• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Enggano dan sekitarnya *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Enggano dan sekitarnya *"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hawis Madduppa dan Ryan Prasetya Metode Pengamatan

Pengamatan bawah laut di perairan Pulau Enggano dilakukan pada bulan September 2005 menggunakan empat metode yang disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu manta tows, Transek Garis Menyinggung, Fish Belt Transek, dan Time Swim Surveys. Berikut adalah penjelasan mengenai metode pengambilan data bawah laut tersebut:

Gambar 1 Proses pengamatan dan pengambilan data kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Enggano (Foto: Hawis Madduppa)

a. Manta Tows

Manta tow (English et al. 1997) digunakan untuk mensurvey area terumbu yang luas yang menutupi 2 – 10 km dalam satu hari. Metode manta tow melibatkan seorang skin diver yang ditarik oleh kapal menggunakan tali dan seorang lagi yang melakukan kontrol terhadap waktu secara periodik diatas kapal. Data yang dicatat adalah estimasi penutupan karang hidup serta substrat dasar perairan.

b. Transek garis menyinggung (Line Intercept Transect)

Transek garis menyinggung (English et al. 1997) digunakan untuk menghitung persentase penutupan substrat dasar dengan mengukur transisi di sepanjang 50 meter setiap kategori substrat. Pengamatan ini menggunakan peralatan SCUBA. Metode ini melibatkan dua orang diver, dimana diver pertama yang membentangkan rollmeter sejajar dengan garis pantai dan diver kedua melakukan pengukuran transisi substrat dasar.

Hasil akhir dari pengolahan ini adalah berupa persen penutupan baik bentuk pertumbuhan ataupun genus karang serta penyusun substrat dasar lainnya dengan kriteria sebagai berikut (Gomes & Yap 1998):

*

Merupakan bagian kegiatan Survey Calon Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) di Pulau Enggano oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

(2)

- Kategori 1: Habitat yang sangat baik (% penutupan karang hidup 75-100%) - Kategori 2: Habitat yang baik (% penutupan karang hidup 50-74%).

- Kategori 3: Habitat yang sedang (% penutupan karang hidup 25-49%) - Kategori 4: Habitat yang buruk (% penutupan karang hidup <25%)

c. Fish Belt Transect

Fish belt transect atau transek sabuk ikan digunakan untuk mensensus individu dan jumlah ikan di sepanjang 50 m transek garis dengan lebar 2.5 meter sebelah kiri dan kanan transek garis. Jenis ikan yang dicatat adalah ikan target, ikan indicator, dan ikan mayor. Pengamatan ini menggunakan peralatan SCUBA. Berdasarkan fungsi dalam sistem terumbu karang, ikan terumbu dibagi atas tiga yaitu:

(1) Ikan mayor adalah ikan-ikan yang berperan secara umum dalam sistem rantai makanan di daerah terumbu karang,

(2) ikan target adalah ikan yang mempunyai nilai ekonomis dan dikonsumsi oleh masyarakat, dan

(3) ikan indikator adalah ikan yang menjadi parameter terhadap kesehatan terumbu karang dalam hal ini dari famili Chaetodontidae.

Sedangkan untuk analisa komunitas ikan karang ditentukan oleh indeks keanekaragaman (H’), indeks keragaman (E), dan indeks dominansi. Berikut penjelasan masing-masing indeks komunitas yang dipakai:

- Indeks keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragaman atau keragaman (H’) menyatakan keadaan populasi organisme secara matematis agar mempermudah dalam menganalisis informasi jumlah individu masing-masing bentuk pertumbuhan/genus ikan dalam suatu komunitas habitat dasar/ikan (Odum 1971). Indeks keragaman yang paling umum digunakan adalah indeks Shannon-Weaver (Odum 1971; Krebs 1985 in Magurran 1988) dengan rumus:

Pi

Pi

H

S i

=

=

1

ln

'

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Pi = Perbandingan proporsi ikan ke i S = Jumlah ikan karang yang ditemukan

Logaritma natural (In) digunakan untuk komunitas ikan karena ikan merupakan biota yang

mobile (aktif bergerak), memiliki kelimpahan relatif tinggi dan preferensi habitat tertentu.

Indeks keanekaragaman digolongkan dalam kriteria sebagai berikut :

H’≤ 2 : Keanekaragaman kecil

2 < H’≤ 3 : Keanekaragaman sedang

(3)

- Indeks keseragaman (E)

Indeks keseragaman (E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas ikan. Semakin merata penyebaran individu antar spesies maka keseimbangan ekosistem akan makin meningkat. Rumus yang digunakan adalah (Odum 1971; Pulov 1969

in Magurran 1988):

maks

H

H

E

=

'

Keterangan : E = indeks keseragaman

H maks = Ln S

S = Jumlah ikan karang yang ditemukan

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1. Selanjutnya nilai indeks keseragaman berdasarkan Krebs (1972) dikategorikan sebagai berikut :

0 < E ≤ 0.5 : Komunitas tertekan 0.5 < E ≤ 0.75 : Komunitas labil 0.75 < E ≤ 1 : Komunitas stabil

Semakin kecil indeks keseragaman, semakin kecil pula keseragaman populasi, hal ini menunjukkan penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama sehingga ada kecenderungan satu jenis biota mendominasi. Semakin besar nilai keseragaman, menggambarkan jumlah biota pada masing-masing jenis sama atau tidak jauh beda.

- Indeks dominansi (C)

Indeks dominansi berdasarkan jumlah individu jenis ikan karang digunakan untuk melihat tingkat dominansi kelompok biota tertentu. Persamaan yang digunakan adalah indeks dominansi (Simpson, 1949 in Odum, 1971), yaitu :

=

=

S i

Pi

C

1 2

)

(

dimana : C = Indeks dominansi

Pi = Perbandinga proporsi ikan ke i S = Jumlah ikan karang yang ditemukan

Nilai indeks dominansi berkisar antara 1 – 0. Semakin tinggi nilai indeks tersebut, maka akan terlihat suatu biota mendominasi substrat dasar perairan. Jika nilai indeks dominansi (C) mendekati nol, maka hal ini menunjukkan pada perairan tersebut tidak ada biota yang mendominasi dan biasanya diikuti oleh nilai keseragaman (E) yang tinggi.

(4)

Sebaliknya, jika nilai indeks dominansi (C) mendekati satu, maka hal ini menggambarkan pada perairan tersebut ada salah satu biota yang mendominasi dan biasanya diikuti oleh nilai keseragaman yang rendah. Nilai indeks dominansi dikelompokkan dalam 3 kriteria, yaitu:

0 < C ≤ 0.5 : Dominansi rendah 0.5 < C ≤ 0.75 : Dominansi sedang 0.75 < C ≤ 1 : Dominansi tinggi

Gambar 2 Peta pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Enggano

Hasil Pengamatan

Pengamatan terumbu karang dilakukan pada tujuh titik pengamatan yang tersebar di perairan Pulau Enggano (Pulau Dua, Pulau Merbau, Pulau Bangkai, dan Teluk Berhawe) seperti disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Lokasi pengamatan terumbu karang Posisi St. Lokasi

Bujur Lintang 1 Utara Pulau Dua 102° 23' 687" 5° 26' 624"

2 Barat Pulau Dua 102° 23' 106" 5° 26' 552" 3 Selatan Pulau Dua 102° 23' 106" 5° 26' 552" 4 Barat Pulau Merbau 102° 23' 074" 5° 28' 228" 5 Pulau Bangkai 102° 22' 496" 5° 27' 380" 6 Teluk Berhawe 1 102° 07' 812" 5° 18' 372"

(5)

7 Teluk Berhawe 2 102° 07' 924" 5° 18' 512"

a. Terumbu Karang

Berdasarkan survey cepat terumbu karang yang dilakukan pada tujuh lokasi di perairan Pulau Enggano termasuk Pulau Dua dan Pulau Merbau diperoleh hasil bahwa kondisi terumbu karang berada pada kisaran buruk (damage) sampai dengan sangat baik (excellent). Date kategori persentase penutupan karang hidup berdasarkan Gomez dan Yap (1998) disajikan pada Tabel 2 dibawah ini. Sedangkan data persentase penutupan substrat dasar berdasarkan masing-masing kategori menurut English et al. (1997) disajikan pada Tabel 3. Tabel 2 Data kategori persentase penutupan karang hidup pada masing-masing stasiun

pengamatan St. HC SC DCA OT AB A Kategori 1 25.00 3.00 30.00 2.00 40.00 0.00 Sedang 2 48.24 7.20 15.92 0.62 28.02 0.00 Sedang 3 82.00 1.00 5.00 1.00 10.00 1.00 Sangat Baik 4 68.42 0.00 18.54 2.78 10.26 0.00 Baik 5 7.50 0.00 5.00 1.00 85.00 1.50 Buruk 6 36.10 0.00 27.44 0.98 35.30 0.18 Sedang 7 7.14 0.20 52.14 0.30 37.86 2.36 Buruk

(6)

Tabel 3 Data persentase penutupan substrat dasar terumbu karang berdasarkan kategori English et al. (1997) per stasiun pengamatan

STASIUN KATEGORI 1 2 3 4 6 7 HARD CORAL Acropora: Branching 5.02 6.72 0.26 Tabulate 2.60 2.60 Digitate 0.62 Non-Acropora: Branching 21.24 13.48 Massive 1.92 2.00 0.70 0.36 7.14 Submassive 5.00 2.90 Encrusting 3.00 4.22 11.20 Foliose 7.90 Mushroom 2.00 Heliopora 2.22 70.00 Millepora 35.86 32.94

Total Hard Coral 25.00 48.24 82.00 68.42 36.10 7.14

DEAD CORAL

Dead Coral

Death Coral With Algae 30.00 15.92 5.00 18.54 27.44 52.14

Total Death Coral 30.00 15.92 5.00 18.54 27.44 52.14

SOFT CORAL

Soft Coral 3.00 7.20 1.00 0.20

Total Soft Coral 3.00 7.20 1.00 0.00 0.00 0.20

OTHERS Ascidian 1.62 0.98 Sponge 0.62 1.16 0.30 Tridacna Sp. 0.50 Cypraea Sp. 0.50 Total Others 2.00 0.62 1.00 2.78 0.98 0.30 ALGAE Filamentous Algae 0.18 1.00 Macro Algae 1.00 1.36 Total Algae 0.00 0.00 1.00 0.00 0.18 2.36 ABIOTIK Sand 28.02 10.00 10.26 28.20 37.86 Rubble 7.10 Total Abiotik 40.00 28.02 10.00 10.26 35.30 37.86 Grand Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

(7)

Gambar 3 Kondisi ekosistem terumbu karang yang umumnya di dominasi oleh karang biru (blue coral), karang api (fire coral), dan karang bercabang (branching coral) di Pulau Enggano (Foto: Hawis Madduppa)

b. Ikan Karang

Selama pelaksanaan inventarisasi bawah air, ditemukan 76 spesies ikan karang dari 21 famili. Secara umum kondisi komunitas ikan karang di perairan Pulau Enggano termasuk dalam kategori baik, hal ini dilihat dari stabilnya nilai indeks keseragaman (E) dan rendahnya nilai indeks dominansi (C) dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) tergolong rendah hingga sedang disajikan pada Tabel 4 sedangkan komposisi ikan karang disajikan pada Tabel 5.

(8)

Tabel 4 Indeks Komunitas ikan karang berdasarkan jumlah individu (N), taxa, indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C), serta kategori fungsi ikan pada setiap stasiun pengamatan

Stasiun Parameter 1 2 3 4 5 6 7 N 117 292 115 337 - 94 - Spesies 18 46 39 61 - 39 - Genus 15 30 26 37 - 25 - Famili 10 17 13 17 - 11 - H' 2.440 3.195 3.198 3.509 - 3.233 - C 0.107 0.056 0.049 0.041 - 0.040 - E 0.844 0.835 0.873 0.854 - 0.882 - Target 9 23 18 28 - 21 - Mayor 7 18 14 24 - 12 - Indikator 2 5 7 9 - 6 -

Komunitas ikan karang yang terdata dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu:

1. Kelompok ikan target, merupakan target penangkapan para nelayan yang dijadikan sumber mata pencaharian dan konsumsi manusia. Keberadaan ikan target di ekosistem terumbu karang yaitu untuk mencari makan (feeding ground) atau bertelur dan membesarkan anak (spawning dan nursery ground). Ikan target yang ditemukan di perairan Pulau Enggano antara lain berasal dari famili Caesioniade, Haemulidae, Serranidae dan Lutjanidae.

2. Kelompok ikan indikator, merupakan bio-indikator kondisi kesehatan ekosistem terumbu karang. Banyaknya jenis ikan indikator yang ditemukan maka semakin bagus terumbu karang pada lokasi tersebut, karena ikan indikator dari famili Chaetodontidae sangat tergantung pada polip karang hidup. Ada sembilan jenis ikan indikator yang ditemui, yaitu

Chaetodon vagabundus, Chaetodon collare, Chaetodon trifasciatus, Chaetodon meyeri, Chaetodon trifacialis, Chaetodon ephippium, Chaetodon auriga, Chaetodon rafflesi, dan Chelmon rostratus.

3. Kelompok ikan mayor utama, merupakan ikan-ikan yang tidak termasuk ke dalam dua kelompok diatas. Fungsi dan peran kelompok ikan ini belum jelas kecuali sebagai salah satu mata rantai dalam sistem ekologi dan jaring makanan di ekosistem terumbu karang. Sejumlah jenis ikan dari kelompok ini, ada yang jadi target tangkapan nelayan ikan hias. Selama survei jenis ikan mayor yang ditemukan dari famili Pomacentridae.

(9)

Gambar 4 Kondisi sumberdaya ikan di daerah terumbu karang di Pulau Enggano (Foto: Hawis Madduppa)

(10)

Tabel 5 Komposisi komunitas ikan pada masing-masing stasiun pengamatan

Stasiun

No Famili Spesies

1 2 3 4 6

1 Acanthuridae Zebrasoma scopes 1 2 7 3

2 Acanthuridae Acanthurus leucosternon 4 24 1 1

3 Acanthuridae Acanthurus lineatus 12 7 16

4 Acanthuridae Acanthurus gahhm 1 3 1

5 Acanthuridae Acanthurus thompsoni 4 11 5

6 Acanthuridae Acanthurus auranticavus 1 1 4

7 Acanthuridae Acanthurus leucocheilus 7 13

8 Apogonidae Apogon cookie 1

9 Balistidae Balistapus undulates 7 1 3 1 1

10 Balistidae Pseudobalistes flavimarginatus 1

11 Balistidae Odonus niger 4

12 Balistidae Pseudobalistes fuscus 1

13 Balistidae Balistoides viridescens 2 2

14 Belonidae Strongylura incise 1 1

15 Chaetodontidae Chaetodon vagabundus 1 5 7 1

16 Chaetodontidae Chaetodon collare 5 3 2

17 Chaetodontidae Chaetodon trifasciatus 1 2 8 3

18 Chaetodontidae Chaetodon meyeri 2 1 1

19 Chaetodontidae Chaetodon trifacialis 1 1 1 1

20 Chaetodontidae Chaetodon ephippium 1 1

21 Chaetodontidae Chaetodon auriga 4 1 2 1

22 Chaetodontidae Chaetodon rafflesi 3 1 3

23 Chaetodontidae Chelmon rostratus 1 1

24 Cirrhitidae Paracirrhites forstei 3 1 1

25 Diploprionini Diploprion bifasciatum 2

26 Haemulidae Plectorhincus flavomaculatus 1 1

27 Holocentridae Myripristis amaena 1 2

28 Holocentridae Sargocentron caudimaculatum 1 1

29 Labridae Bodianus mesothorax 1 4 9 4 1

30 Labridae Choerogon anchorago 2 1 1 2

31 Labridae Halichoeres hortulanus 9 7 14 6

32 Labridae Gomphosus caeruleus 2 2 1 3 1

33 Labridae Gomphosus varius 7 1 1 2 3

34 Labridae Thalassoma gravittatum 5 7 11 1

35 Labridae Labroides dimidiatus 1 5 1 1

36 Labridae Thalassoma lunare 1 2 3 1 7

37 Lethrinidae Monotaxis grandoculis 1

38 Lutjanidae Lutjanus decussates 21 7 4

39 Lutjanidae Lutjanus kasmira 15 13 17

40 Lutjanidae Lutjanus quinquelineatus 11

41 Lutjanidae Lutjanus ehrenbergi 2 9 2

42 Lutjanidae Lutjanus fulviflamma 1 2 1

43 Lutjanidae Lutjanus semicinctus

44 Nemipteridae Scolopsis lineatus 8 17 1 7 1

45 Nemipteridae Scolopsis ghanam 11 1 4

46 Nemipteridae Pentapodus trivittatus 1

(11)

48 Plesiopidae Calloplesiops altivelis 1

49 Pomacanthidae Centropyge multispinis 1

50 Pomacanthidae Centropyge eibli 1

51 Pomacentridae Abudefduf sexfasciatus 16 7 12 3

52 Pomacentridae Amphiprion ocellaris 2 3

53 Pomacentridae Amphiprion sandaracinos 2

54 Pomacentridae Plectroglyphidodon lacrymatus 1 1 1 1

55 Pomacentridae Chromis atripectoralis 32 11

56 Pomacentridae Chromis analis 10 22 27

57 Pomacentridae Chromis nitida 9 7

58 Pomacentridae Chromis dimidiate 20

59 Pomacentridae Chrysiptera cyanea 3 5 4

60 Pomacentridae Chrysiptera hemicyanes 1 1

61 Pomacentridae Chrysiptera rollandi 1

62 Pomacentridae Dascyllus aruanus 24 7 11 7

63 Pomacentridae Dascyllus trimaculatus 10

64 Pomacentridae Neoglyphidodon melas 1

65 Pomacentridae Dischistodus melanotus 1

66 Pomacentridae Pomacentrus nigromarginatus 31 37 11

67 Pomacentridae Stegastes aureus 1 1 2

68 Scaridae Scarus rubroviolaceus 1 12 1

69 Scaridae Scarus niger 11 5 1 1 1

70 Scaridae Chlorurus microrhinos 1

71 Serranidae Epinephelus fasciatus 11 3 1

72 Serranidae Epinephelus spilotoceps 2 4 3

73 Serranidae Plectropomus leopardus 1 1 1

74 Siganidae Siganus virgatus 9 2 1

75 Theraponidae Terapon jorbua 1

76 Zanclidae Zanclus cornutus 3 1 3 1

Referensi

Allen G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Singapore: Periplus Editions (HK) Ltd. 292 pp.

English S, Wilkinson C, Baker VJ. 1997. 2nd ed. Survey Manual for Tropical Marine

Resources. Australia: ASEAN-Australia Marine Science Project. 368+xii pp.

Gomes ED, Yap HY. 1998. Monitoring Reef Condition. In: Kenchington RA, Hudson BET, editor.

Coral Reef management handbook. Jakarta: UNESCO Regional office science and

technology for southeast asia. Pp 187-195

Krebs CJ. 1972. Ecology the Experimental Analysis of Distribution and Abudance. New York: Harper and Row Pubication.

Lieske E, Myers R. 2001. Reef fishes of the world: Indo Pacific and Carribean. (Revised edition). Periplus Edition. Singapore: HarperCollins Publisher.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its measurements. Princeton University Press. 179pp.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd Edition. Philadelphia and London: W.B. Saunders Co.

Gambar

Gambar 1   Proses pengamatan dan pengambilan data kondisi ekosistem terumbu karang  di Pulau Enggano (Foto: Hawis Madduppa)
Gambar 2   Peta pengamatan kondisi ekosistem terumbu karang di Pulau Enggano
Tabel 2  Data kategori persentase penutupan karang hidup pada masing-masing stasiun  pengamatan   St
Tabel 3  Data persentase penutupan substrat dasar terumbu karang berdasarkan kategori  English et al
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peripheral Component Interconnect (PCI) merupakan bus yang memiliki Peripheral Component Interconnect (PCI) merupakan bus yang memiliki kecepatan tinggi yang

1) Ujian susulan adalah ujian yang diberikan kepada peserta pelatihan yang tidak dapat mengikuti Ujian Komprehensif Tertulis dan Praktik utama (sesuai dengan jadwal yang

(3) Periodesasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan batasan untuk dapat diangkat kembali sebagai anggota Komisaris dan anggota Direksi sesuai

Hal ini juga ditandai oleh persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat, mulai dari perusahaan-perusahaan besar ,perusahaan menengah hingga perusahaan

Namun, pada tahun ketiga hingga tahun ke tujuh, harga konversi untuk saham baru yang diterbitkan adalah sebesar Rp 926,16 atau harga rata-rata saham BUMI selama enam bulan

Setelah penggambaran pada bagian awal cerita di atas, dialog diteruskan dengan percakapan yang terjadi antara Endang dan Simak darmi yang terjadi pada cerita

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI pada Materi Operasi

Setelah menganalisa indeks parkir maksimal pada Jalan Honggowongso Kawasan Sami Luwes diperoleh hasil survei lapangan sebesar 67,50 % pada hari Sabtu 06 Februari dan