• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POTENSI RAWAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN TANJUNG RAYA MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN POTENSI RAWAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN TANJUNG RAYA MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Abstrak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI RAWAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN TANJUNG RAYA MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Eko Vanrizki1), Ezra Aditia2),Haryani,2)

Jurusan Perencaaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta, Padang

Email: ekovanrizki90@gmail.com, adipwkubh@gmail.com, irharyanimtp@yahoo.co.id

Abstrak

Bencana longsor merupakan bencana alam yang bersifat mendadak dan setiap saat dapat mengancam manusia terutama yang bermukim di lereng-lereng bukit sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan kerugian harta benda. Dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2010-2015 Kecamatan Tanjung Raya mengalami bencana longsor yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak 30 orang dan kerugian mencapai Rp. 2.110.000.000,00. Kerugian yang ditimbulkan juga diperbesar dengan pola permukiman masyarakat Kecamatan Tanjung Raya yang banyak bermukim di lereng-lereng perbukitan. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menjadikan teory Ministry Of Agriculture and Fishery-Japan sebagai dasar dalam menentukan potensi bencana longsor. Menurut teory ini potensi bencana longsor dapat diteliti dari enam variabel yaitu 1. Kelerengan, 2. Bentuk Lahan, 3. Geologi, 4. Jenis Tanah, 5.Curah Hujan dan 6.Pengunaan lahan. Ke enam variabel memiliki indikator dan nilai masing-masing untuk menentukan potensi bencana longsor. Metode yang digunakan adalah metode skoring, metode overlay dan metode analisis deskripsi yang dibantu dengan software ArcGis 10.1. Hasil analisis dari keenam variabel didapat bahwa Kecamatan Tanjung Raya memiliki 2 potensi bencana longsor. Pertama potensi bencana longsor tinggi dengan luasan mencapai 2.956 Hektar atau 21.42% yang tersebar di sebagian Nagari Bayua, Nagari Duo Koto, Nagari Koto Malintang, Nagari Maninjau, Nagari Sungai Batang dan Nagari Tanjung Sani. Kedua potensi bencana longsor sedang tersebar di semua nagari di Kecamatan Tanjung Raya dengan luasan 10.827 hektar atau 89.58%. Permukiman eksisting yang berada di zona potensi bencana longsor tinggi seluas 0,39 Hektar yang tersebar di Nagari Tanjung Sani dan Koto Malintang. Permukiman yang berada di zona potensi bencana longsor sedang seluas 880,61 Hektar yang tersebar di Kecamatan Tanjung Raya. Setelah dilakukan proses overlay antara zona potensi bencana longsor dengan arahan pola ruang permukiman dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2010-2030, didapat arahan pola ruang permukiman seluas 57 Hektar berada di zona potensi bencana longsor tinggi dan sisanya seluas 619 Hektar berada di zona potensi bencana longsor sedang.

Kata Kunci : Bencana Longsor, Pola Ruang, Permukiman.

Pembimbing I Pembimbing II

(2)

STUDY OF POTENTIAL LANDSLIDES DISASTER IN TANJUG RAYA DISTRICT USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM APPROACH

Eko Vanrizki1), Ezra Aditia2),Haryani,2)

Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Civil Engineering and Planning Bung Hatta University , Padang

Email: ekovanrizki90@gmail.com, adipwkubh@gmail.com, irharyanimtp@yahoo.co.id

Abstract

Landslides constitute natural disasters that are suddenly and at any moment can threaten humans, especially those living in the hillsides, resulting in the onset of loss of life, environmental damage, and property loss. Landslide which happened in Tanjung Raya district in the last 5 years – starting from 2010-2015 caused the deaths of 30 persons with total loss Rp 2.110.000.000,00. Losses occurred also enlarged with residential pattern of the communities living on steep slopes in this sub-district The study was conducted with the approach of Geographic Information Systems (GIS) and used teory Ministry Of Agriculture and Fishery-Japan as a basis in determining the potential for landslides. According to the theory, the potential for landslides can be observed from the six variables: 1. Slope, 2. Form of Land, 3. Geology 4. Soil type, 5.Curah Rain and 6.Pengunaan land. The six variables have indicators and the value of each to determine the potential for landslides. The method used is the scoring method, the overlay method and analytical methods descriptions assisted byArcGIS version 10.1 . Results of the analysis of the six variables obtained that the district of Tanjung Raya has two potential landslides. Result of analyzing those six variables stated that Tanjung Raya district has two potential landslides area. First, potential landslide area range around 2956 He or 21,42 % which spread partly of NagariBayua, Nagari Duo Koto, NagariNagari Koto Malintang, NagariManinjau, Nagari Sungai Batang and NagariTanjung Sani. Second, landslide potential spread in whole area Nagari in District Tanjung Raya, which range around 10.827 he or 89.58%. Existing residential are located in the landslide zone of high potential area of 0.39 hectares spread Nagari Koto Tanjung Sani and Malintang. The residentials are located in the zone of potential landslides were covering an area of 880.61 hectares scattered in the district of Tanjung Raya. After the overlay process between zones of potential landslides in the direction of the spatial pattern of residential in the Spatial Plan Agam Year 2010-2030, gained the landing pattern of residential space covering an area of 57 hectares located in the high zone of potential landslides and the remaining area of 619 hectares located in the zone of potential landslides being.

Keywords: Landslide, Pattern Space, residential.

Advisor I Advisor II

(3)

TBL = P + 3(LU) + 2(S) + 2 (T) + G + LF 1. PENDAHULUAN

Bencana alam adalah rangkaian peristiwa bersifat mendadak yang dapat mengancam

manusia dan lingkungan sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Salah satu bencana yang paling sering dijumpai di Sumatera Barat khususnya Kabupaten Agam adalah bencana longsor, hal ini dipengaruhi oleh kondisi eksisitng yaitu perbukitan, pegunungan, lembah dan ngarai.

Menurut Ministry Of Agriculture Forestry and Fishery-Japan bencana longsor di pengaruhi oleh enam variabel yaitu, (1) Curah hujan, (2) Pengunaan lahan, (3) Kelerengan, (4) Jenis Tanah, (5) Tipe Geologi, (6) Bentuk lahan. Untuk menentukan zona potensi longsor dapat dilakukan dengan metode skoring dari ke enam variabel ini. Untuk menentukan lokasi potensi zonasi dapat dilakukan dengan cara melakukan Overlay terhadap masing-masing peta tematik.

Kecamatan Tanjung raya dalam 5 tahun terakir bencana longsor yang terjadi sebanyak 16 kali kejadian dengan tingkat kerugian yang terhitung mencapai kurang lebih Rp 2.110.000.000.000 dengan jumlah korban jiwa mencapai 30 Orang dan kerugian lainya seperti kehilangan tempat tinggal, hewan ternak, jalan, kebun dan ladang.

Meingingat rawannya Kecamatan Ini terhadap bencana longsor, maka perlu dilakukan kajian potensi rawan bencana longsor dengan pendekatan sistem informasi geografis (SIG) yang nantinya akan menghasilkan zona-zona sebagai berikut (1) Zona potensi bencana longsor rendah, (2) Zona potensi bencana longsor sedang, (3) Zona potensi bencana longsor tinggi. Zona potensi ini juga nantinya dilakukan proses

Overlay dengan permukiman dan arahan pola

ruang permukiman dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2010-2030 untuk melihat sebaran zona permukiman dan arahan pola ruang permukiman terhadap potensi bencana longsor.

2. STUDY LITERATUR

Zonasi tingkat bahaya longsor dilakukan dengan simulasi model Ministry Of

Agriculture Forestry and Fishery-Japan

(Hamazaki dan Gesite, 1993;Zain,2002 dalam hermon,dedi 2012), yaitu :

Model

Rumus Tingkat bahaya Longsor

Dimana :

P : Curah Hujan LU : Pengunaan Lahan S : Lereng

(4)

G :Tipe Geologi LF : Bentuk Lahan

TBL : Tingkat Bahaya Longsor Untuk menentukan bobot dari masing-masing unit model/variabel dapat dilihat pada model rumus tingkat bahaya longsor yang dikembangankan oleh Ministry Of Agriculture

Forestry and Fishery-Japan. Berdasarkan

simulasi dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki bobot :

Tabel 1

Bobot Masing-Masing Variabel

Pemberian nilai/harkat dalam menentukan potensi bencana longsor dimaknai dengan semakin besar pengaruh indikator terhadap longsor maka semakin kecil pula nilai yang diberikan, dan sebaliknya semakin kecil pengaruh indikator terhadap bencana longsor maka semakin besar nilai yang diberikan.

Tabel 2

Nilai Masing-Masing Indikator

Metode yang digunakan dalam tahap analisis tabular adalah metode scoring dan metode overlay. Setiap variabel dan indikator penentu tingkat bahaya longsor memiliki skor dan kemudian pada setiap unit analisis skor tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan skor selanjutnya diklasifikasikan untuk menentukan tingkat bahaya longsor. Klasifikasi tingkat bahaya longsor dilakukan berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah dari masing-masing variabel dan indikator dibagi sebanyak kelas yang di inginkan.

Tabel 3

Harkat Kriteria Tingkat Bahaya Longsor Maff-Japan

No Model* Unit Kriteria** Harkat *** Skor 1 Curah Hujan (mm/tahun) < 2.000 2.000 - 2.500 2.500 - 3.000 3.000 - 3.500 3.500 – 4.000 4.000 – 4500 4500 - 5000 >5.000 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1 2 Pengunaan Lahan (Tipe)

Sawah ( 2 kali dalam setahun) Sawah ( satu kali dalam setahun) Kolam/Tambak Rawa Danau Hutan Area Perumahan Lapangan Golf Taman Kuburan Industri Industrial Estate Semak Belukar Padang Rumput Kebun Campuran Perkebunan Lahan Kritis 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 12 12 12 12 12 12 9 9 9 9 9 9 9 9 6 6 3 3 Lereng (%) 0-2 2-15 15-40 >40 5 4 3 1 10 8 6 2 4 Jenis Tanah Histosols

Gleysols Vertisols Arcisols Grumusol Ferralsols Lithosols Andosols Podzols Regosols 5 5 5 5 5 3 3 3 2 2 10 10 10 10 10 6 6 6 4 4 5 Tipe Geologi

Pliocene, endapan sedimen Miocene, batu kapur

Material Vulkanik Tua

Miocene, Vulkanik Pleistocene,endapan sedimen Pleistocene,endapan vulkanik

Material Vulkanik muda Allvium 4 3 3 3 2 2 1 1 4 3 3 3 2 2 1 1 6 Bentuk Lahan

Zona Dataran Rendah Pantai Zona Dataran Rendah Zona Dataran Tinggi Zona Perbukitan, kemiringan <15% Zona Perbukitan, Kemiringan >=15% - <40%

Zona Perbukitan, Kemiringan >=40% Zona Pegunungan, kemiringan <15% Zona Pegunungan, Kemiringan >=15% - <40%

Zona Pegunungan, Kemiringan >=40% 5 5 3 4 3 2 3 2 1 5 5 3 4 3 2 3 2 1

Sumber : Ministry Of Agriculture Forestry and Fishery-Japan (Zain,2002) dalam Dedi Hermon 2012 Keterangan : *Unit Model = Variabel, **Kriteria = indikator, ***Harkat = Kepentingan

(5)

Kriteria atau indikator merupakan hasil penelitian yang telah dikembangkan oleh

Ministry Of Agriculture Forestry and Fishery-Japan. Masing-masing kriteria mempunyai

tingkat kepentingan terhadap bencana longsor. Nilai skor masing-masing indikator merupakan hasil perkalian antara nilai masing-masing indikator dengan bobot dari masing-masing variabel.

3. METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah :

1. Metode Pengumpulan Data

 Metode Survey Primer, metode ini dilaksanakan dengan pengamatan langsung dilapangan untuk melihat

kondisi eksisting dilapangan

berdasarkan aspek fisik alami dalam penelitian ini.

 Metode Survey Sekunder, metode ini merupakan metode pengumpulan data dari berbagai instansi yang terkait dengan peneltian ini. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah.

 Data Letak Geografis Kabupaten Agam dan Kecamatan Tanjung Raya sumber data BAPPEDA Kabupaten Agam  Data Topografi meliputi kemiringan

lereng sumber Citra Citra Shutle Rudal

Topografy Mission (SRTM)

 Data Bentuk Lahan sumber peta topografi dari Citra SRTM

 Data Tipe Geologi sumber BAPPEDA Kabupaten Agam

 Data Jenis Tanah sumber Peta Jenis Tanah Rencana Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009-2029.  Data Klimatologi berupa curah hujan

dan hari hujan di Kecamatan Tanjung Raya dalam 10 tahun sumber BMKG Sicincin

 Data pengunaan lahan kondisi eksisting di Kecamatan Tanjung Raya sumber BAPPEDA dan Citra SAS-Planet.  Data Kebencanaan Kabupaten Agam

dan Kecamatan Tanjung raya sumber Badan Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten Agam

2. Metode Analisis

a. Metode Scoring

Metode scoring adalah metode yang memberikan masing-masing indikator nilai sesuai dengan tingkat kepentingan dilapangan. Pemberian nilai yang diberikan berdasarkan tingkat pengaruh dari masing-masing varibael terhadap terjadinya longsor. Pada dasarnya pemberian skor merujuk kepada teory yang dikembangkan oleh Maff-Japan.

b. Metode Overlay (tumpang susun)

Metode ini dilakukan dengan mangbungkan beberapa layer peta yang

(6)

memuat informasi data spasial yang dibutuhkan dalam melakukan kajian rawan bencana longsor di Kecamatan tanjung Raya. Metode overlay dengan sistem SIG di bantu dalam suatu software ArcGIS 10,1.

Gambar 1

Skema Analisis Potensi Rawan

Bencana Longsor

Sumber : Pemodelan Berdasarkan Harkat dan Kriteria Bahaya Longsor Maff Japan (Zain 2002)

c. Analisis Deskripsi

Metode analisis deskripsi merupakan metode dalam analisis data dengan cara menjelaskan atau mendeskripsikan tentang potensi rawan bencana longsor terhadap kondisi eksisting permukiman dan arahan pola ruang permukiman yang dimuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2010-2030.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahapan analisis yang dilakukan dalam

Kajian Potensi Rawan Bencana Longsor di

Kecamatan Tanjung Raya Melalui

Pendekatan Sistem Informasi Geografis

diantaranya dengan : (1) Analsis tiap-tiap

variabel dan indikator sesuai dengan

MAFF-Japan untuk menentukan potensi longsor

diantaranya kelerengan, curah hujan, jenis tanah, geologi, bentuk lahan dan pengunaan lahan.

(2) Tahapan selanjutnya dengan melakukan Overlay peta-peta dasar dari masing-masing variabel dan indikator sesauai dengan nilai dan bobot sehinga mendapat peta potensi bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya yang dibagi atas potensi bencana longsor tinggi, potensi bencana longsor sedang dan potensi bencana longsor rendah.

(3)Tahapan yang ketiga adalah dengan mengoverlay antara peta potensi bencana longsor dengan peta arahan pemanfaatan ruang dalan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2010-2030, untuk melihat penyebaran Arahan Pola Ruang (Pemukiman) terhadap zona potensi rawan bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya.

A. Analisis Variabel dan Indikator Potensi Bencana Longsor.

a. Analisis Kelerengan

Berdasarkan peta kontur interval 25 Meter yang didapat dari Citra SRTM maka didapat kelerengan di Kecamatan Tanjung Raya. Menurut MAFF-japan kelerengan harus dibagi menjadi 4 kelas lereng, yaitu lereng 0-2%, 2-15%, 15 sampai dengan 40

(7)

% dan lebih dari 40%. Semakin datar lerengnya maka semakin kecil pula potensi terjadinya longsor, adapun analisis sebaran dan skor dari masing-masing jenis lereng terhadap potensi bencana longsor adalah sebagai berikut :

Tabel 4 Analisis Kelerengan

Potensi bahaya longsor sangat tinggi, merupakan kawasan yang lerengnya lebih dari 40% dengan luas 2.990 Hektar diberi skor 2. Pada kelerengan 15-40% dapat memberikan dampak longsor tinggi memiliki luas mencapai 6.533 Hektar memiliki skor 6.

b. Analisis Bentuk Lahan

Bentuk lahan Kecamatan Tanjung Raya adalah perbukitan yang mengelilingi Danau Maninjau hal ini dapat dilihat dari kondisi eksisting yang ada. Kecamatan Tanjung Raya memiliki ketingian 500 sampai dengan 1.000 meter di atas permukaan laut. Untuk menentukan bentuk lahan, dilakukan dengan cara menganalisis data peta kontur interval 25 Meter yang didapat dari Citra SRTM.

Tabel 5 Analisis Bentuk Lahan

Bentuk lahan yang berpotensi longsor tinggi yaitu bentuk lahan lebih dari 40% memiliki luas 28.98 Hektar, zona ini memiliki skor 2.

c. Analisis Geologi

Kondisi geologi akan memberikan pengaruh terhadap kondisi stabilitas lereng yang dapat memicu proses longsoran. Berdasarkan Peta Geologi dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2010-2030, Kecamatan Tanjung Raya memiliki 2 jenis geologi yaitu Vulkanik dan Alluvium.

Tabel 6 Analisis Kelerengan

Geologi jenis Alluvium tersebar 6 nagari yaitu Koto Malintang, Bayua, Koto Gadang Anam Koto, Koto Kaciak, Duo Koto dan Paninjaun dengan luas total mencapai 1.474 Hektar diberi memiliki 1. Jenis geologi vulkanik tersebar di semua nagari di Kecamatan Tanjung Raya dengan luas total 12.393 Hektar memiliki skor 3. d. Analisis Jenis Tanah

Data jenis tanah di ambil dari Peta Jenis Tanah Provinsi Sumatera Barat yang dimuat dalam Rencana Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2029, dari peta ini diketahui bahwasanya jenis tanah yang berada di Kecamatan Tanjung

(8)

Raya adalah Gley Humus. Jenis tanah Gley Humus menurut sisitem klasifikasi tanah lama termasuk kedalam tanah Alluvial atau Regosols.

Tabel 7 Analisis Bentuk Lahan

Jenis tanah Regosols tersebar di seluruh Kecamatan Tanjung Raya yang berarti dapat memberikan pengaruh yang tinggi terhadap terjadinya bencana longsor, jenis tanah regosol memili nilai skor 4 dengan luas 13.803 Hektar

e. Analisis Klimatologi

Untuk menganalisis curah hujan mengunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 22/PRT/M/2007, hal ini dikarenakan curah hujan untuk Indonesia di katakan besar apabila lebih dari 2.500 Milimeter pertahun. Teori ini juga di dukung oleh teori iklim koppen yang mengatakan bahwa curah hujan untuk indonesia berkisar antara 0 sampai dengan lebih dari 2.500 setiap tahunnya.

Tabel 8 Analisis Bentuk Lahan

Curah hujan rata-rata di Kecamatan Tanjung Raya adalah 2707,75 Milimeter pertahun berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 22/PRT/M/2007 tentang Kawasan Rawan Bencana Longsor dalam tingkat kerawanan sangat tinggi sehingga diberi skor 1

f. Analisis Pengunaan Lahan

Guna lahan Kecamatan Tanjung Raya terdiri dari 7 Pengunaan lahan yaitu Permukiman, Hutan, Kebun Campuran, Semak Belukar, Sawah, Jalan, dan Sungai. Guna lahan yang paling luas adalah hutan dengan 6.870 Hektar dan yang terkecil adalah sungai dengan luas 25 hektar. Adapun sebaran dan skor dari masing-masing guna lahan adalah sebagai berikut :

Tabel 9 Analisis Bentuk Lahan

Berdasarkan pengunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Tanjang Raya, pengunaan lahan yang memberikan Pengaruh tinggi terhadap terjadinya longsor adalah kebun campuran yang memiliki luas 3.681 meiliki skor 6 dan yang terkecil adalah sungai dan jalan yang memiliki luas 37 Hektar dengan skor jalan 9 dan skor sungai 12.

(9)

B. Analisis Potensi Rawan Bencana Longsor

Berdasarkan tabel rekapitulasi potensi bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya didapat 56 area, yang masing-masing area mengambarkan karakteristik dari 6 Variabel yang dikembangkan oleh Maff-Japan diantaranya (Kelerengan, Bentuk Lahan, Jenis Geologi, Jenis Tanah, Curah Hujan dan Pengunaan Lahan).

Tabel 10

Zona Potensi Bencana Longsor

No Zona

Potensi Sebaran Nagari

Luas Ha Luas Total Ha Perse ntase 1 Zona Potensi Longsor Tinggi Bayua 510 2.956 21,42 Duo Koto 196 Koto Malintang 182 Maninjau 237 Sungai Batang 571 Tanjung Sani 1.260 2 Zona Potensi Longsor Sedang Bayua 870 10.847 78,58 Duo Koto 471 Koto Gadang Anam Koto 737 Koto Kaciak 1.245 Koto Malintang 2.011 Maninjau 104 Paninjauan 631 Sungai Batang 1.965 Tanjung Sani 2.813 Total 13.803 13.803 100

Sumber : Hasil Analisis 2015

Zona yang berpotensi tinggi memiliki luas total 2.956 Hektar atau sama dengan 21,42%. Zona bertpotensi sedang memiliki luas total 10.847 Hektar atau sama dengan 75,58%. C. Analisis Sebaran Kondisi Eksisting

Permukiman Terhadap Zona Potensi Bencana Longsor.

Untuk mengetahui bencana yang dapat mengancam pemukiman, maka dilakukan

overlay peta sebaran permukiman dengan peta potensi bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya. Hasil overlay menunjukan kondisi permukiman terhadap potensi bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya.

Tabel 11

Permukiman Eksisting di Zona Potensi Bencana Longsor

N o Potensi Bencana Longsor Sebaran Nagari Permuki man di masing zona (Ha) Luas Tota l Ha Pers enta se 1 Zona Potensi Bencana Longsor Tinggi Tanjung Sani 0,28 0,39 0,05 Koto Malintang 0,11 2 Zona Potensi Bencana Longsor Sedabg Sungai Batang 187 880, 61 99.9 5 Tanjung Sani 133 Maninjau 58 Koto Malintang 73 Bayua 218 Koto Gadang Anam Koto 36 Koto Kaciak 96 Duo Koto 54 Paninjauan 26 881 881 100

Sumber : Hasil Analisis 2015

Berdasarkan hasil overlay jumlah permukiman eksisiting yang berada di zona potensi bencana longsor tinggi berrjumlah 0,39 Hektar atau sama dengan 0.05%. dari luas kawasan penelitian. Sisanya seluas 880,61 Hektar atau 99.95% permukiman kondisi eksisting berada di zona potensi bencana longsor sedang.

D. Analisis Arahan Pola Ruang

Permukiman Terhdap Zona Potensi Longsor.

Dalam Rencana Tata Ruang

Kabupaten Agam tahun 2010-2030 dimuat arahan polaruang permukiman di

(10)

Kecamatan Tanjung Raya seluas 676 Hektar. Arahan pola ruang ini dioverlay dengan peta zona potensi bencana longsor sehingga mengahasilkan :

Tabel 12

Analisis Pola Ruang Terhadap Zona Potensi Bencana Longsor N o Zona Potensi Bencana Longsor Sebaran Nagari Luas Ha Luas Total Ha Persen tase 1 Zona Potensi Bencana Longsor Tinggi Sungai Batang 15 57 8.43 Tanjung Sani 27 Maninjau 6 Koto Malintang 5 Bayua 2 Duo Koto 2 2 Zona Potensi Bencana Longsor Sedabg Sungai Batang 120 619 91.56 Tanjung Sani 62 Maninjau 59 Koto Malintang 43 Bayua 126 Koto Gadang Anam Koto 45 Koto Kaciak 94 Duo Koto 49 Paninjauan 21 676 676 100

Sumber : Hasil Analisis 2015

Berdasarkan hasil analisis terdapat 57 Hektar dalam arahan pemanfaatan ruang berada di Zona Tinggi dan 619 Hektar arahan pola ruang berada di Zona rendah. Arahan Pola ruang di zona tingi terdapat di Nagari Tanjung Sani 27 Hektar, Sungai Batang dengan luas 15 Hektar, Maninjau dengan luas 6 Hektar, Koto Malintang dengan luas 5 Hektar, bayua dengan luas 2 Hektar dan Nagari duo koto dengan luas 2 Hektar.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan teory yang dikembangkan oleh Ministry Of Agriculture Foresty and

Fishery Japan untuk menentukan potensi

bencana longsor berdasarkan 6 (enam) aspek yaitu Kelerengan, Guna Lahan, jenis geologi, jenis tanah, curah hujan dan bentuk lahan. Dengan mengunakan metode skoring keenam aspek ini di Overlay sehingga menghasil peta potensi bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.

a. Potensi bencana longsor tinggi tersebar di 6 Nagari yaitu Nagari Bayua, Nagari Duo Koto, Nagari Koto Malintang, Nagari Maninjau, Nagari Sungai Batang dan Nagari Tanjung Sani dengan luas 2.956 Hektar atau persentase 21.42%. Zona potensi bencana longsor sedang seluas 10.827 Hektar atau 89.58% dari luas Kecamatan Tanjung Raya yang tersebar disemua nagari di Kecamatan Tanjung Raya

b. Peta potensi bencana longsor yang didapatkan di overlay dengan peta sebaran permukiman kondisi eksisting. Hasil yang didapatkan permukiman eksisitng yang berada di zona potensi bencana lingsor tinggi seluas 0,39 Hektar dan sisanya seluas 880,61 berada di zona potensi sedang.

c. Untuk arahan pola ruang permukiman didapat 57 Hektar arahan yang berada di zona potensi tinggi. . Sisanya seluas 619 Hektar arahan pola ruang permukiman berada di zona potensi bencana sedang.

(11)

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka terdapat beberapa saran yang bisa diajukan untuk masyarakat dan pemerintahan, adapun saran dari hasil kajian ini adalah sebagai berikut :

a. Perlunya melakukan pelatihan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya sebagai kegiatan mitigasi bencana

b. Perlunya melakukan kajian mitigasi bencana longsor dan memasang alat deteksi bencana longsor seperti EWS

(Early Warning System) di daerah-daerah

yang memiliki potensi bencana longsor tinggi.

c. Untuk menjamin akan kebutuhan ruang yang aman, nyaman,produktif dan berkelanjutan maka perlu dilakukan Kegiatan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Tanjung Raya yang berbasis bencana dan kawasan strategis Danau Maninjau.

d. RTRW Kabupaten Agam Tahun 2010-2030 perlu dilakukan evaluasi arahan pola ruang permukiman terhadap potensi bencana longsor di Kecamatan Tanjung Raya.

5. DAFTAR PUSTAKA

Amelia Putri,Agisti 2014. Arahan

Pemanfaatan Lokasi Perumahan

Berdasarkan Faktor Kebencanaan

Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tanggah.

Djunaedi, Achmad. 2012. Proses Perencanaan wilayah dan Kota.

Hermon, Dedi 2012. Mitigasi Bencana

Hidrometeorologi. UNP Press

Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi

Geografis, konsep-konsep dasar R.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2010-2030

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009 -2029

Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam, Kecamatan Tanjung Raya dalam angka tahun 2013.

Data Klimatologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Stasiun klimatologi Sicincin Padang.

Data Rekapitulasi Badan Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten Agam

Peraturan Kepala Badan Nasional

Penangulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No

22/PRT/M/2007 Tentang Pedoman

Penataan Ruang Kawasan Rawan

Bencana Longsor.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penangulangan Bencana.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

(12)

Peta Sebaran Potensi Bencana Longsor di Kecamatan Tanjung Raya

Peta Sebaran Kondisi Permukiman Eksisting Terhadap Potensi Bencana Longsor di Kecamatan Tanjung Raya

(13)

Peta Sebaran Arahan Pola Ruang Permukiman Terhadap Potensi Bencana Longsor di Kecamatan Tanjung Raya

Gambar

Tabel 6  Analisis Kelerengan
Tabel 9  Analisis Bentuk Lahan

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, fungsi sistem mikrokontroler pada penelitian ini adalah untuk mengkonversikan data hasil kalkulasi dari device Android menjadi perintah yang dapat

(3) Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan SKPD Pengguna Barang tidak menerbitkan suatu keputusan,

Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola-pola pembingkaian dan penekanan penyelesaian yang ditawarkan dalam pemberitaan mengenai pelayanan dasar

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan yang selanjutnya disebut TSLP adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan yang timbul sejal adanya

Penggunaan jenis-jenis tindak tutur ( speech acts); locutionary acts (lokusi) dalam bahasa iklan yang ditemukan pada surat kabar The Jakarta Post Online adalah

[r]

Sementara itu, pada serapan bahasa Arab pada budaya aqiqah ni daganak tubu berbahasa Angkola cenderung untuk mendeskripsikan serapan bahasa Arab yang ditemukan pada

Pegawai Tugas Belajar adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diberi tugas untuk mengikuti pendidikan tinggi di dalam maupun