• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Teori Belajar. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep dan Teori Belajar. docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN TEORI BELAJAR

“...it is a mistake to think that the practice of my art has become easy to me. I assure you, dear friend, no one has given so much care to the study of composition as I. There is scarcely a famous master in music whose work I have not frequently and diligently studied” (Wolfgang Amadeus Mozart)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraiam konsep dasar belajar akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran.

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (melihat, mengamati dan memahami sesuatu).

Dapat kita ketahui bahwa indikator belajar ditujukkan dengan perubahan dalam tingkah laku. Dan untuk memantapkan fondasi pemahaman akan belajar, tentu kita perlu mengetahui konsep dan teori belajar.

Atas dasar tersebutlah, penulis membuat makalah ini, kiranya kelak akan menjadi sebuah ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua, khususnya pelaku pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, agar pembahahasan dalam paper ini tetap fokus terhadap pengaruh gaya belajar peserta didik, penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1) Apakah konsep definisi dan arti penting dari belajar? 2) Penjelasan tentang teori pokok belajar

3) Sekilas tentang proses dan fase belajar.

(2)

1 Tujuannya

1) Unuk mengetahui konsep, pengertian dan arti penting belajar; 2) Untuk mengetahui teori pokok belajar;

3) Untuk mengetahui sekilas tentang proses dan fase belajar;

2. Kegunaan

1) Memberikan masukan terhadap peserta didik, pendidik, dan lembaga pendidikan dalam mematangkan konsep dan teori pokok belajar demi tercapai tujuan belajar;

2) Menjadi salah satu sumber bahan bacaan serta rujukan mengenai konsep belajar.

PEMBAHASAN

1.1 Konsep, Definisi dan Arti Penting Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis.

(3)

hafalan, atau pelatihan. Tetapi itu semua tidaklah cukup jika peserta didik tidak memahami hakikat yang ia pelajari atau konsep dari belajar itu sendiri belum matang.

Konsep atau sebuah gagasan yang bermakna mengenai pengertian atau kepamahaman suatu objek sangat penting. Sebagai tenaga pendidik tentu penting untuk memahami tentang konsep belajar dan pembelajaran.

Seperti yang sudah kita ketahui, konsep pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Pengertian tentang belajar sendiri sudah banyak dikemukakan oleh berbagai ahli dari berbagai belahan Negara. Berikut detail tentang pengertian belajar:

 Belajar (Ing: to study) berasal dari kata benda dasar

ajar artinya petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian belajar mempunyai beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

 Skinner seorang pakar teori belajar dalam buku Educational Psychology berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dengan pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah: “… a proces of progressive behaviour adaptation”. Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila belajar diberi penguat (reinforcer).

(4)

bersangkutan. Mungkin inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan everyday learning yang dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.

 Biggs sendiri mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan. Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

 Secara kualitatif, belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dialami siswa. Berdasarkan berbagai pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Belajar merupakan key term yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapatkan tempat yang luas dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.

Di samping itu, peranan penting belajar adalah sebagai bentuk mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia di tengah persaingan antar bangsa lainnya yang lebih dulu maju karena belajar.

1.2 Teori Pokok Belajar

Secara pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.

(5)

mengembangkan teori baru yang berkaitan dengan belajar. Tiga teori pokok belajar itu adalah sebagai berikut:

1. Disiplin Mental

Teori belajar ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen, dan ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif. Dan teori ini masih memberikan pengaruhnya terutama pada pelaksaan pengajaran di sekolah-sekolah. Dalam teori ini menekankan pengembangan kekuatan, kemampuan serta potensi tertentu dari individu.

Teori lain yang merupakan diferensial dari disiplin mental ialah Herbartisme. Herbart ialah seorang psikolog asal Jerman yang menyebut teorinya dengan sebutan Vorstellungen (tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran).

Teori disiplin mental lainnya ialah Naturalis Romantik dari Rosseau. Menurut Jean Jacgues Rousseau anak memiliki potensi\potensi yang masih terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesematan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri.

2. Behaviorisme

Koneksionisme

(6)

percobaan Thorndike yang menggunakan kucing dan stimulus trial & error, ia akhirnya menyusun hukum belajar sebagai berikut:

 Hukum-hukum primair yang terdiri dari:

a. Law of readiness, artinya bahwa kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri dengan alam sekitarnya, yang akan member kepuasan. Apabila tidak memenuhi kesiapan bertindak, maka tidak akan member kesiapan

b. Law of exercise, artinya bahwa pengaruh-pengaruh dari latihan. Maksudnya bahwa suatu hubungan akan menjadi lemah atau hilang apabila tidak ada latihan.

c. Law of effect, artinya bahwa kelakuan yang diikuti dengan pengalaman yang memuaskan cenderung ingin diulang lagi, begitu juga dengan sebaliknya.

 Hukum-hukum secondair, terdiri dari:

a. Law of multiple response, artinya bermacam-macam usaha coba-coba dalam menghadapi situasi yang kompleks maka salah satu dari percobaan itu akan berhasil juga. Disebut juga trial and error.

b. Law of assimilation artinya orang dapat menyesuaikan diri pada situasi baru, asal situasi tersebut ada unsure-unsur yang bersamaan. c. Law of partial activity artinya seseorang dapat bereaksi secara selektif terhadap kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu.

Teori Pembiasaan Klasik

Disebut juga dengan teori “conditioned reflex”. Teori ini dipelopori oleh Ivan Petrovitch Pavlov (1849-1936). Dalam penyelidikannya Pavlov menggunakan anjing sebagai obyek percobaan. Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapatkan kesimpulan bahwa gerakan-gerakan reflex itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan

(7)

conditioned reflex yaitu keluarnya air liur karena menerima/ bereaksi terhadap warna sinar tertentu atau terhadap bunyi tertentu. unconditioned reflex itus adalah merupakan hasil instink dan conditioned reflex sebagai hasil belajar dan bukan instink. Dan dari perconaan yang dilakukan Pavlov berlaku pula terhadap kelakuan manusia yang mekanis karena latihan yang dibiasakan. Misalnya seorang murid yang menganggukkan badannya sewaktu bertemu gurunya di jalan, dan menghormati bendera.

Percobaan lain yang dilakukan oleh Watson adalah tentang perasaan takut pada anak. Dari hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah dan dilatih. Anak percobaan Watson mula-mula tidak takut dengan kelinci dibuat takut dengan kelinci. Kemudian anak itu dibuat tidak takut lagi dengan kelinci. Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialaminnya di dalam kehidupannya.

Teori Pembiasaan Perilaku Respon

(8)

Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang dikenal dengan “Skinner Box”. Peti ini terdiri dari dua komponen yakni: reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan dan manipulandum yang artinya adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannnya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit.

Eksperimen tersebut mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara berlari kesana kemari,mencium benda-benda yang di sekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Tingkah seperti itu disebut “emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu. Kemudian p[ada gilirannya, secara kebetulan salah satu emmited behavior tersebut (sperti cakaran kakidepan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengunkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan.

Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut tingkahg laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan.

Jelas sekali bahwa eksperimen Skinner di atas mirip sekali dengan trial dan error learning yang ditemukan oleh Thorndike. Dalam hal ini, fenomena tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan satisfaction (kepuasaan), sedangkan menurut Skinner, fenomena tersebut melibatkan reinforcement (penguatan)

3. Cognitive (Kognitif)

(9)

Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku yang tampak dapat diukur dan diterangkan tanpa melobatkan proses mental, seperti: motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya.

Meskipun pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristic, tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap aliran behaviorisme. Hanya, menurut para ahli psikilogi kognitif, aliran behaviorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi, sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta seperti berfikir, mempetimbangkan pilihan dalam mengambil keputusan. Selain ini, aliran behaviorisme juga tidak mau tahu urusan ranah rasa.

Dalam psikologi kognitif, balajar pada asasnya adalah peritiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.

Teori belajar kognitif ini sebenarnya lebih menekankan pada belajar, karena belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.

(10)

Sesuai dengan karakteristik matematika maka belajar matematika lebih cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan tingkah laku.

Salah satu teori yang menjadi turunan dari kognitif ialah Teori Gestalt. Teori ini berkembang di Jerman dengan pendirinya yang utama adalah Max Werthaimer. Menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna hunungan anatar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan dan keharmonisan dari sesuatu.

Teori medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan.

Jadi perbedaan pandangan antara pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut :

 Proses atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara ikatan Stimulus, Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitif

 Dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya misalnya belajar meniru sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa. Peranan ranah cipta siswa tidak begitu menonjol, meskipun sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada pada diri orang itu sendiri

1.3. Sekilas Proses dan Fase Belajar

Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kea rah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

Karena belajar itu merupakan aktifitas berproses tentu terdapat perunahan bertahap atau yang biasa disebut dengan fase. Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow, 1985), dalam proses berlajar, siswa menempuh tiga fase yaitu:

1. Fase Informasi ( tahap penerimaan materi)

Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.

(11)

Setelah melalui proses penerimaan informasi, maka akan dilakukan analisi, pengubahan atau transformasi menjadi bentuk abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Terkadang peserta didik membutuhkan bimbingan tenaga pendidik dalam fase transformasi ini.

3. Fase Evaluasi (tahap penilaian materi)

Dalam fase ini peserta didik akan menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala lain atau sebagai sebuah pemecahan masalah yang dihadapi.

Sementara menurut Wittig dalam bukuny Psychology of Learning, tahaan belajar mencakup Acquisition (penerimaan informasi), storage (penyimpanan informasi), dan retrieval (mendapatkan kembali informasi).

(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Belajar merupakan key term yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.

Di samping itu, peranan penting belajar adalah sebagai bentuk

mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia di tengah persaingan antar bangsa lainnya yang lebih dulu maju karena belajar

Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar

Teori pokok belajar terdiri dari tiga, yaitu disiplin mental, behaviorisme, dan kognitif. Dan fase belajar terdiri dari fase informasi, fase transformasi, dan fase evaluasi. Sementara Wittig menyebutnya dengan Aqcuisition, Storage, dan Retrieval.

2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk pendidik sebaiknya lebih memahami arti penting dan teori pokok dari belajar, agar ada pendidik dapat mendampingi serta mebimbing secara efektif.

2. Tenaga pendidik hendaknya dapat memantau serta membimbing peserta didik selama fase belajar.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003

2. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006

3. Jurnal Konsep Dasar Pembelajaran, Dr. Deni Darmawan, M.Pd

4. https://andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-belajar-2/

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa teknik Make a Match adalah suatu model pembelajaran dalam pembelajaranya siswa mencari pasangan dari kartu

Belajar menurut teori kognitif adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif

Hasil analisis data dapat diperoleh Terdapat pengaruh Fashion Clothing Involvement secara positif dan signifikan terhadap Recreational Shopper Identity Fakultas Ekonomi dan

Pada Mononchus, letak gigi dorsal dibagian anterior, sedangkan gigi subventral tersusun menjadi dua lapisan yang terletak membujur di sisi rongga mulut, ukuran gigi dorsal lebih

mulai dari kebiasaan, tatacara, sampai adat. Perilaku tak bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial dikarenakan pelanggaran terhadap rambu-rambu

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang 

Didalam situasi tertentu, apabila para siswa sudah memiliki disiplin ilmu tinggi dalam belajar, latar belakang pengalaman belajar sera pola belajar yang cukup

Yang menggunakan model modified jones (jones modifikasi) yang dikembangkan oleh Dechow (1995) model ini dipilih karena dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik