• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi BAB lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari penderita (Depkes RI,). [1]

Penyakit diare perlu mendapatkan perhatian khusus karena di samping angka kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu sangat diperlukan Sistem Kewaspadaan Diri (SKD) yang baik. [1]

Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin). [2]

Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2001, diare menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum dan keracunan makanan. (Depkes RI, ). [1]

Masalah penyakit diare merupakan masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak terdapat di Negara berkembang daripada Negara maju yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam kasus mortalitas. Diantara banyak bentuk penyakit diare, yang dihadapi oleh

(2)

anak-KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 2

anak berusia di bawah lima tahun (khususnya yang rentan) yang paling parah menurut manifestasi klinisnya adalah kolera, infeksi rotavirus, dan disentri. Pada tingkatan yang lebih umum terdapat dua indikator efek kesehatan yang dapat dengan mudah diajukan, pertama yang berhbungan dengan angka kematian akibat penyakit diare, dan yang satu lagi dengan angka morboditas. Penyakit diare secara alami sering terjadi berulang kali dalam interval yang tidak tentu sehubungan dengan jumlah wabah penyakit (sebuah wabah biasanya didefinisikan sebagai suatu kejadian dari satu atau lebih kasus-kasus yang berhubungan dengan penyakit yang sama, atau suatu peningkatan jumlah kasus yang diobservasi melebihi jumlah yang diperikarakan). [14]

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefisiensi, dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya (Amirudin). [2]

Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB (Depkes RI, 2004). [1]

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, kasus kejadian diare di kota Medan sepanjang tahun 2011 sebanyak 29.375 kasus, sedangkan di tahun 2012, angka kesakitan diare sebanyak 29.769 kasus. (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2012) [3]

Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu dan masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo (2003) perilaku dibagi 3 domain ini diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek

(3)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 3

(practice). [4] Data Puskesmas Rambung dari bulan Januari-Oktober Tahun 2013, penyakit infeksi usus menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak dengan total 658 kasus. Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ”Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

 Diketahui distribusi frekuensi diare pada balita.

 Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

 Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

(4)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa jurusan Kedokteran, sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat mengenai penyebab diare pada balita.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya pada bidang kesehatan lingkungan (kesling) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan untuk mengetahui tentang pengetahuan dan sikap ibu yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu dalam menghadapi diare.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian dengan variabel-variabel yang lain.

5. Bagi Peneliti

Mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta kemampuan peneliti terhadap metodologi penelitian dan statistik.

1.5 Ruang Lingkup

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian analitik mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare, subjek penelitian yaitu semua ibu yang mempunyai anak balita usia 1 - 5 tahun yang berada di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2013.

(5)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan pustaka ini akan dijelaskan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tentang diare, tentang perilaku dan pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan diare pada balita, kerangka teori, kerangka konsep dan hipotesis.

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI).[1] Ada pendapat lain yang mengatakan diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Alimulul). [5]

2.1.2 Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S). [6] a.Faktor infeksi

1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak meliputi :

 Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.

 Infeksi virus : enteroovirus virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.

 Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris,

strongyloides.), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis.), jamur (candida albicans).

(6)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 6

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b.Faktor malabsorbsi

Untuk faktor malabsorbsi ada 3 yaitu malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi protein, malabsorbsi lemak, faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. (B. Albert and Paul S, 2003). [6] c. Alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto). [7]

2.1.3 Patogenesis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : 1) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air danelektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

(7)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 7

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

b. Patogenesis

1) Patogenesis diare akut

 Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.

 Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.

 Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).

 Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2) Patogenesis diare kronis

Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

2.1.4 Gejala klinis diare (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

Mula-mula bayi atau balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare. Tinja yang berlendir dengan atau tanpa darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat Badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

(8)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 8

2.1.5 Dehidrasi

Pada diare hebat yang sering kali disertai muntah-muntah, tubuh kehilangan banyak air dan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Hal ini mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipokaliemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam) yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Bahaya ini sangat besar khususnya bagi bayi dan anak-anak karena organismenya memiliki cadangan cairan intra-sel yang hanya kecil sedangkan cairan ekstra selnya lebih mudah dilepaskannya dibanding tubuh orang dewasa.

Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan menurunnya berat badan, juga gelisah. Kekurangan kalium terutama mempengaruhi sistem neuromuskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah otot dan sesak nafas (dyspnoea).

Klasifikasi Dehidrasi

Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi (B. Albert and Paul S, 2003) [6] :

 Belum ada dehidrasi  dehidrasi ringan  dehidrasi sedang  dehidrasi berat.

(9)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 9

2.1. Tabel penilaian derajat dehidrasi [8]

Penilaian A B C

1. Lihat

a. Keadaan umum

b. Mata

c. Air mata d.Mulut dan lidah e. Rasa haus Baik , sadar Normal Ada Basah Minum biasa Tidak haus Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering

Haus, ingin minum banyak

Lesu , lunglai atau tidak sadar

Sangat cekung dan kering

Tidak ada Sangat kering

Malas minum atau tidak bisa minum

2. Periksa turgor kulit

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

3. Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan / sedang bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat / bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain

4. terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Rencana terapi A untuk anak diare tanpa dehidrasi

1. Beri cairan tambahan jelaskan kepada ibu :

 Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap pemberian  Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai

(10)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 10

 Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut, yaitu oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang anak harus diberi larutan oralit di rumah jika :

 Anak telah diobati dengan rencana terpai B dan C dalam kunjungan ini  Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah, ajari

ibu dengan cara mencampur dan memberikan oralit untuk:

< 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB > 2 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali BAB

atau 10 cc/kgBB/setiap kali BAB

cara meminumkan :

- minumkan sedikit sedikit tetapi sering

- jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat - teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti

2. Beri tablet zinc pada umur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :

 < 6 bulan : 1/2 tablet (10mg)/hari  6 bulan : 1 tablet (20mg)/ hari 3. Lanjut pemberian makan/ASI

Rencana terapi B, untuk anak diare dengan dehidrasi sedang/ringan

 Jumlah oralit yang diperlukan 3 jam pertama yaitu 75 ml/kgBB

 mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan

 lanjutkan pemberian ASI

 Berikan tablet zinc selama 10 hari

 Setelah 3 jam :

 ulangi penilaian derajat dehidrasinya  pilih rencana terapi yang sesuai

(11)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 11

 Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai, tunjukan cara membuat oralit dirumah

 Tunjukan berapa larutan yang diberikan selama 3 jam pengobatan  Berikan oralit yang cukup untuk dehidrasi

Rencana terapi C, untuk anak diare dengan dehidrasi berat

 Berikan cairan intravena secepat mungkin.

 Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan.

 Beri 100 ml/kgbb cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tidak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi dalam tabel sebagai berikut ini:

umur 30ml/kgbb selama(I) 70ml/kgbb selama <12 bulan 1 jam 5 jam

12 bulan - 5 th 30 menit 2,5 jam

2.1.6 Pemeriksaan laboratorium (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

 Pemeriksaan tinja

 Makroskopis dan mikroskopis

 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

 Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

 Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan). Dilakukan ASTRUP jika penderita mengalami asidosis metabolik.

(12)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 12

 Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai oleh kejang).

 Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukannya pada penderita diare kronik.

2.1.7 Komplikasi (B. Albert and Paul S, 2003) [6]

 Renjatan hipovolemik.

 Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)

 Hipoglikemia

 Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus.

 Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

 Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami kelaparan.

 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2.1.8 Epidemiologi

Sebelum kita ketahui epidimiologi dari kasus diare ini, perlu kita ketahui terlebih dahulu frekuensi diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. Maka kejadian ini, merupakan kejadian berulang pada balita. Adapun yang menyebabkan kejadian diare ini berulang yaitu (Joko irianto). [7]

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain makan atau minum yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

(13)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 13

Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain :

 Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

 Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman, karena botol susah untuk dibersihkan.

 Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembangbiak.

 Menggunakan air minum yang tercemar. Mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

 Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyusui atau menyuapi anak.

 Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering menganggap bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus dan bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit lain dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

 Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap kuman penyebab diare seperti : shigella dan V cholera.

(14)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 14

 Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama gizi buruk.

 Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

 Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (autoimmune insufisiensi syndrome) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.

 Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %). c. Faktor lingkungan dan prilaku

Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan , yaitu sarana air bersih dan sarana pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makan dan minum , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. [1]

2.2 Perilaku Ibu

2.2.1 Konsep Perilaku

Menurut Notoadmojo perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perilaku kesehatan itu mencakup : [4]

(15)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 15

a.Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut. Perilaku tersebut terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :

 Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya makanan yang bergizi, olah raga.

 Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk, imunisasi.

 Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk berobat.

 Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet, mematuhi peraturan dokter.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, misal, dalam

memilih menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Perilaku terhadap makanan, misal dalam memilih konsumsi makanan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

2.2.2 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Adapun tingkat pengetahuan di dalam demain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

(16)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 16

1) Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Comprehention (memahami)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis

Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Menurut Green dalam Notoatmodjo, pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap positif demikian juga sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua yang diketahui manusia tentang objek tertentu. [4]

(17)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 17

Tingkat pengetahuan menurut (Arikunto S) yaitu : [9] 0 : baik (76% - 100%)

1 : cukup (56% - 75%) 2 : kurang (< 56%)

2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare

Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. (Depkes RI). [1]

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan dan sebagainya (Amirudin). [2]

Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu sikap ibu yang tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan. (Depkes RI). [2]

(18)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 18

2.4 Kerangka Teori

2.1 Gambar Kerangka Teori (Depkes RI) [2]

2.5 Kerangka Konsep

2.2 Gambar Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

 Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

 Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

Sarana Air Pembuangan Tinja Perilaku: Pengetahuan, sikap dan tindakan Penyakit Diare

(19)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, waktu penelitian (waktu dan tempat penelitian), rancangan penelitian, subjek penelitian (populasi dan sampel), variabel penelitian, definisi operasional variabel, pengumpulan data, instrumen penelitian, pengolahan data, dan analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini analitik dengan menggunakan metode cross sectional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat hubungan atau tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). [10] Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. Data yang didapatkan adalah data primer dengan cara responden mengisi kuesioner yang telah disediakan di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

3.2 Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 November 2013-21 Desember 2013.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

(20)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 20

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti (Notoatmodjo, 2005) [10], populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita usia 1 - 5 tahun yang berada di Puskesmas Rambung Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2013 yang berjumlah 540 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).[10] Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling, yaitu sampel diambil secara acak. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki balita dari usia 1-5 tahun yang berkunjung ke Posyandu di daerah Kelurahan Rambung Dalam dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2013. Penetapan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Notoatmodjo (2005).[10]

Keterangan: n= Jumlah Sampel N= Jumlah Populasi

d= Derajat Ketetapan Yang Diinginkan (sebesar 0,05)

= 85

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 85 responden. n = 540

(21)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 21

3.4 Variabel Penelitian

Dimana variabel independen (pengetahuan) dan variabel dependen (diare pada anak balita) dengan pengukuran sekali dan dalam waktu bersamaan. [10]

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional sangat diperlukan untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2005). [10]

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Rambung di Kota Binjai

Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel independen (pengetahuan) Pengetahuan responden adalah pengetahuan ibu tentang diare pada balita. Kuisioner (20 pertanyaan) 2 : baik (76% -100%) 1 : cukup (56% - 75%) 0 : kurang (< 56 %) Ordinal 2 Variabel dependen (diare pada balita) Balita yang di diagnose diare Kuesioner (1 pertanyaan) 0 : di diagnosa diare 1 : tidak di diagnosa diare

(22)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 22

3.6 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk multiple choice, yaitu daftar pertanyaan beserta jawaban bagi responden untuk memilih satu jawaban yang benar menurut responden yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada balita. Tahapan pengumpulan data yang pertama, peneliti menjelaskan tujuan dan maksud daripada penelitian tersebut kepada responden, lalu menjelaskan tentang informed consent dan yang terakhir adalah pengisian kuesioner oleh responden sendiri.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner.

3.8 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan tahap pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program statistik komputer dengan langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisian.

2. Coding

Setelah melakukan editing data, penulis memberikan kode tertentu pada tiap data sehingga memudahkan penulis dalam melakukan analisa data.

(23)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 23

3. Processing

Processing adalah proses pengetikan data dari kuesioner ke program komputer agar dapat dianalisis.

4. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang dientri kedalam program komputer agar tidak terdapat kesalahan (Notoatmodjo, 2010). [10]

3.9 Analisis data

3.9.1 Analisa univariat

Analisa univariat disajikan untuk mendeskripsikan variabel bebas atau variabel terikat maupun keduanya dengan menggunakan tabel distribusi yang konfirmasinya dalam bentuk persentase. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Arikunto). [11] Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Rambung di Kota Binjai Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013 dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software statistik komputer.

3.9.2 Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen (pengetahuan ibu) dengan variabel

dependen (diare pada balita). Pengolahan data menggunakan

komputarisasi dan uji statistik yaitu untuk analisa hubungan pengetahuan dengan kejadian diare menggunakan Pearson Chi-Square.

(24)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 24

Uji hipotesis : Ha diterima bila X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05) Ha ditolak bila X2 hitung < X2 tabel (p  0,05)

(25)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ke-empat ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan yang diperoleh. Bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian, gambaran demografi, gambaran karakteristik sampel, hasil dan analisis utama.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Rambung berada di Jalan Jamin Ginting No. 111 Kelurahan Rambung Barat, Kecamatan Binjai Selatan, yang berdiri pada tahun 1977 dan merupakan Puskesmas Induk hingga sekarang dan membawahi Puskesmas Pembantu Tanah Seribu. Puskesmas Rambung ini memiliki wilayah kerja sebanyak 4 kelurahan, yaitu :

- Kelurahan Rambung Dalam - Kelurahan Rambung Timur - Kelurahan Rambung Barat - Kelurahan tanah Seribu

Wilayah kerja Puskesmas Rambung memiliki batas :

 Timur : Kelurahan Mencirim, Kecamatan Binjai Timur.  Barat : Kelurahan Binjai Estate, Kecamatan Binjai Selatan.  Utara : Kelurahan Setia, Kecamatan Binjai Kota.

 Selatan : Kuala Mencirim, Kabupaten Langkat.

Berdasarkan data tahun 2013, penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rambung berjumlah 16.000 jiwa (4280) KK dan bertempat tinggal di 3348 rumah, yang terdiri dari :

- Rambung Timur : 724 KK dan 2685 jiwa

- Rambung Barat : 818 KK dan 3145 jiwa

- Rambung Dalam : 1090 KK dan 4052 jiwa

(26)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 26

Mayoritas penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Rambung, adalah beragama Islam. Luas areal pertanian di wilayah kerja Puskesmas Rambung sekitar 105 Ha atau sama dengan 44,5% dari luas wilayah kerja Puskesmas. Areal pertanian ini berupa sawah yang mempunyai irigasi dan sawah tadah hujan. Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan berbagai pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri, industri besar (bengkel las), jasa pemerintah / non pemerintah, pegawai swasta, jasa perdagangan (toko, warung, kios).

4.2 Gambaran Demografi

Luas Wilayah Kecamatan Binjai Selatan adalah 2.995,50 Ha yang terdiri dari 8 Kelurahan, antara lain :

- Kelurahan Rambung Dalam

- Kelurahan Tanah Merah

- Kelurahan Rambung Timur

- Kelurahan Tanah Seribu - Kelurahan Bhakti Karya - Kelurahan Binjai Estate - Kelurahan Puhidadi

- Kelurahan Rambung Barat

Luas wilayah kerja Puskesmas Rambung adalah 236 Ha. Dan Penduduk wilayah kerja Puskesmas Rambung pada tahun 2013 tercatat ± 16069 jiwa dengan 4315 KK. Luas areal pertaniannya sekitar 105 Ha (44,5%) dari luas wilayah kerja puskesmas.

Sesuai dengan kondisinya, penduduk daerah mengusahakan berbagai pekerjaan seperti peternakan (peternak ayam), kerajinan home industri, industri besar (bengkel las), jasa pemerintah/non pemerintah (PNS/Mantri kesehatan/ perawat), pegawai swasta, pegawai BUMN/ BUMD, pensiunan ABRI/Polri) jasa perdagangan (toko, warung, kios).

(27)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 27

Gambar 4.1

Gambar Wilayah Kecamatan Binjai Selatan

4.3 Gambaran Karakteristik Sampel

a. Berdasarkan usia ibu

Menurut J.T. Mitihar pembagian usia ibu adlah sebagai berikut : [12]

 <20 tahun : terlalu muda

 20-34 tahun : ibu muda

(28)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 28

Tabel 4.1

Distribusi frekuensi usia ibu

di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berumur <20 tahun (terlalu muda) berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4%, 20-34 tahun (ibu muda) berjumlah 69 responden dengan persentase 81,2%, dan >34 tahun (ibu tua) berjumlah 14 responden dengan persentase 16,5%.

b. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu

Menurut Sisdiknas, tingkat pendidikan terbagi menjadi : [13]

 SD : Sangat rendah

 SMP : Rendah

 SMA : Menengah

 Perguruan tinggi (PT) : Tinggi

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

No Usia Ibu N %

1 <20 tahun (terlalu muda) 2 2,4

2 20-34 tahun (ibu muda) 69 81,2

3 >34 tahun (ibu tua) 14 16,5

No Tingkat Pendidikan N %

1 SD (sangat rendah) 1 1,2

2 SMP (rendah) 10 11,8

3 SMA (menengah) 64 75,3

(29)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 29

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat pendidikan SD (sangat rendah) berjumlah 1 responden dengan persentase 1,2%, SMP (rendah) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%, SMA (menengah) berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan Perguruan Tinggi (tinggi) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%.

4.4 Hasil dan Analisa utama

a. Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu

Tabel 4.3

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang tingkat pengetahuan kurang (<56%) berjumlah 15 responden dengan persentase 17,6%, tingkat pengetahuan cukup(56%-76%) berjumlah 46 responden dengan persentase 54,1% dan tingkat pengetahuan baik(76%-100%) berjumlah 24 responden dengan persentase 28,2%.

No Tingkat Pengetahuan N %

1 Kurang (<56%) 15 17,6

2 Cukup (56%-76%) 46 54,1

(30)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 30

b. Berdasarkan kejadian diare pada balita

Tabel 4.4

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan balita responden yang belum pernah terkena diare berjumlah 21 responden dengan persentase 24,7%.

c. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita

Tabel 4.5

Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Rambung Dalam Kota Binjai Tahun 2013

No Tingkat Pengetahuan Menderita diare pada

balita Total pValue Ya % Tidak % 1 Kurang <56%) 11 73 4 27 15 2 Cukup (56%-76%) 35 76 11 24 46 0,976 3 Baik (76%-100%) 18 75 6 25 24 Total 64 75 21 25 85

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan kurang dengan balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 11 responden dengan persentase 73% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 4 responden degan persentase 27%. Pengetahuan cukup dengan balita responden yang pernah terkena

No Kejadian Diare N %

1 Ya 64 75,3

(31)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 31

diare berjumlah 35 responden dengan persentase 76% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 11 responden degan persentase 24%. Pengetahuan baik dengan balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 18 responden dengan persentase 75% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 6 responden degan persentase 25%. Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai pValue = 0,976 atau lebih dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI [1] bahwa, penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada dua faktor yang dominan yang berhubungan dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Dimana kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.

Ada juga pendapat lain menurut Amirudin[2] secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya diare . Sesuai dengan pendapat Notoadmojo[4] bahwa perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang ada, karena dalam penelitian variable independent penelitian yaitu pengetahuan tidak ada hubungannya dengan variable dependen yaitu kejadian diare, karena pengetahuan yang diteliti belum menjadi satu kesatuan dalam pembentukan perilaku.

(32)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan penelitian dan saran-saran berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:  Diketahui bahwa responden yang berumur <20 tahun (terlalu muda)

berjumlah 2 responden dengan persentase 2,4%, 20-34 tahun (ibu muda) berjumlah 69 responden dengan persentase 81,2%, dan >34 tahun (ibu tua) berjumlah 14 responden dengan persentase 16,5%.

 Diketahui bahwa responden yang tingkat pendidikan SD (sangat rendah) berjumlah 1 responden dengan persentase 1,2%, SMP (rendah) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%, SMA (menengah) berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan Perguruan Tinggi (tinggi) berjumlah 10 responden dengan persentase 11,8%.

 Diketahui bahwa responden yang tingkat pengetahuan kurang (<56%) berjumlah 15 responden dengan persentase 17,6%, tingkat pengetahuan cukup(56%-76%) berjumlah 46 responden dengan persentase 54,1% dan tingkat pengetahuan baik(76%-100%) berjumlah 24 responden dengan persentase 28,2%.

 Diketahui bahwa balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 64 responden dengan persentase 75,3% dan balita responden yang belum pernah terkena diare berjumlah 21 responden dengan persentase 24,7%.  Diketahui bahwa pengetahuan kurang dengan balita responden yang

(33)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 33

yang tidak pernah terkena diare berjumlah 4 responden degan persentase 27%. Pengetahuan cukup dengan balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 35 responden dengan persentase 76% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 11 responden degan persentase 24%. Pengetahuan baik dengan balita responden yang pernah terkena diare berjumlah 18 responden dengan persentase 75% dan yang tidak pernah terkena diare berjumlah 6 responden degan persentase 25%. Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai pValue = 0,976 atau lebih dari nilai α = 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.

5.2. Saran

5.2.1 Saran Praktis

5.2.1.1 Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan pemberian informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare, baik penyuluhan secara ter-program atau dengan pemasangan poster-poster tentang diare.

5.2.2.2 Bagi Subjek Penelitian

Diharapkan bagi para ibu untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang diare dengan cara mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga akan menambah pengetahuan tentang kejadian diare pada balita.

5.2.2 Saran Metodologis

5.2.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan untuk mengkaji lebih khusus dengan cara menambah variabel dari teori Notoadmojo antara lain pengetahuan, sikap dan tindakan agar

(34)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 34

hasil penelitian yang dilakukan didapatkan suatu hubungan dengan kejadian diare pada balita.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan pengetahuan ibu dengan  kejadian diare pada balita di  Puskesmas Rambung di Kota Binjai
Gambar Wilayah Kecamatan Binjai Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Yulistia Eka Sari, J500100037, 2014, HUBUNGAN ANTARA PENGETAHU- AN IBU TENTANG DIARE DAN PERILAKU IBU MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH

Terdapat hubungan yang bermakna antara Tingkat Pengetahuan ibu tentang Hygiene makanan dengan kejadian Diare pada Balita, yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang

Terdapat hubungan yang bermakna antara Tingkat Pengetahuan ibu tentang Hygiene makanan dengan kejadian Diare pada Balita, yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang

Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Bantimala

Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Banguntapan I Bantul, hal ini

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai penyakit diare terhadap tingginya angka kejadian diare pada balita di

Pada penelitian ini rasio prevalensi antara pengetahuan mencuci tangan ibu dengan kejadian diare adalah 4,222 95%CI: 1,386;12,862 sehingga ibu yang mempunyai pengetahuan baik terhadap

Factor-faktor : Usia Pendidikan Pengalaman Pekerjaan Pengetahuan ibu kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun Cara penularan diare Penyebab diare Cara mencegah diare Cara