinja kolesterol. Mekanisme aktivitas antihiperkolesterolemia saponin diperantarai dengan hambatan penyerapan kolesterol dalam usus (Matsui et al., 2009).

(5)

Tumbuhan yang kaya akan saponin di antaranya adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.). Tumbuhan ini mudah ditemukan di sekitar kita, terutama tumbuh liar di tanah-tanah kosong. Rumput gajah selama ini cenderung dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak mamalia dan sebagai bahan pangan terapi diet untuk gorila (Okaraonye dan Ikewuchi, 2009). Padahal tumbuhan ini memiliki potensi sebagai antidislipidemia. Oleh karena itu perlu ditelusuri lebih lanjut khasiat rumput gajah sebagai antidislipidemia melalui penurunan kadar kolesterol total, kadar LDL, dan peningkatan kadar HDL. Sehingga diharapkan dapat menjadi alternatif dalam terapi dislipidemia karena mampu menurunkan risiko aterosklerosis dan mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung koroner.

E. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pemberian ekstrak rumput gajah dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus yang dikondisikan dislipidemia?

2. Apakah pemberian ekstrak rumput gajah dapat meningkatkan kadar HDL pada tikus yang dikondisikan dislipidemia?

3. Apakah pemberian ekstrak rumput gajah dapat menurunkan kadar LDL pada tikus yang dikondisikan dislipidemia?

4. Apakah pemberian ekstrak rumput gajah dapat menekan aterosklerosis pada pemeriksaan imunohistokimia arteri karotid tikus yang dikondisikan dislipidemia?

F. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penurunan kadar kolesterol total pada tikus yang dikondisikan dislipidemia dengan pemberian ekstrak rumput gajah.

2. Mengetahui peningkatan kadar HDL pada tikus yang dikondisikan dislipidemia dengan pemberian ekstrak rumput gajah.

3. Mengetahui penurunan kadar LDL pada tikus yang dikondisikan dislipidemia dengan pemberian ekstrak rumput gajah.

4. Mengetahui efek penekan aterosklerosis pada pemeriksaan imunohistokimia arteri karotid tikus yang dikondisikan dislipidemia dengan pemberian ekstrak rumput gajah.

(6)

G. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Dari penelitian ini akan diperoleh informasi dan bukti ilmiah mengenai efek ekstrak rumput gajah sebagai alternatif antidislipidemia dalam menurunkan angka kematian akibat jantung koroner tanpa efek samping. Selain itu hasil penelitian ini dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

H. KEGUNAAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Mahasiswa memperoleh informasi tentang penggunaan bahan-bahan alam sebagai sumber obat yang berkhasiat untuk menurunkan angka kematian akibat jantung koroner sehingga peneliti dapat mengembangkan pada tahap selanjutnya. Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat adalah adanya informasi mengenai alternatif obat antidislipidemia tanpa efek samping.

I. TINJAUAN PUSTAKA 1. Dislipidemia

Dislipidemia adalah suatu keadaan yang mengarah pada terganggunya proses metabolisme lipid di dalam tubuh. Penyakit ini diitandai dengan adanya peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL (lipoprotein densitas rendah), dan penurunan kadar HDL (lipoprotein densitas tinggi). Keadaan dislipidemia yang berkaitan dengan metabolisme lipid menjadikannya sebagai faktor risiko aterosklerosis dan jantung koroner. Pada manusia, keseimbangan lipid diatur dengan baik oleh mekanisme penyerapan dalam usus, metabolism dan sintesis endogen, transport lipoprotein, dan ekskresi empedu (Bei et al., 2012). Dua faktor utama penyebab dislipidemia adalah tingkat HDL dan LDL seseorang (National Institute of Health, 2002)

HDL mempunyai kandungan protein dan fosfolipid yang paling besar: 20% kolesterol, 5% trigliserdia, dan 50% protein. HDL penting untuk membersihkan trigliserida dan kolesterol serta untuk transport dan metabolism ester kolesterol dalam plasma. HDL akan menurun pada penderita dislipidemia, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pemakai kombinasi esterogen dan progestin (National Institute of Health, 2002).

LDL terdiri dari hampir 50% kolesterol dan kurang dari 10 % trigliserida. LDL berfungsi membawa kolesterol ke jaringan hati dan perifer. Kadar LDL plasma bergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan asupan lemak jenuh serta kecepatan

(7)

produksi dan eliminasi LDL dan VDL (Very Low Density Lipoprotein) (National Institute of Health, 2002).

Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi kronis yang salah satu penyebabnya adalah oksidasi LDL (Sarbini et al., 2007). Aterosklerosis merupakan kelainan pada pembuluh darah yang ditandai timbulnya lesi intimal dengan atheromas (juga disebut atheromatus atau plak aterosklerosis) yang menonjol ke pembuluh lumen (Chambless et al., 1997) Aterosklerosis berawal dari penumpukan kolesterol terutama ester kolesterol-LDL di dinding arteri. LDL secara normal dapat masuk dan keluar dari dinding arteri lewat endotel. Masuknya lipoprotein ke lapisan dalam dinding pembuluh darah meningkat seiring tingginya jumlah lipoprotein dalam plasma (hiperlipidemia), ukuran lipoprotein dan tekanan darah (hipertensi). Peningkatan semua itu akan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah, sehingga lipoprotein dan ester kolesterol mengendap di dinding arteri. Gangguan fungsi lapisan dinding pembuluh darah ini menjadi awal proses aterosklerosis dan mendorong mekanisme inflamasi serta infeksi (Hellings et al., 2012).

Ateroklerosis merupakan proses pembentukan plak pada pembuluh darah, hal ini akan menyebabkan terganggunya aliran darah sepanjang tubuh. Bila pembentukan plak terjadi pada pembuluh darah jantung, maka hal ini bisa menyebabkan jantung koroner. Adanya plak pada pembuluh darah dapat diuji dengan menggunakan uji imunohistologi. Kadar LDL merupakan faktor penting dalam terjadinya atherosklerosis. (Kathiresan et al, 2005)

Abnormalitas metabolisme lipid merupakan faktor utama terjadinya atherosklerosis dan jantung koroner. Sehingga jika kita ingin meminimalisir terjadinya resiko tersebut, kita harus mengkondisikan metabolisme lipid senormal mungkin. Kondisi abnormalitas metabolisme lipid berkaitan erat dengan peningkatan berat badan pada tubuh seseorang. Kondisi berat badan yang tidak seimbang juga menunjukkan adanya abnormalitas metabolisme lipid. HDL atau yang biasa dikenal sebagai lemak baik memberikan kontribusi pada proses metabolisme lipid. Kadar HDL yang tinggi di dalam tubuh dapat mengalahkan kadar LDL yang merupakan faktor utama aterosklerosis. Hal ini akan mengurangi resiko aterosklerosis, karena HDL mampu membersihkan trigliserida dan kolesterol dalam pembuluh darah (Brunzell et al., 2008). Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan saponin yang telah diketahui dapat mencegah penyerapan lemak di dalam tubuh. (Matsui et al, 2009) 2. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum.)

(8)

P. purpureum (Schumach), yang biasa dikenal dengan nama rumput gajah atau rumput Napier, termasuk family Poaceae (alt. Graminae) (ITIS, 2009). Rumput gajah merupakan tumbuhan jenis rumput – rumputan yang tumbuh liar di daerah tropis Benua Afrika, Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Bentuk daun rumput gajah lebar dengan panjang cabang – cabang kecil yang mencapai 3 cm. Sistem perakarannya cukup dalam menembus tanah dan permukaannya kedap air (Premaratne, 2006).

Menurut Syarifudin (tanpa tahun), rumput gajah rata- rata memiliki kandungan zat gizi, seperti protein kasar 9,66%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, dan abu 15,96%. Hasil skrining fitokimia yang dilakukan oleh Okaraonye et al. (2009) menunjukkan bahwa pada rumput gajah mengandung senyawa – senyawa sekunder penting, yaitu alkaloid, glikosida sianogenik, oksalat, saponin, dan tanin.

Saponin merupakan salah satu senyawa yang memiliki potensi dalam kontrol kolesterol. Senyawa ini termasuk senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang sering ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi. Ditinjau dari strukturnya, saponin mengandung gugus – gugus gula terutama glukosa, galaktosa, xylose, rhamnosa, atau metilpentosa yang berikatan dengan suatu triterpen atau aglikon steroid (Wiessman et al., 2003). Tumbuhan yang mengandung saponin sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Asia (Nandkumar, 2011). Saponin diketahui berfungsi sebagai antimikroba yang potensial (Okaraonye et al. 2009), sekaligus bermanfaat untuk mencegah absorbsi kolesterol dan lemak pada usus penderita dislipidemia (efek hipokolesterol) (Matsui et al., 2009)

J. METODE PELAKSANAAN 1. Alat dan Bahan

Bahan penelitian yang digunakan adalah tumbuhan rumput gajah, etanol 96%, Makanan Diet Lemak Tinggi (MDLT) berupa campuran lemak kambing dan minyak (1:5), Na2SO4 anhidrat, H2SO4 pekat, aquadest, kloroform, reagen Fluitest® HDL-D, reagen

Fluitest® LDL-CHOL, bufer normal formalin (BNF) 10%, alkohol (70%, 80%, 90%, 96%, dan absolut), xilol, parafin,dan pewarna Haematoxylin-Eosin. Alat yang digunakan berupa oven, maserator, rotary evaporator, seperangkat alat gelas, timbangan untuk berat badan tikus, sonde, lempeng KLT dan TLC chamber, haematology analyzer, seperangkat alat uji imunohistokimia.

(9)

Subjek Penelitian

Tikus jantan galur Wistar dengan bobot 180-220 gram berumur kurang lebih 8-10 minggu. Tikus dipelihara di kandang plastik berukuran 47 x 34 x 18 cm3 dengan serbuk gergaji (diganti setiap 48 jam) dan memiliki akses bebas ke makanan dan air. Ditempatkan pada ruangan yang bersuhu 23-25° C (Mandukhail et al., 2010)

Variabel Penelitian

a. Variabel bebas: dosis ekstrak rumput gajah yang diberikan

b. Variabel terikat: kolesterol total, kadar LDL dan HDL serta profil pembentukan plak aterosklerosis setelah perlakuan.

c. Variabel terkendali: galur, umur, dan jenis kelamin hewan uji, makanan lemak yang diberikan, waktu dan lama perlakuan, pemeliharaan dan perlakuan tehadap tikus.

2. Cara Penelitian

a) Pembuatan Ekstrak Rumput Gajah. (Penanggung jawab: Imas Rifki Sahara) 1) Perolehan Bahan

Rumput gajah diperoleh dari daerah Jember, Jawa Timur. Rumput yang digunakan dipilih yang berumur tua karena diperkirakan kandungan dan saponinnya tinggi. 2) Pembuatan Ekstrak Rumput Gajah dengan Maserasi

Rumput gajah disortir, dicuci, dan dikeringkan dengan diangin-anginkan. kemudian dihaluskan. Serbuk kemudian diayak, ditimbang sebanyak 250 gram dan dimasukkan ke dalam gelas beker serta dibasahi etanol 96% terlebih dahulu. Serbuk selanjutnya dimasukkan ke dalam maserator. Simplisia direndam 24 jam dan disaring. Ekstrak cair etanolik rumput gajah yang diperoleh dikentalkan dengan rotary evaporator.

3) Identifikasi Saponin dengan Uji Forth dan KLT a. Uji Forth

Uji saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan 2 mL sampel ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL aquadest lalu dikocok selama 30 detik. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama

(10)

30 detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin. Uji penegasan saponin dilakukan dengan menguapkan sampel sampai kering kemudian mencucinya dengan heksana sampai filtrat jernih. Residu yang tertinggal ditambahkan kloroform, diaduk 5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring, ditambah H2SO4

pekat dan diaduk perlahan. Terbentuknya cincin merah sampai coklat menunjukkan adanya saponin (Suryanti, et al., 2005).

b. Uji KLT

Ekstrak ditambah dengan HCl 2M, diaduk, direfluks 6 jam di atas waterbath, kemudian didinginkan. Setelah itu dinetralkan dengan amonia, diuapkan di atas waterbath, ditambah n-heksana kemudian disaring. Filtrat selanjutnya diuapkan di atas waterbath, ditambah 5 tetes kloroform, dan ditotolkan pada lempeng silika gel G60. Elusi dilakukan dengan kloroform : aseton = 4 : 1. Lempeng dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian lempeng disemprot dengan SbCl3, dipanaskan pada suhu 110oC selama 10 menit, dan diamati pada

cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm (Suryanti, et al., 2005). b) Preparasi hewan uji (Penanggung jawab: Farichatul Izzah)

1) Adaptasi Hewan Uji

Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, diberikan makanan pelet, minum air ad libitum serta ditempatkan pada kondisi cahaya dan temperatur yang sesuai selama satu minggu (Mandukhail et al., 2010).

2) Pembagian Kelompok

Hewan uji di kelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 6 tikus jantan setiap satu kelompok.

Kelompok 1: hewan uji tanpa induksi dislipidemia dengan diberi pakan biasa (pelet), tanpa perlakuan ekstrak etanolik rumput gajah.

Kelompok 2: hewan uji dengan induksi dislipidemia (diberi pakan tinggi lemak) tanpa perlakuan ekstrak etanolik rumput gajah.

Kelompok 3: hewan uji dengan induksi dislipidemia (diberi pakan tinggi lemak) dengan perlakuan esktrak etanolik rumput gajah dengan dosis 50 mg/mL.

Kelompok 4: hewan uji dengan induksi dislipidemia (diberi pakan tinggi lemak) dengan perlakuan ekstrak etanolik rumput gajah dengan dosis 200 mg/mL.

(11)

Kelompok 5: hewan uji dengan induksi dislipidemia (diberi pakan tinggi lemak) dengan perlakuan ekstrak etanolik rumput gajah dengan dosis 500 mg/mL.

3) Induksi Dislipidemia

Induksi dislipidemia dilakukan dengan pemberian makanan diet lemak tinggi (MDLT) yang terdiri dari campuran lemak kambing dan minyak (1:5) kecuali kelompok 1 selama satu minggu. Cara pembuatan MDLT: lemak ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan lalu dicampurkan dengan minyak dan dipanaskan. MDLT diberikan per oral sebanyak 2% berat badan selama dua bulan (Dachriyanus et al., 2007).

c) Perlakuan hewan uji (Penanggung jawab: Zora Almira dan Andika Dewi Ramadhani) Semua hewan uji diambil darah dari vena mata untuk diuji kadar kolesterol total, LDL, dan HDL awal. Kemudian semua hewan uji diberi pakan MDLT selama satu minggu. Selanjutnya setiap hari semua hewan diberi MDLT selama dua bulan secara oral kecuali kelompok satu diberi pakan pelet biasa dan ekstrak etanolik rumput gajah untuk kelompok uji (kelompok 3,4,5) selama dua bulan. Setiap hari dilakukan penimbangan. Pada akhir perlakuan, semua tikus diambil kembali darahnya melalui pembuluh vena mata untuk diukur kadar kolesterol total, LDL, dan HDL akhir. Semua hewan uji selanjutnya dibunuh dan diambil pembuluh darah arteri karotid pada jantung untuk diuji imunohistokimia.

d) Uji Imunohistologi

Arteri karotid jantung difiksasi dalam bufer normal formalin (BNF) 10%. Setelah melalui proses dehidrasi dan clearing, sediaan di-embedding dalam paraffin. Selanjutnya dipotong setebal ± 5 µm dan diwarnai dengan Mayers HE (Haematoxyllin Eosin) (Suryana., 2001).

Sediaan yang telah diperoleh kemudian diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE) dengan urutan xilol (2 kali pada larutan yang berbeda) dan alkohol absolut masing-masing 2 menit. Kemudian dicuci dengan alkohol 95%, alkohol 80%, dan air kran masing-masing selama 1 menit. Lalu dilakukan pencucian haematoxylin Eosin (HE) dengan air kran masing-masing selama 30 detik, litium karbonat selama 15-30 detik, dan eosin selama 2-3 menit. Setelah proses pewarnaan selesai kaca preparat dikeringkan dan ditetesi dengan zat perekat albumin:gliserin (1:1), selanjutnya

(12)

ditutup dengan kaca objek. Preparat diberi label dan siap untuk diamati di bawah mikroskop cahaya (Permata., 2006).

Analisis Data

Data diperoleh dari hasil pengukuran berat badan tikus yang dilakukan setiap hari sebagai parameter kualitatif adanya penambahan kolesterol dalam tubuh. Analisis juga dilakukan dengan menghitung selisih antara kadar kolesterol awal dengan kadar kolesterol akhir, kadar LDL awal dengan kadar LDL akhir, serta kadar HDL awal dengan kadar HDL akhir dengan rumus:

Perubahan kadar kolesterol total, kadar LDL, dan kadar HDL antar kelompok selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan metode Anova (Analysis of Varians).

Jumlah pembuluh darah yang ditemukan pada irisan jaringan di atas objek gelas dihitung, kemudian dilakukan penghitungan pembuluh darah yang mempunyai kelainan di dindingnya. Persentase pembuluh darah dengan endapan sel lemak dihitung dan hasil pengamatan dianalisa secara statistik menggunakan metode Anova (Analysis of Varians).

K. Jadwal Kegiatan

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5

1 Pembuatan Ekstrak 2 Preparasi Hewan Uji 3 Perlakuan Hewan Uji

4 Evaluasi

5 Laporan

L. Rancangan Biaya

Anggaran dana yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

No. Bahan dan Alat Satuan Harga Harga total

1. Tikus 30 ekor Rp 35.000 Rp 1.050.000

Tikus optimasi 10 ekor Rp 35.000 Rp 350.000

2. Rumput gajah 4 ikat Rp 25.000 Rp 100.000

3. Etanol 6 liter Rp 50.000 Rp 300.000

(13)

4. Aquadest 10 liter Rp 5000 Rp 50.000

5. Lemak sapi 2 kg Rp 35.000 Rp 70.000

6. Minyak goring 5 kg Rp 15.000 Rp 75.000

7. Reagen Fluitest® HDL-D 10 ml Rp 250.000 Rp 2.500.000 8. Reagen Fluitest® LDL-CHOL. 10 ml Rp 250.000 Rp 2.500.000 9. Sewa Maserator 3 bulan Rp 25.000/bln Rp 75.000 10. Sewa rotary evaporator 3 bulan Rp 120.000/bln Rp 360.000 11. Sewa Biolyzer Clinical

Chemistry Lab.

2 bulan Rp 70.000/bln Rp 140.000

12. Sonde 10 buah Rp 15.000 Rp 150.000

13. Pipa kapiler 1 kotak Rp 100.000 Rp 100.000

14. Alumunium voil 1 buah Rp 15.000 Rp 15.000

15. Masker 1 kotak Rp 35.000 Rp 35.000

16. Sarung tangan 1 kotak Rp 50.000 Rp 50.000 17. Spuit injeksi 5 buah Rp 15.000 Rp 75.000 18. Vial 2 buah Rp 7.500 Rp 15.000 19. Clinical tube 50 buah Rp 1.000 Rp 50.000 20. Pemeriksaan sampel 35 sampel Rp 50.000 Rp 1.750.000 21. Sewa laboratorium Biologi

Farmasi

1 ruang Rp 100.000 Rp 100.000 22. Sewa laboratorium Biomedik 3 bulan Rp 100.000/bln Rp 300.000 23. Biaya perawatan hewan uji 4 kotak/bulan Rp 35.000/bln Rp 140.000 24. Sewa Laboratorium Histologi

(optimasi)

1 bulan Rp 100.000/bln Rp 100.000 Sewa Laboratorium Histologi

(pengujian)

2 bulan Rp 125.000/bln Rp 250.000 25. Uji Kolesterol 1 kali Rp 500.000 Rp 500.000 26. Bahan-bahan uji Imunohistokimia 3 kali pakai Rp 200.000/1x pakai Rp 600.000 27. Laporan 5 buah Rp 10.000/bln Rp 50.000

28. Penggandaan Laporan 5 buah Rp 25.000 Rp 125.000

29. Transportasi Rp 350.000

30. Studi literature Rp 150.000

TOTAL Rp 12.475.000

M.DAFTAR PUSTAKA

AHA Statistical Update., 2009, Disease and Stroke Statistics 2009 Update A Report From the American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee, Circulation Heart, 119: e21-e181.

Brunzell JD, Davidson M, Furberg CD, Goldberg RB, Howard BV, Stein JH, Witztum JL., 2008, Lipoprotein Management in Patients with Cardiometabolic Risk: Consensus Statement from the American Diabetes Association and the American College of Cardiology Foundation, Diabetes Care, 31 (4): 811-822.

(14)

Brunzell, John D. 2008. Lipoprotein Management in Patients With Cardiometabolic Risk. Dibetes Care. 31 (4): 811-822.

Chambless, Llyold E. Heiss, Gerardo. Folsom, Aaron. Rosamond, Wayne. Szklo. Clegg, Limin X. 1997. Association of Coronary Heart Disease Incidence with Carotid Arterial Wall Thickness and Major Risk Factors: The Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) Study, 1987-1993. American Journal of Epidemiology. 6: 483-494.

Dachriyanus K., Delpa U., Oktaria R., Ernas O., Mukhtar MH., 2007, Uji Efek A-Mangostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dosis 50 (Ld

50), Jurnal Sains

Teknologi, 12(2):64–72

Hellings, Willem E. 2010. Composition of Carotid Atherosclerotic Plaque is Associated With Cardiovascular Outcome: A Prognostic Study. American Heart Association. 121: 1941-1950.

Kathiresan S, Otvos JD, Sullivan LM, Keyes MJ, Schaefer EJ, Wilson PW, D'Agostino RB, Vasan RS, Robins SJ., 2005, Circulation Increased, Small Low-Density Lipoprotein Particle Number: A Prominent Feature of The Metabolic Syndrome in the Framingham Heart Study, 113 (1): 1524-4539.

Mandukhail, S R., Nauman A., Anwarul H G., 2010, Studies on Antidyslipidemic Effects of Morinda citrifolia (Noni) Fruit, Leaves and Root Extracts, BioMed Central : Lipids in Health and Disease, 9: 88

Matsui Y, Kobayashi K, Masuda H, Kigoshi H, Akao M, Sakurai H, Kumagai H., 2009, Quantitative Analysis of Saponins in a Tea-Leaf Extract and Their Antihypercholesterolemic Activity, Biosci Biotechnol Biochem, 73 (7): 1513-1522. National Institute of Health. 2002. High Blood Cholesterol. National Heart and Blood Institute.

NIH Publication : No 02-5215

Okaraonye C.C. and Ikewuchi J.C., 2009, Nutritional and Antinutritional Components of Pennisetum purpureum (Schumach), Pakistan Journal of Nutrition, 8 (1): 32-34. Permata, D A., 2006, Potensi Rebusan Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Perbaikan

Pankreas Tikus Putih Hiperglikemia, Institut Pertanian Bogor

Premaratne, S. & Premalal, G., 2006. Hybrid Napier (Pennisetum perpureum X Pennisetum americarnum) Var. Co-3: A Resourceful Fodder Grass For Dairy Development In Sri Lanka.

Sarbini, Dwi. Sargowo, Djanggan. Rohman, M,Saifur. 2007.The Effect Of Red Rosella Tea (Hibiscus sabdariffa Linn) on the Inhibition of NF-κB Activation, TNF-α and ICAM-1- Protein Expressions Following Treatment with Ox-LDL in HUVECs. Journal

(15)

Sinatra, M.D. Stephen T., Roberts, M.D. James C, Zucker M., 2008, America: Health Book Summaries.com, Reverse Heart Disease Now.

Suryana, Y., 2001, Kajian Gambaran Histopatologi Pembuluh Darah pada Tikus Strain Wistar dengan Hiperlipidemia Pasca Pemberian Ekstrak Air Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan Ekstrak Jamur Kuping (Auricularia polytricha), Institut Pertanian Bogor

Suryanti V., Soerya D M., Dwik K., 2005, Komponen Kimia Buah Pare Belut (Trichosanthes anguina L.), J. Alchemy, [4] (2), 28-34

Syarifuddin, Andi Nursyam.2002. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Ensilase pada Berbagai Umur Pemotongan. PS. ProduksiTernak, Fakultas Pertanian Unlam. Kalimantan Scientia 22 (63): 36. 2002.

The Journal of Agricultural Science 2 (1): 22-33,2006.

Vijayaraghavan, Krishnaswami., 2010, Treatment of dislipidemia in patients with type 2 diabetes Lipids in Health and Disease, BioMed Central, 9 (144): 2-12.

Wiesman, Z. &Chapagain, B.P., 2003.Laboratory evaluation of natural saponin as a bioactive agent against Aedesaegypti and Culexpipiens.Dengue Bulletin, 27, pp.168–173.

WHO. 2012. World Health Statistic. Switzerland : WHO.

Vijayaraghavan, Krishnaswami., 2010, Treatment of dislipidemia in patients with type 2 diabetes Lipids in Health and Disease, BioMed Central, 9 (144): 2-12.

(16)
(17)
(18)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kandungan nutrisi rumput gajah yang baik untuk pakan ternak pada musim kemarau adalah rumput gajah yang berasal dari dataran sedang ataupun

Tanaman jati yang disisip rumput gajah nyata lebih pendek dibandingkan dengan jati yang tumbuh dengan sisipan rumput raja, tetapi tidak lebih pendek dibandingkan

Tanaman jati yang disisip rumput gajah nyata lebih pendek dibandingkan dengan jati yang tumbuh dengan sisipan rumput raja, tetapi tidak lebih pendek dibandingkan

Informasi mengenai penggunaan Indigofera sp yang disubstitusikan kedalam pakan basal seperti rumput gajah masih sedikit maka perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan

Pemberian pakan fermentasi rumput gajah 60% ditambah, rumput lapang 37%, bioplus dan dedak dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian sapi bunting sebesar

Tanaman jati yang disisip rumput gajah nyata lebih pendek dibandingkan dengan jati yang tumbuh dengan sisipan rumput raja, tetapi tidak lebih pendek dibandingkan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap sapi PO dan PFH yang diberi pakan rumput Gajah, ampas tahu dan singkong, dapat disimpulkan bahwa sapi PO dan PFH