• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Hormonal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efek Hormonal"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKANPEMIJAHAN IKAN

Oleh : Oleh : N

Naammaa : : RRiinna a AAnnddrriiyyaannii N NIIMM : : BB11JJ000099005522 R Roommbboonnggaann : : IIIIII K Keelloommppookk : : 55 A

Assiisstteenn : : DDiiddi i HHuummaaeeddi i YYuussuuf  f  

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO PURWOKERTO 2011 2011

(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Efek Hormonal Pada Ovulasi Dan Pemijahan Ikan Nilem

Waktu Keterangan

Kamis, 31 Maret 2011 Jam 20.30

Penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa pada ikan resipien

Jum’at 1 April 2011 Jam 07.00

Pengamatan pemijahan ikan dan hasilnya tidak  terjadi pemijahan pada ikan resipien.

(3)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan, percobaan hipofisasi yang dilakukan mengalami kegagalan. Kegagalan ini diduga karena ikan resipien belum matang kelamin atau salah dalam menyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisa pada ikan resipien. Ikan resipien yang digunakan adalah ikan nilem (Osteochillus hasselti) sedangkan ikan donor digunakan ikan mas (Cyprinus carpio). Menurut Sumantadinata (1981), ikan yang belum matang kelamin kelenjar hipofisanya mengandung gonadotropin dalam jumlah yang sedikit sekali atau tidak  mengandung gonadotropin. Effendi (1978), menyatakan bahwa tingkat kematangan ikan pada tiap waktu bervariasi. Tingkat kematangan tertinggi akan didapatkan paling banyak pada saat pemijahan akan tiba. Hal tersebut tidak  sesuai dengan Kay (1998), yang menyatakan bahwa penyuntikkan kelenjar  hipofisa akan memberikan respon dan menyebabkan ikan memijah antara 7-11   jam. Menurut Muhamad (2001), rendahnya fekunditas pada perlakuan diduga

dosis yang diberikan belum mencukupi untuk pematangan tahap akhir semua oosit, sehingga tidak semua oosit mendapat tambahan gonadotropin yang sesuai untuk diovulasikan. Rendahnya hormon gonadotropin yang masuk dalam darah menyebabkan kemampuan hormon gonadotropin untuk mengovulasikan telur  sangat terbatas. Nagahama (1987) dalam Muhamad (2001) juga melaporkan keberhasilan ovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan akhir oosit. Oosit yang telah siap diovulasikan akan terjadi jika telah mendapat rangsangan hormon yang sesuai.

Hipofisasi adalah suatu cara untuk merangsang ikan untuk memijah atau terjadinya pengeluaran telur ikan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Teknik penyuntikan dengan pemijahan buatan atau induced breeding yaitu merangsang ikan untuk kawin (Simanjuntak, 1985). Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi dengan kelenjar hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin (Susanto, 1996). Pemijahan sistem hipofisasi ialah merangsang pemijahan induk  ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa.

(4)

Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang dapat mengendalikan beberapa hormon antara lain hormon pada kelamin jantan (testis) maupun kelamin betina. Hipofisa berukuran sangat kecil, terletak di sebelah bawah bagian depan otak    besar (diencephalon) sehingga jika otak kiri diangkat, maka kelenjar ini akan

tertinggal. Kelenjar hipofisa terdiri atas 4 bagian masing-masing berurutan dari depan ke belakang adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan neurophisis (Ville et al ., 1988).

Hipofisitis tergolong dalam dua bentuk histopatologi : limfositik dan granulanomous. Hipofisitis limfositik, dijumpai pada banyak bentuk. Hipofisitis granulanomous mempunyai perbedaan epidemiologi. Diameter normal dari kelenjar hipofisis adalah 3.25±0.56 mm pada level optik dan mencapai 1.91±0.4 mm pada insersi kelenjar hipofisis (Gutenberg, A. et al., 2009). Faktor-faktor  lingkungan seperti suhu, cahaya, sifat fisik dan kimia juga mempengaruhi tingkah laku hewan. Suhu dan cahaya akan mempengaruhi sistem saraf dan otak pada  proses pemijahan, dimana suhu optimum yang dibutuhkan ikan untuk memijah ialah 28-30OC. Rangsangan dari saraf pusat akan dihantarkan ke hipotalamus dan

akan mengeluarkan GnRH yang akan merangsang sistem saraf pusat untuk  meneruskan rangsang ke sel-sel gonadotropin yang berada dalam sistem hormon tersebut, yang merangsang gonad untuk menghasilkan hormon gonadotropin yang dibutuhkan dalam proses pemijahan (Bond,1979).

Mekanisme secara alamiah kerja hormon untuk perkembangan dan  pematangan gonad dimulai dari adanya rangsangan dari luar, seperti visual untuk 

fotoperiode, kemoreseptor untuk suhu dan metabolit. Rangsangan ini kemudian diterima oleh susunan saraf otak melalui reseptor-reseptor penerima rangsangan susunan saraf otak selanjutnya, merangsang hipotalamus untuk melepaskan Gonadropin Releasing Hormon (GnRH) untuk mestimulasi kelenjar hipofisa ( pituitary) untuk mengsekresikan Gonadotropin Hormon (GtH). Setelah itu, dialirkan ke dalam darah untuk merangsang kematangan gonad akhir melalui simulasi untuk mensintesis hormon-hormon steroid pematangan (seperti hormon testoteron dan estradiol ) dalam ovarium atau testis, dan mempengaruhi  perkembangan kelamin sekunder (Sunandar et al ., 2007).

Menurut Kay (1998), teknik penyuntikan dapat mempengaruhi pemijahan. Penyuntikan yang umum adalah penyuntikan secara intra muscular. Penyuntikan

(5)

dilakukan pada bagian pinggang dari ikan, yaitu penyuntikan pada 3-4 sisik ke   bawah. Menurut Sumantadinata (1981), terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi

yaitu intra muscular, intra cranial dan intra perineal.

1. Secara muskuler, dengan cara menyuntik lewat punggung atau otot batang ekor.

2. Secara intra peritoneal, dengan cara menyuntikkan ke dalam rongga perut, lokasinya antara kedua sirip perut sebelah depan atau antara sirip dada sebelah depan. Suntikan ini disejajarkan dengan dinding perut.

3. Secara intra cranial,dengan cara menyuntikkan lewat kepala. Suntikan ini dengan memasukkan jarum injeksi ke dalam rongga otak melalui tulang occipitial pada bagian yang tipis.

Luka atau hilangnya sisik dapat mengakibatkan ikan resipien tidak dapat memijah walaupun telah diberikan suntikan ekstrak hipofisa, karena gangguan secara fisiologis pada ikan.

Tanda-tanda ikan yang sudah mengalami ovulasi dan siap dikeluarkan telurnya yaitu ikan terlihat gelisah, sering muncul di permukaan air dan ikan   jantan sering berpasangan dengan ikan betina (Ville et al .,1988). Menurut Gordon (1982) ciri-ciri betina yang sudah masak kelamin diantaranya perut mengembung, lubang genital kemerahan, perut lembek. Sedangkan pada ikan  jantan yang telah masak kelamin adalah bila perut di stripping akan keluar cairan  putih seperti susu (Milt).

Menurut Sumantadinata (1981), Ikan tidak berhasil memijah dimungkinkan oleh faktor lingkungan yang tidak kondusif sehingga ikan mengalami stress. Faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, sifat fisik dan kimia   juga mempengaruhi tingkah laku ikan. Suhu dan cahaya akan mempengaruhi

saraf dan otak pada pemijahan. Suhu optimal ikan memijah adalah 280-300C.

Kelemahan dari tekhnik hipofisasi adalah hilangnya sejumlah ikan donor  untuk diambil hipofisanya. Usaha yang telah dilakukan untuk menekan sekecil mungkin kelemahan ini adalah dengan memanfaatkan ikan yang mempunyai nilai ekonomis rendah untuk dipakai sebagai ikan donor. Akan tetapi, lebih ekonomis lagi apabila kita dapat memanfaatkan limbah ternak (hipofisa ternak) sepanjang tidak menyimpang dari prinsip hipofisasi (Oka, 2006).

(6)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka didapat disimpulkan bahwa: 1. Hipofisasi adalah suatu cara untuk merangsang ikan untuk memijah atau

terjadinya pengeluaran telur ikan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. 2. Ikan yang telah disuntik dengan kelenjar hipofisa tidak mengalami pemijahan. 3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu suhu, lingkungan, kematangan

gonad, teknik penyuntikan, keadaan fisiologis ikan, cahaya dan arus air serta sifat fisik dan kimia.

(7)

DAFTAR REFERENSI

Effendi, M. I. 1978. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. WB Soundary Company, Phyladelphia.

Gordon, M.S.1982. Animal Physiology Princile. MC Millan Publishing co. New York.

Gutenberg, A. et al. 2009. A Radiologic Score to Distinguish Autoimmune Hypophysitis from Nonsecreting Pituitary Adenoma Preoperatively. AJNR  Am J Neuroradiol 30:1766 –72.

Kay, I. 1998. Introduction of Animal Physiology. Bion Scientific Publisher Ltd, Canada.

Muhammad, Sunusi, H. dan Ambas, I. 2001. Pengaruh Donor dan Dosis Kelenjar  Hipofisa Terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Betok ( Anabas testudineus Bloch). Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS, Makassar.

Oka, A. A. 2006. Penggunaan Ekstrak Hipofisa Ternak Untuk Merangsang Spermiasi pada Ikan (Cyprinus carpio L.). Jurusan produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana: Denpasar.

Simanjuntak, R. H. 1985. Pembudidayaan Ikan Lele. Bathara Jaya Aksara, Jakarta.

Sumantadinata, K.1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaandi Indonesia. Sastra Budaya,Bogor.

Susanto, H. 1996. Budidaya Kodok Unggul.Swadaya, Jakatra.

Sunandar, Arifin, M. T. Yuliani, N. 2007. Perendaman Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Terhadap Keberhasilan Pembentukan Kelamin Jantan. Jurusan Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Percepatan Penanganan COVID-19 oleh Presiden RI (Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020) 31 Maret Presiden RI menetapkan Indonesia dalam ke daruratan kesehatan masyarakat:

Akan tetapi, sejarah Islam banyak membuktikan sifat kepemimpinan yang ada pada golongan muda mudi Islam dalam perkembangan sejarah kegemilangan Islam seperti

Indikator pada domain sumber daya ikan menunjukkan tren CPUE menurun sebesar 7,80% per tahun, tren ukuran ikan relatif tetap, proporsi ikan yuwana (juvenil) yang

Aplikasi menampilkan alert dialog yang menunjukkan data daerah yang dipilih berhasil dihapus dan halaman Kelola Data Daerah seperti pada Gambar 5.6 Halaman Kelola

BATU Putih/ UNTUK PONDASI/rit colt rit colt BATU Putih/ UNTUK PONDASI/rit truck rit truck BATU Putih/ UNTUK PONDASI/m3 m3 BATU Putih/ UNTUK PONDASI/rit colt rit colt. BATU KALI/

Dari hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada uji ambang rasa asam ambang mutlak dari 50% jumlah keseluruhan panelis terdapat pada kosentrasi 0,02%

Parfum Laundry Bojonegoro Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI TARGET MARKET PRODUK NYA:.. Chemical Untuk