• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sop Ugd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sop Ugd"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

R.S.I.A. “Buah Hati”–Pamulang Jl. Raya Siliwangi, no: 189 Pamulang–Tangerang Selatan

Prosedur Pelayanan di Unit Gawat

Darurat R.S.I.A. “Buah Hati” –

Pamulang

No. Dokumen : 1 No.Revisi : Halaman : 1 – 2

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : …. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Pelayanan di Unit Gawat Darurat adalah Pelayanan yang diberikan

kepada pasien dengan kondisi kegawatan atau kedaruratan sehingga perlu mendapatkan pelayanan sesegera mungkin dengan mengikuti standar yang ada.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan pasien di Unit Gawat

Darurat.

C. Kebijakan Standar Pelayanan MedisStandar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Dokter dan Perawat penanggung jawab UGD2. Melakukan Triage “Apakah pasien termasuk kasus gawat darurat / gawat tidak darurat / darurat tidak gawat / tidak gawat tidak darurat..?”

3. Menangani kegawat daruratan pasien gawat darurat umum atau psikiatrik.

4. Membuat dan mengisi status Rekam Medik pasien

5. Mengisi formulir pemeriksaan penunjang medik sesuai indikasi ( Laboratorium / Radiologi / Elektromedik )

6. Dokter jaga konsul kepada dokter spesialis jaga sesuai indikasi

7. Setelah keadaan umum stabil pasien segera dikirim ke ruangan rawat inap R.S.I.A. “Buah Hati” – Pamulang, tetapi jika R.S. tidak mempunyai fsilitas ruangan yang dinginkan ( sesuai indikasi ), maka segera segera dirujuk ke R.S. dengan fasilitas yang memadai untuk pasien tsb.

8. Memberikan tindakan therapy pada pasien darurat tidak gawat dan memperbolehkan pulang serta disarankan control ke poliklinik R.S.I.A. “Buah Hati” – Pamulang yang sesuai dengan indikasi pasien 9. Melakukan Observasi 2 jam bila pasien meninggal di UGD dan

memberitahukan keluarga pasien untuk dibawa pulang

10.Memberitahu keluarga pasien untuk membawa pulang bila pasien tiba di UGD dalam keadaan sudah meninggal.

(2)

E. Unit Terkait - Instalasi Rawat Inap / HCU / NICU / Perina

- Instalasi Rawat Jalan / Poliklinik - Instalasi Farmasi

- Instalasi Laboratorium - Instalasi Radiologi - Instalasi Rekam Medik

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status Rekam Medik

2. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 3. Blanko Laboratorium 4. Blanko Radiologi 5. Form masuk rawat inap

6. Form masuk HCU / NICU / Perina 7. Surat Rujukan ( 3 rangkap ) 8. Surat Kontrol ( 3 rangkap ) 9. Surat Kematian ( 3 rangkap )

(3)

Prosedur Penerimaan Pasien

di Unit Gawat Darurat

No. Dokumen : 2 No.Revisi : Halaman : 3 – 4

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : …. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Alur penerimaan pasien adalah prosedur dimana pasien memerlukan

pelayanan di Unit Gawat Darurat; mulai saat pasien dating sampai pulang atau alih rawat / rujuk.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam menerima pasien baru maupun ulangan yang

memerlukan pelayanan Gawat Darurat.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Pasien diterima oleh perawat UGD, melakukan primary survey (ABC)dan menempatkan pasien di ruang Triage

2. Perawat UGD menganjurkan pengantar / keluarga pasien untuk mendaftar ke bagian administrasi pendaftaran

3. Perawat melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital sesuai dengan SOP pengkajian keperawatan dan kemudian melapor ke dokter jaga UGD

4. Dokter melakukan anamnesa, pemeriksaan keadaan umum, kesadaran dan tanda – tanda vital, fisik dan psikiatrik, kemudian memberikan instruksi therapy kegawat daruratan dan konsul pada dokter spesialis jaga sesuai indikasi

5. Dokter membuat dan mengisi status rekam medik pasien

6. Setelah pasien tenang, berdasarkan indikasi medic atau social, maka pasien dibuatkan surat untuk rawat inap yang ditanda tangani oleh dokter jaga atau diberikan surat kontrol ke Poliklinik R.S.I.A. “Buah Hati” – Pamulang atau surat rujukan ke RS luar yang mempunyai fasilitas lebih memadai

7. Keluarga atau pengantar pasien menyelesaikan masalah administrasi pasien dibagian administrasi keuangan

8. Untuk pasien yang dirujuk ke RS lain dilampirkan fotokopi resep dan hasil pemeriksaan penunjang bersama surat rujukan.

(4)

E. Unit Terkait - Instalasi Rawat Inap

- Instalasi Rawat Jalan / Poliklinik - Instalasi Farmasi

- Instalasi Laboratorium - Instalasi Radiologi - Instalasi Rekam Medik

- Adminsitrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Prosedur Tetap

2. Kartu Berobat Pasien 3. Status Rekam Medik

4. Surat Rujukan atau surat control ( 3 rangkap ) 5. Blanko Resep ( 3 rangkap )

6. Blanko Laboratorium 7. Blanko Radiologi 8. Form masuk rawat inap

(5)

Prosedur Bantuan Hidup Dasar

(BHD)

No. Dokumen : 3 No.Revisi : Halaman : 5 – 6

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : …. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu tindakan medik yang harus

diberikan kepada pasien dalam kondisi Gawat dan Darurat sehingga dapat mempertahankan fungsi vital kehidupan yang terdiri dari system pernafasan dan cardiovascular.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan prosedur BHD pada pasien dengan

kondisi kegawatdaruratan sehingga dapat mempertahankan kehidupan.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Sertifikat Pelatihan ACLS / PPGD

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur Perawat menilai keadaan pasien di ruang Triage dan melakukan PrimarySurvey (ABC) : 1. A ( Airway = Jalan Nafas ); caranya yaitu:

* Extensi kepala dan angkat leher

* Extensi kepala dan dorong mandibula kedepan / angkat dagu * Angkat dagu dan dorong mandibula kedepan

* Setelah itu periksa ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas

2. B ( Breathing = Pernafasan ); untuk melakukan ventilasi dari mulut penolong ke mulut pasien, hendaknya dengan cara :

* Mempertahankan kepala dan leher pasien / korban dalam salah satu sikap yang telah disebutkan diatas

* Memencet hidung pasien / korban dengan dua jari atau menutup hidung pasien / korban dengan pipi penolong

* Selanjutnya diberikan 2 x ventilasi dalam ( mulut ke mulut ), kemudian segera raba denyut nadi karotis atau nadi femoralis

* Bila pasien / korban tetap henti nafas tapi denyut nadi masih teraba maka diberikan ventilasi dalam setiap 5 detik

* Bila denyut nadi karotis tidak teraba maka berikan 2 x ventilasi dalam setiap 5 detik. Tanda – tanda bahwa ventilasi buatan kuat adalah bila dada pasien / korban terlihat naik turun

* Pada beberapa pasien / korban ventilasi mulut ke hidung lebih efektif. 3. C ( Circulation = Sirkulasi ); caranya yaitu :

(6)

sebelah tangannya 2 jari dari episternum

* Tangan sebelahnya diletakkan diatas tangan pertama dengan jari – jari terkunci, posisi lengan lurus dan kedua bahu tepat diatas sternum pasien / korban

* Lakukan Kompresi secara vertical berjarak 4 – 5 cm dengan menekan sternum dan selanjutnya diadakan relaksasi (dalam waktu sama) tanpa mengangkat kedua tangan dari dada pasien / korban

* Bila hanya ada 1 penolong = 30 x kompresi dan 2 ventilasi dalam, harus selesai minimal 15 detik

* Bila ada 2 penolong = 15 x kompresi oleh 1 penolong dan 2 ventilasi dalam oleh penolong lainnya, maksimal dalam 5 detik

* Kompresi dada harus dilakukan secara halus dan berirama.

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik’

- Administrasi Pasien ( Pendafataran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status Rekam Medik

2. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 3. Surat Rujukan ( 3 rangkap ) 4. Surat Kontrol ( 3 rangkap )

Prosedur Tindakan Fixasi Tanpa

Medikasi

(7)

No. Dokumen : 4 No.Revisi : Halaman : 7

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur melakukan tindakan fiksasi tanpa medikasi pada pasien

dengan kondisi agresif dan gaduh gelisah agar tidak terjadi kemungkinan yang membahayakan baik bagi pasien maupun orang sekelilingnya.

B. Tujuan Sebagai acuan untuk prosedur fiksasi tanpa medikasi pada pasien gaduh

gelisah yang membahayakan dirinya maupun orang lain disekitarnya.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Dokter dan Perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarganya; apaalasan dan tahapan fiksasi yang akan dilakukan

2. Perawat menjelaskan lamanya pasien di fiksasi

3. Mendapat persetujuan dari keluarga pasien untuk dilakukan tindakan fiksasi dalam bentuk Informed Consent

4. Perawat bekerja sama dengan petugas keamanan melakukan fiksasi 5. Fiksasi dilakukan secara fisik dengan mengikat kedua lengan dan kaki

pasien pasien dengan menggunakan manset atau tali fiksasi 6. Dokter jaga konsul ke dokter spesialis jaga sesuai indikasi

7. Melakukan evaluasi tentang keadaan umum pasien dan tanda – tanda vital selama di fiksasi

8. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar selama di fiksasi; termasuk: makan, minum, b.a.b, b.a.k, kebersihan diri dan merubah posisi pasien 9. Perawat melepaskan fiksasi bila pasien sudah tenang.

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status Rekam Medik

2. Surat Persetujuan Tindakan Medik ( Informed Consent )

Prosedur Tindakan Fiksasi Dengan

Medikasi

(8)

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : …… Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur melakukan tindakan fiksasi tanpa medikasi pada pasien

dengan kondisi agresif dan gaduh gelisah agar tidak terjadi kemungkinan yang membahayakan bagi pasien maupun orang sekitarnya.

B. Tujuan Sebagai acuan untuk prosedur fiksasi dengan medikasi pada pasien

gaduh gelisah yang dapat membahayakan dirinya maupun orang lain disekitarnya.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Dokter Jaga dan perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarganyaapa alasan dan tahapan fiksasi yang akan dilakukan

2. Mendapat persetujuan dari keluarga pasien untuk tindakan fiksasi tsb. dalam bentuk Informed Consent

3. Perawat atas instruksi dokter jaga melakukan fiksasi

4. Fiksasi dilakukan dengan medikasi dalam bentuk obat injeksi Haloperidol 5 mg dan Valium 10 mg secara IM / IV

5. Dokter jaga konsulkan ke dokter spesialis jaga sesuai indikasi

6. Melakukan evaluasi tentang keadaan umum pasien dan tanda – tanda vital selama di fiksasi

7. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar selama di fiksasi; termasuk: makan, minum, b.a.b, b.a.k, kebersihan diri dan merubah posisi pasien

E. Unit Terkait - Instalasi Rawat Inap

- Instalasi Laboratorium - Instalasi Rekam Medik

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status Rekam Medik

2. Surat Persetujuan Tindakan Medik ( Informed Consent ) 3. Form masuk rawat inap

(9)

Prosedur Penatalaksanaan Pasien

dengan Penganiayaan

No. Dokumen : 6 No.Revisi : Halaman : 10

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

(10)

A. Pengertian Adalah prosedur penatalaksanaan pasien yang mengalami penganiayaan

fisik sehingga memerlukan pengobatan segera karena kondisi kegawat daruratan.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam memberikan pengobatan kepada pasien yang

mengalami penganiayaan fisik.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

D. Prosedur - Perawat UGD menyeleksi pasien di Triage - Dokter jaga melakukan pemeriksaan fisik secara cermat untuk

menemukan bukti penganiayaan dan mencatat semua hasil pemeriksaan

- Dokter jaga memberikan therapy yang optimal dan melakukan tindakan medik sesuai indikasi

- Dokter jaga melakukan konsultasi ke dokter spesialis yang diperlukan - Melakukan rujukan ke Instalansi Rawat Inap atau RS dengan fasilitas

yang lebih memadai.

E. Unit Terkait - Instalansi Rawat Inap

- Instalansi Farmasi - Instalansi Rekam Medik

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status Rekam Medik

2. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 3. Surat Konsul Dokter 4. Form masuk rawat inap 5. Surat Rujukan ( 3 rangkap )

6. Surat Keterangan Pemeriksaan Luar Forensik ( 3 rangkap )

Prosedur Penatalaksanaan Korban

Pemerkosaan dan Kekerasan

Seksual

No. Dokumen : 7 No.Revisi : Halaman : 11 – 12

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

(11)

A. Pengertian Adalah pemberian intervensi baik secara fisik maupun psikologis pada

pasien yang menjadi korban pemerkosaan dan kekerasan seksual.

B. Tujuan Seabagai acuan dalam penatalaksanaan pasien yang mengalami

pemerkosaan dan kekerasan seksual.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

D. Prosedur 1. Perawat UGD menyeleksi pasien di Triage2. Dokter jaga dan perawat UGD bersikap menenangkan dan mendukung

pasien yang mengalami suatu stress karena ancaman yang tidak terduga sebelumnya, sehingga korban seringkali bingung selama periode sesudah kejadian pemerkosaan

3. Perawat mencatat seluruh identitas pasien dan keterangan keluarganya

4. Dokter memeriksa keadaan fisik pasien dan dokter melakukan pemeriksaan biakan lendir dari oral, anal dan vaginal bersama dengan petugas laboratorium

6. Dokter jaga konsul ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan serta psikiatri untuk mendapatkan pemeriksaan yang akurat

7. Pasien dikirim ke ruang rawat inap atau ke RS dengan fasilitas yang lebih memadai atau ke Pusat krisis / layanan Psikologis.

E. Unit Terkait - Instalasi Rawat Inap

- Instalasi Laboratorium - Instalasi Farmasi - Instalasi Rekam Medik

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status Rekam Medik

2. Blanko Resep ( rangkap 3 ) 3. Blanko Laboratorium 4. Form masuk rawat inap 5. Surat Rujukan ( 3 rangkap )

(12)

Prosedur Penanganan Tingkah

Laku Percobaan Bunuh Diri

No. Dokumen : 8 No.Revisi : Halaman : 13 – 14

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur untuk melakukan intervensi medis dan psikologis pada

pasien yang melakukan percobaan bunuh diri dengan berbagai sebab dan cara sehingga tidak terjadi kondisi yang lebih buruk.

(13)

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien yang melakukan

percobaan bunuh diri.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

D. Prosedur 1. Perawat UGD dibantu dengan petugas keamanan dan keluarga pasienmelakukan pengawasan langsung

2. Hindari pengikatan

3. Pasien tidak diizinkan meninggal ruangan UGD 4. Dampingi saat menerima telepon

5. Teliti barang milik pasien / hindari barang – barang berbahaya 6. Monitor setiap 15 menit secara teratur

7. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien dan tindakan pengawasan yang harus dilakukan oleh keluarganya

8. Teliti pengunjung yang datang agar tidak meninggalkan barang berbahaya dalam ruang pasien

9. Dokter jaga UGD melakukan wawancara secara intensif termasuk aspek psikiatrik, penentuan fisik diagnostik, therapy medikamentosa, psikotropika supportif dan intervensi krisis dan mencatatnya dalam status rekam medic

10.Dokter jaga konsul kepada Psikiater atau Internis sesuai indikasi 11.Alih rawat ke Instalansi rawat inap atau rujuk ke RS dengan fasilitas

yang lebih memadai.

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Rawat Inap - Intalasi Farmasi

- Administrasi Pasie ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status Rekam Medik

2. Prosedur Therapy

3. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 4. Form Observasi pasien 5. Form masuk rawat inap 5. Surat Rujukan ( 3 rangkap )

(14)

Prosedur Penanganan Pasien

Delirium

No. Dokumen : 9 No.Revisi : Halaman : 15 – 16

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah Prosedur pemberian therapy kepada pasien yang mengalami

kondisi penurunan kesadaran disertai gaduh gelisah akibat gangguan sistemik maupun susunan syaraf pusat ( SSP ).

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien dengan penurunan

(15)

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Perhatikan keadaan darurat ABC ( Airway – Breathing – Circulation )2. Berikan O2 sesuai instruksi dokter jaga UGD 3. Periksa pemeriksaan Laboratorium dan rekam jantung ( EKG ) sesuai

instruksi dokter jaga 4. Kolaborasi pemberian obat 5. Mencegah terjadinya cedera

6. Pasien ditempatkan dilingkungan yang tidak meimbulkan defensial sensorik stimulus berlebih

7. Ciptakan lingkungan Therapeutik

8. Bantu untuk memperhatikan orientasinya

9. Dokter jaga UGD konsultasi dengan Neurology, internis dan psikiater 10.Alih rawat ke ruang HCU atau kirim ke RS yang fasilitasnya lebih

memadai, setelah kondisi kegawatdaruratan pasien teratasi.

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi HCU

- Instalasi Laboratorium - Instalasi Farmasi

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Prosedur Tetap

2. Status rekam medik 3. Blanko Laboratorium 4. Blanko EKG

5. Form Observasi 6. Form masuk HCU

7. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 8. Form Status Tindakan 9. Surat Rujukan ( 3 rangkap )

(16)

Prosedur Penanganan Kasus Keracunan

Massal

No. Dokumen : 10 No.Revisi : Halaman : 17 – 18

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah Pengobatan yang diberikan kepada pasien yang mengalami

keracunan dengan berbagai penyebab yang terjadi secara bersamaan atau massal ( > 10 orang ) dengan sebab dan dalam waktu yang sama.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien – pasien yang mengalami

keracunan secara massal.

(17)

D. Prosedur 1. Dokter jaga UGD mengidentifikasikan keracunan massal bila korbankeracunan lebih dari 10 orang dalam waktu yang sama / berdekatan

dan diduga oleh penyebab ( makanan ) yang sama

2. Dokter jaga segera melapor kepada Tim Penanggulangan Keracunan RS dan bertindak sebagai Ketua bila Ketua Tim belum tiba / hadir 3. Ketua Tim melapor kepada Direktur dan mengadakan konsultasi

dengan Dinas Kesehatan tingkat II

4. Perawat UGD mempersiapkan koridor / tempat penampungan korban bila korban lebih dari 15 orang

5. Petugas keamanan mengamankan UGD dan lokasi penampungan korban

6. Petugas bagian Logistik farmasi menyediakan obat dan BHP / peralatan secukupnya

7. Ketua Tim memobilisasi dokter, perawat, satpam tambahan bila diperlukan

8. Petugas rekam medik melakukan identifikasi pasien / korban

9. Petugas dapur mempersiapkan makanan bagi pasien / korban dan petugas

10.Dokter jaga dan perawat UGD menseleksi pasien di Triage, prioritaskan pertolongan berdasarkan tingkat kegawatan pasien / korban

11.Perawat melakukan stabilisasi ABC bila keracunan < 2 jam dilakukan pengeluaran isi lambung dengan cara merangsang muntah, bila perlu dilakukan Bilas Lambung, diberikan Antidotum Activated Charcoal (NORIT) 40 gram dicampur larutan gula / sirup

12.Perawat melakukan investigasi racun

13.Anamnesa / Allo-anamnesa pasien / korban, keluarga / orang lain yang terlibat dalam pemberian, pengolahan makanan yang dicurigai

14.Ambil sampel makanan yang dicurigai kemudian masukkan dalam toples / plastik bersih dan ditutup rapat

15.Ambil sampel dari bilas lambung beberapa pasien / korbandan diserahkan ke bagian Laboratorium untuk diserahkan pemeriksaannya ke Laboratorium Kesehatan Daerah ( LabKesDa ) dengan permintaan tertulis

16.Ketua Tim membuat laporan tertulis dan bila diminta dapat memberikan keterangan kepada kepolisian, media massa, dll.

17.Dokter jaga UGD konsul ke dokter internis jaga

18.Setelah kondisi gawat darurat teratasi maka pasien dikirim ke instalansi rawat inap atau dirujuk ke RS dengan fasilitas lebih memadai

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Farmasi - Instalasi Laboratorium - Instalasi Rawat Inap - Instalasi Gizi

(18)

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Form observasi pasien 3. Form laporan keracunan 4. Form masuk rawat inap 4. Blanko Laboratorium 5. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 6. Surat rujukan ( 3 rangkap )

Prosedur Penatalaksanaan Syok

Anafilaktik

No. Dokumen : 11 No.Revisi : Halaman : 19 – 20

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur pemberian therapy kepada pasien yang mengalami

kondisi syok akibat adanya reaksi alergi terhadap sesuatu zat sehingga terjadi kondisi kegawatdaruratan.

B. Tujuan Sebagai prosedur dalam melakukan penatalaksanaan pasien yang

(19)

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Segera baringkan pasien terlentang dengan posisi kaki lebih tinggidaripada badan ( Trendelenburg ) 2. Bebaskan jalan nafas

3. Monitoring tekanan darah dan nadi

4. Reaksi Anafilaktik yang terjadi karena pengobatan secara parentheral (suntikan ), maka bagian proximal tempat penyuntikan harus diikat dengan karet Torniquet dan pertahankan selama minimal 25 menit 5. Beri secepatnya Adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3 cc secara SC / IM 6. Ulangi injeksi Adrenalin 0,3 cc SC / IM tsb. bila dalam 5 – 15 menit

tekanan darah belum naik

7. Pasang infuse Dextrose 5% atau NaCl 0,9% 10 – 20 tetes / menit 8. Berikan Aminophyllin 4 mg / kgBB dalam infuse D5% secara IV

perlahan

9. Bila perlu berikan Cortisone inj 2 cc IM atau Oradexon 1 mg 1mpul IV 10.Bila perlu injeksi Delladryl 1 cc IM

11.Bila terjadi Apneu / Henti nafas lakukan resusitasi jantung paru / RJP 12.Observasi di UGD

13.Kirim ke ruang HCU untuk perawatan lebih lanjut

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi HCU

- Administrasi Pasien ( pendaftaran dan kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Form Observasi pasien 3. Blanko resep ( 3 rangkap ) 4. Form masuk Rawat HCU

(20)

Prosedur Penatalaksanaan Penyakit

Menular

No. Dokumen : 12 No.Revisi : Halaman : 21

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : …. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur dalam memberikan therapy kepada pasien yang

menderita penyakit infeksi yang mudah menular kepada orang lain.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien yang mengalami penyakit

infeksi yang menular

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

(21)

D. Prosedur 1. Perawat UGD menyeleksi pasien di Triage2. Dokter jaga UGD memeriksa dengan teliti disertai dengan pemeriksaan

penunjang mendis ( Laboratorium, Radiologi )

3. Dokter jaga memberikan pertolongan pertama sesuai kondisi pasien 4. Setelah dokter jaga mengetahui diagnosa pasien adalah penyakit

menular maka memutuskan untuk merujuk pasien ke RS dengan fasilitas yang memadai

5. Perawat UGD mempersiapkan ambulans dan perawat pendamping 6. Dokter jaga UGD melapor kepada Direktur bila terjadi KLB ( kejadian

luar biasa ).

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Laboratorium - Instalasi Radiologi

- Administrasi Pasien ( pendaftaran dan kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Blanko Laboratorium 3. Blanko Radiologi 4. Surat rujukan

Prosedur Penanganan Kecelakaan

No. Dokumen : 13 No.Revisi : Halaman : 22 – 23

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : …... Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur penatalaksanaan pasien yang mengalami kecelakaan

dalam hal ini khususnya kecelakaan lalu lintas.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian therapy kepada pasien yang mengalami

kecelakaan lalu lintas

C. Kebijakan Standar Pelayanan MedisStandar Pelayanan Minimal

(22)

D. Prosedur 1. Baringkan pasien dengan posisi telentang tanpa bantal2. Perawat UGD lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital pasien

3. Dokter jaga UGD melakukan anamnesa penyebab KLL ( Auto / Allo-anamnesa )

4. Dokter jaga dan perawat periksa luka yang terjadi / ada di seluruh tubuh 5. Pasang infus pada pasien yang mengalami perdarahan hebat dan

terlihat tanda2 syok

6. Lakukan penjahitan luka dan penghentian perdarahan pada luka robek 7. Pasang bidai / spalk pada pasien yang dicurigai ada fraktur pada alat –

alat gerak atas / bawah dan lakukan photo rontgen

8. Observasi adanya muntah, perdarahan dan penurunan kesadaran pada pasien yang dicurigai adanya trauma kepala dan dokter jaga konsul kepada dokter neurologi

9. Berikan therapy medikamentosa yang adequate

10.Bila kondisi klinis sudah teratasi, maka alih rawat inap atau rujuk ke RS dengan fasilitas yang memadai ( sesuai dengan indikasi ).

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Radiologi - Instalasi Farmasi - Instalasi Rawat Inap

- Administrasi Pasien ( pendaftaran dan kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Blanko Radiologi 3. Blanko Rawat Inap

4. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 5. Surat rujukan ( 3 rangkap )

(23)

Prosedur Penggunaan Bidai / Spalk

No. Dokumen : 14 No.Revisi : Halaman : 24

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur pemasangan bidai / spalk yang berfungsi untuk

memfiksasi bagian anggota gerak tubuh yang mengalami dislokasi atau fraktur agar kondisinya tidak menjadi lebih buruk.

B. Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pemasangan bidai / spalk

pasien yang mengalami dislokasi atau fraktur pada anggota gerak tubuhnya.

(24)

D. Prosedur 1. Dokter jaga UGD melakukan anamnesa ( Auto / Allo-anamnesa )2. Perawat periksa tanda – tanda vital pasien

3. Dokter jaga lakukan pemeriksaan akan adanya tanda – tanda fraktur atau dislokasi

4. Observasi keadaan luka fraktur terbuka atau tertutup

5. Pasang bidai / spalk pada daerah fraktur atau dislokasi pada bagian kiri dan kanannya

6. Lakukan rontgen pada bagian yang mengalami fraktur atau dislokasi 7. Rujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih memadai.

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Radiologi

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Surat Rujukan ( 3 rangkap ) 3. Blanko resep ( 3 rangkap ) 4. Blanko Radiologi

Prosedur Penanganan Luka

Terbuka

No. Dokumen : 15 No.Revisi : Halaman : 25 – 26

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur memberikan pengobatan luka terbuka yang disebabkan

oleh perlukaan tumpul maupun tajam sehingga terjadi perdarahan yang cukup bermakna.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien dengan luka terbuka yang

menimbulkan perdarahan.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

(25)

D. Prosedur 1. Perawat UGD membersihkan luka dan sekitarnya dengan Bethadine /NaCl 0,9% ( Asepsis dan Antisepsis )

2. Menghentikan sumber darah yang keluar dengan menekan luka tsb. 3. Menyiapkan Minor set dan obat anesthesi injeksi dan spuit 3 cc

4. Dokter jaga UGD memberikan Anesthesi lokal dan bersihkan kembali luka dengan H2O2 3%

5. Menjahit luka bagian dalam ( dengan cat gut ), dan menjahit luka bagian luar ( dengan silk )

6. Rapihkan bentuk jahitan

7. Perawat membersihkan luka yang dijahit dan luka jahitan diberi salep antibiotik

8. Lakukan pembalutan luka yang dijahit

9. Dokter jaga memberikan therapy oral, oles dan suntikan ( anti tetanus ) 10.Dokter jaga dan perawat mengingatkan pasien untuk kontrol lukanya di

UGD.

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Farmasi - U.G.D

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Blanko resep ( 3 rangkap ) 3. Surat kontrol

(26)

Prosedur Penanganan Luka Bakar

No. Dokumen : 16 No.Revisi : Halaman : 27 – 28

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah luka yang disebabkan terbakarnya jaringan tubuh baik oleh api

maupun zat kimia yang bersifat eksplosif dan dapat menimbulkan kondisi kegawatdaruratan tergantung derajat luka bakarnya.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan luka bakar sesuai dengan

derajatnya baik yang disebabkan oleh api ataupun zat kimia lain.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

D. Prosedur 1. Bebaskan jalan nafas, beri O22. Atasi keadaan syok, segera pasang infuse

3. Bila pasien sadar ( tidak gawat ) timbang berat badannya

4. Dokter jaga UGD melakukan anamnesa ( bagaimana terjadinya luka bakar?, apa yang menyebabkan sewaktu terbakar?, memakai baju apa?, berapa lama kontak dengan penyebab luka bakar? )

5. Hitung luas luka bakar ( Rule Of Nine ) :

(27)

Berikan morfin 10% IV / diencerkan dalam larutan Isotonik 5 cc pada pasien yang kesakitan sekali

Pasang Catheter

Berikan antibiotic dan serum ATS 3000 U pada dewasa dan ½ dosis pada anak – anak

Lakukan perawatan luka; luka ditutup dengan kassa vaselin tipis (proforin) atau bioplacenton gel

Alih rawat ke instalansi rawat inap atau rujuk ke RS yang fasilitasnya memadai.

E. Unit Terkait - Instalasi rekam medik

- Instalasi farmasi - Instalasi Rawat inap

- Administrasi pasien ( Pendaftaran dan kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Form observasi 3. Form masuk rawat inap 4. Blanko resep ( 3 rangkap ) 5. Surat rujukan ( 3 rangkap )

(28)

Prosedur Penanganan Trauma

Kepala

No. Dokumen : 17 No.Revisi : Halaman : 29 – 30

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur pengobatan kepada pasien yang mengalami luka

tertutup akibat trauma tumpul pada regio kepala yang dapat berakibat fatal.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pada pasien yang mengalami

luka kepala tertutup akibat trauma tumpul.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Pasien harus istirahat baring ditempat tidur sehingga semua keluhanKomotio Serebri :

hilang; keluhan diobati secara simptomatik

2. Tanda – tanda vital dan kesadaran harus dikontrol setiap 30 menit selama 24 jam pertama

3. Setelah keluhan – keluhan seperti nyeri, mual / muntah sudah tidak ada lagi, maka pasien mulai dimobilisasi dengan mengizinkan duduk ditempat tidur, kalau pasien tidak mengeluh nyeri maka keesokkan harinya boleh berdiri dan jalan

(29)

5. Kalau pasien pulang maka harus dipesankan untuk datang kontrol seminggu setelah meninggalkan RS

6. Setelah keluar dari RS segala aktivitas disesuaikan dengan kemampuan pasien.

Kontusio Serebri :

1. Baringkan pasien dengan posisi miring supaya muntah atau darah tidak masuk kedalam jalan nafas

2. Periksa tanda – tanda vital dan evaluasi kesadaran dengan Glasgow Coma Scale ( GCS )

3. Lakukan penghisapan lender dan muntah darah dari jalan nafas 4. Atasi perdarahan dan segera pasang infus

5. Berikan O2

6. Setelah keadaan pasien stabil, dokter jaga konsul ke dokter Neurologi 7. Rujuk pasien ke RS yang fasilitasnya memadai

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Farmasi

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medic

2. Form Evaluasi pasien 3. Form Observasi pasien 4. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 5. Surat rujukan ( 3 rangkap )

(30)

Prosedur Penatalaksanaan Status

Asmatikus

No. Dokumen : 18 No.Revisi : Halaman : 31 – 32

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur pemberian therapy kepada pasien yang sedang

mengalami gangguan sesak nafas berat yang tidak member perbaikan pada pengobatan yang lazim.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan kondisi pasien yang sesak nafas

beratagar tidak jatuh dalam kondisi yang membahayakan dirinya.

C. Kebijakan Standar Pelayanan MedisStandar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Perawat UGD menyeleksi pasien di Triage dan segera memberikan O2dengan kanula nasal

2. Dokter jaga UGD melakukan anamnesa, pemeriksaan keadaan umum, tanda – tanda vital dan menilai berat ringannya serangan

3. Dokter jaga memberikan therapy / tindakan sesuai dengan penatalaksanaan serangan asma

4. Lakukan pemeriksaan penunjang ( Radiologi dan Laboratorium ) dan konsul ke dokter Internis

5. Setelah serangan asma reda lakukan evaluasi dan cari factor penyebab 6. Observasi maksimal 12 jam, dilanjutkan dengan alih rawat ke rawat

inap atau rujuk ke RS dengan fasilitas memadai atau pulang dengan rawat jalan di Poliklinik R.S.I.A. “Buah Hati” – Pamulang

7. Pasien yang dirujuk menggunakan ambulance yang diikuti dengan pemberian O2 dan didampingi oleh perawat UGD sampai ke RS yang fasilitasnya memadai.

(31)

- Instalasi Rawat Inap - Instalasi Farmasi - Instalasi Radiologi - Instalasi Laboratorium

- Administrasi Pasien ( Pendaftaran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Form masuk rawat inap 3. Blanko Radiologi 4. Blanko Laboratorium 5. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 6. Form Surat rujukan ( 3 rangkap ) 7. Form Obaservasi

(32)

Prosedur Penatalaksanaan

Sindrom Status Epileptikus

No. Dokumen : 19 No.Revisi : Halaman : 33 – 34

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Februari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur pemberian therapy kepada pasien yang sedang

mengalami gangguan kejang yang berlangsung cukup lama atau berulang dalam waktu pendek tanpa diselingi keadaan sadar.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien yang mengalami kejang

agar tidak jatuh dalam kondisi yang membahayakan dirinya.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Perawat UGD menyeleksi pasien di Triage2. Pasien Anak – anak : a. Jalan nafas harus dijaga supaya tetap bebas

Antara kedua rahang diletakkan karet agar lidah tidak tergigit Baju yang ketat harus dilonggarkan

Pasien ditempatkan yang bebas terjaga untuk menghindari cedera. b. Dokter jaga memberikan injeksi Diazepam ( Valium ) IV perlahan – lahan dengan dosis :

BB sampai dengan 10 kg = 0,5 – 0,7 mg / kg BB, min. 2,5 mg BB 10 – 20 kg = 0,5 mg / kg BB, min. 7,5 mg

BB > 20 kg = 0,5 mg / kg BB

Bila dalam 20 menit setelah suntikan masih kejang maka dilakukan suntikan ke 2 dengan dosis yang sama dengan IV

Bila dalam 20 menit setelah suntikan ke 2 masih kejang, berikan suntikan ke 3 dengan dosis sama dengan IV

c. Bila kejang sudah berhenti, maka diberikan fenobarbital IM, dengan dosis awal :

Neonatus : 30 mg

(33)

d. Bila kesadaran menurun beri infus NaCl 0,9% : Dextrose 5% (1:1) e. Injeksi Corticosteroid ( mis: Dexamethason ½ - 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik

f. Bila suhu meningkat, kompres dengan es, bisa diberikan Chlorpro mazine 2 – 4 mg / kg BB / hari.

3. Pasien Dewasa : a. Bebaskan jalan nafas

Letakkan karet antara kedua rahang Longgarkan pakaian

Tempatkan pasien ditempat yang bebas dan terjaga untuk menghin- dari cedera

b. Dokter jaga memberikan therapy Diazepam dengan dosis : - Awal datang suntikan 10 – 20 mg IV perlahan – lahan

- Bila kejang masih timbul ulangi suntikan diatas sebanyak 3 x dgn jarak suntikan 30 – 60 menit dari suntikan sebelumnya

Bila suhu meningkat dapat diberikan Chlorpromazine 50 – 100 mg IM / IV

c. Lakukan pemeriksaan penunjang dan dokter jaga konsul ke dokter neurologi dan psikiatri

d. Setelah serangan reda lakukan evaluasi dan cari factor penyebab e. Observasi maksimal 24 jam dilajutkan dengan rawat inap / dirujuk ke RS dengan fasilitas yang memadai atau pulang dgn rawat jalan ke Poliklinik Syaraf / Anak di R.S.I.A. “Buah Hati” – Pamulang.

E. Unit Terkait - Instalasi Rekam Medik

- Instalasi Rawat Inap - Instalasi Farmasi - Instalasi Radiologi - Instalasi Laboratorium - Instalasi Gizi

- Administrasi Pasien ( Pendafataran dan Kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medic

2. Form Observasi pasien 3. Form masuk rawat inap 4. Blanko Resep ( 3 rangkap ) 5. Blanko Radiologi

6. Blanko Laboratorium 7. Form Gizi

(34)

Prosedur Penatalaksanaan Infark

Miocard Akut

No. Dokumen : 20 No.Revisi : Halaman : 35 – 36

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

Tanggal Terbit : ….. Febuari 2012 Ditetapkan Oleh Direktur Utama dr. NIP :

A. Pengertian Adalah prosedur dalam melakukan tindakan pertolongan pertama kepada

pasien yang mengalami gangguan sakit dada kiri yang hebat berlangsung terus menerus sehingga menimbulkan kondisi gawat darurat.

B. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien yang mengalami

serangan jantung sehingga tidak jatuh dalam kondisi yang mengancam jiwanya.

C. Kebijakan Standar Pelayanan Medis

Standar Pelayanan Minimal

Standar Therapy R.S.I.A. ”Buah Hati” – Pamulang.

D. Prosedur 1. Perawat UGD menyeleksi pasien di ruang Triage2. Dokter Jaga dan perawat UGD memeriksa, melakukan perawatan dan tindakan, berupa :

a. Tirah baringkan pasien di ruang Observasi b. Berikan O2 2 – 4 liter / menit

c. Pasang infus Dextrose 5% / NaCl 0,9% d. Pasang dan antau EKG pasien

e. Atasi nyeri dengan Nitrogliserin Sublingual atau morfin SO4 2,5 – 5 mg IV, dapat diulang setiap 5 – 30 menit sampai rasa nyeri hilang

f. Berikan Diazepam injeksi 5 mg IV atau oral untuk mengatasi rasa takut atau gelisah

g. Mengatasi Bradikardia dengan Sulfas Atropine 0,5 mg

h. Mengatasi arytmia ventricular berikan Lidokain ( Xylocard ) 50 mg IM / IV

3. Dokter jaga akan berkonsultasi dengan dokter internis

4. Setelah kondisi pasien stabil, segera pasien dirujuk ke RS yang mempunyai fasilitas peralatan yang lebih memadai.

E. Unit Terkait - Instalasi rekam medik

(35)

- Administrasi pasien ( Pendaftaran dan kasir )

F. Dokumen Terkait 1. Status rekam medik

2. Form observasi

3. Blanko resep ( 3 rangkap ) 4. Surat rujukan ( 3 rangkap )

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan pasien rawat inap di kelas 1, 2 dan 3 RS PKU Muhammadiyah

ini terdapat hubungan antara perilaku ibu tentang kebersihan dan frekuensi kejadian GE pada balita usia 1-3 tahun di ruang rawat inap anak RS Adi Husada Kapasari

3 dependent diabetes mellitus; pasien rawat inap di RS X tahun 2014; mendapat kombinasi lebih dari dua obat pada hari yang sama; data rekam medik pasien lengkap (nama, nomor rekam

Waluya Sawahan Malang. 3) Pelaksanaan SPO assessment nyeri ulang di ruang rawat inap dewasa RS. Panti Waluya Sawahan Malangsebagian besarsudah sesuai SPO. 4) Hasil

Stres kerja ini diklasifikasikan menjadi 3 yaitu stres kerja ringan, stres kerja sedang dan stres kerja berat, diketahui perawat di ruang rawat inap RS Muhammadiyah Lamongan

Kepuasan Pasien di Ruang UGD Dan Rawat Inap Berdasarkan hasil pada Tabel 3 didapatkan pasien di ruang UGD sangat puas dengan kualitas pelayanan perawat 25 73,5% dan pasien di ruang

Dara Primer, 2016 Pada tabel 3 mengenai hubungan Physical Environment dengan pemanfaatan layanan rawat inap di tiga rumah sakit yaitu RS Ibnu Sina hasil uji chi -square diperoleh

2 Kuisioner tertutup pretest servqual NO PERNYATAAN A TANGIBLE BENTUK FISIK 1 Ruangan rawat inap tertata rapi, bersih, dan bernuansa islami 2 Peralatan medis lengkap 3 RS