• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah teori konstruksi sosial .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah teori konstruksi sosial .docx"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang masalah

(2)

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian konstruksi sosial

Menurut DeLamater dan Hyde juga bahwa konstruksi sosial menyatakan tidak ada kenyataan pokok yang benar. Realitas adalah konstruksi sosial. Oleh karena itu, fenomena seperti homoseksual adalah konstruksi sosial. Hasil dari suatu budaya, bahasanya, dan juga institusi-institusi. Konstruksi sosial juga memfokuskan bukan pada pasangan seksualitas yang menarik tapi pada variasi-variasi budaya dalam mempertimbangkan yang menarik itu. Konstruksi sosial adalah sebuah pandangan bahwa semua nilai, ideologi dan institusi sosial adalah buatan manusia. Konstruksi sosial merupakan sebuah pernyataan keyakinan dan juga sebuah sudut pandang bahwa kandungan dari kesadaran dan cara berhubungan dengan orang lain itu diajarkan oleh kebudayaan dan masyarakat. Tercakup di dalamnya pandangan bahwa kuantitas metafisik riil dan abstrak yang dianggap sebagai suatu kepastian itu dipelajari dari orang lain di sekitar kita.1

Konstruksi sosial menurut Waters adalah human beings construct social reality in which subjective processes can become objectified. Konstruksi sosial adalah konsep yang menggambarkan bagaimana realitas sosial dibentuk dan dimaknai secara subjektif oleh anggota masyarakat. Konstruksi sosial menggambarkan proses di mana melalui tindakan dan interaksi, manusia menciptakan secara terusmenerus suatu kenyataan yang dimiliki bersama yang dialami secara faktual objektif dan penuh arti secara subjektif.

Konstruksi sosial merupakan konsep yang menjelaskan bahwa struktur sosial tidak hanya berada di luar manusia tetapi juga berada di dalam manusia atau terobjektivasi di dalam kesadarannya yang subjektif. Konstruksi sosial menunjukkan bahwa sistem pengetahuan masyarakat (sosio kultural, pranata sosial, religi) dalam kesadaran manusia bukan sesuatu yang diterima secara mekanis melainkan diinterprestasi oleh manusia sebagai makhluk rasional menjadi makna-makna subjektif.

Pemahaman individu tentang dunia, pengetahuan dan diri individu terbentuk dalam kondisi sosial historis yang konkrit. Pengetahuan dan realitas konkrit dihubungkan oleh apa yang disebut Foucalt sebagai discourse atau diskursus, yakni sejumlah gagasan dan argumen

(3)

yang langsung berkaitan dengan teknikteknik kontrol demi kekuasaan. Tanpa memandang dari mana kekuasaan tersebut berasal, tetapi kekuasaanlah yang mendefinisikan pengetahuan, melakukan penilaian apa yang baik dan yang buruk, yang boleh dan yang tidak boleh, mengatur perilaku, mendisiplinkan dan mengontrol segala sesuatu dan menghukumnya. Hal ini dapat menggambarkan bagaimana konstruksi sosial dapat mempengaruhi perilaku dan orientasi sosial.2

Berdasarkan kenyataan sosial, unsur terpenting dalam konstruksi sosial adalah masyarakat, yang di dalamnya terdapat aturan-aturan atau norma, baik itu norma adat, agama, moral dan lain-lain. Dan, semua itu nantinya akan terbentuk dalam sebuah struktur sosial yang besar atau institusi dan pertemuan. Struktur sosial atau institusi merupakan bentuk atau pola yang sudah mapan yang diikuti oleh kalangan luas di dalam masyarakat. Akibatnya institusi atau struktur sosial itu mungkin kelihatan menkonfrontasikan individu sebagai suatu kenyataan objektif dimana individu harus menyesuaikan dirinya.

Gambaran tentang hakikat kenyataan sosial ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih dari pada jumlah individu yang membentuknya, ada hubungan timbal balik dimana mereka saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Tetapi masyarakat tidak pernah ada sebagai sesuatu benda objektif terlepas dari anggota-anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan proses interaksi timbal-balik. Pendekatan ini mengusahakan keseimbangan antara pandangan nominalis (yang percaya hanya individu yang riil) dan pandangan realis atau teori organik (yang mengemukakan bahwa kenyataan sosial itu bersifat independent dari individu yang membentuknya).

B. Memahami konstruksi sosial sebagai Teori

Istilah konstruksi atas realitas sosial terkenal semenjak diperkenalkan oleh petter L. Berger dan Tomas Lukmann, mereka menggambarkan bawa konstruksi sosial adalah proses sosial melalui tindakan dan interaksi. Dimana individu menseterus menerus suatu realitas atau kenyataan yang dimiliki dan dialaminya.

Asal usul konstruksi sosial dimulai dari adanya gagasan-gagasan dengan berfikir positif, dan gagasan tersebut setelah Aristoteles, ia mengatakan bahwa manusia adalah makluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya.

(4)

Berger dan luckmann memandang masyarakat sebagai proses yang berlangsung dalam tiga momen dialektis yang simultan, yaitu ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi serta masalah legetimasi yang berdimensi kognitif dan normatif, inilah yang dinamakan kenyataan sosial. Hal itu merupakan konstruksi sosial buatan masyarakat sendiri dalam perjalanan sejarahnya dari masa dulu, sekarang dan masa yang akan datang. Usaha Berger untuk memadukan berbagai perspektif dari berbagai aliran teori sosiologi yang lebih memperhatikan satu aspek dan mengabaikan aspek yang lain sehingga menjadi suatu konstruksi teoritis yang memadai. Penjelasan ini mampu menampilkan hakikat masyarakat yang bercorak pluralistis, dinamis, serta kompleks. Dengan demikian, peranan sosiologi pengetahuan yang selama ini dianggap berisi sejarah pemikiran intelektual mendapat bobot baru sehingga tampil sebagai instrumen penting untuk menemukan hakikat masyarakat secara lebih jelas di masa yang akan datang.

Proses dialektika ketiga momen tersebut, dalam konteks ini dapat dipahami sebagai berikut:

1. Proses Sosial Momen Eksternalisasi

Proses eksternalisasi merupakan salah satu dari tiga momen dialektika dalam kajian sosiologi pengetahuan. Individu sejak lahir akan dikenalkan produk-produk sosial diluar dirinya. Sedangkan produk sosial itu sendiri adalah segala sesuatu yang merupakan hasil sosialisasi dan interaksi didalam masyarakat. Proses Eksternalisasi adalah suatu keharusan antropologis. Sehingga tatanan sosial merupakan sesuatu yang telah ada mendahului setiap perkembangan organisme individu. Tatanan sosial yang terjadi secara terus-menerus dan diulang-ulang ini, merupakan pola dari kegiatan yang sudah mengalami proses pembiasaan (habitualisasi).

(5)

penolakan. Bahasa dan tindakan merupakan sarana bagi seseorang untuk mengkonstruksi dunia sosio-kulturalnya melalui momen eksternalisasi ini.

Secara sederhana momen eksternalisasi dapat dipahami sebagai proses visualisasi atau verbalisasi pikiran dari dimensi batiniah ke dimensi lahiriah. Eksternalisasi merupakan proses pengeluaran gagasan dari dunia ide ke dunia nyata. Dalam momen eksternalisasi, realitas sosial ditarik keluar individu. Didalam momen ini, realitas sosial berupa proses adaptasi dengan teks- teks suci, kesepakatan ulama, hukum, norma, nilai dan sebagainya, yang hal itu berada diluar diri manusia. sehingga dalam proses konstruksi sosial melibatkan momen adaptasi diri atau diadaptasikan antara teks tersebut dengan dunia sosio-kultural. Adaptasi tersebut dapat melalui bahasa, tindakan dan pentradisian yang dalam khazanah ilmu sosial disebut interpretasi atas teks atau dogma. Karena adaptasi merupakan proses penyesuaian berdasar atas penafsiran, maka sangat dimungkinkan terjadinya variasi-variasi adaptasi dan hasil adaptasi atau tindakan pada masing-masing individu

2. Proses Sosial Momen Objektivasi

Obyektivasi ialah proses mengkristalkan kedalam pikiran tentang suatu obyek, atau segala bentuk eksternalisasi yang telah dilakukan dilihat kembali pada kenyataan di lingkungan secara obyektif. Jadi dalam hal ini bisa terjadi pemaknaan baru ataupun pemaknaan tambahan. proses objektivasi merupakan momen interaksi antara dua realitas yang terpisahkan satu sama lain, manusia disatu sisi dan realitas sosio kultural disisi lain. kedua entitas yang seolah terpisah ini kemudian membentuk jaringan interaksi intersubyektif. Momen ini merupakan hasil dari kenyataan eksternalisasi yang kemudian mengejawantah sebagai suatu kenyataan objektif yang sui generis, unik.

(6)

Pelembagaan akan terjadi manakala terjadi kesepahaman intersubjektif atau hubungan subjek-subjek.3

Selain itu, obyektivitas dunia kelembagaan adalah obyektivasi yang dibuat dan dibangun oleh manusia. proses dimana produk-produk aktivitas manusia yang di eksternalisasikan itu memperoleh sifat obyektive adalah obyektivitas. Dunia kelembagaan merupakan aktivitas manusia yang diobjektivasikan dan begitu pula halnya

dengan setiap lembaganya.4 masyarakat adalah produk dari manusia. Berakar dalam

fenomena eksternalisasi yang pada gilirannya didasarkan pada konstruksi biologis manusia itu. Transformasi produk-produk ini kedalam suatu dunia tidak saja berasal dari

manusia, tetapi yang kemudian menghadapi manusia sebagai suatu faktasitas diluar

dirinya, adalah diletakkan dalam konsep obyektivitas. Dunia yang diproduksi manusia yang berada diluar sana memiliki sifat realitas yang obyektif. Dan dapat juga dikatakan

bahwa masyarakat merupakan aktivitas manusia yang diobyektivasikan.5 Didalam

konstruksi sosial momen ini terdapat realitas sosial pembeda dari realitas lainnya. objektivasi ini terjadi karena adanya proses eksternalisasi. Ketika dalam proses

eksternalisasi semua cirri-ciri dan simbol dikenal oleh masyarakat umum.

3. Proses Sosial Momen Internalisasi

Internalisasi adalah individu-individu sebagai kenyataan subyektif menafsirkan realitas obyektif. Pada momen ini, individu akan menyerap segala hal yang bersifat obyektif dan kemudian akan direalisasikan secara subyektif. Internalisasi ini berlangsung seumur hidup seorang individu dengan melakukan sosialisasi. Pada proses internalisasi, setiap indvidu berbeda-beda dalam dimensi penyerapan. Ada yang lebih menyerap aspek ekstern, ada juga juga yang lebih menyerap bagian intern. Selain itu, proses internalisasi dapat diperoleh individu melalui proses sosialisasi primer dan sekunder. Soaialisasi Primer merupakan sosialisasi awal yang dialami individu masa kecil, disaat ia diperkenalkan dengan dunia sosial pada individu. Sosialisasi sekunder dialami individu pada usia dewasa dan memasuki dunia publik, dunia pekerjaan dalam lingkungan yang lebih luas. Sosialisasi primer biasanya sosialisasi yang paling penting bagi individu, dan

3 Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara, 2005), 44.

(7)

bahwa semua struktur dasar dari proses sosialisasi sekunder harus mempunyai kemiripan dengan struktur dasar sosialisasi primer.

C. Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luchmann

Dua istilah dalam sosiologi pengetahuan Berger adalah kenyataan dan pengetahuan. Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai suatu kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (Being) yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik.6

Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang berkenaan dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif. Realitas subyektif berupa pengetahuan individu. Disamping itu, realitas subyektif merupakan realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui peoses internalisasi. Realitas subyektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisas itulah individu secara kolektif berkemampuan melakukan obyektivikasi dan memunculkan sebuah konstruksi realitas obyektif yang baru.7

Sedangkan realitas obyektif dimaknai sebagai fakta sosial. Disamping itu, realitas obyektif merupkan suatu kompleksitas. Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. meskipun institusi sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Obyektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupan. Pendek kata, Berger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat

(8)

menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.8

BAB III

8 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa:Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan

Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann45, (Jakarta: Kencana, 2008), 14-15.

(9)

KESIMPULAN

1. Konstruksi sosial menggambarkan proses di mana melalui tindakan dan interaksi, manusia menciptakan secara terusmenerus suatu kenyataan yang dimiliki bersama yang dialami secara faktual objektif dan penuh arti secara subjektif.

2. Berber dan luckmann memandang masyarakat sebagai proses yang berlangsung dalam tiga momen dialektis yang simultan, yaitu ekternalisasi, Objektivasi, Internalisasi.

3. Dua istilah dalam sosiologi pengetahuan Berger adalah kenyataan dan pengetahuan. Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik. 4. Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang berkenaan

dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif.

(10)

Syam, Nur., Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara, 2005)

Charles R. Ngangi, Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial-Volume 7 Nomor 2, (Mei

2011)

Ian, Rory,. 1997. Pendekatan Konstruksi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Berger, Peter L., langit suci (agama sebagai realitas sosial), (Jakarta: LP3ES, 1991)

Berger, Peter L,. & Lukhmann, Thomas., Tafsir Sosial atas Kenyataan. (Jakarta: LP3ES,

1190)

Polomo, Margaret M., Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Press, 2010).

Bungin, Burhan,. Konstruksi Sosial Media Massa:Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan

Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann45, (Jakarta: Kencana, 2008).

Berger, Peter L,. & Lukhmann, Thomas,. Tafsir Sosial atas Kenyataan. (Jakarta: LP3ES,

Referensi

Dokumen terkait

2. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses

Susbtansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari berger dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam

Implementasi kurikulum adalah proses menerapkan kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran melibatkan interaksi siswa dengan guru dan konteks permasalahan baik

Media televisi sebagai sarana tayang realitas sosial menjadi penting artinya bagi manusia untuk memantau diri manusia dalam kehidupan sosialnya. Selain itu, kualitas informasi

Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk

Pada proses eksternalisasi ini menjadi suatu hal yang dianggap oleh Berger sebagai suatu ‘pembiasaan’ tersebut mulai dimunculkan melalui interaksi sosial seperti

“Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusional, sedangkan individu oleh Berger dan Luckman, dikatakan memanifestasikan diri dalam