• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUJAN DAN PANAS SILIH BERGANTI ( 2 ) PENERBANGAN TERAKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUJAN DAN PANAS SILIH BERGANTI ( 2 ) PENERBANGAN TERAKHIR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUJAN DAN PANAS

SILIH BERGANTI

( 2 )

PENERBANGAN TERAKHIR

andara Tabing memang dekat dengan tempat kosku, karena letaknya pas di ujung selatan landasan pacu. Tanah terasa berguncang dan telinga menjadi pekak ketika pesawat sedang mandarat, brisik sekali. Pertama kali tinggal disini, suara itu sangat mengganggu. Tetapi lama kelamaan menjadi terbiasa.

Pada sore hari atau hari minggu, kami sering main ke bandara untuk melihat pesawat secara dekat dan melihat gagah dan cantik-cantiknya orang yang baru turun dari pesawat. Aku membayangkan bagaimana bangganya, alangkah senangnya, jika suatu saat aku menjadi salah satu dari mereka, sebagai penumpang pesawat.

Di dalam pesawat, di cockpit, di ruang kemudi pesawat itu, kulihat dua lelaki tampan memakai baju putih dan topi biru dongker duduk bersebelahan sambil ngobrol dan melihat-lihat ke bawah ke arah orang banyak yang berkerumun di luar pagar. Tetapi daripada menjadi penumpang, akan lebih bahagia lagi jika aku kelak bisa seperti kedua lelaki yang duduk di ruang kemudi pesawat itu, beprofesi sebagai pilot. Angan-anganku semakin melambung tinggi. Bagai pungguk rindukan bulan. Aku di bumi,

(2)

citaku terlalu jauh berada di angkasa luar. Mana mungkin tercapai. Tetapi, itulah cita-cita, itulah keinginan. “Kalau realita tidak tercapai, masa untuk berangan-angan saja tak boleh”, pikirku.

Pertengah bulan Juli, tanpa sengaja terbaca olehku pengumuman yang tertempel di dinding kantor Angkasa Pura bahwa telah dibuka pendaftaran calon taruna Sekolah Penerbangan dengan ikatan dinas. Ketika itu yang dibuka adalah jurusan penerbang1, mekanik, teknik listrik, teknik

radio, dan pengatur lalu lintas udara.

Aku jadi ingat pemuda gagah yang duduk di cockpit yang sering kulihat di apron, area parkir pesawat bandara Tabing. “Ini kesempatan emas, tak boleh dilewatkan. Kesempatan emas tak datang dua kali, maka kesempatan ini harus diambil, mana tahu aku diterima”, tekadku ketika itu.

Setelah diteliti seluruh persyaratannya, ternyata aku memenuhi syarat: lulus SMA jurusan IPA dengan nilai rata-rata 7, tinggi minimal 165 cm, tidak berkacamata, tidak pakai alat bantu pendengaran, sehat jasmani dan rohani. Di samping itu bersedia menerima ikatan dinas dan bersedia ditempatkan di mana saja setelah lulus serta tidak akan berhenti sampai berakhirnya masa perjanjian. Tekadku sudah bulat untuk mendaftar, tidak lulus tidak jadi soal, yang penting sudah mencoba.

Dua minggu setelah mendaftar, aku mengikuti tes seharian penuh dari pagi hingga sore. Materi ujiannya mencakup matematika, fisika, mekanika, bahasa inggiris dan pengetahuan umum serta psikotes. Sore itu juga hasilnya

(3)

diumumkan. Bagi yang lulus langsung diwawancara. Alhamdulillah, aku termasuk yang dipanggil wawancara. Selesai wawancara, aku dinyatakan memenuhi syarat, dan harus tes kesehataan di Jakarta 4 hari berikutnya. Ternyata yang lulus wawancara hanya 4 orang jurusan pilot yaitu aku, Iwan, Idham dan Heru serta 1 orang jurusan pengatur lalu lintas udara bernama Wildan.

Alangkah senangnya hatiku, namun bingung juga bagaimana caranya bisa ikut tes kesehatan di Jakarta dalam waktu yang mepet begini. Dari mana aku akan mendapat uang untuk beli tiket pesawat ke Jakarta yang harganya tidak murah. Jika naik bis, harus berangkat sore ini dan belum tentu sampai dalam waktu 3 hari, mana tahu bisnya rusak di jalan atau ada jalan yang terputus karena longsor. Jika naik kapal laut, jadwalnya berangkat dua hari lagi, berarti sampai di Jakarta 4 hari lagi kalau gelombang laut tidak mengamuk. Bisa terlambat aku. Di samping itu, bagaimana badanku akan fit untuk tes kesehatan karena sudah lelah dalam perjalanan yang cukup jauh.

Semalaman aku tak bisa tidur memikirkan kepada siapa harus pinjam uang, siapa yang punya uang tunai sebanyak itu dan mau pula meminjamkannya kepadaku. Jika aku pulang kampung dan meminta kepada orangtua, paling-paling sebulan lagi baru dapat setelah menjual ini dan itu. Padahal paling lambat tiga hari lagi aku harus naik pesawat ke Jakarta. Pusing juga aku jadinya.

Kemudian aku teringat bahwa disini masih ada orang kampungku yang menjadi dosen di Unand, aku memanggilnya mamak. Besok akan kucoba mengabarkan berita gembira ini, dan meminta bantuan beliau untuk meminjamkan aku uang guna membeli tiket pesawat. Aku memang cukup dekat dengan mamak ini. Sejak kuliah di

(4)

Padang, secara berekala aku datang bersilaturrahim ke rumah beliau.

Pucuk dicinta ulam tiba, beliau berkenan meminjamkan uang yang kubutuhkan. Alhamdulillah, pertolongan Allah lewat mamak ini bukan main nilainya bagiku. Untung sejak dulu aku rajin bersilaturrahim. Kalau tidak mana berani aku meminjam uang sebanyak itu, dan mana mau beliau meminjamkannya kepadaku. Beliau sekeluarga kelihatannya juga senang setiap kali aku datang meskipun tak ada keperluan yang penting, hanya sekedar bertemu saja, atau sekedar untuk main dengan anaknya yang masih balita.

Sepulang dari rumah mamak ini, aku segera menulis surat kepada ibu dan bapak untuk mengabarkan semua berita bahagiaku ini. Surat tersebut langsung kumasukkan ke dalam kotakpos yang tak jauh dari tempat kosku. Berita ini adalah berita bahagia bagiku, tapi bagi kedua orangtuaku merupakan berita bahagia dan sekaligus memusingkan karena harus mencari uang untuk membayar utangku ke mamak tadi.

Sesampainya di bandara, kuserahkan tiket Merpati yang kubeli dua hari yang lalu kepada petugas di konter check-in. Sengaja kubeli tiket Merpati karena jauh lebih murah daripada tiket Garuda, dan tidak ada pilihan lain karena cuma dua maskapai penerbangan itu yang melayani rute Padang – Jakarta. Setelah tiketku disobeknya selembar, sisanya bersama boarding-pass dikembalikan kepadaku. Kubaca di boarding-pass, tertera Gate 1 dan Seat 20A, berarti aku harus melewati pintu 1 dan nanti duduk di kursi nomor 20A. Sementara Iwan dan Idham mendapat kursi 20B dan 20C. Sedangkan Heru dan Wildan telah berangkat kemaren sore.

(5)

Ketika melewati pintu pemeriksaan detektor, semua benda yang terbuat dari logam harus dilepaskan dari badan agar alarm tidak berbunyi. Sementara koper yang kubawa dimasukkan ke dalam trowongan x-ray agar semua isinya bisa ditedeksi oleh petugas keamanan penerbangan. Koper kami tak ada yang dimasukkan ke bagasi karena tidak ada yang besar, isinya cuma pakaian dan dokumen.

Tak berapa lama duduk di waiting-room, di ruang tunggu keberangkatan, terdengar pengumuman yang memerintahkan semua penumpang Merpati jurusan Jakarta agar segera naik pesawat udara melalui pintu 1. Kami bertiga bergegas berdiri dan berbaris memanjang --- antri --- menunggu giliran pemeriksaan akhir sebelum meninggalkan gedung bandara menuju tangga pesawat. Petugas memeriksa

boarding-pass setiap calon penumpang yang lewat untuk

memastikan semua orang yang lewat adalah penumpang yang berhak naik pesawat tersebut.

Menginjakkan kaki di tangga pesawat, terasa bermimpi. Ku cubit pipiku terasa sakit, kugigit lidahku juga sakit, ku pencet hidungku nafasku sesak, berarti aku tidak sedang bermimpi. Ini memang realita, kenyataan. Maklum, ini adalah pertama kali aku menginjakkan kaki di tangga pesawat, dan ini adalah pertama kali aku akan terbang tinggi di angkasa luas, jauh lebih tinggi dari terbangnya burung. Tingginya sangat tak sebanding dengan tinggi terbangnya burung pipit yang suka makan padi di sawahku. Terbang lebih tinggi dari awan, terbang jauh menuju kota metropolitan Jakarta, kota terbesar di Indonesia dan merupakan pusat pemerintahan negara.

Aku tertegun sebentar di pintu pesawat. “Wah ... alangkah mewahnya dan alangkah canggihnya pesawat ini”, pikirku. Dua orang pramugari cantik yang menyambut

(6)

penumpang dan berdiri dekat pintu mengucapkan selamat sore sambil tersenyum manis dan mempersilahkan masuk. Rupanya di dalam ada lagi pramugari cantik lainnya dan menanyakan nomor kursiku. Dia menunjukkan deretan dua puluh, di mana aku harus duduk. Kursiku berada di dekat jendela kaca sehingga aku bisa melihat keluar dengan leluasa. Kulihat banyak orang berdiri di pinggir pagar sambil melambai-lambaikan tangannya, mengucapkan selamat jalan kepada keluarga atau familinya yang akan terbang bersama kami. Selama 6 bulan terakhir aku juga sering berdiri diluar pagar sana seperti mereka meskipun tak melepas keberangkatan seorangpun.

Pesawat mulai bergerak mundur, aku kembali mencubit pipiku, menggigit lidahku, dan memencet hidungku untuk memastikan aku memang berada dalam alam nyata. Pramugari memperagakan bagaimana caranya mengencangkan sabuk pengaman dan bagaimana pula melepaskannya. Ditunjukkan pula cara memasang baju pelampung jika pesawat mendarat darurat di air, dan cara menggunakan masker oksigen bila udara di kabin turun secara tiba-tiba. Tak lupa pula mereka menerangkan di mana letak pintu darurat yang akan dipergunakan sebagai jalur evakuasi bila dalam keadaan bahaya. Peragaannya ditutup dengan ucapan selamat menikmati penerbangan ini.

Tanpa kusadari pesawat telah berjalan menuju run-way, landasan pacu, untuk take-off. Diujung run-way, pesawat berhenti sebentar, lalu kulihat baling-baling pesawat berputar semakin kencang, semakin kencang, dan suaranya semakin bergemuruh keras membuat tempat dudukku bergetar. Pesawat mulai bergerak, melaju kencang dan semakin kencang.

(7)

Tiba-tiba kulihat bumi menjadi miring, pohon kepala yang melambai-lambai ditiup angin juga miring. Tak lama kemudian terlihat garis jarak pandang di lautan lepas di barat pulau Sumatera juga miring ... Dan seterusnya ...

Referensi

Dokumen terkait

Kajian opsi parsipasi masyarakat dan jender pada area prioritas dilaksanakan dengan melakukan FGD ( Focus Group Discussion ) di Dusun Rejosari Kecamatan Kemadang. FGD

Penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kejadian asfiksia neonatorum dengan persalinan seksio sesarea, dengan perolehan nilai

Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan volume oksigen maksimum pada pemain futsal MUFC karanganyar. Kata kunci: Futsal, Kelincahan, VO 2 Max, Indeks

Dengan dilakukannya penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang berorientasi pada biodiversitas lingkungan sekitar, maka dalam setiap proses pembelajaran

Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dan di ulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan.Hasil penelitian menunjukkan frekuensi Pupuk

Menambah data : Untuk menambah data klik tombol tambah maka form tambah akan aktif, dan pakar sudah dapat menambah data, jika ketika entri data, kode gejala

Magang adalah bagian penting dan merupakan prakondisi dari sistem penyiapan guru profesional. Kegiatan magang dilaksanakan secara terstruk- tur dan merupakan beban belajar