JUFRI EFFENDI
NIM. 809315009
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
▸ Baca selengkapnya: contoh sk tim supervisi guru madrasah
(2)(3)(4)iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat,
kemurahan dan karuniaNya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Tesis ini berjudul ”Hubungan Efektivitas Supervisi klinis dan
Keinovatifan Kepala Madrasah dengan Kompetensi pedagogis Guru MTs di
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang”. Penulis menyadari bahwa
selesainya tesis ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak……….sebagai pembimbing I,
dan Bapak ………..…… sebagai pembimbing II, yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyelesaian tesis ini.
2. Bapak……….., Bapak ………, dan Bapak
………sebagai nara sumber dan penguji yang banyak memberikan
arahan dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Rektor Universitas Negeri Medan, Direktur, Asisten Direktur, Ketua dan
Sekretaris Prodi, Bapak/Ibu Dosen serta Pegawai Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan memberikan
pelayanan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Prodi Administrasi
Pendidikan.
4. Kepala Madrasah dan Bapak/Ibu guru MTs di Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang telah mengizinkan dan bersedia membantu
5. ... dan seluruh rekan-rekan di
Prodi Adm. Pendidikan khususnya angkatan .../Reguler yang tidak
dapat saya sebutkan namanya satu persatu.
6. Ayahanda ..., Ibunda..., adikku..., yang
telah banyak memberikan doa dan dorongan moril selama penulis
mahasiswa.
7. Istri tercinta... dan ananda tersayang ..., yang
tabah dan ikhlas menunggu serta mengorbankan waktu kebersamaan
keluarga selama penulis mengerjakan tesis ini.
Akhirnya semoga semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian pendidikan dan
tesis ini mendapat limpahan berkat dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, Desember 2011
i
ABSTRACT
JUFRI EFFENDI, The Correlation of Clinical Supervision Effectiveness and Innovative of a Headmaster to the Pedagogical Competence of Teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang. Thesis. Medan: Post Graduate Program of State University of Medan, 2011.
This research is aims to study; (1) the correlation between clinical supervision effectiveness of headmaster and pedagogical competence of teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang, (2) the correlation between innovative of a headmaster and pedagogical competence of teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang, (3) the correlation clinical supervision effectiveness and innovative of a headmaster to the pedagogical competence of teacher at MTs District Sunggal Regency Deli Serdang.
This type of research by using proportional random sampling, as many as 93 people are taken as the sample drawn on the basis of Harry King Nomogram Table (N ≤ 2000). Before study the instrument was tested to the population out of sampel for 30 teachers to know the validity and reliability of instrument research. Instrument used to collect data is the Likert scale questionnaire. To test the hypotesis used to technique of correlation and regression analyses of simple and double, at the significance level of 0,05. Data processing in this research using SPSS version 15 program.
ABSTRAK
JUFRI EFFENDI, Hubungan Efektivitas Supervisi Klinis dan Keinovatifan Kepala Madrasah dengan Kompetensi Pedagogis Guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) hubungan antara persepsi guru terhadap efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, (2) hubungan antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, (3) hubungan persepsi guru terhadap efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
Jenis penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling, ukuran sampel sebanyak 93 orang didasarkan pada tabel Nomogram Harry King (N ≤ 2000). Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen terhadap populasi di luar sampel yang berjumlah 30 guru, bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah kuesioner skala Likert. Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis korelasi dan regresi sederhana dan ganda, pada taraf signifikansi 0,05. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan program SPSS versi 15.
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 13
C. Batasan Masalah ... 13
D. Rumusan Masalah ... 14
E. Tujuan Penelitian ... 14
F. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 16
A. Kerangka Teoretis ... 16
1. Pengembangan Kompetensi Pedagogis Guru ... 28
2. Hakikat Terhadap Efektivitas Supervisi Klinis ... 22
4. Penelitian yang Relevan ... 62
C. Kerangka Berfikir ... 64
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 68
BAB III METODE PENELITIAN ... 69
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 69
B. Sumber Data ... 69
C. Desain Penelitian ... 71
D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 72
E. Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data Penelitian ... 75
F. Uji Coba Instrumen... 80
G. Teknik Analisis Data ... 83
1. Analisis Deskripsi Data ... 83
2. Uji Asumsi Dasar ... 83
a. Uji Normalitas ... 84
b. Uji Linieritas ... 84
3. Analisis Korelasi Sederhana ... 84
4. Analisis Korelasi Parsial ... 85
5. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 85
6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 86
a. Analisis Korelasi Ganda (R) ... 87
b. Koefisien Determinasi (R2) ... 87
c. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 87
vii
7. Uji Hipotesis Penelitian ... 88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 89
A. Hasil Penelitian ... 89
1. Deskripsi Data Instrumen Penelitian ... 89
a. Validitas Angket ... 89
b. Reliabilitas Angket ... 90
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 90
a. Data Angket Efektivitas Supervisi Klinis ... 90
b. Data Angket Keinovatifan Kepala Madrasah ... 91
c. Data Angket Kompetensi Pedagogis Guru ... 93
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 94
1. Uji Asumsi Dasar ... 94
a. Uji Normalitas ... 94
b. Uji Linieritas ... 95
2. Analisis Korelasi Sederhana... 97
3. Analisis Korelasi Parsial ... 102
4. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 106
5. Analisis Regresi Linier Berganda ... 108
a. Analisis Korelasi Ganda (R) ... 109
b. Koefisien Determinasi (R2) ... 110
c. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 111
d. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 111
D. Pembahasan Penelitian ... 117
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 122
A.Simpulan ... 122
B.Saran ... 123
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Distribusi Populasi Penelitian ... 70
3.2. Kisi-Kisi Instrumen Kompetensi Pedagogis Guru ... 76
3.3. Kisi-Kisi Instrumen Efektivitas Supervisi Klinis ... 78
3.4. Kisi-Kisi Instrumen Keinovatifan ... 79
3.5. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 86
4.1. Hasil Uji Validitas Angket ... 89
4.2. Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 90
4.3. Distribusi Frekuensi Data Efektivitas Supervisi Klinis ... 90
4.4. Distribusi Frekuensi Data Keinovatifan ... 92
4.5. Distribusi Frekuensi Data Kompetensi pedagogis Guru ... 93
4.6. Hasil Uji Normalitas Data ... 95
4.7. Hasil Uji Linier X1 Terhadap Y ... 96
4.8. Hasil Uji Linier X2 Terhadap Y ... 97
4.9. Hasil Analisis Korelasi Sederhana Antara X1 dengan Y ... 98
4.10. Hasil Analisis Korelasi Sederhana Antara X2 dengan Y ... 99
4.11. Hasil Analisis Korelasi Sederhana Antara X1 dan X2 ... 101
4.12. Hasil Analisis Korelasi Parsial X1 dan X2, dikontrol Y ... 102
4.13. Hasil Analisis Korelasi Parsial X1 dan Y, dikontrol X2 ... 104
4.14. Hasil Analisis Korelasi Parsial X2 dan Y, dikontrol X1 ... 105
4.15. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana X1 dan Y ... 106
4.16. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana X2 dan Y ... 107
4.18. Hasil Analisis Korelasi Ganda (R) ... 109
4.19. Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 110
4.20. Hasil Uji F ... 111
4.21. Hasil Uji t ... 112
5.1. Data Angket Efektivitas Supervisi Klinis ... 137
5.2. Hasil Uji Validitas Efektivitas Supervisi Klinis ... 138
5.3. Validitas Angket Efektivitas Supervisi Klinis ... 140
5.4. Data Angket Keinovatifan ... 141
5.5. Hasil Uji Validitas Keinovatifan ... 142
5.6. Validitas Angket Keinovatifan ... 144
5.7. Data Angket Kompetensi pedagogis Guru ... 145
5.8. Hasil Uji Validitas Kompetensi pedagogis Guru ... 146
5.9. Validitas Angket kompetensi pedagogis Guru ... 148
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Desain Penelitian Hubungan Antar Variabel ... 72
4.1. Histogram Data Efektivitas Supervisi Klinis ... 91
4.2. Histogram Data Keinovatifan ... 92
4.3. Histogram Data Kompetensi pedagogis Guru ... 93
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 128
2. Analisis Instrumen Angket ... 136
3. Perhitungan Statistik Deskriptif ... 152
4. Uji Normalitas Data ... 156
5. Uji Linieritas ... 158
6. Analisis Korelasi Sederhana ... 160
7. Analisis Korelasi Parsial ... 162
8. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 164
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jalal & Mustafa (2001:18) mengatakan bahwa, guru merupakan faktor
kunci yang paling menentukan keberhasilan pendidikan dilihat dari prestasi
belajar peserta didik. Artinya, tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik tidak
terlepas dari peran guru dalam pembelajaran.
Menyikapi hasil penelitian itu, memang relevan dengan kondisi nyata
kompetensi guru Indonesia yang perlu ditingkatkan. Reformasi apapun yang
dilakukan dalam pembenahan pendidikan tidak akan efektif tanpa guru
profesional. Pembaharuan kurikulum, penyediaan sarana dan prasarana,
penerapan metode, teknik, dan pendekatan pembelajaran yang terbaru sekalipun,
bahkan memberikan bantuan dana kepada sekolah, jika tanpa guru profesional,
maka semua upaya yang dilakukan kurang berhasil mencapai output yang
memuaskan.
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Seorang ahli,
tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua
ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan
ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif
pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan
antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skill atau
Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter,
insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan
tetapi guru, sudahkan menjadi profesi dengan kriteria di atas. Guru jelas sebuah
profesi, akan tetapi sudah adakah sebuah profesi yang profesional, minimal
menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode
keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut
guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak sembarangan orang bisa
menjadi guru.
Guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan. Ujung tombak
pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar
peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu
masyarakat atau bangsa.
Mengingat guru adalah pekerjaan yang sangat idealis, guru harus memiliki
kompetensi yang dinamakan kompetensi keguruan yang bertujuan sebagai
penguasaan kecakapan kerja atau keahlian yang dituntut selaras dengan bidang
kerja keguruan. Dengan kecakapan dan keahlian itu, guru mempunyai wewenang
dalam melakukan pelayanan keguruannya. Dalam bentuk nyata guru yang
berkompetensi mampu bekerja dalam bidang pendidikan secara efektif dan
efesien. Kompetensi keguruan menunjukkan kualitas serta kuantitas layanan
pendidikan yang dilakukan oleh guru secara terstandar.
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang
memiliki keahlian dalam mendidik atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan
jam terbang yang memadai. Dalam kontek di atas, untuk menjadi guru seperti
3
intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan,
keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran,
memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan, kemampuan
mengorganisir dan problem solving, kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing,
membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan
ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari
contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran
tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan
personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan
hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai-nilai dasar
dari bangun karakter atau akhlak anak.
Di Indonesia sudah menjadi realitas umum bahwa guru bukan menjadi
profesi yang berkelas, baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa,
apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan
guru. jika ingin memposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai
di blow up bahwa profesi guru setaraf atau derajat yang tinggi dan dihormati
dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses
perubahan dan perbaikan di masyarakat.
Cukup banyak penelitian yang mengungkapkan tentang kompetensi
pedagogis guru dalam pembelajaran. Apabila mengacu pada Human Index
Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang
memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107
Indonesia jauh tertinggal. Contoh Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78,
dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste
yang berada diposisi 145 dan 150.
HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di
suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 (tiga) kategori, yakni
kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Jadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia
menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program
pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan
kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka
seperti Vietnam atau Timor Leste.
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai fungsi multi peran yakni
sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih. Secara otomatis juga mempunyai
tanggung jawab yang sangat besar untuk mencapai kemajuan pendidikan
sekaligus untuk meningkatkan kualitas SDM bangsa. Harus diakui bahwa
kemajuan pendidikan sebagian besar bergantung kepada kewenangan dan
kemampuan guru. Syukurlah, para wakil rakyat di legislatif telah mengesahkan
“guru sebagai profesi“ yang termaktub di dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Dengan demikian, profesi guru akan setara dengan profesi lain
yang berkebanggaan.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat dominan dalam
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh karena guru adalah orang
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar proses
pembelajaran berkualitas maka guru-gurunya juga harus berkualitas dan
5
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan maksimal”. Di samping itu, guru sangat erat kaitannya
dengan mutu lulusan sekolah. Imron (1995:45) mengemukakan: “kadar kualitas
guru ternyata dipandang sebagai penyebab kadar kualitas output sekolah”.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin.
Pendidikan selama ini belum mampu membangkitkan kemauan peserta
didik untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan umat. Di
Indonesia orang pandai sudah cukup banyak, orang terampil juga sudah
membeludak. Masalahnya bagaimana agar mereka memiliki kemauan untuk
memanfaatkan kepandaian dan keterampilannya bagi pemecahan berbagai
persoalan masyarakat dan bangsa, dalam skala kecil sekalipun, bukan malah
menambah masalah dan menghambat pembangunan.
Uraian di atas tidak tanpa alasan. Buktinya dapat disaksikan betapa banyak
para peserta didik yang keluyuran di mall pada jam-jam efektif belajar. Mengapa
mereka lebih senang bermain dari pada belajar. Ini adalah tantangan, khususnya
bagi guru, bagaimana menciptakan pembelajaran yang menggairahkan,
menantang nafsu peserta didik, dan menyenangkan. Untuk itu, diperlukan guru
yang kreatif, professional, dan menyenangkan, sehingga mampu menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif, suasana pembelajaran yang menantang, dan
mall. Hal ini penting, terutama karena dalam setiap pembelajaran, guru memiliki
peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator
pembelajaran, lebih-lebih di sekolah dasar. Hal ini berarti bahwa kemampuan
profesional guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat
menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran
sangat bergantung pada kemampuan profesional guru, terutama dalam
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif, dan efesien
(Mulyasa, 2005:13).
Syaodih (dalam Mulyasa, 2005:13), mengemukakan bahwa guru
memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun
pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa guru adalah
perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Karena guru
juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah
yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum.
Menyadari hal tersebut, betapa pentingnya untuk meningkatkan aktivitas,
kreatifitas, kualitas dan proesionalisme guru, hal tersebut lebih nampak lagi dalam
pendidikan yang dikembangkan secara desentralisasi sejalan dengan kebijakan
otonomi daerah, karena di sini guru diberikan kebebasan untuk memilih dan
mengembangkan materi standar dan kompetensi dasar sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan daerah dan sekolah.
Simon dan Alexander (dalam Mulyasa, 2005:14) telah merangkum lebih
dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang dan menunjukkan adanya
dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan
7
untuk melakukan pembelajaran di kelas, dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal
ini guru hendaknya memiliki standar kemampuan profesional untuk melakukan
pembelajaran yang berkualitas.
Kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, segi proses dan segi hasil. Dari
segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar
peserta didik secara baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, dapat dilhat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya
rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila
pembelajaran yang diberikan mampu mengubah prilaku sebagian besar peserta
didik kearah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Untuk memenuhi
tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi pembelajaran.
Pengembangan kualitas guru merupakan suatu proses yang kompleks, dan
melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari para ahli terhadap
pengembangan kompetensi guru, tetapi harus pula difahami berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas guru dalam mengembangkan berbagai aspek pendidikan
dan pembelajaran.
Selain itu, profesi sumber daya guru perlu terus menerus tumbuh dan
berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Salah satu cara
untuk menumbuh kembangkan kemampuan sumberdaya guru adalah melalui
supervisi. Salah seorang yang diberikan tanggung jawab untuk melakukan
supervisi adalah kepala madrasah, sehingga kepala madrasah disebut juga sebagai
dan bimbingan secara profesional kepada guru yang kurang memiliki kemampuan
profesional dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan hakekat supervisi yang
dikemukakan oleh Pidarta (1999:14) sebagai berikut: Hakekat supervisi adalah
suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para
personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar, agar siswa dapat belajar secara efektif
dengan prestasi belajar yang semakin meningkat.
Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah terhadap para guru. Jenis supervisi ini merupakan bantuan
profesional yang diberikan secara sistematik kepada guru berdasarkan kebutuhan
guru tersebut dengan tujuan untuk membina guru serta meningkatkan
profesionalisme dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Kepala madrasah selaku supervisor klinis selain sebagai penanggung jawab
kepada tugas-tugas supervisi klinis, juga harus melakukan akuntabilitas terhadap
tugas-tugas tersebut. Maksudnya jika tanggung jawab merupakan usaha agar apa
yang dibebankan kepadanya dapat diselesaikan sebagaimana mestinya dalam
waktu tertentu, maka akuntabilitas harus melebihi dari kewajiban itu. Mcashan
(1983:46) menyatakan bahwa akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai
oleh orang lain karena kualitas performanya menyelesaikan tujuan yang menjadi
tanggung jawabnya. Dengan kata lain, keberhasilan supervisi klinis untuk
mencapai profesionalisme guru sangat tergantung kepada sejauh mana tingkat
akuntabilitas kepala madrasah. Untuk mencapai tingkat akuntabilitas yang tinggi
dalam melaksanakan supervisi klinis kepala madrasah memerlukan pengetahuan
9
Meskipun supervisi klinis ini tergolong baru dipakai di Indonesia tetapi
supervisi model ini banyak menyedot perhatian para pemerhati pendidikan.
Ketertarikan terhadap model supervisi yang paling mutakhir ini disebabkan oleh
karena supervisi klinis ini menawarkan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki
oleh model supervisi lainnya. Kelebihannya antara lain terciptanya hubungan
antara supervisor dengan guru dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, dan
demokratis.
Melalui pengamatan dan analisis ini, seorang supervisor pendidikan akan
dengan mudah mengembangkan kemampuan guru dalam mengelolah proses
pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesionalismenya ingin dikembangakan
lebih menghendaki cara kesejawatan daripada cara yang otoriter.
Hal ini sejalan dengan Kepmendikbud RI nomor 0296/U/1996
mengungkapkan bahwa peran kepala sekolah adalah sebagai Edukator, Manajer,
Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator (EMASLIM).
Dengan demikian, keberhasilan sekolah juga bergantung kepada supervisi klinis
dan kemampuan manajerial kepala sekolah untuk mempengaruhi, membimbing,
menggerakkan, dan memotivasi individu-individu yang terlibat dalam pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Jadi, tugas kepala sekolah lebih banyak berhubungan dengan penanganan
persoalan-persoalan yang bersifat teknis dan nonteknis. Penanganan yang bersifat
teknis cenderung diupayakan untuk mempermudah, memelihara atau
memperbaiki segala persoalan pembelajaran yang dihadapi sehingga tujuan
nonteknis cenderung dilakukan sebagai upaya penyelesaian masalah yang
berhubungan dengan konflik-konflik yang terjadi di sekolah.
Memperhatikan kenyataan ini, Wahjusumidjo (2001:43) menegaskan
bahwa, kepala sekolah sesungguhnya memiliki peran penting dalam
menggerakkan aktivitas sekolah dalam mencapai tujuan. Supervisi klinis kepala
sekolah merupakan kunci keberhasilan berbagai kegiatan sekolah.
Dalam melaksanakan fungsi di atas, jika dihubungkan dengan upaya
kepala madrasah meningkatkan mutu dengan melaksanakan seluruh peranannya
dan peningkatan pengelolaan madrasah meliputi kurikulum, kegiatan belajar
mengajar, pemanfaatan sarana dan prasarana, aspek administrasi secara umum,
kepesertadidikan, ketenagaan, perlengkapan, hubungan sekolah dengan
masyarakat, maka supervisi (supervisi klinis) digunakan untuk melaksanakan
tugas ini.
Prinsip dasar yang melandasi pelaksanaan supervisi tersebut adalah
Kepmendikbud No. 0265/0/1980, menyatakan bahwa pengawasan atau supervisi
diarahkan sebagai upaya pencegahan, pengendalian, perbaikan, dan
penyempurnaan, serta ajang komunikasi dan keterbukaan.
Dalam meningkatkan pedagogis guru, menurut peneliti supervisi dan
inovasi harus dilaksanakan dengan baik agar kepala madrasah dapat melihat
kelemahan-kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setelah
mengetahui kelemahan-kelemahan tersebut, kepala madrasah dapat memberikan
11
Kurang berhasilnya proses pembelajaran tidak semata-mata karena
kegagalan guru. Banyak faktor yang menyebabkannya antara lain; kurang
termotivasi untuk melaksanakan tugas dan kurang mendapatkan layanan, bantuan,
dan atau arahan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan manajemen kelas.
Oleh karena itu, Kepala madrasah harus melaksanakan supervisi klinis dan
seluruh peranannya seefesien mungkin untuk mencapai kompetensi pedagogik
guru. Dengan demikian melaksanakan tugas bukanlah sesuatu yang terpaksa,
melainkan merupakan kewajiban dan tanggung jawab. Akhirnya, suasana kerja
yang harmonis akan benar-benar terwujud.
Kondisi nyata yang dilihat dari suasana belajar dan mengajar yang ada di
lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang bahwa masih ada guru yang mengajar dengan menggunakan
metode-metode lama seperti ceramah, siswa ditugaskan menulis bahan ajar di papan tulis,
tidak menggunakan dan menemukan inovasi dalam pembelajaran , sehingga siswa
merasa bosan dalam belajar, masih seringnya guru tidak hadir dalam mengajar,
masih ada guru yang tidak mempunyai administrasi mengajar, seperti rencana
program pengajaran (RPP), silabus, program tahunan, program semester, kalender
harian, apalagi merumuskan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), masih ada guru
mengajar tidak sesuai dengan RPP. Bahkan masih ada guru yang tidak
mengetahui tujuan pembelajaran dari pelajaran yang akan diajarkannya, sehingga
tidak mencapai tujuan pembelajaran. Hal lain masih ada guru yang mengajar
bidang studi di luar bidangnya, atau keahliannya. Guru yang mengajar di luar
keahliannya akan melahirkan pembelajaran yang berkualitas rendah. Hal ini
mengaktualisasikan kurikulum yang diajarkannya. Hal ini juga tentunya sangat
berpengaruh terhadap prestasi siswa juga sekolah.
Padahal, kepala madrasah bersama ketua sub rayon telah melakukan
berbagai macam upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogis guru, berbagai
macam upaya yang dilakukan seperti: mendatangkan tutor yang berkualitas ke
Sub Rayon Kecamatan Sunggal untuk melatih para guru, mengutus beberapa
orang guru mengikuti seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan untuk pencerahan
pengetahuan para guru, mengadakan Kelompok Kerja Guru (KKG), mengadakan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), memang jika dilihat secara umum
MTs se-kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang tidak terlihat ada masalah,
namun jika dilihat secara mendetail maka muncullah permasalahan-permasalahan
seperti yang terungkap di atas.
Berdasarkan informasi (data) awal tersebut, maka terdapat kesenjangan
antara harapan yang seharusnya dengan kenyataan yang ada di madrasah,
harapan-harapan yang diuraikan di atas tidak seperti kenyataan yang ada di
madrasah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengungkapkan
mengenai pengaruh efektivitas supervisi klinis dengan keinovatifan kepala
madrasah terhadapkompetensi pedagogik guru MTs di Kecamatan Sunggal
13
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, bahwa kompetensi
pedagogis guru dapat dipengaruhi berbagai faktor, misalnya: (1) penyusunan
rencana proses pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian
hasil belajar.
Jadi, secara umum dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
(1) apakah efektivitas supervisi klinis diperlukan dengan kompetensi pedagogis
guru di madrasah?, (2) apakah keinovatifan kepala madrasah diperlukan dengan
kompetensi pedagogis guru?, (3) apakah kompetensi pedagogis guru dapat
mempengaruhi kreativitas dan mutu madrasah?, (4) apakah efektivitas supervisi
klinis kepala madrasah mempengaruhi kreativitas dan mutu madrasah?, (5)
apakah keinovatifan kepala madrasah mempengaruhi kreativitas dan mutu
madrasah?, (6) apakah efektivitas supervisi klinis mempengaruhi keinovatifan
kepala madrasah?, (7) apakah keinovatifan kepala madrasah berpengaruh dengan
kompetensi pedagogis guru?, (8) apakah efektivitas supervisi klinis
mempengaruhi kompetensi pedagogis guru?, (9) apakah efektivitas supervisi
klinis dan keinovatifan kepala madrasah dapat mempengaruhi kompetensi
pedagogis guru?,
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, menunjukkan bahwa banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kompetensi pedagogis guru. Mengingat adanya keterbatasan
diteliti mengenai: (1) efektivitas supervisi klinis; (2) keinovatifan kepala
madrasah; (3) kompetensi pedagogis guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara efektivitas supervisi klinis dengan
kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang?
2. Apakah terdapat hubungan antara keinovatifan kepala madrasah dengan
kompetensi pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang?
3. Apakah terdapat hubungan antara efektivitas implementasi supervisi klinis
dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi
pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
akurat tentang efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan kepala madrasah yang
dapat memberikan hubungan yang berarti terhadap kompetensi pedagogis guru di
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan secara khusus bertujuan
untuk memperoleh data kuantitatif yang objektif dan kesimpulan yang bersifat
15
1. Mengetahui hubungan efektivitas supervisi klinis dengan kompetensi
pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
2. Mengetahui hubungan keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi
pedagogis guru MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
3. Untuk mengetahui hubungan efektivitas supervisi klinis dan keinovatifan
kepala madrasah secara bersama-sama dengan kompetensi pedagogis guru
MTs di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara teoritis, akan diperoleh informasi empirik berdasarkan pijakan teori
yang mendukung terhadap kompetensi pedagogis guru jika dihubungkan
dengan perilaku kerja yang empirik mengenai efektivitas supervisi klinis dan
keinovatifan kepala madrasah, sehingga kompetensi pedagogis guru dapat
ditingkatkan.
2. Secara praktis indikator penelitian ini dapat diterapkan dan dikembangkan
melalui pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai perilaku operasional dalam
menyelesaikan tugas dan mencapai prestasi yang tinggi pada guru MTs di
kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang.
3. Menjadi pendorong bagi peneliti lainnya untuk melakukan kegiatan penelitian
yang relevan dengan pijakan teori yang telah diujicobakan dan dibuktikan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang berarti antara efektivitas supervisi klinis kepala
madrasah dengan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan
Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel
penelitian diperoleh koefisien korelasi antara efektivitas supervisi klinis
kepala madrasah dengan kompetensi pedagogis guru adalah 0,828 1y
x
r .
Semakin tinggi efektivitas supervisi klinis kepala madrasah maka semakin
tinggi pula kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal,
Kabupaten Deli Serdang.
2. Terdapat hubungan yang berarti antara keinovatifan kepala madrasah dengan
kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten
Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh
koefisien korelasi antara keinovatifan kepala madrasah dengan kompetensi
pedagogis guru adalah 0,431 2y
x
r dan harga thitung sebesar 4,557. Semakin
baik keinovatifan kepala madrasah maka semakin tinggi pula kompetensi
pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
3. Terdapat hubungan yang berarti antara efektivitas supervisi klinis kepala
madrasah dan keinovatifan kepala madrasah secara bersama-sama dengan
kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten
Deli Serdang. Dalam perhitungan korelasi antar variabel penelitian diperoleh
koefisien korelasi antara efektivitas supervisi klinis kepala madrasah dan
123
pedagogis guru sebesar 0,876. Semakin tinggi efektivitas supervisi klinis
kepala madrasah dan keinovatifan kepala madrasah maka semakin tinggi pula
kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten
Deli Serdang.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas,
maka saran yang dapat dikemukakan adalah:
1. Perlu bagi kepala madrasah untuk mengembangkan dan bertanggung jawab
terhadap keinovatifan di lingkungan madrasah yang dipimpinnya, sebab hal
ini sangat mendukung dalam proses usaha peningkatan kompetensi pedagogis
guru. Keinovatifan kepala madrasah yang baik dapat mendorong kompetensi
pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang,
sehingga personil sekolah bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
2. Bagi kepala madrasah di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli
Serdang sebaiknya menerapkan efektivitas supervisi klinis yang pada
hakikatnya merupakan pengawasan yang direncanakan secara sistematis dan
terprogram untuk peningkatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan
secara langsung kepada bawahan baik secara terbuka dan rileks sehingga
dapat meningkatkan kompetensi pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan
Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
3. Kepala madrasah di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli
keinovatifan secara bersama-sama yang pada dasarnya kepala madrasah dapat
menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim
kerja yang mendukung pelaksanaan proses administrasi secara keseluruhan
dalam situasi dan kondisi yang tepat sehingga dapat mendukung kompetensi
pedagogis guru di MTs Swasta Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut, hendaknya lebih
memperhatikan jangkauan topik, permasalahan, dan sampel yang lebih luas,
mengingat belum dapatnya hasil dan tujuan yang maksimal dalam penelitian,
karena adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian dan masih ada lagi
125
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Qomari. dan Syaiful, Sagala. 2004. Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hanum, Afrida. 2008. Implementasi Supervisi Klinis dan Pemberian Motivasi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan.
Harahap. Mahdiansyah. 2010. Hubungan Efektivitas Kepemimpinan dan Keterampilan manajerial Kepala Madrasah dengan Kinerja Guru MTs Negeri Kota Medan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Negeri Medan.
Heriyono, Juhni dan Winarni Tri. 1997. Supervisi Klinis; Bahan Pelatihan Kepala Sekolah. Jakarta: Ditdikmenum.
Hidayat. 1986. Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Idris. 2008. Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif Dengan Program SPSS. Padang: Fakultas Ekonomi UNP
Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka.
Jalal, Fasli. dan Mustafa. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yokyakarta: Adi Cita.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
.2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Pidarta. Made, 2000. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
.2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyo, Bambang. dan Lina, Miftahul, Jannah. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom
Purwanto, Ngalim, Moh. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rogers, Everett, M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: Free Pres.
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Nimas Multimas.
Sahertian, Piet, A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Saksono, Prasetyo, Budi. 1984. Dalam Menuju SDM Berdaya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Bandung: Yrama Widya.
127
. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Jakarta: Gunung Agung.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, dan Djihad Hisyam. 2003. Refleksi dan Reformas Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Direktorat Dikmenum, Ditjen Dikdasmen.
Usman, Husaini. dan Purnomo Setiady, Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.