• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Pengaruh pola asuh orang tua te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Pengaruh pola asuh orang tua te"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AKHLAK ANAK DI KELAS VII DI MTS AL-JUNAEDIYAH CIBIUK

KABUPATEN GARUT

A. Latar Belakang Masalah

Seorang anak merupakan amanah yang Allah berikan, di mana seorang anak tersebut harus dibina, dipelihara, dan diurus dengan baik sehingga kelak dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa, dan Negara. Semua pengharapan tersebut tidaklah dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan, tuntunan, serta suri tauladan dari orang tuanya.

Banyak orang tua berpikir bahwa kewajiban mereka terhadap anak hanya sekedar menyediakan dan memenuhi fasilitas dan kebutuhan fisik belaka. Sehingga banyak dari orang tua yang fokus bekerja dan mengurusi karir mereka saja, untuk memenuhi kebutuhan jasmani anak, sehingga anak tercukupi secara lahir. Di lain sisi, banyak dari orang tua yang menuntut anaknya untuk bekerja sedari dini, sekedar untuk mencari rumput, menjajakan makanan di sekitar rumah, atau mengurusi adik yang masih kecil karena ibu sibuk bekerja yang menyebabkan mereka tak memiliki waktu untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Atau yang lebih ironi, kita sering melihat anak yang setiap harinya dibesarkan oleh bentakan, cacian, bahkan pukulan oleh orang tuanya.

Sikap orang tua yang cenderung tidak memperhatikan anak, biasanya akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Keadaan anak yang tidak mendapat perhatian orang tua dengan baik mempunyai akhlak yang berbeda daripada anak yang mendapat perhatian penuh dari orang tua. Padahal Al-Qur’an telah berpesan akan pentingnya tanggung jawab dalam pendidikan anak, Allah berfirman:













































(2)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Q.S. At-Tahrim (66) : 6]1

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Tidaklah suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang ayah (orang tua) kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik.” Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw, bersabda: Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”2

Berdasarkan dalil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua memiliki peranan yang dominan dalam membina akhlak. Orang tua dalam mengasuh anak bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan akhlak anak.3

Menurut Zakiah Daradjat, perilaku orang tua, sikap, dan tata cara kehidupan yang orang tua lakukan merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam perilaku anak yang sedang dalam pertumbuhan.4

Sungguh orang tua memiliki peranan yang mendasar dalam mendidik anak hingga kepada persoalan sekecil-kecilnya. Oleh karennya, orang tua harus mengajarkan anak cara bicara yang baik, duduk, memandang, dan berhubungan dengan orang lain di rumah, sekolah, dan masyarakat.5 Dalam hal ini orang tua

memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.6 Pendidikan yang diberikan harus dengan penuh kasih sayang dan nilai-nilai

kehidupan. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang

1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Diponegoro, 2010), hlm.561

2Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy-Syi’fa, 1981), hlm. 179

3Theo Riyanto, Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002), hlm. 35

4Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. ke-2, hlm.67

(3)

nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.7 Sehingga pendidikan yang harus diberikan lebih

mengarah pada proses pengaturan sikap dan pemberian motivasi bagi anak, bukan pada aspek materi saja. Maka hal itu akan memberi pengaruh yang sangat besar dalam jiwa anak-anak.

Perlakuan-perlakuan yang tidak semestinya terhadap anak, dapat menyebabkan anak malu karena merasa tak sama dengan anak kebanyakan atau dengan melampiaskan kekesalannya pada temannya di kelas. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya tindakan bullying8 di sekolah, ini akibat dari salah seorang

yang merasa lebih baik secara moril maupun materiil, di sisi lain ada siswa yang merasa rendah diri atas apa yang ada dalam dirinya. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena seperti yang dikemukakan Kartini Kartono bahwa keluarga dalam hal ini orang tua memberikandasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.9

Dengan melihat banyaknya anak yang bersikap tidak semestinya di kelas, di mana salah satu yang mengakibatkan hal ini terjadi adalah perlakukan lingkungan, khususnya dalam hal ini lingkungan keluarga yaitu orang tua. Maka untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul:

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AKHLAK ANAK

DI KELAS VII DI MTS AL-JUNAEDIYAH CIBIUK KABUPATEN GARUT.”

B. Identifikasi Masalah

1. Masih rendahnya sopan santun siswa dalam berbicara terhadap guru.

2. Perilaku siswa yang kurang baik terhadap guru.

6Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Ed. 1, (Jakarta : Rajawali Press, 1992), Cet. 2, hlm. 19.

7Syamsu Yusuf, LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 37

8Bulliying merupakan sejumlah tindakan kejam atau kasar yang ditujukan kepada seseorang, guna melukai baik fisik maupun psikis.

(4)

3. Rendahnya penghayatan siswa terhadap perilaku-perilaku yang baik di lingkungan sekolah.

4. Adanya bullying terhadap teman.

5. Adanya siswa yang kurang dalam bersosialisasi dengan teman.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh orang tua dalam mendidik anak? 2. Bagaimana akhlak anak dalam kehidupan sehari-harinya?

3. Sejauhmana pola asuh orang tua berpengaruh terhadap akhlak anak?

D. Definisi Operasional 1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya kekuatan yang datang keadaan atau sesuatu (orang, benda,dsb.) yang berkuasa atau berkekuatan ghaib".10

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh adalah merupakan sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.11

Sedangkan yang dimaksud pengaruh dalam skripsi ini adalah daya kekuatan yang datang dari sikap orang tua yang dapat mengubah dan mempengaruhi akhlak anak, sehingga mengakibatkan anak berprilaku sesuai dengan apa yang ia terima dari orang tua.

2. Pola Asuh

Pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu “pola” dan “asuh”. Pola memiliki arti sistem atau cara kerja.12 Sedangkan kata “asuh” memiliki arti menjaga

(merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih,

10Suharto dan Tata Iryanto, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Penerbit Indah, 1989, hlm. 160

11Abdian, Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia:

(5)

dan sebaginya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga.13

Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Danny I. Yatim Irwanto, pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan itu sendiri adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.14

Yulia Singgih D Gunarsa mengungkapkan bahwa pola asuh merupakan cara orang tua bertindak, berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak sebagi suatu aktivitas yang melibatkan banyak prilaku tertentu secara individual maupun bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak.15

Jadi pola asuh adalah serangkaian usaha orang tua dalam mendidik, membimbing, mengarahkan anak agar memiki akhlak yang baik, berpengetahuan, serta memiliki nilai. Hal ini dilakukan sebagai perwujudan rasa tanggung jawab selaku orang tua.

Pola asuh diberikan orang tua pada anak dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan yang diberikan.16

Pola asuh orang tua akan mempengaruhi anak ketika dewasa, karena sikap seseorang erat kaitannya dengan apa yang ia dapat sedari dini.

3. Orang Tua

Menurut Kamus Indonesia orang tua dapat diartikan sebagai berikut:

“Ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebgainya) orang yang dihormati, disegani di kampung, tetua”.17

12 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 778

13Ibid., hlm. 692

14Danny I. Yatim Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta: Arcan, 1991), Cet. ke-1, hlm. 94

15Yulia Singgih D Gunarsa, Psikologi Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hlm. 37

16Theo Riyanto, Mengajarkan Disiplin kepada Anak, (Jakarta: Mitra Utama, 1996), hlm.28

(6)

Orang Tua menurut M Arifin adalah orang yang menjadi pendidik dan membina yang berada di lingkungan keluarga.18 Orang tua merupakan

pendidik pertama dan utama dalam hal pembentukan akhlak bagi anaknya. Disebut pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya serta pendidik pertama karena merekalah yang pertama mendidik anak-anaknya. Sekolah, pesantren, dan guru agama yang di undang ke rumah hanyalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu anaknya.19

Dalam penggunaan bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan

Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi: kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman [31]: 14)20

4. Akhlak

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab, jama’ dari khuluqun

(ققللخل) yang menurut lughah diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.21 Dalam kamus bahasa Indonesia, kata akhlak

diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.22

Dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq yaitu

khuluq, sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Qalam (68): 4:









18M. Arifin, Teori-teori Konseling dan Agama, (Jakarta, Golden Terayon Press), hlm. 114

19Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 8

20Departemen, Tafsir, hlm.

21Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: Diponegoro, 1983), Cet. Ke-2, hlm.11

(7)

“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam [68]: 4)23

Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk, lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktikkan dalam perbuatan, sedang yang buruk di benci dan dihilangkan.24

Menurut Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak merupakan suatu kebiasaan kehendak atau menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan berlangsung berturut-turut.25 Dengan kata lain,

kemenangan keinginan atas keinginan lainnya dalam jiwa manusia tersebut berlangsung secara berturut-turut atau berulang-ulang, sehingga hal tersebut menjadi suatu kebiasaan dan kebiasaan tersebut membentuk satu watak yang lekat dalam jiwanya.

Sedangkan menurut imam Al Ghozali, akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan.26

Menurut konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin-nafs)

yang mendorong untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa ini ada dua, yaitu ada yang berasal dari watak (temperamen) dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur, yaitu unsur watak naluri dan unsur usaha melalui kebiasaan dan latihan.27

Dalam khazanah perbendaharaan bahasa Indonesia kata yang setara maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Kata-kata ini sering disejajarkan dengan budi pekerti,

23 Departemen, Al-Qur’an dan, hlm.

24Ali Khalil Abu Ainain, Falsafah al-Tarbiyah fi al-Quran al-Karim. T.tp. (Dar al-Fikr al-‘Arabiy: 1985), hlm. 186

25Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), penterjemah Farid Ma’ruf, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 62.

26Al Ghozali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, (Yogyakarta: Mizan, 1997), hlm. 213.

(8)

tata susila, tata krama atau sopan santun.28 Pada

dasarnya secara konseptual kata etika dan moral mempunyai pengertian serupa, yakni sama-sama membicarakan perbuatan dan perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Akan tetapi dalam aplikasinya etika lebih bersifat teoritis filosofis sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai, sedang moral bersifat praktis sebagai tolok ukur untuk menilai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.29

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah suatu kondisi yang terbentuk dalam jiwa manusia, yang lekat dan mendalam di dalam lubuk hati manusia, sehingga dari kondisi yang telah terbentuk tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku baik berupa ucapan maupun tindakan dengan mudah dan gampang tanpa berpikir panjang lebar. Terbentuknya kondisi jiwa tersebut atau yang disebut sifat ataupun watak manusia tersebut bukan terjadi atau ada dengan begitu saja, tetapi didahului dengan suatu proses. Dan watak manusia yang merupakan hasil bentukan suatu proses tersebut bukanlah merupakan hasil yang final atau harga mati.

5. Anak

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa, “Anak adalah manusia yang masih kecil” atau “Anak-anak yang masih kecil (belum dewasa).30 Anak

dalam pengertian bahasa sangat banyak yaitu keturunan yang kedua, manusia yang masih kecil, binatang yang masih kecil, pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuhan-tumbuhan yang besar, orang yang termasuk dalam satu golongan pekerjaan (keluarga dan sebagainya), bagian yang kecil (pada suatu benda), yang lebih kecil dari pada yang lain.31

28Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Titihan Ilahi Press, 1988), hlm. 178

29Muka Sa’id, Etika Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), hlm. 23

30Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.31

(9)

Pengertian anak dalam Islam disosialisasikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang arif dan berkedudukan mulia yang keberadaanya melalui proses penciptaan yang berdimensi pada kewenangan kehendak Allah SWT.32

Secara rasional, seorang anak terbentuk dari unsur gaib yang transcendental

dari proses ratifiksi sain (ilmu pengetahuan) dengan unsur-unsur ilmiah yang diambil dari nilai-nilai material alam semesta dan nilai-nilai spiritual yang diambil dari proses keyakinan (tauhid Islam).33

Dalam Hadis lain Rasul bersabda: “Anak-anak adalah setengah dari harum-haruman surga” (Turmidzi). “Peliharalah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekerti mereka. Sesungguhnya anak-anak itu adalah hadiah Allah kepadamu”.(Dirawikan Oleh Bukhari).34

Anak dalam Islam adalah amanah Allah SWT dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tuanya. Sebagai amanah anak harus dijaga sebaik mungkin oleh orang tua yang mengasuhnya. Anak adalah manusia yang memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apapun.

“Dalam kamus bahasa Arab Anak disebut juga dengan walad, satu kata yang mengandung penghormatan, sebagai makhluk Allah yang sedang menempuh perkembangan kearah abdi Allah yang shaleh. Pendapat Ibnu Abbas salah seorang ahli tafsir dikalangan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam penafsiran kata-kata walad pada ayat 176 surat an-Nisa’ yang mempunyai pengertian mencakup baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Pandangan ini sangat berbeda dengan ijma para fuqaha dan ulama yang di anut selama ini, bahwa yang dimaksud dengan walad dalam ayat tersebut hanya anak laki-laki saja, tidak termasuk anak perempuan. Namun demikian, pengertian walad dalam nash bisa berarti laki-laki dan juga bisa berarti perempuan.35

AfisahWardah Lubis, “Memahami Perkembangan Psikologi Anak dalam Rangka Implementasi Perlindungan Anak”, (Medan: Majalah Konvensi, Vol. II No. 1 Maret 1998, LAAI), hlm. 62, dan lihat juga Syakir Abdul Azhim, Membimbing Anak Trampil Berbahasa, (Jakarta: Gema Insani, , 2002), hlm. 2

32Iman Jauhari, Advokasi Hak-Hak Anak Ditinjau dari Hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan, (Medan: Pusataka Bangsa, 2008), hlm. 46.

33Ibid.,.

34 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 223.

(10)

Kata al-Walad dipakai untuk menggambarkan adanya hubungan keturunan, sehingga kata al-walid dan al-walidah diartikan sebagai ayah dan ibu kandung. Berbeda dengan kata ibn yang tidak mesti menunjukan hubungan keturunan dan kata ab tidak berarti mesti ayah kandung.36 Dan

menurut Prof.Dr. Hamka anak ialah aliran dari air dan darah sendiri.37 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya sikap yang benar yang orang tua terapkan dalam mendidik anak.

2. Untuk mengetahui sejauh mana akhlak siswa sehari-hari di Kelas VII Mts Al-Junaediyah Kec. Cibiuk Kab. Garut.

3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak siswa di kelas VII Mts Al-Junaediyah Kec. Cibiuk Kab. Garut.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Bagi Peneliti:

Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam menambah ilmu pengetahuan serta wawasan keilmuan, dan pendidikan pada umumnya, sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam research ilmiah.

2. Bagi Obyek Penelitian

a. Sebagai sumbangan pemikiran ke dalam dunia pendidikan khususnya di MTs. Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.

b. Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sekaligus peningkatan akhlak siswa di MTs. Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.

36M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid XV, (Lentera Hati, 2004), hlm. 614.

(11)

c. Sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja guru dalam mendidik di MTs. Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.

G. Kerangka Pemikiran

Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan anak baik dari segi positif maupun negatif.38 Pola asuh yang baik akan memicu

seseorang untuk melakukan tindakan yang positif terhadap orang di sekitarnya. Dalam pola asuh orang tua ini, dapat dilihat dari pemikiran dan penilaian tentang sesuatu sehingga terdorong untuk melakukan, bertindak, dan menyikapi sesuatu.

Orang tua hendaknya dapat memberikan pengasuhan sebaik mungkin, karena ini akan membentuk akhlak baik pada diri anak, sebaliknya jika pola asuh orang tua cenderung kurang baik akan sangat mempengaruhi perkembangan jiwanya. Tentu saja dalam hal ini dibutuhkan sekali kebijaksanaan orang tua dalam bersikap.

Anak secara kontinu berkembang baik secara fisik maupun secara psikis untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan anak dapat terpenuhi apabila orang tua dalam memberi pengasuhan dapat mengerti, memahami, menerima dan memperlakukan anak sesuai dengan tingkat perkembangan psikis anak, disamping menyediakan fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang tua dengan anak ditentukan oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap anaknya. Sikap tersebut diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam keluarga.

Pola asuh mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan perilaku moral pada anak, karena dasar perilaku moral pertama diperoleh anak dari dalam rumah yaitu dari orang tuanya. Proses pengembangan melalui pendidikan di sekolah tinggal hanya melanjutkan perkembangan yang sudah ada. Jadi dalam hal ini, penulis melihat pola asuh orang tua menjadi faktor penentu dalam proses pembentukan akhlak anak di kelas .

Melihat besarnya kaitan antara pola asuh dengan pembentukan akhlak anak, sehingga pengaruh pola asuh orang tua terhadap akhlak anak ini menjadi

38Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga,

(12)

tema yang akan diangkat dalam skripsi ini. Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:

Bagan 1.1 Skema Kerangka Berfikir H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata “hypoyang berarti di bawah dan “thesa”yang berarti

kebenaran)39. Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau

kadar kebenarannya masih belum meyakinkan. Kebenaran tersebut perlu diuji atau dibuktikan. Pembuktian atau pengujian dilakukan melalui bukti-bukti secara empiris, yakni melalui data atu fakta-fakta di lapangan. Ini berarti kebenaran hipotesis harus didukung oleh data atau fakta, bukan semata-mata oleh penalaran.

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak di kelas VII MTS Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut. Variabel yang akan diteliti terdiri dari dua variabel yaitu variabel X (Sikap orang tua) dan variabel Y (akhlak anak di kelas VII MTS Al-Junediyah). Penelitian ini mengambil hipotesa sebagai berikut:

Ho = rxy = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y, artinya tidak terdapat pengaruh antara

39 Yaya Suryana & Tedi Priatna, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : TsaBita, 2008). hlm. 123

Indikator Variabel X Indikator Variabel Y

Pola Asuh Orang Tua: 1. Otoriter

2. Demokratis 3. Permisif 4. Penelantar

Akhlak Anak:

1. Akhlakul karimah

2. Akhlakul majmumah

(13)

sikap orang tua dengan akhlak anak di kelas VII MTS al-Junaediyah.

Ha = rxy ¿ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X dan

variabel Y, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap orang tua dengan akhlak anak di kelas VII MTS Al-Junaediyah.

Dengan demikian sesuai dengan tujuan penelitian di atas, hipotesisnya adalah semakin baik sikap orang tua maka semakin tinggi baik pula akhlak anak di kelas. Sebaliknya, jika sikap orang tua kurang baik, maka semakin kurang baik pula sikap anak di kelas.

I. Langkah-langkah Penelitian 1. Menentukan Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan tentang pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak di kelas VII MTS Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut, diperlukan metode yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi penulis. Karena itu penulis menggunakan metode deskriptif dan penelitian lapangan (File Research) yang didasarkan pada objek yang ada di lapangan.

Penggunaan metode deskriptif ini dipandang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti karena berhubungan dengan masalah yang dihadapi penulis. Penelitian deskriptif ditujukan untuk menjelaskan suatu masalah yang bersifat teoritik dengan cara mengembangkan teori-teori yang ada.40

2. Lokasi

Penulis mengambil lokasi penelitian di MTS Al-Junaediyah Kabupaten Garut. Alasan pengambilan lokasi tersebut antara lain karena lokasi berdekatan dengan domisili penulis, adanya kesediaan dari seluruh unsur objek penelitian serta adanya adanya aktualisasi permasalahan yang diteliti dengan fenomena yang sedang terjadi.

3. Sumber Data

(14)

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh41.

Sumber data yang digunakan oleh penulis terdiri dari dua kategori, yaitu : Data Primer dan Data Sekunder. Pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut data primer, sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut data sekunder. Dengan kata lain, data primer adalah pernyataan (kata-kata) dan tindakan dari orang-orang yang diminta atau orang yang diwawancara. Sedangkan data sekunder berupa buku-buku dan majalah ilmiah, arsip dan sebagainya yang ada hubungannya dengan pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak.

4. Menentukan Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian42. Adapun populasi

penelitian ini adalah seluruh peserta didik MTS Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1

Populasi dan Sampel Peserta didik MTs Al-Junaediyah

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

L P

1 VII 38 51 89

2 VIII 36 36 72

3 IX 24 23 47

Jumlah 98 110 208

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti43. Berdasarkan

tabel 1 di atas sampel dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTS Al-Junaediyah yang berjumlah. Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto : Apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semuanya dan jika subjeknya lebih besar 100 orang dapat diambil 10%, 15% atau 20% - 25%.

41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013). hlm. 172

42Ibid.

(15)

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomema yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena (kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan44. Observasi

ini dilakukan untuk memperoleh data gambaran umum mengenai pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam45. Wawancara akan dilakukan dengan sumber data yang

berkaitan dengan permasalahan judul skripsi ini. Sumber data tersebut antara lain Kepala Madrasah, para Guru, dan tenaga administrasi serta peserta didik MTs Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut dalam rangka mengetahui kondisi objektif lokasi penelitian.

c. Angket

Kuesioner (Questionnaire), juga disebut angket atau daftar pertanyaan merupakan salah satu alat pengumpul data. Angket adalah pengumpul data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden46. Bentuk angket ini terstruktur, berisi pertanyaan maupun

pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban. Sedangkan alternatif yang dikembangkan akan disusun secara berjenjang ke dalam 5 option. Jika angka berorientasi positif maka penyekorannya : a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, e = 1 dan jika item berorientasi negatif maka penyekorannya : a = 1, b = 2, c = 3, d = 4, e = 5.

Bentuk angket ini di samping menghemat waktu juga dapat menarik data jawaban dari seluruh sampel pada saat bersamaan dan memberikan

44 Yaya Suryana & Tedi Priatna. Metode. hlm. 160

45Ibid. hlm. 165

(16)

keleluasaan kepada responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Teknik angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh orang tua terhadap akhlak siswa di MTs Al-Junaediyah Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya47. Metode

dokumentasi ini merupakan proses yang diarahkan e. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui buku-buku pengetahuan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Penggunaan teknik ini diharapkan akan terangkat data teoritik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, terutama menyangkut “pengaruh sikap orangtua terhadap akhlak anak” baik dari segi pengertian, ciri-ciri serta segi faktor yang dapat mempengaruhinya dengan mencari referensi penelitian ini.

6. Analisa Data

Setelah data terkumpul, yang berupa data-data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Adapun cara pengolahannya dengan memberikan skala penilaian mengenai pengaruh sikap orang tua terhadap akhlak anak. Sebelum dilakukan melalui angket adapun untuk analisisnya dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis parsial dan analisis korelasi.

a) Analisis Parsial

Analisis parsial adalah analisis yang digunakan untuk mendalami dua variabel dilakukan analisis parsial tiap indikator dengan langkah sebagai berikut. Analisis Parsial tiap indicator.

Interhasil atau penafsiran Variabel X dan variabel Y 1) Untuk angket variabel X

0,5 – 1,5 = sangat rendah

(17)

1,6 – 2,5 = rendah 2,6 – 3,5 = cukup 3,6 – 4,5 = tinggi

4,6 – 5,5 = sangat tinggi Untuk interval uji statistic

10 – 18 = sangat rendah 18 – 26 = rendah

34 – 34 = sedang 34 – 42 = tinggi

42 – 50 = sangat tinggi 2) Untuk variabel Y

0 – 49 = sangat rendah 50 – 59 = rendah 60 – 69 = sedang 70 – 79 = tinggi

80 – 100 = sangat tinggi48

Kemudian melanjutkan perhitungan-perhitungan: 1) Membuat Distribusi Frekuensi

Langkah-langkahnya :

a) Menentukan Range (jangkauan data) : r = data terbesar - data terkecil

b) Menentukan banyaknya kelas interval (K)

Untuk menentukan banyak kelas interval dapat dilakukan dengan dua cara :

(1) Memilih antara 5 sampai dengan 15 kelas interval (2) Menggunakan aturan Sturgess yaitu :

K=1 + 3,3 log n, dengan n adalah banyak data c) Menentukan panjang kelas (p)

p

=

r

k

p=kr

(18)

d) Menentukan batas bawah kelas pertama, dengan mengambil data terkecil.

e) Menentukan nilai frekuensi tiap kelas dengan sistem turus 2) Menentukan Ukuran Pemusatan

a) Menentukan Rata-rata hitung dengan rumus

X = Σxi

n atau X =

ΣfiXi Σfi

b) Kuartil dan Median (Nilai Tengah) Dihitung dengan :

c) Modus (kejadian nilai yang paling banyak muncul)

Dihitung dengan Mo =

(

d1

d1+d2

)

P tb

+

(

d1

d1+d2

)

p

Desil (data dibagi menjadi 10 bagian yang sama)

Dihitung

dengan : Di =

i(n+1)

10

(19)

Dihitung dengan : Pembelajaran Quantum Teaching melalui metode TANDUR (variabel X) terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Arab (variabel Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Regresi Linier Sederhana

2) Kesalahan Baku dari Penaksiran Y

S

y ,x

=

Y

2

a

Y

b

XY

n

(20)

n

XY

(

X

)

(∑Y)

{n ∑ X2

−(∑ X)2}{n

Y2

(

Y

)

2}

r= n

XY

X

Y

(

n

X2−

(

X

)

2

)(

n

Y2−

(

Y

)

2

)

Arti Koefisien korelasi r :

 0,90 < r  1,00  hubungan yang sangat kuat

 0,70 < r  0,90  hubungan yang kuat

 0,50 < r  0,70  hubungan yang moderat

 0,30 < r  0,50  hubungan yang lemah

 r  0,30  hubungan yang sangat lemah 4) Koefisien Determinasi

Kd = r2 x 100 %

Arti Koefisien Determinasi r2 :

 90 % < r2 100 % berpengaruh sangat kuat  70 %< r2 90% berpengaruh kuat

 50 %< r2 70% berpengaruh moderat  30 % < r2 50 % berpengaruh lemah  r2 30% berpengaruh sangat lemahr2

30 % berpengaruh sangat lemah 49.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Al Ghozali. 1997. Mutiara Ihya’ Ulumuddin. Yogyakarta: Mizan Amin, Ahmad.1991. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Cet. ke-2, Departemen Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Jakarta: Diponegoro

Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Gunarsa, Yulia Singgih D. 2002. Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hamka.1988. Tafsir Al-Azhar Juz’ XXI-XXII. Jakarta: Pustaka Panji Mas Ulwan, Abdullah Nasih. 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam.

Semarang: Asy-Syi’fa

Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1995), Cet. Ke-3, hlm. 15

Irwanto, Danny I. Yatim. 1991. Kepribadian Keluarga Narkotika. Jakarta: Arcan. Cet. ke-1

Ismail, Faisal. 1988. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titihan Ilahi Press

Kartono, Kartini.1992. Peranan Keluarga Memandu Anak, Ed. 1. Jakarta : Rajawali Press. Cet. 2

Khallaf, Abdul Wahab.1990. Ilmu Ushul al-Fiqh. Kairo: Maktabah Dakwah al-Islamiyah Shabab al-Azhar.

Mazhahiri, Husain. 2001. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera Basritama, 2001. Cet. ke-4

Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

(22)

Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Sekolah Tinggi Siliwangi Garut, Pedoman Penyusunan Skripsi Dan Karya Tulis Ilmiah Maha peserta didik. (2012

Shihab, M. Quraish. 2004. Tafsir Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid XV. Lentera Hati.

Suryana, Yaya dan Priatna, Tedi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : TsaBita

Tafsir, Ahmad. 2000. Pendidikan Agama Dalam Keluarga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Yusuf, Syamsu.2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Abdian, Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia:

http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengerian-pengaruh/,

(Diakses: 30 November 2014)

Gambar

Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan nilai wajar terkait dengan liabilitas keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui di dalam “Keuntungan/

Alat Pemantau Suhu Ruangan Melalui Web Berbasiskan Mikrokontroler AT89S51, merupakan suatu alat yang menggunakan sensor LM35 untuk penyensoran suhunya.. Metode pengumpulan data

Tidak terpenuhinya nilai OEE di perusahaan tersebut karena nilai dari Quality Rate pada pperusahaan tersebut yang sangat rendah yaitu sebesar 50,1%sehingga perlu dilakukan

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

Teori ini menganggap bahwa penggunaan utang 100 persen sulit dijumpai. Kenyataannya semakin banyak utang, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung. Satu hal

Keller (2013:267) menyatakan bahwa dunia kini telah menjadi ―pasar budaya‖ di mana konsumen dapat memilih merek yang berasal dari negara yang berbeda, berdasarkan

CIBIUK KALER ASEP GOJALI CIBIUK KIDUL AGUS SUGANDA.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam resital 34 bahwa penyelidikan perpanjangan Safeguard berfokus pada keadaan apakah pengenaan BMTP masih diperlukan