Penulis : R. Muhammad Zaky Amaas dkk Penyunting & Desain Sampul : Akhi Dirman Al-Amin
Cetakan 1 : Januari 2010
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Pasal 2
(1) Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Terban GK V/ 658 Yogyakarta 55223
E-Mail : inspirazonepublishinghouse@yahoo.co.id
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
Antologi Puisi
Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso
KATA-KATA PUN
BERSUJUD
Penerbit
Sambutan Pimpinan Pondok
Pesantren Al-Ishlah Bondowoso
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum.wr.wb.
Segala puja puji hanya milik Allah SWT semata, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw, keluarga dan shahabat-shahabatnya. Amin.
Setelah membaca berkali-kali puisi karya anak-anak saya santri Pondok Pesantren Al -Ishlah Bondowoso, hati saya terdecak kagum bangga dan bahagia. Bahasa indah yang diuntai sangat sederhana tapi mengandung makna yang dalam.
Dalam perjalanan pulang dari Thailand menuju Kuala Lumpur Malaysia tanggal 27 Desember 2011 saya membaca sekali lagi puisi-puisi tersebut, dan puisi-puisi tersebut mengingatkan saya kepada maadah ‘ulumul qur’an dan balaghah yang pernah diajarkan kepada para santri tentang betapa dahsyatnya Mu’jizat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw khususnya sisi sastra bahasa yang sangat tinggi.
Beberapa bentuk gaya pengungkapan Al-Qur’an yang sangat tinggi nilai sastranya adalah : A) Persajakan, Hampir seluruh ayat-ayat makkiyah menyerupai untaian bait-bait syair, yang salah satu cirinya ialah adanya kesamaan qafiyah (rima), misalnya An Naas, Al Falaq, Al Ikhlash dsb. B) Keseimbangan panjang ayat. C) Paralelisme dan keseimbangan irama antar ayat. D) Repetisi (perulangan) kata atau kalimat. E) Kecermatan
makna pada diksi (pilihan kata). F) Pemakaian huruf-huruf dalam kata yang sangat representatif terhadap makna atau suasana makna. G) Kontradiksi. H) Keselarasan antara tempo dan makna atau suasana makna. I) Penggambaran yang sangat hidup dan berkesan, Sayyid Quthb menyebut gaya bahasa ini sebagai التصوير الفنى (penggambaran artistik). J) Keselarasan antara obyek sumpah dan tema yang mengikutinya. K) Al Iltifaat, gaya bahasa hiperbolik dan pengalihan kata ganti secara mendadak. Dsb.
Diiringi doa semoga puisi karya anak-anakku santri Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso ini, diikuti dengan karya-karya tulis lainnya. Gubahlah dunia dengan penamu!!!
Wassalamu’alaikum.wr.wb.
Kuala Lumpur, 27 Desember 2010 Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso
K.H. Thoha Yusuf Zakariya . LC
Pimpinan II
KARENA KATA-KATA ADALAH CINTA
(Sebuah Pengantar)Cinta adalah bunga Yang terus bermekaran
Tanpa terpengaruh musim-musim (Kahlil Gibran)
***
Apakah arti sebait kata atau kalimat?!
Bagi seorang yang berenang di lautan kata (ini istilah saya untuk Penyair!) seuntai kalimat adalah pedang yang mampu menebas apa saja yang ada di hadapannya. Kadang juga bisa menjadi racun yaang mematikan atau alunan nada yang menyuguhkan mimpi indah.
Lantas... bagaimana dengan buku yang ada di tangan anda ini?!
Buku ini adalah sebuah kumpulan puisi yang ditulis dengan sepenuh hati oleh sahabat-sahabat kita di Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso. Sahabat-sahabat kita ini melukiskan banyak hal dengan cara yang khas dan mencoba memaknai setiap kejadian sebagai ibadah untuk semakin mengenal dan mencintai Allah dalam kata-kata.
Di tengah euphoria sastra yang kebablasan dan tidak mengindahkan lagi norma-norma yang seharusnya dihormati dalam kehidupan bermasyarakat --misalnya dengan lahirnya ‘sastra kelamin’ atau sejenisnya yang melulu
membicarakan masalah keduniaan--, maka kehadiran sastra religius yang lahir dari kehidupan pesantern seperti buku kumpulan puisi “Kata-Kata Pun Bersujud” ini menjadi sebuah oase yang menghadirkan kembali kebeningan hati dalam rangkaian kata-kata penuh makna yang bisa menjadi cermin bagi siapa saja yang ingin melihat kehidupan dengan cara yang berbeda.
Bukalah lembar-lembar buku ini, maka anda akan berdialog dengan nurani demi nurani. Dengan gaya yang berbeda dalam tutur dan cara memaknai cinta, namun justru itulah yang menguatkan. Seperti hamparan pelangi, bukankah tak indah jika hanya satu warna?!
Buku ini berisi perenungan-perenungan akan makna hidup, kahakikian cinta, pengorbanan, solidaritas, perjuangan dan suara-suara nurani yang terdengar lirih dalam memaknai setiap perjalanan yang penuh canda, tawa, darah, jua air mata. Dan sungguh, ‘kado cinta’ ini takkan berarti apa-apa, tanpa adanya usaha dari kita semua untuk menyemai cinta, agar segala duka terseka. Sebab telah lama cinta tertidur atau mungkin mati, sehingga ketakpedulian meraja di hati kita.
Semoga aktifitas di dunia pena ini tak membuat kami menjadi orang lalai yang hanya mampu menulis tanpa amalan dan semoga cinta tertinggi kita hanyalah untuk Allah, karna Dialah puncak segala cinta.
Pengantar ini saya tutup dengan puisi yang bisa menjadi renungan kita bersama, dari Septirani
Di bentang sajadahku tak henti memanggil -Mu ....
Ku menantimu di sungai asaku… (Di Bentang Sajadah, Septirani)
Wassalamu’alaikum.wr.wb. Salam Budaya,
Puisi-Puisi
BUMIKU
diam-diam aku rindu
bunga yang harum, kata hatiku ingin kurangkai kembali huruf-huruf alphabet, angka-angka, dan hijaiyah titipan pelajaran dari beliau-beliau bahwa semesta adalah milik Allah
yaitu apa yang dilihat, apa yang dirasakan, dan apa yang hati lena
menganggap itu dan itu adalah miliknya adalah sebenarnya milik Dia yang Esa Allah yang Esa
tiada sekecil selpun yang boleh menjadi sekutu hingga menjadikan muskrik pelakunya
al-Qur'an yang kalam-Nya
yang kan kueja, kubaca, kutabur di seluruh belahan semesta
agar beliau-beliau para guru tercinta
menjadi bangga di hadapan sang Esa, yang dalam bisik hati terdengar
"Allah, terimalah amal kebajikanku karena telah mengajarkan pada anak-anakku
bahwa semesta adalah milik-Mu, Engkaulah yang Esa tak tersekutu
dan terima kasihku pada-Mu Kau berikan Rosul Muhammad saw
yang menyampaikan risalah ini hingga anak-anak kami, amiiin."
aku ikhlas
menjadi insan bermanfaat
yang berarti sekali hidup untuk pintar dan benar, kuat nan taat
dan sholih yang mushlih dan perekat ummat yang sebenarnya satu
terima kasih semua yang telah engkau berikan kan kubawa harummu sejauh manapun aku al-ishlahku
TENTANG DULU
(untuk yang pernah katakan 'buku ini kita harus selesaikan berdua')
aku sudah lama tak lagi mengingatnya tak bersua, menatap seperti biasa
bercanda menyusun tawa, menuliskan jutaan lembar cerita
ya, dulu kita pernah berjanji untuk menyelesaikan buku ini sampai usai
sampai tutup usia yang akan menjadi lembar terakhir kisah kita
itu isi benakku pagi ini, menjadi mula nafasku yang nyaris habis
asaku yang nyaris putus berserak-serak
aku tak sengaja membuka lembaran kita yang belum usai
(dan tak akan pernah usai)
aku membaca rautmu yang dulu pernah tertawa dan menangis memelukku
aku melihat keceriaan dan rasamu yang meluap-luap menyentuhku
aku mendengar jeritan perasaanmu waktu itu aku mengenal lagi semua tentangmu
aku menyesal sepenuhnya atas ketidaksengajaanku membaca rautmu, melihat keceriaanmu,
mendengar jeritan perasaanmu
aku menyesal mengenal lagi semua tentangmu seperti aku menyesal telah menjalin janji ini bersamamu
bukan, bukan karena aku kecewa aku bahkan bangga
kau akan mampu berkarya jauh lebih dari ketika harus bersamaku