• Tidak ada hasil yang ditemukan

spesifikasi teknis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "spesifikasi teknis"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN TEKNIS

PEKERJAAN

PENGADAAN DAN PEMASANGAN

AFL (AIRFIELD LIGHTING SYSTEM) DAN

PERALATAN PENDUKUNG 1 PAKET

TAHUN ANGGARAN 2015

DIREKTORAT BANDAR UDARA

(2)
(3)

1

P E D O M A N T E K N I S

Pekerjaan : Pengadaan dan Pemasangan AFL (Airfield Lighting System) dan Peralatan Pendukung 1 Paket

Lokasi : Direktorat Bandar Udara Tahun Anggaran : 2015

P a s a l 1 U M U M 1.1 Airfield Lighting System (AFL)

1. Airfield Lighting System (AFL) merupakan alat bantu pendaratan visual yang berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi (jalan menuju apron) agar dapat bergerak secara efisien dan aman. Fasilitas AFL diperlukan tidak hanya karena cahaya atau penerangan yang dipancarkannya, melainkan lebih pada isyarat dan informasi yang diberikan, karena itu AFL diperlukan tidak hanya pada malam hari tapi juga pada siang hari dalam cuaca buruk atau atas permintaan penerbang;

2. Keberadaan dan kondisi operasional yang baik dari peralatan AFL sangat dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas / kelangsungan operasi seluruh fasilitas visual aids yang ada di bandara. Sebagai alat Bantu pendaratan visual peralatan AFL meliputi : Runway Edge Light, Threshold Light, Approach Light, Sequence Flashing Light, Taxi/Apron light, RTIL, WDI, Rotating Beacon dan Signal;

3. Bandar Udara Japura – Rengat, Babo – Papua Barat, Buli Maba – Halmahera Timur dan H. Hasan Aroeboesman – Ende sebagai bandara harus dipasang peralatan AFL, untuk menunjang kelangsungan operasi keselamatan penerbangan di bandara terutama terhadap perkembangan lalu-lintas penerbangan yang terus meningkat, maka untuk mengantisipasi hal tersebut pada DIPA TA. 2015 Satuan Kerja Direktorat Bandar Udara dilaksanakan pekerjaan pengadaan dan pemasangan AFL (Airfield Lighting System) di bandar udara tersebut.

1.2 Genset

1. Power supply listrik merupakan fasilitas penunjang utama yang sangat diperlukan terhadap terjamin dan ketersediaannya sumber catu daya listrik untuk operasional seluruh peralatan elektronika dan listrik penerbangan seperti ; telekomunikasi, navigasi, pengamanan dan peralatan penunjang lain;

2. Keberadaan dan kondisi operasional yang baik dari power supply listrik amat sangat dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas / kelangsungan operasi seluruh fasilitas yang ada di bandara. Sebagai media supply catu daya listrik dibutuhkan standby genset, media penghantar (power cable) dan media pembagian supply dalam hal ini panel distribusi;

(4)

2 peralatan priority lainnya di Bandar Udara Japura – Rengat, Babo – Papua Barat dan Buli Maba – Halmahera Timur diperlukan pengadaan/penambahan peralatan pendukung yaitu : Genset 100 kVA sebagai back up catu daya PLN.

1.3 Power Quality

1. Power Quality untuk selanjutnya di sebut UPS adalah sistem catu daya listrik yang dapat memberikan tenaga listrik secara independen dalam jangka waktu tertentu tanpa harus adanya sumber catu daya primer atau sekunder atau sumber catu daya tersebut sedang dalam gangguan.

Selain fungsi seperti tersebut diatas UPS sangat diperlukan terutama untuk memperbaiki mutu catu daya listrik atau lazim disebut power quality dan merupakan peralatan yang sangat baik dalam mengatasi masalah power quality. Penurunan kualitas mutu catu daya listrik dapat menyebabkan kerusakan peralatan seperti peralatan Airfield Lighting dan peralatan Navigasi / Komunikasi khususnya dan mutu catu daya listrik yang baik akan menjaga performance serta memperpanjang life time peralatan;

2. Untuk memperbaiki / mengantisipasi kendala-kendala catu daya listrik tersebut diatas di Bandar Udara H. Hasan Aroeboesman – Ende pada DIPA tahun 2015 ini terdapat aktifitas “Pengadaan dan pemasangan Power Quality 80 kVA 1 (Satu) Unit”;

3. Supply catu daya listrik merupakan fasilitas utama yang sangat diperlukan terhadap operasional seluruh peralatan fasilitas elektronika dan Listrik penerbangan dan peralatan lain seperti ; Telekomunikasi, Navigasi, Radar, peralatan pengamanan, elektronika bandara dan peralatan penunjang lain; 4. Keberadaan dan kondisi operasional yang baik dari supply catu daya listrik

amat sangat dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas / kelangsungan operasi seluruh fasilitas yang ada di bandara khususnya beban teknikal. Mutu / kualitas supply catu daya listrik yang handal dapat diperoleh dari peralatan yang disebut UPS. Uninterruptible Power Supply (UPS) atau disebut juga sebagai catu daya tak terputus merupakan alternatif terbaik dalam mengatasi problema kontinuitas dan kehandalan catu daya listrik;

1.4 Maksud dan Tujuan

Pedoman Teknis ini merupakan rencana kerja dan syarat-syarat teknis pekerjaan, sebagai satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan dokumen lelang. RKS ini dapat dijadikan sebagai pedoman teknis dalam pelaksanaan pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan AFL (Airfield Lighting System) dan Peralatan Pendukung 1 Paket.

Maksud dari lelang pekerjaan ini adalah untuk melaksanakan pekerjaan “ Pengadaan dan Pemasangan AFL (Airfield Lighting System) dan Peralatan Pendukung 1 Paket “ sesuai dengan Bill of Quantity (BoQ);

Sedangkan tujuan dari lelang pekerjaan “ Pengadaan dan Pemasangan AFL (Airfield Lighting System) dan Peralatan Pendukung 1 Paket “ adalah untuk menyediakan peralatan bantu pendaratan visual dan meningkatkan kapasitas serta kualitas catu

(5)

3 daya listrik yang handal guna mendukung operasi peralatan bantu pendaratan visual yang akan dipasang di Bandar Udara Japura – Rengat, Babo – Papua Barat, Buli Maba – Halmahera Timur dan H. Hasan Aroeboesman - Ende, selanjutnya diharapkan akan meningkatkan pelayanan kontinuitas operasional penerbangan.

1.5 Dalam melaksanakan pekerjaan ini Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua

tenaga kerja dan lingkungan kerja atas : a. Keselamatan.

b. Keamanan. c. Ketertiban. d. Kebersihan.

e. Dan kerusakan akibat pekerjaan ini.

1.6 Ruang Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan AFL (Airfield Lighting System) dan Peralatan Pendukung 1 Paket tersebut diatas akan dilakukan secara bertahap meliputi :

a. Pekerjaan persiapan

b. Pekerjan pengadaan material

c. Pekerjaan pengadaan penunjang instalasi d. Pemasangan/instalasi peralatan

(6)

4

P a s a l 2

PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS 2.1. PERATURAN

2.1.1. Standar dan Pedoman Nasional

a. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

b. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard CASR – Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes) c. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor :

SKEP/114/VI/2002 tentang Standar Gambar Instalasi Sistem Penerangan Bandar Udara (Airfield Lighting System)

d. Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL) e. Standar Nasional Indonesia (SNI)

f. Standard Industri Indonesia (SII) g. Standard PLN (SPLN)

h. Peraturan Keselamatan Tenaga Kerja (DEPNAKER RI).

2.1.2. Standar dan Pedoman Internasional

a. International Civil Aviation Organization (ICAO) Annexes 14 Volume I Aerodrome Design and Operation

b. Federal Aviation Administration (FAA)

c. Standard International atau standard negeri asal barang yang sudah disetujui oleh Direksi seperti :

1) JIS : Japan Industrial Standards 2) VDE : Verban der Elektrotechnik 3) NEC : Nippon Electric Company

4) DIN : Deutsches Institut Fur Normung

5) NEMA : National Electrical Manufacturers Association 6) IEC : International Electrotechnical Commission

(7)

5

2.2. SYARAT-SYARAT TEKNIS

2.2.1. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

2.2.1.1 Pelaksana pekerjaan wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan persyaratan-persyaratan teknis, spesifikasi teknis dan ketentuan-ketentuan lain

2.2.1.2 Setiap Peralatan yang diadakan harus diperlengkapi dengan technical data, dan dilengkapi dengan manual book pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan catalog suku cadang.

2.2.1.3 Setiap Peralatan yang diadakan harus mempunyai purna jual yang baik dan dari beberapa merk yang sudah teruji, mudah dalam perawatan dan kebutuhan suku cadang terutama untuk di daerah tersebut diatas.

2.2.1.4 Setiap Peralatan yang diadakan harus asli produksi dimana seluruh peralatan yang dirangkai tersebut dibuat tidak diperbolehkan under lisensi dan dari tahun produksi terbaru. Bukti keaslian peralatan dengan melampirkan sertifikat kualiti control (Quality Control Certificate) serta harus diperlengkapi dengan sertifikat asli (original sertificate) yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat (diperlihatkan dan di serahkan ke owner pada saat dilakukan site acceptance test). 2.2.1.5 Garansi

Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan mengalami kegagalan dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan didalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat, setelah mengalami pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui oleh Pengawas.

2.2.2. SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS

2.2.2.1 Persyaratan Pemasangan Kabel dan Kawat. a. Kawat dan Kabel

1) Persyaratan harus dapat dipakai untuk semua kabel daya listrik dan kawat serta pemasangan yang diperlukan dibawah kontrak ini, kecuali ada penambahan yang ditentukan secara khusus atau dinyatakan pada kegiatan lain.

2) Persyaratan standar kabel harus memenuhi kententuan PUIL, SNI dan SPLN.

3) Gulungan dan rel/kabel drum (coil dan reel), Semua kabel dan kawat harus dikirim ke lokasi dengan gulungan standar

(8)

6 yang dibubuhi label panjang, ukuran kawat, tipe isolasi dan pabrik pembuat.

4) Penandaan (marking), nama atau simbol pabrik, bulan dan tahun pembuatan serta logo pengujian laboratorium (PPMK) harus tercantum pada permukaan lingkaran luar kabel. b. Pemasangan kabel dan kawat :

1) Kabel atau kawat harus dipasang didalam pipa konduit, rak kabel, tray kabel atau kabel pit.

2) Kontraktor harus hati-hati dalam bekerja untuk mencegah kerusakan isolasi konduktor atau lapisannya.

3) Semua jalur kabel yang dipasang di dalam bangunan tidak boleh ada sambungan ke panel atau terminal peralatan, sambungan melalui kotak tarik (pull box) kecuali sebagai berikut : bila tap dan sambungan diperlukan dan disetujui Direksi harus dibuat didalam pull box yang sudah disetujui dan menggunakan konektor yang sesuai.

4) Semua sambungan kabel dan kawat harus dikerjakan didalam kotak tarik (pull box), kotak sambung (junction box), manhole atau handhole.

5) Kabel dan kawat dari sistem yang berbeda harus dipasang sebagai berikut :

a) Pengawatan untuk penerangan harus dipasang didalam pipa PVC konduit.

b) Kabel dan kawat untuk sistem signal atau sistem radio tidak boleh ditampung dalam satu tempat yang sama dengan penerangan atau sistem daya (power system). c) Semua kabel tegangan menengah harus terpisah dari

kabel yang lainnya.

6) Semua terminal kabel dan sambungan harus dikerjakan sebagai berikut

(9)

7 a) Harus aman, menggunakan pressure type konektor yang

tidak disolder jika tidak ditentukan lain.

b) Bila ditentukan sambungan yang disolder, sambungan kabel sebelum disolder harus kuat secara mekanik : solder harus digunakan sacara hati-hati dan tanpa menggunakan larutan asam (acid) dan diibungkus dengan pita isolasi plastik dengan cara yang disetujui untuk tegangan sirkuit.

c) Semua sambungan kabel tegangan menengah, koneksi dan terminal harus menggunakan sambungan dan termination kit yang disetujui yang berisi material koneksi dan isolasi yang dibuat oleh pabrik kabel.

7) Kontraktor harus melengkapi dan memasang semua penggantung (hanger), klem kabel dan penahan (support) yang diperlukan supaya rapi dan kuat.

c. Identifikasi :

1) Setiap kabel yang sudah lengkap dipasang secara permanen harus terikat pada masing-masing ujungnya dan pada posisi ditengah-tengah jika dianggap perlu oleh direksi, plat metal anti karat yang digraveer atau di stamp, identifikasi nomor kabel, tegangan, rating, ukuran konduktor dan tahun pembuatan.

2) Identifikasi nomor kabel harus sesuai dengan skedul kabel yang dipersiapkan kontraktor sesuai dengan kabel yang dipasang.

3) Skedul kabel tersebut harus menunjukkkan nomor kabel, ukuran konduktor, terminasi dan koneksi pada setiap ujung dan route kabel.

Bila kabel melewati dinding luar bangunan dan lubang kabel dibawah lantai harus terisi penuh dengan material pelapis yang tahan air dan tidak mudah terbakar.

(10)

8 d. Pemasangan didalam pipa conduit :

1) Tidak boleh ada kabel atau kawat yang dipasang didalam pipa konduit sebelum konduitnya dibersihkan.

2) Jumlah luas penampang kabel atau kawat yang dipasang didalam pipa konduit tidak boleh kurang dari 30% luas penampang konduit.

3) Panjang ujung konduktor sekurang-kurangnya 15 cm harus lebih pada masing-masing titik outlet dan switch untuk penyambungan atau koneksi ke peralatan.

4) Semua kabel dan kawat harus dipasang dengan baik didalam kotak tarik (pull box), kotak sambung (junction box), kabel pit, manhole dan handhole.

5) Kabel dan kawat untuk sistem power dan penerangan harus didalam konduit yang terpisah dari kabel komunikasi dan sistem sinyal.

e. Pemasangan didalam saluran dibawah lantai (cable floor duct). 1) Semua kabel harus di support di dalam floor duct

menggunakan kayu atau klem plastic yang dipasang dengan jarak interval tidak kurang dari 50 cm.

2) Semua kabel harus dipasang berbaris dan rapi.

3) Bila kabel melewati tutup metal cable trench, maka harus ada ruang/jarak diantara kabel dan tutup cable trench. f. Pemasangan diatas kabel tray atau kabel rak.

1) Sambungan kabel dan isolasi dibuat dengan cara yang disetujui dalam kabel tray atau rak.

2) Kabel harus dikencangkan dengan aman terutama pada kabel tray yang melintang.

3) Bila kabel single konduktor terdiri dari sirkuit phasa atau netral yang dihubungkan paralel, maka konduktor harus dipasang dalam group yang terdiri dari satu atau lebih dari

(11)

9 satu reaktansi dan single konduktor harus diikat dengan aman dalam grup sirkuitnya untuk mencegah berlebihnya pergerakan arus gangguan magnit.

g. Pemasangan kabel dibawah tanah.

Kabel yang ditanam dibawah tanah harus dipasang didalam parit (trench) dengan kedalaman tidak kurang dari 80 cm. Parit harus dipersiapkan dengan membuang semua debu, sisa arang, sampah, puing, batu atau material lain yang dapat melukai lapisan kabel. Dasar parit harus ditutup dengan pasir setebal 5 cm sebelum peletakan kabel, dan ditutup dengan 10 cm pasir setelah peletakan kabel lalu dipadatkan. Kabel juga harus diproteksi dengan batu bata/concrete block dengan overlap kabel 5-10 cm pada kedua sisi. Tanda kabel (cable marker) yang terbuat dari beton harus dipasang diatas tanah dan diatas kabel yang ditanam.

Pengukuran tahanan isolasi. Kabel sebelum ditarik, harus ditest dahulu tahanan isolasinya dengan menggunakan Megger 500/1000 Volt. Besarnya tahanan isolasi minimum yang diperkenankan sesuai standar.

2.2.2.2 Instalasi Terminal Box

a. Semua pembuatan terminal box, terbuat dari besi plat dengan tebal minimum 2 mm, yang dimana perlu harus diperkuat dengan penulangan-penulangan besi profil, berpintu yang diperlengkapi dengan kunci dan dicat dengan cat bakar warna abu-abu Hammertex/Cricle atau gloss.

b. Semua komponen-komponen yang dipakai untuk terminal box harus komponen-komponen yang berkualitas baik, kuat, teruji sesuai dengan standard International tentang peralatan dan bahan-bahan listrik yang berlaku. Penggunaan komponen-komponen tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat persetujuan Direksi.

(12)

10 c. Semua incoming dan oitgoing dari terminal box harus diperlengkapi dengan terminal cable, wartel cable (meessing atau bakelite), yang besarnya disesuaikan dengan ukuran kabel. d. Pemakaian baut-baut tidak diperkenankan menggunakan baut

seng.

e. Semua terminal box, earth bush bar serta bodynya harus dihubungkan dengan elektroda tanah yang menggunakan kawat BC.

2.2.2.3 Galian Tanah

Ukuran type galian tanah untuk penanaman ground cable disesuaikan dengan jumlah jalur kabel yang ditanam, dengan ketentuan sebagai berikut :

JUMLAH JALUR CABEL TYPE GALIAN TANAH 1 s/d 5 CT Size 1 6 s/d 10 CT Size 2 11 s/d 14 CT Size 3 15 s/d 16 CT Size 4 17 s/d 20 CT Size 5

Detail ukuran galian tanah dan ketentuan lainnya dapat dilihat pada gambar nomor : ST.01.01/01/01.

Penanaman ground cable yang memotong parit, jalan mobil. ground cable lain dan pipa air, maka galian tanah dibuat dengan kedalaman 100 cm, lebar bagian bawah dan lebar bagian atas disesuaikan dengan ketentuan di atas.

Khusus untuk penanaman ground cable yang memotong pariit atau jalan mobil, maka pada lubang galian harus dipasang pipa galvanized

 2,5” atau lebih besar sebagai pipa pelindung kabel. 2.2.2.4 Urugan Pasir.

Penanaman cable dalam lubang galian harrus disertai dengan penimbunan pasir urug setebal 10 cm dibawah dan 10 cm diatas tarikan kabel.

2.2.2.5 Pemasangan Batu Bata.

Sebelum galian ditimbun tanah kembali, terlebih dahulu diatas timbunan pasir sepanjang seluruh galian kabel, harus dipasangkan

(13)

11 batu bata yang dipasang dengan jumlah batu bata sesuai dengan daftar pada gambar nomor : ST.01.01/01/01.

Batu bata dapat diganti dengan bahan lain yang lebih baik, disesuaikan dengan material yang tersedia dilokasi, dengan mutu minimal sama dengan batu bata.

2.2.2.6 Pelindung Kabel Terhadap Petir.

Pelindung kabel terhadap petir menggunakan BC 50 yang digelar, sepanjang galian kabel diatas batu bata pelindung.

Pada setiap jarak maksimum 300 m, BC 50 ini dihubungkan dengan sebuah elektroda tanah yang terbuat dari batang tembaga atau pipa galvanis sepanjang minimum 1.2 m, sesuai kondisi tanah setempat. 2.2.2.7 Urugan Tanah Dan Penyempurnaan Bekas Galian :

a. Tanah urugan harus dipadatkan sesuai dengan kepadatan tanah semula.

b. Untuk galian yang melalui jalan mobil, maka setelah tanah dipadatkan, harus dibuat konstruksi jalan diatasnya dan diaspal sehingga dicapai kembali keadan seperti semula.

2.2.2.8 Pemasangan Patok Tanda Kabel.

a. Sepanjang route penanaman kabel harus dipasangkan patok-patok tanda kabel, yang dibuat dari beton cor 1:2:3 dengan ukuran 10x10x60 cm ang ditanamkan sedalam 45 cm. Khusus untuk tanda kabel yang dipasang didaerah shoulder, maka pemasangan tidak boleh menonjol sehingga bentuknya disesuaikan dengan persyaratan tersebut diatas.

b. Tanda-tanda kabel tersebut dipasang pada route galian cable dengan jarak 60 meter satu dengan yang lain, atau pada tempat-tempat dimana kabel berbelok, serta pada tempat sambungan kabel.

c. Tanda-tanda kabel mana harus bertuliskan yang sesuai dengan keperluannya (TR, TM, SAMBUNGAN dan sebagainya, sesuai gambar ST.01.01/01/01).

2.2.2.9 Penarikan Dan Penyambungan Ground Cable :

a. Penarikan kabel harus dilaksanakan sewajar mungkin (tidak diperkenankan terjadi dimana kabel tergelar dalam keadaan menegang).

b. Pada waktu penarikan kabel, harus diusahakan agar kabel jangan sampai knik atau terpuntir.

(14)

12 c. Pada gelaran kabel yang membelok, maka belokan harus

dibuat dengan radius minimum sebesar 20 x diameter kabel. d. Pada tempat-tempat dimana terdapat sambungan kabel yaitu

sambungan antara kabel dengan kabel atau kabel dengan panel, maka harus dibuat sling kabel, minimum sebanyak 2 putaran dengan radius minimum 20 x dameter kabel.

e. Penanaman kabel lebih dari satu saluran dalam sebuah galian, tidak diperkenankan memasangnya dengan tumpang tindih. f. Pemasangan kabel harus diatur sejajar dengan jarak satu

dengan yang lainnya seperti tampak pada gambar No. ST.01.01/01/01.

g. Semua sambungan ground cable harus menggunakan mof dan bahan resin sebagai bahan pengecornya. Bahan resin mana harus dipilih yang sesuai dengan tegangan kerja kabel yang akan disambung dan besarnya mof yang dipergunakan disesuaikan dengan besarnya ukuran kabel.

h. Penggunaan bahan pengecor resin harus dikonsultasikan dengan dan atas persetujuan direksi.

i. Semua sambungan kabel, antara kabel dengan terminal atau antara kabel dengan peralatannya, harus menggunakan cable schoen yang besarnya sesuai dengan ukuran kabel.

2.2.2.10 Pengukuran Tahanan Isolasi :

a. Kabel sebelum ditarik, harus ditest dahulu tahanan isolasinya dengan menggunakan Megger 1000 Volt. Besarnya tahanan isolasi minimum yang diperkenankan adalah 20 Mega Ohm. b. Setelah penarikan kabel selesai, maka sebelum urugan pasir

dilaksanakan, gelaran kabel diatas galian harus diukur kembali besarnya tahanan isolasinya dengan cara–cara pengukuran dan besarnya tahanan isolasi yang diperkenankan seperti tersebut diatas.

2.2.2.11 Standard Instalasi System Pentanahan a. Elektroda tanah.

Dalam melaksanakan pembuatan sistem pentanahan/elektroda tanah, maka sistem yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi tanahnya.

Jenis-jenis elektroda tanah yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

(15)

13 1) Elektroda tanah dibuat dari galvanized steel pipe  2” dengan kawat BC 50 mm didalamnya dan dengan menggunakan kawat BC minimum  35 mm2 sebagai hantaran penyambungannya. Panjang penanaman elektroda tanah adalah sedemikian rupa sehingga didapat tahanan tanah sekecil mungkin ( 0- 2 ohm), (untuk tanah biasa/pertanian).

2) Elektroda tanah dibuat dari copper/galvanized steel rod min.  5/8”. Panjang penanaman elektroda tanah adalah sedemikian rupa sehingga didalam tahanan tanah sekecil mungkin ( 0 – 2 ohm ). (untuk tanah bercampur batu-batu kecil).

3) Elektroda tanah terbuat dari plat tembaga/kuningan ukuran 100 x 50 x 0,3 cm dilengkapi dengan bahan pengisi disekitar plat yang berupa arang atau bahan kimia yang sesuai sehingga diperoleh tahanan pentanahan sekecil mungkin ( 0 – 2 ohm ), (untuk tanah berkapur/berbatuan). 4) Sistem pentanahan counter poise dengan menggunakan 4 jalur kawat BC 50 mm2, yang satu sama lainnya bersudut 90 dengan panjang tiap jalur 10 m, ditanam langsung pada permukaan tanah sedalam 30 cm, (untuk tanah kering berpasir)

Detail pembuatan dan pemasangan elektroda tanah arde, seperti tertera pada gambar nomor : PS.04.01/01/02. b. Sistem pentanahan di ruang genset/panel/CCR.

1) Sistem pentanahan utama di dalam ruang genset/panel/CCR dibuat di sepanjang cable duct dengan menggunakan BC 50 atau hot galvanized steel plate 24 x 4 mm2.

2) Apabila menggunakan BC 50, kawat BC 50 ini dipasang tegang dengan menggunakan turn buckle  8 mm, sedangkan apabila menggunakan hot galvanized steel plate, maka steel plate tersebut dipasang/diikat dengan baut pada pemegang yang terbuat dari besi plat yang diangker pada dinding cable duct.

3) Sistem pentanahan utama dalam gedung tersebut dihubungkan dengan satu atau lebih elektroda tanah yang dipasang diluar gedung.

4) Setiap peralatan listrik yang berada di dalam bangunan (genset, panel, CCR, trafo dan lain-lain) harus dihubungkan dengan system pentanahan utama dengan

(16)

14 menggunakan kawat BC 50 mm2 atau lebih kecil, sesuai dengan peralatan yang ditanahkan.

5) Ketentuan seperti tersebut diatas berlaku terhadap semua barang yang terbuat dari metal yang tidak bertegangan (pintu, tutup cable duct, jalusi dan lain-lain) dan berada di dalam ruang trafo/ruang tegangan menengah/tegangan tinggi.

c. Pelindung kabel terhadap petir.

Pelindung kabel terhadap petir menggunakan BC 50 yang digelar, sepanjang galian kabel diatas batu bata pelindung. Pada setiap jarak maksimum 12 m, BC 50 ini dihubungkan dengan sebuah elektroda tanah yang terbuat dari batang tembaga atau pipa galvanis sepanjang minimum 1.2 m, sesuai kondisi tanah setempat.

2.2.2.12 Urugan tanah dan penyempurnaan bekas galian.

Tanah urugan harus dipadatkan sesuai dengan kepadatan tanah semula.

Untuk galian yang melalui jalan mobil, maka setelah tanah dipadatkan, harus dibuat konstruksi jalan diatasnya dan diaspal sehingga dicapai kembali keadan seperti semula.

2.2.2.13 Merk yang diperkenankan :

1) Kecuali disebutkan lain, semua pengunaan/pengadaan ground cable harus menggunakan ground cable buatan dalam negeri yang diakui dan disyahkan oleh PLN/LMK dan Perumtel.

2) Penyimpanan dari penggunaan gound cable tersebut diatas harus mendapat persetujuan Direksi.

2.2.2.14 Instalasi Runway Edge Light

a. Pengukuran tempat kedudukan light fixture.

1) Pengukuran jarak dan pematokan untuk menentukan tempat kedudukan light fixture dari satu titik lampu ke titik lampu lainnya dengan jarak max 60 m dan dari titik lampu ke runway edge marking dengan jarak max. 3 meter.

2) Bila terpaksa, dapat diadakan perubahan terhadap Jarak-jarak tersebut sesuai dengan keadaan runway di lapangan atas petunjuk dan seizin Direksi.

3) Untuk mendapatkan ketelitian yang sempurna, pelaksanaan pengukuran dan penentuan tempat kedudukan light fixture

(17)

15 tersebut harus menggunakan high precision theodolite dan peralatan ukur lainnya yang khusus untuk pekerjaan ini. b. Pembuatan bak trafo, prefab concrete block dan Pondasi anchor

stake / base plate.

1) Bak trafo, prefab concrete block dan pondasi anchor stake/base plate terbuat dari beton cor 1 : 2 : 3, dengan bentuk dan ukuran seperti tampak pada gambar VA.10.02 dan VA.10.03. (light fixture yang menggunakan anchor stake/base plate), sedangkan tutup bak trafonya terbuat dari beton bertulang 1:2:3.

2) Anchor stake / base plate dipasang pada titik yang telah ditentukan seperti tersebut pada butir 1 diatas. 3) Pemasangan prefab concrete block dilaksanakan setelah

isolating transformer terpasang dan secondary cablenya tertahan pada dudukannya di sleeve anchor stake/base plate, selanjutnya lubang pada prefab concrete block dicor dengan campuran semen pasir 1 : 5, sehingga sleeve anchor stake tersebut terikat kuat pada prefab concrete block.

c. Pemasangan dan penyambungan series cable

1) Series cable 1x6 Sqmm 3/6 KV yang digunakan untuk memberikan catu daya listrik kepada seluruh Runway Light ditarik dari 2 (dua) CCR (Constant Current Regulator) yang berada di dalam Gedung CCR, sebagai catu daya 2 (dua) sirkuit R/W light tersebut.

2) Masing-masing sirkuit memberikan catu daya listrik kepada lampu-lampu runway melalui isolating transformer secara series berselang seling, dengan memperhatikan pembagian bebannya agar sama dan diatur sedemikian sehingga pada setiap pasang lampu R/W yang berseberangan disambungkan dengan sirkuit yang sama, sehingga apabila satu sirkuit mati, maka jarak antara lampu yang hidup akan menjadi sama, yakni 120 meter dan simetris terhadap as Runway.

d. Pemasangan dan penyambungan Isolating Transformer.

1) Isolating Transformer dipasang/diletakkan didalam bak trafo. Penyambungan secondary cablenya dengan two core cable with plug harus benar-benar rapat, menggunakan silicone grease sebagai sealnya dan selanjutnya diisolasi dengan pita isolasi plastik yang sesuai tumpang separuh sebanyak dua lapis.

(18)

16 2) Primary cablenya disambung dengan sirkuit kabel series langsung atau melalui mating conductor, sesuai dengan jenis isolating transformernya.

3) Bila melalui Connector kit, penyambungannya dengan Connector kit dilaksanakan dengan cara yang sama seperti penyambungan dengan two core cable with plug lengkap dengan silicon grease dan plastic insulation.

4) Selanjutnya Connector kit tersebut disambung dengan sirkuit kabel series menggunakan double joint splicing kit yang dicor dengan resin atau single joint splicing kit yang sesuai.

5) Cara yang sama dilaksanakan pada penyambungan langsung antara primary cable isolating transformer dengan sirkuit kabel series.

e. Pemasangan dan penyetelan Breakable Coupling dan Light Fixture.

1) Breakable coupling dipasang pada sleeve anchor stake dengan menggunakan kunci pas (open spanner) khusus yang tersedia. Sebelum dipasang, drat pada sleeve anchor stake tersebut harus dibersihkan dan diperbesar dengan tap 2" dan diberi grease secukupnya.

2) Two core cable with plug disambung dengan secondary cable isolating transformer dengan cara-cara seperti telah dijelaskan pada butir 4 diatas.

3) Light fixture dipasang pada breakable coupling, selanjutnya disetel kerataannya/levelnya dengan menggunakan instrumen khusus (levelling plate) sesuai dengan type light fixturenya. Cara-cara pemasangannya adalah seperti tampak pada gambar VA.13.03.

2.2.2.15 Instalasi Threshold Light Pada Precision Approach Atau Non Precision.

a. Pembuatan bak trafo, prefab concrete block dan pondasi anchor stake / base plate.

1) Bak trafo untuk T/H light ini dibuat diluar R/W edge light dan berjumlah 2 buah, masing- masing 1 buah untuk setiap sisi R/W.

Bak Trafo ini harus dapat menampung seluruh isolating transformer pada setiap group lampu-lampu T/H dan wing bar. Dari setiap bak trafo ini ditarik secondary cable ke masing-masing T/H light dan wing bar dengan menggunakan pipa pelindung.

(19)

17 2) Prefab concrete block dan pondasi anchor sta ke/base plate terbuat dari beton cor 1:2:3 (light fixture yang menggunakan anchor stake atau light fixture yang menggunakan base plate), sedangkan tutup bak trafonya terbuat dari beton bertulang 1:2:3.

3) Anchor stake/base plate dipasang pada titik yang telah ditentukan seperti tersebut pada butir 1 diatas.

4) Pemasangan prefab concrete block dilaksanakan setelah secondary cable terpasang pada dudukannya di sleeve anchor stake/base plate, selanjutnya lubang pada prefab concrete block dicor dengan campuran semen pasir 1 : 5, sehingga sleeve anchor stake tersebut terikat kuat pada prefab concrete block.

5) Untuk konfigurasi T/H light yang menggunakan flush mounted T/H light, maka pondasi lampu jenis ini terbuat dari beton cor 1:2:3 perletakan light fixture pada pondasi harus mempergunakan seal khusus yang sesuai untuk jenis lampu ini. Pondasi dan jalur pipa pelindung secondary cable harus dibuat sedemikian sehingga tidak dimungkinkan adanya genangan air pada kedudukan flush mounted T/H light.

6) Antara bak trafo satu dengan lainnya dipasang pipa galvanis 4" sebagai pelindung kabel series untuk supply R/W light dan T/H light yang menyeberangi/overun R/W, serta secondary cable dari masing-masing bak trafo menuju ke tiap-tiap lampu yang bersangkutan

b. Pemasangan dan penyetelan Breakable Coupling dan light fixture.

1) Breakable coupling dipasang pada sleve anchor stake dengan menggunakan kunci pas (open span ner) khusus yang tersedia. Sebelum dipasang, drat pada sleeve anchor stake tersebut harus di bersihkan dan diperbesar dengan tap 2" dan diberi grease secukupnya.

2) Elevated light fixture threshold light dipasang pada breakable coupling dengan memperhatikan posisi lensanya agar sesuai arahnya terhadap runway dan dapat berfungsi pula sebagai R/W end light. Selanjutnya disetel kerataannya/levelnya dengan menggunakan instrumen khusus (levelling plate) sesuai dengan type light fixturenya. 3) Flush mounted T/H light dipasang pada pondasi dengan

menggunakan seal khusus sehingga kedap air dan pemasangannya memperhatikan posisi lensa disesuaikan dengan arah R/W, dan disetel kerataanya dengan alat yang khusus untuk keperluan ini.

(20)

18 2.2.2.16 Instalasi Taxiway Light, Apron Light, Dan Turning Light.

a. Pembuatan bak trafo, prefab concrete block dan pondasi anchor stake / base plate.

1) Bak trafo, prefab concrete block dan pondasi anchor stake/base plate terbuat dari beton 1:2:3, dengan bentuk dan ukuran seperti tampak pada gambar VA13.03 dan VA.25.01 (light fixture yang menggunakan anchor stake/base plate, sedangkan tutup bak trafonya terbuat dari beton bertulang 1: 2 : 3.

2) Anchor take / base plate dipasang pada titik yang telah ditentukan seperti ter sebut pada butir 1 diatas.

3) Pemasangan prefab concrete block dilaksanakan setelah isolating transformer terpasang dan secondary cablenya terpasang pada dudukannya di sleeve anchor stake/base plate, selanjutnya lubang pada prefab concrete block dicor dengan campuran semenpasir 1 : 5, sehingga sleeve anchor stake ersebut terikat kuat pada prefab concrete block. b. Pemasangan dan penyetelan Breakable Coupling dan light

fixture.

1) Breakable coupling dipasang pada sleve anchor stake dengan menggunakan kunci pas (openspanner) khusus yang tersedia. Sebelum dipasang, drat pada sleeve anchor stake tersebut harus dibersihkan dan diperbesar dengan tap 2" dan diberi grease secukupnya.

2) Two core cable with plug disambung dengan secondary cable isolating transformer dengan cara-cara seperti telah dijelaskan pada butir 4 diatas.

3) Light fixture dipasang pada breakable coupling, selanjutnya disetel kerataannya/levelnya dengan menggunakan instrumen khusus (levelling plate) sesuai dengan type light fixturenya. Cara-cara pemasangannya adalah seperti tampak pada gambar VA.10.04 dan VA.13.03.

2.2.2.17 Persayaratan Instalasi WDI

Wind direction indicator (WDI) adalah alat penunjuk arah angin yang dapat dilihat langsung oleh penerbang pada saat pesawat mendarat. Karena alat tersebut harus dapat digunakan pada siang dan malam hari maka harus dilengkapi dengan lampu penerangan dan obstruction light. Untuk panjang R/W 1850 m atau lebih maka WDI dipasang ditiap-tiap ujung R/W pada posisi sedemikian

(21)

19 sehingga dapat dengan mudah terlihat oleh penerbang pesawat yang akan mendarat.

2.2.2.18 Syarat-Syarat Spesifikasi Teknis AFL

A.1 R/W EDGE LIGHT ELEVATED BIDIRECTIONAL HIGH INTENSITY

NO. URAIAN STANDARD & TOLERANSI KETERANGAN 1. Aplikasi - R/W Edge Light pada Non

Precision Instrument Runway. 2. Memenuhi standard &

pesifikasi. - ICAO Annex 14Vol. I Bab 5. 3. Fotometrik. - Intensitas cahaya min 50 cd

- Beam coverage Horizontal : 360°

Vertikal : 2° s/d 10°.

4. Konstruksi - Bahan body dari cast aluminium alloy.

- Lower body dilengkapi weaken- ing groove” dan drat 2” 11 TPI.

5. Optik - Lensa bening, bagian luar halus. - Bagian atas dapat dibuka tanpa

alat dlm waktu kurang dari 10dtk.

- Tahan panas.

6. Feeding cable - Tahan panas, factory moulded dng 2 pole plug sesuai FAAL-823

7. Cat - Phosphating dan baked

polyester electro static powder coating warna aviation yellow.

A.2 THRESHOLD LIGHT ELEVATED BIDIRECTIONAL HIGH INTENSITY

NO. URAIAN STANDARD & TOLERANSI KETERANGAN

1. Aplikasi - Elevated Threshold Light - Unidirectional Threshold Light - R/W End light pada Non precision

Approach Runway. 2. Memenuhi standard &

(22)

20 3. Fotometrik - Rata-rata intensitas cahaya min

400 cd - Beam coverage Horizontal : - 2°s/d +7,5° / 360 Vertikal : + 2° s/d 7°/ 360.

4. Konstruksi - Bahan body dari cast aluminium alloy dgn cover glass.

- Lower body dilengkapi “weakening groove” dan drat 2” 11 TPI.

- Glass dome dengan gasket. 5. Optik - Lensa luar bening/bagian luar

halus atau bergerigi lengkap dgn arah panah ke runway.

- Lensa dalam prisma 180° hijau untuk Threshold Light dan merah untuk R/W End Light. Blank bila pada sisi yang tidak dipakai.

- Bagian atas dapat dibuka tanpa alat dlm waktu kurang dari 10 dtk.

- Tahan panas.

6. Feeding cable. - Tahan panas, factory moulded dng 2 pole plug sesuai spec FAA L-823.

7. Cat - Phosphating dan baked

polyester electro static powder coating warna aviation yellow.

A.3 TAXIWAY EDGE, APRON DAN TURNING AREA LIGHT

NO. URAIAN STANDARD & TOLERANSI KETERANGAN 1. Aplikasi - Taxiway Edge, Apron dan

Turning Area Light 2. Memenuhi standard &

pesifikasi.

- ICAO Annex 14Vol. I Bab 5.

3. Fotometrik. - Intensitas cahaya min 50 cd - Beam coverage

Horizontal : 360°

(23)

21 4. Konstruksi - Bahan body dari cast aluminium

alloy.

- Lower body dilengkapi weakening groove” dan drat 2” 11 TPI.

5. Optik - Lensa warna biru untuk taxiway dan turning area sedang untuk apron light warna merah, bagian luar halus.

- Bagian atas dapat dibuka tanpa alat dlm waktu kurang dari 10 detik.

- Tahan panas.

6. Feeding cable - Tahan panas, factory moulded dng 2 pole plug sesuai FAAL-823

7. Cat - Phosphating dan baked

polyester electro static powder coating warna aviation yellow.

8. Lampu - LED max 11 Va/W; 0,4-6.6A

A.4 ROTATING BEACON

NO. URAIAN STANDARD & TOLERANSI KETERANGAN 1. Aplikasi - Diatas Control Tower atau

menara sendiri. 2. Memenuhi standard &

pesifikasi. - ICAO Annex 14 Vol. I Bab 5. 3. Fotometrik. - Rata-rata intensitas cahaya

white

550.000 cd dan red 110.000 cd dengan beam spread :

Horizontal : 360 Vertikal : 3

- Putaran cahaya  6 Rpm dengan perpindahan cahaya putih dan hijau 12 flash permenit.

4. Konstruksi - Welded sheet steel lantern housing dg window frame glass bening dan glass filter warna hijau.

- Gear box lengkap dan pengaman circuit, proteksi, motor, remote kontrol,

(24)

22 kontactor, heater dan ready

wired.

- Housing bagian atas satu shaft dgn penggerak motor melalui gear box.

- Noiseless mechanism.

- Mudah perawatan dan suku cadangnya.

- Tahan panas&fully weather proof

- Base plate dgn 4 lubang anchor bolt.

- Penggerak single phase induc ion motor dgn slip ring dan brushes energy ke lamp.

- Automatic lamp bila lampu putus akan hidup secara automatic lampu cadangan.

5. Optik - Conventional prismatic lensa. - Specular polish dan automatic

protection of allumunium mirrors.

- Mirror lamp dome reflector (parabolic reflector) atau sejenis.

6. Feeding cable - 220 V, 50 Hz AC Single phase. - Remote kontrol 48 VDC. - 2 – 4 KW kapasitas motor. - Terminal power dan kontrol.

7. Cat - Phosphating, zinc primer coating and baked polyester electro statis powder coating. - Aviation yellow.

8. Lampu - 500/Watt x 2 / 24V atau 500/Watt x 4 / 24V prefocus P.40 base dgn hemispherical mirrored dome.

A.5. Wind Direction Indicator (WDI)

Wind Direction Indicator terdiri dari bahan yang tahan terhadap cuaca, dengan ukuran sbb :

Max Tinggi Tiang = 7000 mm

(25)

23 Panjang Wind Sock = 3750 mm

Warna Wind Sock = orange/putih

WDI dilengkapi pula dengan lampu Obstruction dan lampu penerangan untuk Wind Sock (external lighting) :

 Lampu Obstruction, 1 (satu) buah masing-masing 100 watt, 220 Volt berwarna merah yang dipasang di ujung tiang Wind Direction.

 Lampu Wind Sock, 4 (empat) buah lampu jenis spot light masing-masing dengan menggunakan arus 6,6A atau 150 watt, 220 Volt yang dipasang di atas Wind Sock dan berfungsi agar Wind Sock dapat terlihat pada malam hari.

A.6. Taxi Guidance Sign Fitur Cabinet :

1) Tahan cuaca hingga IP 54 2) Standard ICAO annex 14 VOL. 1

3) Tahan terhadap terpaan angin 60m/sec 4) Range suhu lingkungan -20ºc sampai +60ºc

5) Ketinggian permukaan sesusai klasfikasi ICAO untuk operasional 400,600 dan 800 mm.

6) Dimensi disesuaikan dengan kebutuhan mengacu pada standard ICAO dan FAA.

7) Tegangan utama AC 240V.

8) Rangkaian arus 6,6A (dengan trafo) 9) Lampu fluorescent

10) Umur nominal lampu 8000 jam. 2.2.2.19 Syarat-Syarat Teknis Genset

1. Setiap Genset yang diadakan harus diperlengkapi dengan technical data (engine and alternator data sheet), dan dilengkapi dengan ; manual book penginstalasian, pengoperasian, pemeliharaan dan catalog suku cadang.

2. Setiap Genset yang diadakan harus mempunyai purna jual yang baik dan dari beberapa merk yang sudah teruji, mudah dalam perawatan dan kebutuhan suku cadang terutama untuk di daerah tersebut diatas.

3. Setiap Genset yang diadakan harus asli produksi dimana engine tersebut dibuat, tidak diperbolehkan under lisensi dan dari tahun

(26)

24 produksi terbaru. Karenanya harus diperlengkapi dengan

sertifikat asli (original sertificate) yang dikeluarkan oleh

pabrik pembuat (diperlihatkan pada saat dilakukan site acceptance test dan diserahkan ke owner).

4. Setiap genset harus disertakan “ Engine test certificate dan

Alternator test certificate “ yang dilakukan oleh pabrikan dan

harus dilampirkan pada saat akan dilakukan site acceptance test. Semua dokumen seperti Engine test certificate dan Alternator test certificate berikut dc circuit diagram harus diberikan pada owner.

5. Setiap Genset yang diadakan harus dilakukan site acceptance test dengan materi test adalah seperti form pengetesan genset terlampir.

6. Semua Dokumen asli seperti : Technical data, Manual book penginstalasian, pengoperasian, pemeliharaan dan catalog suku cadang, Original sertificate, Engine test certificate dan Alternator test certificate harus diserahkan ke pihak pertama / pemberi kerja. Dokumen tersebut selanjutnya dijadikan bahan untuk kelengkapan sertifikasi peralatan (SKEP 82).

7. Diesel Engine

 Kapasitas Output : ≥ ... kW / Prime power

 Injection Tipe : Direct Injection

 Aspiration Tipe : Turbo Charger Air /Air Charge Cooled

 Governor : Electronic speed control Governor

 Starting System : Electric Starter

 Cooling System : Fan cooling with air to air charge air cooling, cooling water pump for engine circuit and cooling water thermostat.

 Direction of Rotation : Anti – Clockwise viewed on Flywheel

 Minimal Safety device : - High Water Temperature - Low oil Pressure

- Emergency Stop 8. Alternator

 Rating : ... kVA

 Tegangan : 380/220 V

 Putaran : 1500 rpm

 Excitation Voltage : Brushless

 Regulation : within 0.22% from No. Load to Full Load

 Frekwensi : 50 Hz

 Power Factor : 0,8

 Connection : Star – 4 wires

(27)

25

 Insulation : Class H

 Other : Manual and Automatic Voltage Adjusment

 Minimal Safety device : - Under Voltage - Over Voltage - Over Current 2.2.2.20 Syarat-Syarat Teknis Umum Power Quality

1. UPS harus dilengkapi name plate yang berisi : a. Nama Pabrik Pembuat;

b. Merk; c. Type; d. No. Seri;

e. Tegangan masuk dan Tegangan keluaran; f. Frekuensi masuk dan Frekuensi keluaran; g. Daya;

2. Komponen – komponen alat ukur dan kontrol : a. Alat Ukur harus :

- Dilengkapi dengan alat ukur untuk memantau Tegangan dan Arus keluaran UPS;

- Untuk meter digital resolusi 0.1 digit dengan penyimpangan 2,5 % dari nilai ukur.

b. Fasilitas Kontrol harus di lengkapi dengan : 1) On / Off input UPS;

2) On / Off output UPS; 3) Manual bypass switch; 4) Alarm reset;

5) Meyambungkan dan memutuskan batere; 6) Kondisi setiap kegagalan.

3. Audible alarm :

Harus dilengkapi audible alarm berupa bel atau buzzer dan harus berfungsi bila terjadi kegagalan;

4. Fasilitas sistem pemantau (option) :

Disediakan fasilitas pemantau sebagai pengembangan dalam melakukan pemantauan Power Quality secara lokal atau jarak jauh (remote) untuk pengukuran, control dan indicator dengan sistem jaringan komputer atau jaringan Telkom;

5. Konstruksi :

a. Perangkat harus dapat berdiri bebas, kuat dan kokoh; b. Mudah dibuka untuk keperluan pemeliharan dan perbaikan; c. Mudah untuk pembacaan meter;

d. Sistem Pendinginan, Perangkat sedapat mungkin harus dirancang menggunakan pendingin alami;

(28)

26 6. Kebisingan

Tingkat kebisingan pada saat UPS/Power Quality beroperasi normal dengan beban dari 0% s/d 100% tidak boleh lebih besar dari 60 dBA, di ukur pada medan bebas dengan sound level meter pada jarak 1,5 m dari depan perangkat, dengan ketinggian 1,25 m dari lantai dan ambient noise tidak lebih besar dari 45 dBA.

7. Pengaman Elektromagnetik

a. Harus di lengkapi dengan sistem pentanahan yang baik; b. Harus aman terhadap gangguan elektromagnetik dari luar

(EMS) dan tidak menimbulkan gangguan elektromagnetik terhadap perangkat yang ada di sekitarnya (EMI);

8. Operasi :

a. Kondisi Lingkungan :

1) Harus mampu beroperasi pada suhu ruangan anatara 0 ˚C s/d 40 ˚C;

2) Harus mampu beroperasi pada kelembaban antara 0 % s/d 95 %

b. Operasi tanpa battery :

UPS harus dapat dihidupkan dan dioperasikan normal tanpa tersambungan dengan battery.

c. Power Walk In

Harus dilengkapi dengan rangkaian power walk in yang berfungsi mengatur pemberian daya secara bertahap dari 0% s/d 100% dalam waktu antara 3 s/d 30 detik setelah di hidupkan;

d. Kondisi Normal

Pada kondisi normal beban harus di catu terus menerus oleh inventer, tersambung dengan catuan utama dan battere sebagai cadangan;

e. Catuan utama tidak Normal

Pada kondisi catuan utama mendapat gangguan di luar batas toleransi maka inverter akan di catu oleh battery tanpa mengalami pemutusan keluaran dan tidak mengakibatkan terjadinya kelainan unjuk kerja sistem; f. Catuan utama normal kembali,

Catuan utama normal kembali, Pencatuan beban tetap berlangsung tanpa terputus, rectifier segera hidup kembali, batere di isi dengan tegangan yang sesuai dengan pengaturan input inverter;

g. Inverter mendapat gangguan

Bila Inverter mendapat gangguan sehingga tidak bisa mencatu beban, maka beban secara otomatis harus di pindahkan ke catuan utama melalui SBS.

(29)

27 1) Transfer Time setiap terjadinya pengalihan pencatuan beban dari inverter ke catuan utama atau sebaliknya secara otomatis maupun manual, lama pemutusan yang di ijinkan maksimal 0 detik;

2) Intrupted Transfer bila pengalihan pencatuan beban tanpa terputus tidak berhasil, maka lama pengalihan pencatuan beban inverter ke catuan utama tidak boleh kurang dari 10 mili detik;

h. Manual Bypass

Pencatuan kebeban harus dapat dipindahkan dari inverter ke catuan utama (forward transfer) atau sebaliknya dari catuan utama ke inventer (reverse transfer) secara manual tanpa terputus melalui bypass switch.

i. Batas Waktu Discharge

Bila discharge battery mencapai batas waktu yang ditentukan maka keluaran inverter dimatikan secara otomatis;

j. CB atau Switch

Harus dilengkapi dengan switch atau CB untuk memutuskan battery;

9. Data Teknis umum :

a. Daya nominal : ... kVA b. Efficiency at 100 % load : ≥ 92 %

c. Input power factor : ≥ 0,95 Pada operasi penuh d. Ambient temperature : 0 s/d 40 oC

e. Ambient humidity : 0 s/d 95 % f. Noise level : 50 s/d 65 dB g. Protection type : IP 20

h. Regulation : pulse wide modulation i. Radio interference level : EMC EN 50091-2 ”A” 10. Data teknis Input / Konverter

Konverter harus dari jenis silicon dengan efisiensi dan ketahanan tinggi dalam penggunaan jangka panjang.

Persyaratan peralatan adalah sebagai berikut :

a. Tegangan masuk 3-phasa : 380-400 V (freq. 50 hz)

(30)

28 c. Toleransi frekuensi daya masuk : ± 15 %

d. Total harmonic current distortion (THCD) : < 3 % e. Total harmonic voltage distortion (THVD : < 5 % f. Faktor ripple maksimum : < 1 %

g. Tegangan keluaran : harus dapat di atur sesuai dengan system tegangan 11. Battery

a. Jenis battery yang dipergunakan adalah Valve Regulated Lead Acid (VRLA) maintenance free.

b. Cranking Ampere yang kecil pada saat start

c. Autonomi battery dalam kondisi full load adalah 15 menit. d. Kemampuan cycling paling sedikit 1.200 cycle pada 800/0

Depth of Discharge (DoD) e. Sertifikasi SNI dan IEC 12. Data teknis Output / Inverter

a. Inverter terdiri atas :

1) Inverter (pengubah arus searah menjadi bolak balik) Inverter harus terdiri dari jenis silicon dengan efisiensi dan ketahanan tinggi dalam penggunaan jangka panjang.

Persyaratan peralatan adalah sebagai berikut : a) Daya normal (faktor daya 0,95) adalah ... kVA b) Daya aktif adalah ... kW

c) Tegangan keluar 3-phase adalah 400 VAC (adjustable 380-400-415 V 3/N/PE)

d) Toleransi tegangan pada static dan 50 s/d 100 % unbalanced load adalah ± 1 %

e) Dinamik (faktor daya 0,5 sampai 1)

- Untuk perubahan beban 50 dan dari daya nominal ± 5 %

- Waktu kembali sampai pengaturan tenaga ± 1 % < 10 msec.

- Waktu kembali sampai pengaturan tegangan ± 0,5 % < 10 msec.

(31)

29 Waktu tersebut telah dipilih untuk memungkinkan pengembalian secara progresif tanpa menimbulkan gejala transien.

Pengaturan frekuensi keluar (tidak tergantung pada perubahan beban dan jaringan hulu) sinusoidal 50 hz ± 0,05 %

Distorsi faktor tegangan (EN62041-1) : < 1% linear load dan < 3% non linear.

2) Alat pemindah

Alat pemindah harus dari jenis sakelar static silicon dengan efisiensi dan ketahanan tinggi dalam penggunaan jangka panjang.

Alat pemindah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Daya nominal adalah ... kVA

b) Tegangan masuk 3-phase adalah 400 VAC ± 15 % (adjustable on control panel)

c) Waktu pemindahan beban dengan pemindahan static adalah 4 ms

3) Alat pemintas manual

Alat pemintas harus dari jenis kontak daya heavy duty, penutupan dan pembukaan kontak dengan otomatis. 4) Tegangan keluar harus dapat di atur antara -5% s/d

+5%. 13. UPS

a. UPS diperlengkapi dengan monitoring informasi seperti tegangan input, beban, kapasitas battery dan alarm message antara lain untuk kondisi :

1) Disturbances on bypass line 2) Bypass manual

3) Bypass voltage error 4) Main line voltage error

5) Prealarm, low voltage on battery 6) Battery discharged

7) Low voltage supply (overload) 8) Output overload

(32)

30 10) Temporary bypass, maintenance

11) Bypass command active 12) Remote bypass command 13) Over temperature / fan failure

b. Jika diperlukan UPS dapat dirubah kondisi operasinya dari status parallel redundant operation ke mode power parallel hanya dengan cara merubah menu operasional operasi. c. UPS dilengkapi dengan Extra Internal Battery Charger untuk

mempercepat proses charging battery, kelengkapan ini sangat diperlukan khususnya apabila dikemudian hari terdapat peningkatan kapasitas battery yang cukup besar (kebutuhan waktu backup yang lama).

d. UPS dilengkapi dengan automatic battery test dengan interval waktu pengetesan battery dapat dipilih sesuai dengan keinginan.

e. UPS dilengkapi dengan fasilitas remote Emergency Power Off di sisi input, fasilitas ini dipergunakan untuk men”switch” Off UPS dalam kondisi emergency dari tempat yang jauh bilamana dikemudian hari diperlukan.

f. Jika dimungkinkan UPS dapat dioperasikan dalam beberapa mode operasi seperti:

1) Mode operasi ON Line 2) Mode operasi Standby ON 3) Mode operasi Standby OFF 4) Mode operasi Stabilizer

g. Setiap UPS yang diadakan harus diperlengkapi dengan Technical data dan Manual book berisi proses penginstalasian, pengoperasian, pemeliharaan.

h. Setiap UPS yang diadakan harus mempunyai purna jual yang baik dan dari beberapa merk yang sudah teruji, mudah dalam perawatan dan kebutuhan suku cadang.

i. Setiap UPS yang diadakan harus disertakan sertifikat test lolos uji dan garansi dari pabrikan dimana UPS tersebut dibuat atau melalui agensi yang terdapaftar oleh pabrikan.

(33)

31 j. Setiap UPS yang diadakan harus dilakukan site acceptance

test dengan materi test sebagai berikut :

1) Test pembebanan, mempergunakan dummy load/beban sistem.

2) Test kerja system proteksi.

3) Lebih detailnya Test harus mengacu sesuai dengan lampiran test yang disediakan dalam RKS ini.

14. Semua technical data, sertifikat dan yang disebutkan diatas harus diserahkan ke pihak pertama / pemberi kerja. Dokumen tersebut selanjutnya dijadikan bahan untuk kelengkapan sertifikasi peralatan.

2.2.3. Syarat-syarat Lain

2.2.3.1. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai, bilamana pekerjaan-pekerjaan yang termuat didalam perincian dan volume/BoQ pekerjaan telah dilaksanakan seluruhnya dan dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh pengawas pekerjaan dan diketahui oleh Satuan Kerja atau Kuasa Pengguna Anggaran.

2.2.3.2. Untuk menghindari penggunaan meterial yang tidak memenuhi kualifikasi maka semua suku cadang/material yang akan dipasang harus diambil dari agen/ distributor resmi atau pabrikan produkperalatan yang dimaksud.

2.2.3.3. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang kualitas dan kuantitasnya baik, sehingga memenuhi persyaratan-persyaratan teknis, spesifikasi teknis dan ketentuan-ketentuan lain, maka kontraktor pelaksana wajib dan harus menguasai seluruh pekerjaan yang diberikan.

2.2.3.4. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai, bilamana pekerjaan-pekerjaan yang termuat didalam perincian dan volume/ BoQ pekerjaan telah dilaksanakan seluruhnya dan dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh pengawas pekerjaan dan diketahui oleh Satuan Kerja atau Kuasa Pengguna Anggaran.

(34)

32

P a s a l 3 URAIAN PEKERJAAN 3.1. Pekerjaan Persiapan

3.1.1 Melaksanakan inventarisasi seluruh peralatan AFL, standby power supply dan jaringan listrik yang terpasang. Dilanjutkan dengan pelaksanaan site survey yaitu melaksanakan pengukuran dimensi ruang penempatan peralatan seperti kondisi serta dimensi ruang CCR, genset dan panel, pengukuran kebutuhan power kabel dan aktifitas lain. Data tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebutuhan material yang akan digunakan untuk pembuatan gambar pelaksanaan sebenarnya. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staf Direktorat Bandar Udara yang mempunyai kemampuan teknis dalam pelaksanaan pekerjaan dimaksud dan apabila dipandang perlu dapat mengikut sertakan staf dari Direktorat Bandar Udara – Subdit Peralatan dan Utilitas Bandar Udara Jakarta dengan pembebanan biaya ditanggung oleh pihak setempat/lokasi.

3.1.2 Melaksanakan kegiatan Factory Acceptance Test, Factory training dan lokal training peralatan AFL bagi teknisi Bandara Japura Rengat, Babo, Buli Maba dan H. Hasan Aroeboesman – Ende yang berwenang menangani peralatan dimaksud serta mengikut sertakan teknisi Direktorat Bandar Udara, materi kegiatan pelaksanaan training dan instruktur harus disediakan oleh pemborong, waktu pelaksanaan dan materi training dapat mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Direktorat Bandar Udara.

3.1.3 Melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap pabrikan / agen penjualan peralatan panel, Genset dan Power Quality yang telah ditentukan oleh kontraktor guna melihat kemampuan dan kesiapan pabrikan Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan site acceptance test terhadap peralatan yang akan dibeli. Pelaksanaan site acceptance test terhadap Power Quality, standby genset dan panel yang telah dibuat meliputi aktifitas kegiatan; memeriksa seluruh komponen yang dipasang serta kesesuaiannya dengan spesifikasi teknis dan menguji kinerja peralatan hasil pengujian seluruhnya dituangkan dalam format uji/test seperti

terlampir.

Pelaksanan kegiatan ini melibatkan kontraktor, direksi dan atau teknisi/pengawas pekerjaan yang ditunjuk oleh Kepala Bandar Udara setempat dapat mengikut sertakan staf/teknisi Direktorat Bandar Udara – Subdit Peralatan dan Utilitas Bandar Udara sebagai nara sumber. Bahan dan bentuk format site acceptance test dibuat oleh pemborong dengan bantuan agen penjual peralatan dimana pemborong melakukan pembelian, dan sebelum format kegiatan site acceptance test tersebut dijadikan acuan, bentuk formatnya harus diperlihatkan ke teknisi/pengawas pekerjaan yang akan melaksanakan atau ke teknisi Direktorat Bandar Udara – Subdit Peralatan dan Utilitas Bandar Udara guna penyempurnaan bila ada.

Kebutuhan BBM solar, oli, dummy load test, instrumen yang diperlukan dan kelengkapan lainnya serta biaya selama berlangsung pengujian harus dipenuhi oleh pemborong.

(35)

33 3.1.4 Melaksanakan kegiatan lokal training peralatan Genset bagi teknisi Bandara Japura Rengat, Babo dan Buli Maba yang berwenang menangani peralatan dimaksud, materi kegiatan pelaksanaan training dan instruktur harus disediakan oleh pemborong, waktu pelaksanaan dan materi training dapat mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Direktorat Bandar Udara.

3.1.5 Melaksanakan kegiatan lokal training peralatan Power Quality bagi teknisi Bandara H. Hasan Aroeboesman – Ende yang berwenang menangani peralatan dimaksud, materi kegiatan pelaksanaan training dan instruktur harus disediakan oleh pemborong, waktu pelaksanaan dan materi training dapat mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Direktorat Bandar Udara.

3.1.6 Segala kegiatan yang ditimbulkan dalam persiapan tersebut diatas dituangkan dalam Bill of Quantity dan kontraktor wajib melaksanakannya.

3.2. Pekerjaan Pengadaan Material

3.2.1. Pekerjaan Pengadaan Airfield Lighting System (AFL)

1. Pekerjaan Pengadaan AFL di Bandar Udara Japura – Rengat : a. Pekerjaan pengadaan Runway Edge Light

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 42 (empat puluh dua) unit lengkap runway edge light terdiri dari :

- 22 (dua puluh dua) unit lengkap High Intensity elevated runway light complete clear 150 W; 6,6 A,

- 10 (sepuluh) unit lengkap High Intensity elevated runway light complete clear/yellow 150 W; 6,6 A,

- 10 (sepuluh) unit lengkap High Intensity elevated runway light complete yellow/clear 150 W; 6,6 A,

Didalam pelaksanaan pengadaan peralatan tersebut harus dikoordinasikan dengan Direksi, agar tidak terjadi kesalahan pada waktu instalasi.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 42 (empat puluh dua) buah Isolating Transformer 150W, 6.6/6.6A, termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan 42 (empat puluh dua) set Connector Kit terdiri dari FAA Plug dan socket single pole digunakan untuk penyambungan series cable dengan Connector Kit untuk penyambungan series cable pada instalasi R/W light.

3) Melaksanakan pekerjaan pengadaan series cable type FL2XCY 1 x 6 Sqmm, 3/6 kV, sepanjang 10.000 meter yang akan digunakan untuk power suppy R/W Light.

4) Melaksanakan pekerjaan pengadaan Base plate sejumlah 42 (empat puluh dua) buah sebagai dudukan elevated R/W Edge Light.

(36)

34 5) Melaksanakan pengadaan Pipe PVC diameter 2" pave shoulder termasuk instalasi sebanyak 42 (empat puluh dua) buah.

6) Melaksanakan pengadaan power cable NYY 3 x 16 sqmm/1kV yang digunakan untuk power supply 2 (dua) unit CCR dari MVSB sepanjang 20 (dua puluh) meter.

7) Melaksanakan pengadaan control cable sepanjang 30 (tiga puluh) meter didalam gedung CCR, 2 (dua) jalur Control Cable 2 x 10 x 0,8 sqmm/1kV dari Marshaling Cabinet ke 2 (dua) unit CCR R/W edge light.

8) Melaksanakan pengadaan 2 (dua) unit CCR 10 kVA 220/380 V, 5 / 7 step yang akan dipergunakan untuk mensupply Power dengan arus tetap bagi seluruh R/W Edge Light

Data-data teknis CCR tersebut adalah sebagai berikut :

a. Capacity : 10 kVA

b. Voltage input : 220V (1 phase, 50 Hz) c. Voltage Remote Control : 48V DC to 60 V DC d. Brightness : minimal 5 steps e. Power Factor : 0,9

f. Temperature Range of operation : - 20oC to + 70oC g. storage Temperature : - 40oC to + 70oC

b. Pekerjaan Pengadaan Taxiway Edge Light dan Apron Edge Light

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 24 (dua puluh empat) unit Omnidirectional Elevated Light complete LED, max 8-11 W; 6,6 A dengan lensa blue lengkap.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 24 (dua puluh empat) buah Isolating Transformer 15 W; 6,6 A untuk Taxiway/Apron light. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan 24 (dua puluh empat) set Connector Kit terdiri dari FAA Plug dan socket single pole, digunakan untuk penyambungan series cable dengan Connector Kit dan series cable dengan series cable pada instalasi Taxiway/Apron light.

3) Melaksanakan pekerjaan pengadaan series cable type FL2XCY 1 x 6 sqmm, 3/6 kV, sepanjang 2.000 meter yang akan digunakan untuk power supply Taxiway dan Apron light.

4) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 24 (dua puluh empat) buah base plate untuk elevated yang digunakan untuk dudukan lampu-lampu Taxiway dan Apron Edge Light.

5) Melaksanakan pengadaan power cable NYY 3 x 16 sqmm/1kV yang digunakan untuk power supply 1 (satu) unit CCR dari MVSB panjang 24 (dua puluh empat) meter.

6) Melaksanakan pengadaan control cable 2 x 10 x 0,8 sqmm, 1 kV didalam gedung CCR, dari Marshaling Cabinet ke unit CCR 7,5 kVA Taxiway Edge light sepanjang 30 (tiga puluh) meter. 7) Melaksanakan pengadaan 1 (satu) unit CCR yang akan

dipergunakan untuk mensupply Power dengan arus tetap bagi seluruh Taxiway dan Apron Edge Light.

(37)

35

a. Capacity : 7,5 kVA

b. Voltage input : 220V (1 phase, 50 Hz) c. Voltage Remote Control : 48V DC to 60 V DC d. Brightness : minimal 5 steps e. Power Factor : 0,9

f. Temperature Range of operation : - 20oC to + 70oC g. storage Temperature : - 40oC to + 70oC

c. Pekerjaan Pengadaan Threshold Light :

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 32 (tiga puluh dua) unit Threshold light terdiri dari :

- 20 (dua puluh) unit lengkap High Intensity Unidirectional Threshold light complete green 150 W; 6,6 A;

- 12 (dua belas) unit lengkap High Intensity Unidirectional Threshold light complete red 100 W; 6,6 A;

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 20 (dua puluh) buah Isolating Transformer 150 W, 6.6/6.6A dan pengadaan 12 (dua belas) buah Isolating Transformer 100 W, 6.6/6.6A, termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan 8 (delapan) set Connector Kit terdiri dari FAA Plug dan socket single pole digunakan untuk penyambungan series cable dengan primer Isolating Transformer Threshold light.

3) Melaksanakan pengadaan 32 (tiga puluh dua) buah two pole plug connector kit lengkap untuk penyambungan skunder Isolating Transformer dengan lampu Threshold light

4) Melaksanakan pekerjaan pengadaan secondary cable NYYHY 2 x 4 Sqmm, sepanjang 500 meter yang akan digunakan untuk power supply Threshold light.

5) Melaksanakan pekerjaan pengadaan Pipa PVC 5/8" pelindung kabel NYYHY 2 x 4 sqmm sebanyak 32 (tiga puluh dua) buah. 6) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 32 (tiga puluh dua) buah

base plate untuk elevated yang digunakan untuk dudukan lampu-lampu Threshold light dimana pemasangannya dengan konfigurasi seperti tertera pada gambar No.VA.14.07.

d. Pekerjaan Pengadaan Turning Area Light

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 10 (sepuluh) unit Omnidirectional Elevated Light complete Blue, 100 W; 6,6 A. 2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 10 (sepuluh) buah

Isolating Transformer 100 W; 6,6 A. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan 10 (sepuluh) set Connector Kit terdiri dari FAA Plug, digunakan untuk penyambungan series cable dengan Connector Kit dan series cable dengan series cable pada instalasi Turning Area light.

3) Melaksanakan pengadaan 10 (sepuluh) buah two pole plug connector kit lengkap untuk penyambungan skunder Isolating Transformer dengan lampu Turning Area light

4) Melaksanakan pengadaan power cable NYYHY 2 x 4 sqmm/1kV dengan panjang 100 meter.

(38)

36 5) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 10 (sepuluh) buah base plate untuk elevated yang digunakan untuk dudukan lampu-lampu Turning Area light.

e. Pekerjaan Pengadaan Threshold Identification Light (RTIL)

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 2 (dua) unit RTIL lengkap dengan Gear Box control unit.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan Ground Power Cable NYFGbY 4 x 16 Sqmm, 1 kV sepanjang 1.100 meter, yang akan digunakan untuk power supply RTIL.

3) Melaksanakan pekerjaan pengadaan Control Cable 2 x 10 x 0,8 Sqmm, sepanjang 80 (delapan puluh) meter, yang akan digunakan untuk kontrol RTIL

4) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 2 (dua) set Flexible Conduit

f. Pekerjaan Pengadaan Rotating Beacon (ROB)

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) unit ROB lengkap, 20-30 flashes per menit green/clear.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan Power Cable NYY 3 x 6 Sqmm/1 kV sepanjang 50 (lima puluh) meter, yang akan digunakan untuk power supply ROB.

g. Pekerjaan Pengadaan Wind Direction Indicator (WDI)

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) unit WDI lengkap.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan Series Cable FL2XCY 1 x 6 Sqmm, 3/6 kV sepanjang 100 (seratus) meter, yang akan digunakan untuk power supply WDI.

h. Pekerjaan Pengadaan Taxi Guidance Sign (TGS)

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) unit Taxi Guidance Sign - Mandatory lengkap.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 2 (dua) unit Taxi Guidance Sign - Information lengkap.

i. Pekerjaan Pengadaan Power dan Control System AFL

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) unit remote control desk.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan kabel kontrol /cable profibas/fiber optic sepanjang 300 (tiga ratus) meter.

3) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) unit marshalling cabinet.

4) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) unit Medium Voltage Switch Board (MVSB) panel.

(39)

37 5) Melaksanakan pekerjaan pengadaan ground kabel power NYFGbY 4 x 35 Sqmm/ 1 kV sepanjang 50 (lima puluh) meter.

j. Pekerjaan Pengadaan Suku Cadang AFL dan Alat Ukur

1) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) unit High Intensity Bidirectional Runway Light complete clear/clear 150 W; 6,6 A.

2) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) unit High Intensity Bidirectional Runway Light complete clear/yellow 150 W; 6,6 A

3) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) unit High Intensity Bidirectional Runway Light complete yellow/clear 150 W; 6,6 A

4) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) unit High Intensity Unidirectional Threshold Light complete green 150 W; 6,6 A

5) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) unit High Intensity Unidirectional Threshold Light complete red 100 W; 6,6 A

6) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) unit Omnidirectional Elevated Light complete LED Blue 8/11 W; 6,6 A

7) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 65 (enam puluh lima) unit bulb lampu Runway.

8) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 25 (dua puluh lima) unit bulb lampu Threshold.

9) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) unit CCR 10 kVA 220/380 V, 5/7 step.

10) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) buah modul CCR. 11) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) buah modul CCR

Power Supply.

12) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) buah modul RTIL.

13) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) set tool kit dan tool set lengkap.

14) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 3 (tiga) buah Isolating Transformer 15 W; 6,6/6,6 A.

15) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) buah Isolating Transformer 150 W; 6,6/6,6 A.

16) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 5 (lima) buah Isolating Transformer 200 W; 6,6/6,6 A.

17) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 10 (sepuluh) set Connector Kit terdiri dari FAA Plug dan socket single pole. 18) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 10 (sepuluh) buah two

pole plug Connector Kit lengkap.

19) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 10 (sepuluh) buah base plate.

20) Melaksanakan pekerjaan pengadaan 1 (satu) buah alat ukur Continuity Tester.

Referensi

Dokumen terkait