• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR

RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2008

Sri Handayani, Umi Rozigoh

Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Klaten email: handagustoma@yahoo.com.

ABSTRACT: Paritas yang tinggi menimbulkan berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang dapat timbul adalah Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%) melahirkan bayi dengan berat lahir yang rendah. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Januari sampai Desember Tahun 2008.

Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional. Rancangan penelitian diskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jumlah populasi sebesar 175 bayi BBLR pada bulan Januari — Desember Tahun 2008. Sampel sejumlah 44 yang diambil dengan teknik simple random sampling. Kontrol diambil secara matcing dengan perbandingan 1 : 1. Analisa data menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR.. Nilai OR : 3, 6 berarti ibu dengan paritas tinggi berisiko melahirkan bayi BBLR.

Kata Kunci : Paritas, Berat Badan Lahir Rendah

A. PENDAHULUAN

Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi

disbanding dengan Negara-negara di ASEAN. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat

36 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006. Penyebab kematian bayi terbanyak

adalah karena gangguan perinatal. Sekitar 2 — 27% kematian perinatal disebabkan

karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR).

Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 —14% yaitu sekitar 459.200 — 900.000 bayi (Depkes RI, 2005).

Bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006). BBLR adalah salah satu akibat dari ibu hamil yang menderita energi kronis (KEK) (Depkes RI, 2005).

(2)

Menurut WHO, pada tahun 2005 hampir semua (88%) dari 5 juta kematian neonatal berada di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang (Hadi, 2001).

Berdasarkan data indikator kesehatan proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakatkarenabelum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2004).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR antara lain kurangnya gizi pada ibu hamil, ibu hamil perokok, ibu hamil pekerjaberat, sosial ekonomi rendah dan faktor janin (Prawirohardjo, 2002). Joeharno (2008), menambahkan, bahwa BBLR juga dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi. Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%) melahirkan bayi dengan berat lahir yang rendah. BBLR merupakan masalah kesehatan yang cukup menonjol di Indonesia, karena pada bayi BBLR mempunyai angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Umum dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tahun 2008 terdapat 324 orang (31,6%) bersalin dengan tidak normal. Dan persalinan tidak normal tersebut terdapat 175 ibu (54%) yang melahirkan bayi dengan BBLR.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional (non eksperimental) yang mencari hubungan dua variabel dengan melalui pengamatan tanpa percobaan (Notoatmodjo, 2002). Rancangan penelitian diskriptifanalitik yaitu membuat gambaran atau deskriptiftentang suatu keadaan secara obyektif kemudian dengan melakukan pengukuran terhadap variabel penelitian kemudian mencari hubungan antara variabel dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan (Sastroasmoro, 2002).

Pendekatan penelitian ini adalah retrospektif, yaitu penelitian yang berusaha melihat ke belakang yaitu pengumpulan data dimulai dan efek atau akibat yang telah terjadi, dikemudian dan efek tersebut ditelusuri, pengembangan atau variabel yang mempengaruhi akibat (Notoatmodjo, 2002).

(3)

rendah (BBLR) di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 175 bayi BBLR pada bulan Janurai-Desember Tahun 2008.

Tehnik pengambilan sampel secara simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 44 bayi BBLR ( 25% populasi). Kelompok kontrol sebanyak 44 bayi yang diambil secara matching antara kelompok kontrol dengan mempertimbangkan umur ibu, usia kehamilan, paritas ibu.

Instrumen penelitian adalah lembar observasi yang bersumber pada rekam medik pasien dan laporan persalinan di RSVP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Analisis data dengan uji statistik chi square dengan taraf signifikansi 95% .

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. BASIL

a. Umur Ibu

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Thu

Ka sus Kontrol Total

Umur n % n % n

< 20 dan > 35 tahun

19 43,2 19 43,2 41 46,7

20-35 tahun

25 56,8 25 56,8 47 53,4

Jumlah

44 100 44 100 88 100

Sumber : Data Rekam Medik Dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun 2008

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwamayoritas responden berada

pada kelompok umur usia reproduktif yaitu 20-35 tahun sebanyak 25

responden (56,8%).

b. Kadar Hb

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kadar Hb

Kadar Hb Kasus Kontrol Total

n % N % n %

TidakAnemia

Anemia

23

21

52,3

47,7

23

21

52,3

47,7

46

42

52,3

47,7

Jumlah

44 100 44 100 88 100

(4)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwamayoritas responden tidak

anemia dengan kadar Hb lebih dari 11 gr% sebanyak 23 responden

(52,3%).

c . L i L A I b u

Tabel 3. Distribusi Frekuensi

LiLA Ibu

LiLA Ibu Kasus Kontrol Total

n %

N

% n %

Tidak KEK

KEK

23

21

43,2

56,8

23

21

43,2

56,8

46

42

52,3

47,7

Jumlah 44 100 44

100 88 100

Sumber : Data Rekam Medik Dr Soeradji Tirtonegoro Tahun 2008

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui baik pada kelompok kasus maupun

kontrol terdapat 23 responden (52,3%) tidak KEK.

d . J a r a k k e h a m i l a n

Tabel 4. Distribusi Frekuensi

Jarak kehamilan

Kasus Kontrol Total Jarak Kehamilan

n % N % n %

< 2 tahun

23 43,2 23 43,2 46 52,3

>

2 tahun

21 56,8 21 56,8 42 47,7

Jumlah 44 100 44

100 88 100

Sumber : Data Rekam Medik Dr Soeradji Tirtonegoro Tahun 2008

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui baik pada kelompok kasus maupun

kontrol bahwa sebanyak 23 responden (52,3%) dengan jarak kehamilan

kurang dari 2 tahun.

(5)

e. Umur kehamilan

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Umur kehamilan

Kasus Kontrol Total Unlit- Kehamilan n % N % n % <36

minggu

23

43,2 23 43,2 46 52,3 >

36 minggu

21 56,8 21 56,8 42 47,7

Jumlah 44

100

44 100 88 100

Sumber : Data Rekam Medik Dr Soeradji Tirtonegoro Tahun 2008

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui baik kelompok kasus

maupun kelompok kontrol sebanyak 23 responden (52,3%) dengan umur

kehamilan kurang dari 36 minggu.

f P ar i t as I bu

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Ibu

Paritas Ibu Ka sus Kontrol Total n % N n

Primipara 30 68,2 39 88,6 69 78,4

Multipara 14 31,8 5 11,4 19 21,6

Grandemultipara

0

0

0

0

0

0

Jumlah 44 100 44 100 88 100

Sumber : Data Rekam Medik Dr Soeradji Tirtonegoro Tahun 2008

Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus

sebagian besar responden ibu mempunyai

paritasprimipara

sebanyak 30

responden (68,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 39

responden (88,6%) dengan

paritas primipara.

g. Hubungan paritas dengan Berat badan lahir rendah

Tabel 7.

Hubungan Paritas dengan Berat Badan Lahir Rendah

Paritas BBL Total x2 p OR BBLN BBLR N % n % n % Primipara 39 88,6 30 68,2 69 78,4 5,437 0,02 3,6 Multipara 5 11,4 14 31,8 19 21,6 Jumlah 44 100 44 100 88 100

(6)

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa ada hubungan antara paritas

dengan berat badan lahir rendah dengan ditunjukkan nilai p < 0,05

dengan OR = 3,6.

2. PEMBAHASAN

Paritas ibu berhubungan dengan beratbadan bayi lahir rendah, dimana paritas

Primipara

mempunyai risiko sebesar 3,6 untuk melahirkan bayi dengan BBLR..

Berdasar hasil penelitian, ibu dengan

paritas primipara

sebanyak 68,2% responden

melahirkan BBLR. Hasil ini sesuai dengan penelitian Barends (2005), bahwa

paritas 0 dan paritas lebih atau sama dengan 4 mempunyai risiko lebih besar

dibanding paritas 1, 2 dan 3 yang melahirkan BBLR.

Hasil penelitian ini menyanggah penelitian Istiyarsi (2000) di

Kabupaten Magelang, dimana paritas tinggi mempunyai risiko 10,2 kali untuk

melahirkan BBLR. Demikian pula dengan penelitian Marsianto dan Syamsuri

(1997), bahwa

ibuprimigravida

mempunyai risiko lebih rendah untuk melahirkan

bayi dengan berat badan lahir rendah bila dibandingkan dengan

multigravida

Hal ini dapat dijelaskan bahwa, banyak faktor yang menyebabkan

terjadinya BBLR. Menurut Prawirohardjo (1999), BBLR dapat

disebabkan :

a. Jarak kelahiran kurang 2 tahun.

Seorang ibu memerlukan waktu 2 sampai 3 tahun antara kehamilan agar pulih secara fisiologis dan persalinan sebelumnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya (Behrman dalam Istiyarsi, 2000). Semakin pendek jarak antara dua kelahiran semakin besar risiko melahirkan BBLR, hal tersebut disebabkan karena seringnya terjadi komplikasi perdarahan waktu hamil, partus prtmatur dan anemia berat (Istiyarsi, 2000).

b. Malnutrisi

Penelitian Rosmeri, (2002) menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR.

Ibu hamil dengan status gizi kurang mempunyai risiko 4,27 x untuk melahirkan bayi BBLR dibanding dengan ibu yang mempunyai status

gizi baik (normal). Dalam penelitian i n i sebanyak 56.8% responden mengalami gizi kurang semasa hamil.

c. Kadar Hb

Status gizi yang kurang atau malnutrisi, terutama pada ibu hamil yang mengalami defisiensi Fe, menyebabkan Hb dalam darah yang dibutuhkan untuk membawa oksigen

(7)

waktu persalinan dan nifas yang mengakibatkan berat bayi lahir rendah (Wiknjosastro, 1999). Demikian juga pada ibu yang bekerja semakin banyak energi yang dikeluarkan sehingga menyebabkan asupan gizi untuk bayi berkurang (Suryatni, 2004).

d. P e r o k o k

Berat badan bayi yang lahir dan ibu perokok lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dan ibu yang tidak merokok (Soetjiningsih, 1999).

e. Pekerja berat

Semakin berat ibu bekerja, semakin banyak energi yang dikeluarkan sehinggamenyebabkan asupan gizi untukbayi berkurang (Suryatni, 2004).

f. Penyakit hipertensi ( kelainan vaskular ibu ).

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyakit vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Hal ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra uterin dan berat lahir janin tidak sesuai dengan lamanya kehamilan (Sastrawinata, 2005 ).

Faktor janin

Berat Badan Lahir Rendah dapat terjadi karena falctor janin itu sendiri yaitu sesudah minggu ke 20 mulai terjadi perbedaan antara pertumbuhan janin laki-laki dan janin perempuan. Menurut Kloosterman (1999) perbedaan itu dapat mencapai 135 gram pada kehamilan 40 minggu. Jadi bayi laki-laki lebih berat dari bayi perempuan.

h. Usia ibu kurang 20 tahun dan lebih 35 tahun.

Usia ibu kurang dari 20 tahun alat reproduksi belum siap menerimakehamilan, sehingga mudah terjadi risiko pada kehamilannya (premature) sedangkan pada usia lebih dan 35 tahun alat reproduksi mengalami regenarasi sehinggamuclah terjadi BBLR. Dalam penelitian ini 46,7% responden berusia < 20 tahun dan > 35 tahun .

D. SIMPULAN DAN SARAN I. Kesimpulan

Berdasarkan basil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu bersalin dengan

kejadian BBLR.

(8)

b. Ibu dengan paritas 0 berisiko melahirkan bayi BBLR.

2. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang faktor risiko

BBLR kepada ibu hamil sehingga dapat mencegah terjadinya BBLR.

2. Bagi Ibu

Ibu diharapkan untuk mengikuti program KB sehingga bayi yang

dilahirkan ibu tidak mengalami BBLR.

DAFFAR PUSTAKA

Anonim, 2006.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR. http:// www.jiptunair.com

diakses Tanggal 23 Januari 2009 Jam 11.00 WIB

Depkes RI, 2001,

Standar Pelayanan Kebidanan,

Jakarta.

____________ , 2005,

Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga,

Jakarta.

Dewi, M., 2003,

Kehamilan dengan Risiko BBLR di Desa Tlogorejo,

Yogyakarta,

KTI,

Yogyakarta

Hincliff, Sue, 2002,

Kamus Keperawatan,

Edisi 17, Jakarta Ibrahim,

2002,

Perawatan Kebidanan

Jilid I, EGC, Jakarta.

Istiyarsi, 2000, Menanti Buah Hati, Media Pressindo, Jakarta

Joeharno. 2008. Beberapa Faktor Risiko Kejadian BBLR di Rumah Sakit Al Fatah Ambon Perode Januari — Desember Tahun 2006. KTI. Jakarta Lubis, 2003, Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang

Dilahirkan. http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 23 Maret 2008

Manuaba, 2002, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana I, EGC, Jakarta.

Marsianto dan Syamsuri, 1999, Faktor Risiko Terjadinya Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Berita Kedokteran Masyarakat , Yogyakarta

Mochtar, R., 2002, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta

Mulyani, H,. 2006, Huhungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gizi dengan Status Gizi di

Puskesmas Gilingan Surakarta, KTI, D III Kebidanan, Klaten

(9)

Prawirohardjo, Wiknjosastro, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

______________________ , 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Rosmery, 2002, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu, http://gizinet.com

availabel [4 Maret 2008]

S aifuddin, A.B., 2002, Panduan Perilaku Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Bina Pustaka, Jakarta.

Saraswati, 1998, Faktor-faktor yang Mempengaruhi BBLR, KTI, Yogyakarta Sayogo, 1997, Berat Badan Lahir Rendah, EGC, Jakarta

Sediaoetama, 2002, Ilmu Gizi, Rineka Cipta, Jakarta

Sukman, 2002, Berat Badan Thu Hamil, Raja Grafindo, Bandung

Suryatni, 2004, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Neonatal di Kalimantan Timur, Thesis, Yogyakarta

Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kandungan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Asuhan Prawirohardjo.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Thu  Ka sus  Kontrol  Total
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Ibu

Referensi

Dokumen terkait

Indikator penghayatan misi adalah: ( 1) arah dan tujuan strategis yang jelas membawa manfaat bagi organisasi sehingga memperjelas bagaimana setiap karyawan dapat memberi

Upon entry into force of this agreement, Mode 4 commitments made by Member States under the previous AFAS packages, including those signed by the AEM, ASEAN Finance Ministers

Dalam proses pembuatan buku ini, tanpa adanya ridho Allah SWT, semangat, kesungguhan dan kesabaran, kami tidak akan mampu untuk menyelesaikannya. Buku ini merupakan hasil

Realitas subyektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu

memahami materi selanjutnya ia akan mengalami kesulitan. Telah disebutkan bahwa dalam belajar matematika diperlu- kan kegiatan mental yang tinggi. Seseorang yang dapat

Adapun permasalahan yang dapat saya ambil dari latar belakang tersebut adalah: Seberapa besar pengaruh budaya asing terhadap peradaban di Indonesia.

Apakah risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

dengan anak kecil yang masih belum banyak di Semarang adalah jasa potong rambut anak dan fasilitas bermain anak yang bersih dan dapat dipercaya sehingga saat ini jasa