• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak memadai menyebabkan usaha pengendalian kelahiran menjadi keharusan. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama yang menuntut partisipasi laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana dinyatakan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo pada tahun 1994 dan Deklarasi Beijing pada tahun 2000 bahwa pelayanan keluarga berencana harus mencakup tidak hanya perempuan, akan tetapi semua pasangan yang aktif. (Clift 1997, Kadin 2000, Raju & Leonard 2000 dalam Cevirme et al., 2010 ) .

Konferensi ICPD Kairo 1994 memberi warna baru dalam upaya mewujudkan kesetaraan pemenuhan hak-hak reproduksi bagi laki-laki maupun perempuan. Konferensi tersebut mengubah paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan, dari pendekatan pengendalian penduduk dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi. Program kependudukan bergeser ke arah yang lebih luas yang meliputi pemenuhan kesehatan reproduksi bagi laki-laki dan perempuan, termasuk hak-hak reproduksinya, kesetaraan dan keadilan gender, serta tanggung jawab laki-laki dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan pemenuhan hak reproduksi bagi laki-laki dan perempuan adalah melalui partisipasi

(2)

pria dalam penggunaan kontrasepsi. Dengan keterlibatan pria dalam penggunaan kontrasepsi, tidak hanya membantu upaya pengendalian kelahiran akan tetapi diharapkan dapat menurunkan kebutuhan penggunaan kontrasepsi yang belum terpenuhi (Unmet Need for Family Planning). Pasangan usia subur (PUS) yang sudah tidak menginginkan anak lagi atau ingin membatasi jumlah anak yang dimiliki serta mengatur jarak kelahiran akan tetapi tidak menggunakan kontrasepsi (Unmet Need) karena beberapa alasan (faktor sosial, agama, kesehatan, akses) dapat lebih ditekan jumlahnya, khususnya Unmet need yang disebabkan gangguan kesehatan.

Pria sebagai pasangan aktif dalam proses reproduksi mengisi relung atau celah tersebut dengan menggunakan salah satu metode kontrasepsi pria, jika pihak perempuan tidak menemukan kontrasepsi yang sesuai atau mengalami gangguan kesehatan akibat efek samping penggunaan kontrasepsi. Partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi secara tidak langsung akan membantu meningkatkan derajat kesehatan ibu yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu.

Namun,sayangnya upaya peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi cukup sulit dilakukan di seluruh Indonesia. Program KB yang selama ini cenderung mengarahkan sasaran kepada perempuan mengakibatkan pria kurang tersentuh dalam pelayanan kontrasepsi. Selain itu faktor agama dan budaya yang ada di masyarakat ikut berperan didalamnya. Kondisi tersebut semakin parah pasca otonomi daerah, ketika banyak pejabat daerah tidak mempunyai komitmen kuat untuk

(3)

mensukseskan program KB karena dianggap sebagai program yang tidak potensial menghasilkan PAD (Amini, N.W., 2011).

Hasil SDKI 1991 sampai dengan 2012 belum memperlihatkan perbedaan yang signifikan, meskipun program peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB telah dilaksanakan beberapa tahun. Kecenderungan pemakaian metode kontrasepsi di Indonesia dari waktu ke waktu secara lebih rinci adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kecenderungan Pemakaian Kontrasepsi di Indonesia Hasil SDKI 1991-2012 Jenis Metode Kontrasepsi SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002/2003 SDKI 2007 SDKI 2012 Suatu Cara 49,7 54,7 57,4 60,3 61,4 61,9 Metode Kontrasepsi wanita IUD Pil Suntikan Implant Sterilisasi wanita 13,3 14,8 11,7 3,1 2,7 10,3 17,1 15,2 4,9 3,1 8,1 15,4 21,1 6,0 3,0 6,2 13,2 27,8 4,3 3,7 4,9 13,2 31,8 2,8 3,0 3.9 13,6 31,9 3,3 3,2 Metode Kontrasepsi Pria

Kondom Sterilisasi Pria Senggama Terputus Pantang Berkala Lainnya 0,8 0,6 0,7 1,1 0,9 0,9 0,7 0,8 1,1 0,8 0,7 0,4 0,8 1,1 0,8 0,9 0,4 1,5 1,6 0,5 1,3 0,2 2,1 1,5 0,4 1,8 0,2 2,3 1,3 0,4 Jumlah responden 21.109 26.186 26.886 27.857 30.931 33.465 Sumber : SDKI 1991, 1994 1997, 2002/2003, 2007, 2012

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa, pengguna kontrasepsi pria khususnya sterilisasi pria cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sebaliknya persentase pengguna kondom meningkat dari tahun 2002/2003 hingga tahun 2012. Prevalensi senggama terputus mengalami stagnan tahun 1991-1997, dan meningkat sejak tahun 2002/2003 hingga 2012, sedangkan pengguna pantang berkala

(4)

yang awalnya stagnan (1991-1997) dan meningkat pada tahun 2002/2003, akhirnya mengalami penurunan tahun 2012.

Data tersebut juga mengungkapkan bahwa persentase pria yang menggunakan alat kontrasepsi jauh lebih kecil dibanding pengguna kontrasepsi wanita. Kondisi ini terlihat timpang jika dibanding penggunaan kontrasepsi lainnya seperti pil, IUD, suntik, yang rata-rata persentasenya sudah jauh diatas penggunaan kontrasepsi pria.

Selain itu, dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, angka kesertaaan atau partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi berada pada level yang paling rendah. Kondisi ini disampaikan dalam Family Planning Programmes in Asia and the Pacific : Implications for the 1990s, oleh Keiko Ono-Osaki tahun 1993

dengan rincian prosentase sebagai berikut :

Tabel 1.2 Persentase Penggunaan Metode Kontrasepsi Pria terhadap Semua Metode

No Negara Tahun Semua Metode % Metode Pria

terhadap Semua Metode 1. Indonesia 1987 47,7 6,5 2. Jepang 1988 56,3 83,3 3. Korea 1988 77,3 27,4 4. Malaysia 1984 51,4 26,8 5. Bangladesh 1989 30,8 15,6 6. Fiji 1974 41,0 21,7

Sumber : Ono – Osaki 1993 dalam Molo, 2003

Jika dilihat dari semua metode, prevalensi pengguna kontrasepsi semua metode, Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Bangladesh dan Fiji. Namun, Jika dilihat dari metode pria, Indonesia adalah yang paling rendah.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh gambaran bahwa partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi masih sangat rendah. Hasil SDKI sejak tahun 1991 hingga 2012 belum memperlihatkan perbedaan yang signifikan dan cenderung stagnan, meskipun program peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi telah dilaksanakan selama beberapa tahun. Persentase rata-rata pengguna metode kontrasepsi pria masih dibawah 1 persen. Kondisi ini terlihat timpang jika dibanding penggunaan kontrasepsi lainnya seperti pil, IUD, suntik, yang rata-rata persentasenya sudah jauh diatas penggunaan kontrasepsi pria.

Rendahnya partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi selain disebabkan kurangnya dukungan politis, dukungan budaya, keluarga dan terbatasnya tempat pelayanan, tenaga pelayanan dan penyediaan kontrasepsi bagi pria, juga disebabkan karena informasi tentang manfaat kontrasepsi pria belum banyak dipahami oleh masyarakat secara utuh sehingga muncul persepsi yang salah terhadap KB (BKKBN, 2008). Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian terkait pengaruh persepsi terhadap partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai sarana pengambilan kebijakan program keluarga berencana yang lebih tepat guna menunjang keberhasilan program KB di masa yang akan datang. Pertanyaannya adalah Apakah persepsi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi? dan Persepsi apa yang dominan pengaruhnya terhadap partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi?

(6)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi terhadap partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi serta mengetahui persepsi yang dominan pengaruhnya terhadap partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi.

1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis

Menambah ilmu dan wawasan ilmu kependudukan melalui pemahaman tentang perilaku khususnya tentang penggunaan kontrasepsi pria

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi instansi, sebagai bahan masukan atau sarana dalam pengambilan kebijakan yang tepat guna menunjang keberhasilan program KB di masa yang akan datang dengan memanfaatkan dukungan pria

2. Bagi masyarakat luas, memberikan pemahaman yang mendalam khususnya kepada kaum laki-laki bahwa KB bukan hanya urusan wanita tapi tanggungjawab bersama antara suami dan istri.

(7)

1.3 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terkait partisipasi pria dalam KB dan penggunaan kontrasepsi pria sudah pernah dilakukan, berikut beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya :

Tabel 1.3 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Tujuan penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian ini

1. Pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi pria di Indonesia (Analisis SDKI 1997), oleh : Dwi Ratna Suprihastuti, 2000 Sumber : Tesis Pasca Sarjana UGM

Mengkaji peranan faktor pengambilan keputusan suami-istri terhadap penggunaan alat kontrasepsi pria Menggunakan Data SDKI 1997 dengan rancangan kasus-kontrol

Kebersamaan pengambilan keputusan pasangan suami istri sangat menentukan kesertaan KB-Pria. Penggunaan alat kontrasepsi pria, terutama disebabkan kemampuan pasangan dalam komunikasi sehingga tercapai kesepakatan suami istri

- Variabel, tujuan, rancangan penelitian dan sumber data yang digunakan berbeda (SDKI 2012)

2. Hubungan antara persepsi suami tentang alat kontrasepsi pria dengan penggunaan alat kontrasepsi pria di Kab.Bantul, Nunuk Sri Purwanti, 2004

Sumber : Tesis Pasca Sarjana UGM

Mengetahui hubungan antara persepsi suami tentang alat kontrasepsi pria dengan penggunaan alat kontrasepsi pria

Menggunakan metode case control jenis observasional analitik dengan sampel 95 orang kasus dan 95 orang kontrol

Ada hubungan yang signifkan antara persepsi positif tentang alat kontrasepsi pria dengan penggunaan alat kontrasepsi pria

- Lokasi, tahun berbeda - Sumber data yang digunakan,

tujuan dan rancangan penelitian berbeda

3. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam KB di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali

Oleh :Sri Madya Bhakti Ekarini, 2008

Sumber : Tesis, Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

Metode

penelitian survei analitik dan pendekatan

cross sectional terhadap

194 pria

Pasangan Usia Subur. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

teknik sampling Simple

Random Sampling.

Ada hubungan dan pengaruh pengetahuan, sikap, kualitas pelayanan, dan akses pelayanan terhadap partisipasi pria dalam KB

- Lokasi, tahun berbeda - Sumber data yang digunakan Tujuan, rancangan penelitian berbeda

(8)

4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, oleh :

Saptono Iman

Budisantoso, 2008 Sumber : Tesis, Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul

Menggunakan

pendekatan study cross

sectional

dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Besar sampel untuk pendekatan kuantitatif adalah 100 pria PUS dari populasi 9.074 PUS yang diambil secara

multistage random sampling

-Ada hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi pria tentang partisipasi pria dalam KB dengan partisipasi pria - Ada hubungan sikap istri, sikap teman dengan partisipasi pria dalam KB

- Lokasi, tahun berbeda - Sumber data yang

digunakan, tujuan dan rancangan penelitian berbeda

5. Peran Informasi KB terhadap Partisipasi Pria dalam Praktek KB, oleh : Indah Susanti, 2011 Sumber : Thesis Pasca Sarjana UGM

Mengetahui hubungan dan pengaruh informasi KB terhadap partisipasi pria dalam KB

Menggunakan data sekunder SDKI 2007 dengan metode yang mengacu pada SDKI 2007.

- Terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi KB dengan partisipasi pria dalam praktek KB

- Pria yang terpapar informasi KB memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk ikut berpartisipasi tinggi dalam dibanding dengan pria yang tidak terpapar informasi KB.

- Tahun berbeda

- Sumber data yang digunakan, tujuan, dan rancangan penelitian

berbeda

6. Hubungan Preferensi Fertilitas pada Suami terhadap Penggunaan Kontrasepsi, oleh : Masykur, 2011

Sumber : Thesis Pasca Sarjana UGM

Mengetahui hubungan antara preferensi fertilitas pada suami terhadap penggunaan kontrasepsi pria.

Menggunakan data sekunder SDKI 2007 dengan metode yang mengacu pada SDKI 2007.

-Terdapat hubungan antara jumlah anak masih hidup, keinginan suami menambah anak, pendidikan, umur, tempat tinggal dengan penggunaan kontrasepsi pria.

- Tahun berbeda

- Sumber data yang digunakan, Tujuan penelitian, dan rancangan penelitian berbeda.

(9)

Beberapa penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya untuk menganalisis tentang KB pria seperti yang diuraikan dalam tabel 1.3. Suprihastuti (2000) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui peran pengambilan keputusan suami-istri terhadap penggunaan kontrasepsi pria dengan menggunakan data SDKI 1997 dengan hasil analisis menunjukkan bahwa kebersamaan pengambilan keputusan pasangan suami istri sangat menentukan kesertaan KB-Pria. Sementara itu, Purwanti (2000) meneliti bagaimana hubungan persepsi dengan penggunaan kontrasepsi pria menggunakan data primer dan metode Case Control dan hasilnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi positif tentang alat kontrasepsi pria dengan penggunaan alat kontrasepsi pria.

Ekarini (2008) melakukan penelitian KB pria dengan fokus pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi pria menggunakan data primer menunjukan hasil bahwa ada hubungan dan pengaruh pengetahuan, sikap, kualitas pelayanan, dan akses pelayanan terhadap partisipasi pria dalam KB. Selanjutnya, Budisantoso (2008) meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria menemukan adanya hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi pria tentang partisipasi pria dalam KB dengan partisipasi pria dan juga ada hubungan sikap istri, sikap teman dengan partisipasi pria dalam KB. Susanti (2011) meneliti peran informasi KB terhadap partisipasi pria dalam KB menggunakan data SDKI 2007 dan hasil analisis menunjukkan bahwa pria yang terpapar informasi KB memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk ikut berpartisipasi tinggi dalam dibanding dengan pria yang tidak

(10)

terpapar informasi KB dan Masykur (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan preferensi fertilitas suami dengan penggunaan kontrasepsi pria dengan menggunakan SDKI 2007 dan hasil penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan antara jumlah anak masih hidup, keingnan suami menambah anak, pendidikan, umur dan tempat tinggal dengan penggunaan kontrasepsi pria.

Perbedaan penelitian –penelitian tersebut dengan penelitian yang sekarang, selain perbedaan waktu, lokasi dan sumber data yang digunakan adalah : penelitian sekarang memfokuskan pada keterkaitan persepsi dengan partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi dengan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi tersebut dan dikontrol wilayah tempat tinggal (Jawa Bali, Luar Jawa Bali I, Luar Jawa bali II) sehingga dapat dilihat pengaruh pelaksanaan program pada masing-masing wilayah mengingat awal pelaksanaan program tidak dimulai secara serentak di Indonesia. Selain itu diharapkan dengan pembagian wilayah akan membantu proses pengambilan kebijakan agar lebih tepat sasaran.

Gambar

Tabel 1.1 Kecenderungan Pemakaian Kontrasepsi di Indonesia  Hasil SDKI 1991-2012  Jenis Metode  Kontrasepsi  SDKI 1991  SDKI 1994  SDKI 1997  SDKI  2002/2003  SDKI 2007  SDKI 2012  Suatu Cara  49,7  54,7  57,4  60,3  61,4  61,9  Metode  Kontrasepsi  wanita
Tabel 1.3 Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

Kaidah-kaidah keputusan ini didasarkan pada penerjemahan bahasa survei, kondisi profesi utama, lokasi geografis, bahasa utama, tingkat pendidikan, status sertifikasi, dan

Hal ini terlihat hasil survey, dari 57 negara di dunia Indonesia hanya menduduki urutan ke-37 (The World Economic Forum Swedia Report, 2000). Predikat Indonesia pun hanya

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

Memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman

За радиодифузну службу одржане су две регионалне конференције, које су од интереса за овај План расподеле, на којима су израђени

mendeskripsikan secara jelas verba refleksif apa saja yang berpreposisi dan preposisi apa saja yang mengikuti verba tersebut, mendeskripsikan unsur-unsur yang dibentuk oleh verba

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penahanan dan pelayanan tahanan dalam proses peradilan pidana selama terdakwa ditahan di rumah tahanan negara;