• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Bronkopneumonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Bronkopneumonia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Disusun guna memenuhi tugas praktik klinik Komprehensif II

Oleh Sintara Ekayasa NIM 122310101036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

2015

(2)

BRONKOPNEUMONIA

Oleh: Sintara Ekayasa NIM 122310101036 1. Kasus (masalah utama) (Diagnosa Medis)

Bronkopneumonia

2. Proses terjadinya masalah (pengertian, penyebab, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Penangan) Pengertian

Pneumonia merupakan peradangan perenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi (Price,1995). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2001).

Bronkopneumonia adalah dimulai dari bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus didekatnya disebut juga pneumonia lobularis (Wong D.L, dkk, 2008).

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah sejenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

Klasifikasi Pneumonia

1. Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001):

a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:

1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.

2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang difus.

b. Berdasarkan faktor lingkungan 1) Pneumonia komunitas 2) pneumonia nosokomial 3) pneumonia rekurens 4) pneumonia aspirasi

5) pneumonia pada gangguan imun 6) pneumonia hipostatik.

(3)

1) Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.

2) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan mycoplasma, clamydia pneumoniae atau legionella.

2. Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001):

a. Community Acquired Pneumonia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptococcal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.

b. Hospital Acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klebsiella atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab Hospital Acquired pneumonia

c. Lobar dan bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.

Etiologi 1. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organsime gram positif seperti:

streptococcus pneumonia, s. aureus dan s. pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

2. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyabab utama pneumonia virus.

3. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos 4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami imunosupresi (Reeves, 2001).

(4)

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991)

Tanda dan Gejala

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996).

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat) (Sandra M. Nettina, 2001).

Tanda gejala yang lainnya adalah:

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan - Nyeri pleuritik

- Nafas dangkal dan mendengkur - Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi - Mengecil, kemudian menjadi hilang

- Krekels, ronki, egofoni 3. Gerakan dada tidak simetris

4. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium 5. Diafoesis

6. Anoreksia 7. Malaise

8. Batuk kental, produktif: Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat

(5)

10. Sianosis: Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati Penanganan

1. Kemoterapi

Pemberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasik kultur sputum dan tes sensitivitas kuman teradap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa,1989).

2. Pengobatan umum a. Terapi oksigen

b. Hidrasi, bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara parenteral. c. Fisioterapi, penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk

menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

3. a. Pohon masalah

Agen infeksius: Bakteri

Stafilokokus aureus, Bakteri Haemofilus influenzae, dsb.

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di bronkus Proses peradangan Akumulasi sekret di bronkus Mukus bronkus meningkat Bau mulut tidak

sedap Anoreksia Intake kurang Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Kuman terbawa di saluran pencernaan Infeksi saluran pencernaan Peningkatan flora normal dalam usus

Peningkatan peristaltik usus Malabsorbsi Diare Kekurangan volume cairan

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Dilatasi pembuluh darah Eksudat plasma masuk alveoli Penumpukan cairan, ganguan difusi plasma Gangguan pertukaran gas Peningkatan suhu Peningkatan metabolisme Evaporasi meningkat Masuk ke alveoli, terjadi edema Eritrosit pecah Edema paru Pengerasan dinding paru Penurunan compliance paru Suplai O2 menurun Hipoksia Metabolisme anaerob  Akumulasi asam laktat Kelelahan Intoleransi aktivitas Hiperventilasi Dispneu Retraksi dada/ nafas

cuping hidung Gangguan pola nafas Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

(6)

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji 1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Data yang perlu dikaji:

Bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi

3) Gangguan pola nafas Data yang perlu dikaji:

Kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 44 x/mnt untuk bayi dan 20 - 25 x/mnt untuk anak, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 44 x/mnt untuk bayi dan 25x/mnt untuk anak, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya

(7)

napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi. Batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

2) Gangguan pertukaran gas Data yang perlu dikaji:

Dispneu, hipoksia, napas cuping hidung, sianosis, konfusi, hiperkapnia, warna kulit (mis. pucat), gelisah. Pemeriksaan pH darah arteri, PO2, PCO2, SaO2

4) Kekurangan volume cairan Data yang perlu dikaji:

Penurunan tekanan darah, tekanan nadi, turgor kulit, turgor lidah, haluaran urin, membran mukosa kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, status mental, penurunan BB

kurang dari 20 x/mnt untuk anak, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya

pernapasan. Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.

Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.

5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Data yang perlu dikaji:

Bising usus, kram abdomen, menghindari makanan, diare, kurang informasi, tonus oto menurun, sariawan rongga mulut, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot untuk menelan

6) Intoleransi aktifitas Data yang perlu dikaji:

Dispneu setelah beraktivitas, respon tekanan darah dan frekuensi jantung terhadap aktivitas, EKG

(8)

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen.

c. Gangguan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.

5. Rencana tindakan keperawatan (masing masing diagnosa minimal 5 rencana tindakan)

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas dan pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret KH: -Mempertahankan jalan nafas paten

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya

bunyi nafas.

Misalnya: mengi, krekels dan ronki b. Kaji/ pantau frekuensi

pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

a. Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan

dengan adanya bunyi nafas adventisius

b. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

(9)

dengan bunyi nafas bersih/ jelas -Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler

d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir

e. Observasi

karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memperbaiki

keefektifan upaya batuk

f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

c. Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas

d. Memberikan pasien beberapa cara untuk

mengatasi dan

mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara

e. Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.

f. Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan KH: a. Kaji, frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan b. Observasi warna kulit, membran

mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis c. Kaji status mental

a. Manifestasi distres pernafasan tergantung

pada derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum b. Sianosis menunjukkan

vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia c. Gelisah, mudah

terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia

(10)

-Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan -Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi d. Awasi frekuensi jantung/ irama

e. Awasi suhu tubuh.

Bantu tindakan

kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil

f. Tinggikan kepala dan

dorong sering

mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif

g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

d. Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi e. Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg f. Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi

g. Demam tinggi sangat meningkatkan

kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen

dan mengganggu oksigenasi seluler. 3. Gangguan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih

a. Bantu fisioterapi

dada, postural

drainage

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius

c. Tinggikan kepala dan

bentu mengubah

posisi

a.Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas

b.Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil

c.Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan

(11)

d. Observasi pola batuk dan karakter secret

e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan g. Berikan humidifikasi tambahan h. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

pernafasan. d.Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan e.Dapat meningkatkan pengeluaran sputum f.Memaksimalkan bernafas dan

menurunkan kerja nafas g.Memudahkan upaya

pernafasan dan

meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus h.Memberikan

kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan 4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral Setelah dilakukan tindakan keperawatan menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

a. Kaji perubahan tanda

vital, contoh

:peningkatan suhu, takikardi, hipotensi b. Kaji turgor kulit,

kelembaban membran mukosa (bibir, lidah) c. Catat lapporan mual/

muntah

d. Pantau masukan dan haluaran urine a.Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik b.Indikator langsung keadekuatan masukan cairan c.Memperbaiki ststus kesehatan d.Memberikan informasi tentang keadekuatan

(12)

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

volume cairan dan kebutuhan penggantian e.Adanya gejala ini

menurunkan masukan oral 5. Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen Setelah diakukan tindakan keperawatan menunjukkan peningkatan nafsu makan dan mempertahankan/ meningkatkan berat badan a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah b. Berikan wadah

tertutup untuk sputum dan buang sesering

mungkin, bantu

kebersihan mulut c. Jadwalkan

pengobatan

pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan d. Auskultasi bunyi

usus, observasi/ palpasi distensi abdomen

e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk pasien

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

a.Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah b.Menghilangkan

bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual

c.Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini d.Bunyi usus mungkin

menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi

sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal

e.Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

f.Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya

(13)

tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi 6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari. Peningkatan toleransi terhadap aktifitas. a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut c. Jelaskan pentingnya

istitahat dalam rencana pengobatan

dan perlunya

keseimbamgan aktivitas dan istirahat d. Bantu aktivitas

perawatan diri yang diperlukan a.Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

b.Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat c.Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik d.Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen 6. Daftar pustaka

Doenges, Marylyn 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC

NANDA Internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: MedAction Publishing

Prince, S.A. & Wilson L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi IV. Jilid 2. Jakarta: EGC

(14)

Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika Reeves, C.J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC Soeparma, Sarwono Waspadji. 1991. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait