PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN
CABAI (Capsicum annuum L.)
MARIA AZIZAH
A24063489
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
MARIA AZIZAH
.
Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.). (Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan SELLY SALMA).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi isolat Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Unit Kebun Percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember 2010.
Penelitian dilaksanakan berdasarkan model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi aplikasi isolat Methylobacterium spp yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: (1) rendam air dan tanpa penyemprotan isolat Methylobacterium spp, (2) perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap dua bulan sekali sampai berumur 4 bulan, (3) perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap satu bulan sampai tanaman berumur 4 bulan. Faktor kedua adalah dosis pemupukan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: (1) tanpa pemupukan, (2) pemupukan 7.5 g Urea, 13 g SP-18, dan 6 g KCl per 5 kg media, (3) pemupukan 15 g Urea, 27 g SP-18, dan 12 g KCl per 5 kg media. Isolat yang digunakan adalah Methylobacterium spp strain TD-J7 yang diisolasi dari daun jagung dan TD-TPB3 yang diisolasi dari terong bulat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang pada pengamatan mingguan. Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman 15.4% pada 2 MST dan 12.5% pada 13 MST, meningkatnya jumlah daun 40.9% pada 7 MST, dan meningkatnya jumlah cabang 25.4% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol.
Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan secara nyata meningkatkan jumlah bunga pada 14 dan 17 MST, bobot buah pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST, serta meningkatkan total jumlah bunga dan total bobot buah cabai. Total bobot buah meningkat dari 63.25 gram menjadi 134.21 gram pada perlakuan tanpa pemupukan, meningkat dari 164.66 gram menjadi 331.32 gram pada pemupukan setengah dosis dan meningkat dari 102.26 gram menjadi 309.67 gram pada pemupukan satu dosis rekomendasi.
Pemupukan setengah dosis tidak menunjukkan beda nyata dengan satu dosis rekomendasi pemupukan.
PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN
CABAI (Capsicum annuum L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MARIA AZIZAH
A24063489
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL
TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)
Nama : MARIA AZIZAH
NRP : A24063489
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Eny Widajati, MS Dra. Selly Salma, MSi. NIP. 19610106 198503 2 002 NIP. 19630714 199003 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 10 Februari 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Tego Siyo dan Ibu Robiatul Adadiyah. Penulis lulus dari SDN 05 Purwoharjo pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Cluring. Penulis menyelesaikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 1 Genteng, Banyuwangi dan lulus pada tahun 2006.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2006. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi Benih, asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi, dan menjadi pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah Lare Blambangan-Banyuwangi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Dra. Selly Salma, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Anas D. Susila MS selaku dosen pembimbing akademik.
4. Segenap staf Laboratorium Mikrobiologi BB-Biogen dan staf Kebun Percobaan Cikabayan yang telah membantu selama proses penelitian.
5. Ayah, Ibu dan Adik di rumah atas doa dan dukungannya.
6. Ita, Dina, Sabti, Yulitha, Kiki, Vivi, Puput, Lina, Lastri, Sri, dan teman-teman AGH 43 atas dukungan dan kebersamaannya .
Penulis berharap semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Maret 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Botani Cabai ... 4 Budidaya Cabai ... 5 Methylobacterium spp ... 6
Zat Pengatur Tumbuh ... 9
BAHAN DAN METODE ... 12
Tempat dan Waktu ... 12
Alat dan Bahan ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan ... 13
Pengamatan ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17
Daya Tumbuh ... 17 Tinggi Tanaman ... 18 Jumlah Daun ... 20 Jumlah Cabang ... 22 Jumlah Bunga ... 23 Bobot Buah ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium sppdan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai. ... 18 2. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Tinggi Tanaman Cabai. ... 19 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Aplikasi Pemupukan terhadap Jumlah Daun Cabai ... 20 4. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Jumlah Daun Cabai. ... 21 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang Cabai ... 22 6. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Jumlah Cabang Cabai. ... 23 7. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Bunga Cabai ... 24 8. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap
Jumlah Bunga Cabai yang terbentuk setiap MST. ... 24 9. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan
terhadap Total Jumlah Bunga Cabai (11-18 MST) ... 26 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi
Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai ... 27 11. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan
terhadap Bobot Buah Cabai setiap MST ... 27 12. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan
terhadap Total Bobot Buah Cabai (15-23 MST) ... 29
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jumlah bunga yang terbentuk setiap minggu pada 11-18 MST ... 25 2. Bobot buah yang dipanen setiap minggu
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai ... 37
2. Buah yang dipanen pada 20 MST ... 38
3. Komposisi media Amonium Mineral Salt (AMS) per 1 Liter ... 39
4. Komposisi Trace Element per 100 ml ... 39
5. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai pada 13 MST ... 39
6. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Daun pada 7 MST ... 39
7. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang pada 10 MST... 40
8. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Bunga pada 15 MST ... 40
9. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Jumlah Bunga ... 40
10. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah pada 19 MST. ... 41
11. Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Bobot Buah. ... 41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional maupun komoditas ekspor. Kandungan buah cabai meliputi vitamin A, vitamin C, air, protein, lemak, karbohidrat, serat mineral dan minyak esensial (Ashari, 2006). Produk hortikultura merupakan produk yang rentan terhadap kerusakan dan dipasarkan dalam kondisi yang segar. Oleh karena itu dibutuhkan produk dalam jumlah besar setiap tahun.
Produksi nasional cabai pada tahun 2009 sebesar 1 378 727 ton dengan produktivitas 5.89 ton per ha (BPS, 2011). Permintaan cabai akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Selain untuk konsumsi rumah tangga, cabai juga digunakan sebagai bahan dasar industri makanan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan usaha perbaikan pada budidaya cabai. Cara yang dilakukan antara lain penggunaan benih bermutu, cara budidaya tanaman yang baik dan penanganan pasca panen yang baik sehingga produk yang diterima konsumen memiliki mutu yang baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan produksi tanaman cabai adalah dengan melakukan aplikasi bakteri yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.
Bakteri Pink Pigmented Facultative Methylotroph (PPFM) merupakan bakteri methylotrof dari kelompok Methylobacterium yang banyak ditemukan di alam. Bakteri filosofer PPFM berinteraksi dengan tanaman dan memanfaatkan substrat senyawa karbon tunggal (C1) seperti metanol dan metilamida.
Methylobacterium sp dapat ditemukan pada permukaan daun berbagai jenis tanaman, lumut dan paku-pakuan. Menurut Ismail (2002) bakteri PPFM dapat ditemukan pada permukaan daun tanaman nangka, rambutan, belimbing dan sawo. Bakteri PPFM juga ditemukan pada tanaman sayuran lalapan seperti pohpohan, selada, kemangi,dan kecambah kacang hijau (Riupassa, 2003). Salma et al. (2005) menambahkan bahwa bakteri ini dapat ditemukan pada daun kantong semar, anggrek hitam, durian lai dan ulap doyo.
Lidstrom dan Christoserdova (2002) menyatakan bahwa Methylobacterium sp. dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman dan perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, menstimulasi terbentuknya IAA, protein quinon dan vitamin B12.Widajati et al. (2008) menambahkan bahwa isolat tipe TD-TPB3 juga mampu memproduksi giberelin sebesar 129.83 ppm.
Menurut penelitian Afifah (2009) penggunaan Methylobacterium spp tipe TD-J10 dapat berpengaruh terhadap invigorasi benih cabai rawit dengan meningkatkan KCT sebesar 9.24% KN/etmal dan meningkatkan bobot kering
kecambah normal (BKKN) pada benih sebesar 64% dengan viabilitas awal rendah. Aplikasi Methylobacterium spp tipe TD-J2 dapat meningkatkan DB benih sebesar 38% dan Indeks vigor benih sebesar 1.5 kali pada benih dengan viablitas rendah dan 1.1 kali ada benih dengan viabilitas sedang. Selain itu Goni (2010) menyatakan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara rendam+semprot pada tanaman cabai dapat meningkatkan jumlah daun, bobot kering bibit dan persentase bibit berbunga sebesar 2.4 helai, 0.142 g, dan 10.9 % pada benih dengan viabilitas awal 62%. Sedangkan pada benih dengan viabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun 4.3 helai, dan persentase bibit berbunga 30.5%. Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan aplikasi isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan perendaman dan penyemprotan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai diketahui karena adanya koordinasi dari auksin, sitokinin dan giberelin yang seimbang pada sistem pertumbuhan tanaman. Auksin berperan dalam mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukan akar. Sitokinin berperan dalam morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada kentang, pemecahan dormansi, dan pembukaan stomata (Wattimena et al., 1992). Giberelin berperan dalam mengontrol proses-proses perkembangan tanaman yang meliputi perkecambahan, pemanjangan sel, dan perkembangan bunga dan benih (Lakitan, 1996).
Holland dan Pollaco (1992) menyatakan bahwa beberapa jenis Methylobacterium berhubungan dengan metabolisme nitrogen pada tanaman
dengan menggunakan urease bakteri. Selain itu Sy et al. (2001) menyatakan bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Fiksasi nitrogen (pengikatan nitrogen atmosfer menjadi ammonium) tersebut dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim nitrogenase yang dihasilkan oleh bakteri.
Berdasarkan penelitian tersebut isolat Methylobacterium spp diduga akan berdampak pada pertumbuhan dan daya hasil tanaman. Aplikasi Methylobacterium spp diharapkan dapat mengurangi jumlah pupuk anorganik yang diberikan pada tanaman karena Methylobacterium spp dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh dan enzim nitrogenase.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi isolat bakteri Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman cabai (Capsicum annuum L.).
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Frekuensi aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
2. Aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
3.
Terdapat interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan aplikasi pemupukan.TINJAUAN PUSTAKA
Botani Cabai
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk dalam famili Solanaceae genus Capsicum dan spesies Capsicum annuum L. Cabai merupakan tanaman asli dari benua Amerika. Cabai adalah tanaman herba yang sebagian besar menjadi berkayu pada pangkal dan batangnya. Buah cabai adalah buah tidak pecah, menggantung atau tegak, merupakan buah buni (beri) yang berbiji banyak (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Kandungan gizi 100 gram buah cabai merah meliputi 90% air, 32 kal energi, 0.5 gram protein, 0.3 gram lemak, 7.8 gram karbohidrat, 1.6 gram serat, 0.5 gram abu, 29.0 mg kalsium, 45 mg fosfor, 0.5 mg besi, 470 IU vitamin A, 0.05 mg tiamin, riboflavin 0.06 mg, niasin 0.9 mg, 18.0 mg asam askorbat (Ashari, 2006). Selain itu cabai mengandung Capsicin (C18H27NO3)
dan Capsantin (C40H58O3). Buah cabai merah mengandung vitamin A dan vitamin
C yang lebih banyak dibandingkan cabai hijau (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Walaupun banyak varietas pada tanaman cabai namun umumnya mempunyai ciri yang hampir sama. Tanaman cabai umumnya mempunyai tinggi tanaman 50-90 cm. Tangkai daunnya horizontal dengan panjang 1.5-4.5 cm. panjang daun sekitar 4-10 cm dan lebar 1.5-4 cm. Akar berupa akar tunggang yang terdiri atas akar utama dan akar lateral. Akar lateral merupakan akar serabut dan dekat di permukaan tanah menyebar horizontal 30-50 cm dan dapat menembus tanah 30-60 cm (Setiadi, 2008).
Posisi bunga menggantung dengan mahkota berwarna putih. Mahkota bunga terdiri dari 5-6 helai dengan panjang 1-1.5 cm dan lebar 0.5 cm. Panjang tangkai bunga 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih dengan panjang berkisar 0.5 cm. Kepala putik berwarna kuning kehijauan sedangkan tangkai sari putih dan yang dekat kepala sari ada bercak kecoklatan. Panjang tangkai sari sekitar 0.5 cm. Kepala sari berwarna ungu dengan warna serbuk sari kuning kecoklatan (Setiadi, 2008).
Budidaya Cabai
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Syarat tumbuh tanaman cabai meliputi suhu 16-230C dengan suhu optimum 15-200C. Struktur tanah yang cocok adalah yang remah dan kaya bahan organik dengn pH berkisar antara 5.5-6.5 (Ashari, 2006).
Budidaya cabai diawali dengan pengolahan lahan. Persemaian dilakukan selama kurang lebih empat minggu selama dilakukan pengolahan lahan. Benih ditanam dalam kantong plastik kecil-kecil atau dapat pula digunakan tray. Setiap lubang tray ditanam satu butir benih untuk memudahkan pemindahan ke lapang. Media tanam yang digunakan dalam persemaian adalah campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (Setiadi, 2008).
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah bibit dipindahkan meliputi penyulaman, pemangkasan tunas air, pemupukan, penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman yaitu mengganti bibit yang rusak atau mati karena berbagai sebab di lapangan. Jumlah bibit persediaan untuk cadangan berkisar antara 5-10% dari jumlah total kebutuhan. Pemangkasan tunas air yaitu kegiatan membuang tunas-tunas baru yang tumbuh pada batang utama. Kegiatan ini dilakukan saat tanaman berumur 45-50 hari setelah tanam. Selain itu juga dilakukan pengajiran. Ajir merupakan alat bantu yang terbuat dari belahan bambu yang berfungsi membantu tegaknya tanaman cabai merah. Ajir dibuat dengan ukuran panjang 125-150 cm, lebar 4 cm dan tebal 2 cm. Pemupukan biasanya dilakukan dua sampai tiga kali. Umumnya pupuk yang digunakan 100-150 kg Urea/ha, 75-100 kg SP-36/ha dan 200 kg KCl /ha. Penyiraman sangat penting terutama setelah bibit ditanam di lapang yang dilakukan secara intensif hingga tanaman berumur 40-50 hari (Setiadi, 2008).
Pada umumnya pengendalian hama yang dilakukan belum sesuai dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam konsep ini bila serangan belum mengekibatkan kerugian secara ekonomi maka tidak dilakukan pengendalian secara kimia. Hama yang menyerang tanaman cabai antara lain lalat buah, ulat grayak (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis gossypii), thrips, tungau dan ulat tanah. Penyakit yang menyerang cabai antara lain Antraknosa (Colletotrichum sp), bercak daun (Cercospora capsici), layu bakteri
(Pseudomonas sp), busuk daun (Phytopthora capsici), layu fusarium (Fusarium sp), dan penyakit mosaik daun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Methylobacterium spp
Bakteri dari genus Methylobacterium sudah banyak diteliti sebagai salah satu contoh bakteri fakultatif methylotrof. Bakteri ini diklasifikasikan sebagai α-proteo bacteria dan dapat tumbuh pada senyawa C1 seperti methanol dan
metilalamin sebaik pada senyawa C2, C3, dan C4 (Lidstrom dan Christoserdova,
2002).
Methylobacterium banyak terdapat di alam. Ismail (2002) menyatakan bahwa Methylobacterium spp dapat ditemukan pada permukaan daun tanaman nangka, rambutan, belimbing, sawo. Selain itu dapat ditemukan pada tanaman sayuran lalapan seperti pohpohan, selada, kemangi, dan kecambah kacang hijau (Riupassa, 2003). Isolasi dari beberapa daun clover merah dan gandum menunjukkan kelimpahan populasi PPFM menurun dari musim semi ke musim panas, namun meningkat lagi saat akhir musim panen (Omer, 2004). Methylobacterium spp juga dapat ditemukan pada daun kantong semar (Nephentes), anggrek hitam (Coelogyne pandurata), durian lai (Durio kutejensis) dan ulap doyo (Curculigo latofolia) dengan kelimpahan yang tinggi (Salma et al., 2005).
Holland dan Pollaco (1992) menyatakan bahwa beberapa jenis Methylobacterium berhubungan dengan metabolisme nitrogen pada tanaman dengan menggunakan urease bakteri. Selain itu Sy et al. (2001) menyatakan bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Koenig et al. (2002) menyatakan bahwa banyak strain bakteri Methylobacterium sp. dapat menghasilkan sitokinin trans-zeatin yang disekresikan pada media kultur yang dapat menstimulasi perkecambahan benih kedelai.
Hasil penelitian Ryu et al. (2006) menunjukkan bahwa dengan perlakuan Methylobacterium pada tanaman cabai yang telah diekstrak terlihat adanya akumulasi hormon indole acetic acid (IAA) sebesar 61.65 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan 68.27 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe
CBMB110, sitokinin yaitu trans zeatin (t-ZR) sebesar 0.022 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan 0.013 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB110 dan dihidrozeatin ribosid (DHZR) sebesar 0.562 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan pada bakteri tipe CBMB110 sebesar 0.658 pmol/g bobot basah. Sedangkan pada tanaman tomat hanya ditemukan konsentrasi sitokinin t-ZR sebesar 0.013 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan 0.012 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB110 dan DHZR sebesar 0.475 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan 0.431 pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB110 tanpa adanya IAA. Widajati et al. (2008) menyatakan bahwa Methylobacterium spp strain TD-J7 dapat menghasilkan hormon auksin 9.13 ppm, trans-zeatin 74.37 ppm dan gibrelin 98.75 ppm dan pada isolat strain TD-TPB3 menghasilkan IAA 96.56 ppm, trans zeatin 33.14 ppm dan giberelin 129.83 ppm.
Menurut Fitriarini (2008) isolat bakteri Methylobacterium spp dapat digunakan untuk invigorasi benih padi dengan viabilitas awal 70% dengan meningkatkan kecepatan tumbuh pada perlakuan menggunakan isolat TD-G3 sebesar 9.98 %. Pada benih dengan viabilitas awal 82% dengan isolat TD-J7, TD-G3, TD-J10, TD-TPB3, dan TD-L2 dapat meningkatkan kecepatan tumbuh masing masing sebesar 11.14%, 11.31%, 11.75%, 12.45%, dan 13.13%. Menurut Amin (2008) isolat Methylobacterium spp dapat mematahkan dormansi benih padi varietas Ciherang pada pada after ripening 5 minggu dengan nilai DB > 85% dan mempersingkat persistensi dormansi. Safariyah (2009) menyatakan bahwa aplikasi Methylobacterium spp dapat mematahkan dormansi benih padi pada minggu ke-2 after ripening.
Aplikasi Methylobacterium spp pada tahap persemaian dapat meningkatkan daya tumbuh bibit dan keserempakan tumbuh secara nyata, juga dapat meningkatkan jumlah gabah bernas per malai dan bobot gabah bernas per rumpun (Safariyah, 2009). Selain itu isolat TD-TPB3 dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi pada parameter KCT sebesar 13.55% KN/etmal
menjadi 18.66% KN/etmal dan Indeks Vigor 22.67% menjadi 70.67% pada benih dengan viabilitas awal sedang (Kurniati, 2009).
Inokulasi isolat bakteri Methylobacterium yang dikombinasikan dengan Bradyrhizobium japonicum strain SB120 mempunyai dampak yang signifikan pada parameter pertumbuhan, penyerapan nutrisi dan daya hasil kedelai dengan peningkatan panjang dan lebar tajuk sebesar 12.60 cm dan 30.33 cm dan peningkatan panjang dan lebar akar sebesar 18.41 cm dan 30.33 cm (Radha et al., 2009). Meenakashi dan Savalgi (2009) menyatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah bintil akar pada 45 dan 60 hari pada perlakuan dengan aplikasi pada benih dan penyemprotan dibandingkan dengan perlakuan inokulasi benih menggunakan Bradyrhizobium japonicum saja. Total bobot kering kedelai meningkat 41.67% pada perlakuan inokulasi Methylobacterium sp. dan B. japonicum dengan penyemprotan pada 20, 30 dan 45 hari dibandingkan dengan kontrol.
Penelitian Radha et al. (2009) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium sp. dan Bradyrhizobium japonicum strain SB120 pada benih
secara signifikan dapat meningkatkan parameter pertumbuhan tanaman kedelai meliputi bobot tanaman, jumlah daun dan berat kering akar dengan penanaman dalam pot pada kondisi rumah kaca. Total bobot kering kedelai meningkat 41.67% pada perlakuan inokulasi Methylobacterium sp. dan B. japonicum dengan penyemprotan pada 20, 30 dan 45 hari dibandingkan dengan kontrol (Meenakashi dan Savalgi, 2009).
Menurut Yim et al. (2009) inokulasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dengan cara penyemprotan saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari dapat meningkatkan tinggi tanaman 0.96% sampai 24.76% dan bobot kering biomassa cabai 2.98% sampai 40.82%. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3 dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dapat meningkatkan vigor benih dan bibit cabai besar. Aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara rendam+semprot setiap dua minggu dapat meningkatkan jumlah daun, bobot kering bibit dan persentase bibit berbunga sebesar 2.4 helai, 0.142 gram, dan 10.9% pada benih dengan viabilitas awal 62%. Sedangkan pada benih dengan viabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun 4.3 helai dan persentase bibit berbunga 30.5%.
Menurut Yim et al. (2010) perlakuan benih dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 menunjukkan peningkatan panjang akar dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 secara signifikan menunjukkan peningkatan akumulasi sitokinin t-ZR dan DHZR pada ekstrak tanaman cabai dan tomat. Percobaan di rumah kaca menunjukkan peningkatan biomassa cabai dan kolonisasi bakteri filosfer.
Chauhan et al. (2010) menyatakan bahwa efek pemacu pertumbuhan dari Methylobacterium oryzae CBMB20 signifikan pada perlakuan pemupukan yang lebih rendah dan pertumbuhan tanaman tidak berbeda nyata pada perlakuan pemupukan antara 100% dan 300% pada tanaman yang diberi perlakuan Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan 1% methanol. Dengan aplikasi Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan methanol maka aplikasi pemupukan dapat dikurangi tanpa adanya pengurangan yang nyata pada akumulasi biomassa dan daya hasil tanaman.
Hasil penelitian Deka Boruah et al. (2010) pada kondisi rumah kaca inokulasi Methylobacterium sp dengan aktivitas 1-aminocyclopropane-1-carboxylate Deaminase (ACCD)+IAA atau tanpa IAA meningkatkan ketegaran bibit cabai dan tomat yang terlihat dari rata-rata panjang nodul dan bobot spesifik daun, namun pengaruh ini setara dengan aplikasi IAA dengan konsentrasi yang rendah.
Zat Pengatur Tumbuh
Indole Acetic Acid (IAA) merupakan salah satu bentuk dari auksin yang berperan dalam mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukan akar, pembungaan pada Bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pada tanaman diocious, dominasi apical, respon tropisme, serta menghambat pengguguran daun, bunga dan buah (Wattimena et al., 1992). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemberian auksin dapat memacu pemanjangan potongan akar atau akar utuh pada banyak spesies dengan konsentrasi yang sangat rendah (10-7-10-13 tergantung
jenis dan umur akar) dan pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pemanjangan akar.
Pemberian auksin dapat memacu pembentukan dan pemanjangan akar pada stek tanaman Makadamia. Menurut Sianturi (1996) pemberian auksin dengan jenis dan konsentrasi yang berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap keberhasilan stek Makadamia. Perlakuan Rhizopon AA 1% menunjukkan kualitas akar yang terbaik dengan jumlah stek berakar 25%, jumlah akar 17.4 buah dan rata rata panjang akar 11.4 cm.
Sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel, morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada kentang, pemecahan dormansi, pembukaan stomata, pembungaan dan pembentukan buah partenokarpi, serta dapat menghambat senescens dan absisi (Wattimena et al., 1992).
Sitokinin dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pertunasan tanaman nanas. Perlakuan sitokinin sangat berpengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun nenas saat pembibitan. Tinggi tanaman nanas tertinggi adalah pada perlakuan kontrol sebesar 15.29 cm dan terendah pada perlakuan TDZ 0.05 ppm yaitu 10.78 cm. jumlah daun terbanyak pada perlakuan TDZ 0.1 ppm sebesar 19.37 helai dan terendah pada perlakuan BAP 2 ppm sebesar 12.07 helai (Sari, 2008).
Giberelin berperan dalam mengontrol proses-proses perkembangan tanaman yang meliputi perkecambahan, pemanjangan sel, dan perkembangan bunga dan benih. Dalam perkecambahan, giberelin memacu sintesis dan sekresi jumlah enzim hidrolitik yang berperan dalam proses penguraian protein, pati, lemak, dinding sel, dan asam asam nukleat dalam endosperm (Lakitan, 1996).
Menurut penelitian Sari (2005) pemberian giberelin dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Perlakuan giberelin dengan konsentrasi 2 ppm nyata mempercepat umur berbunga dan mendorong keserempakan berbunga yang ditandai dari jumlah hari yang lebih sedikit untuk populasi tanaman mencapai berbunga 75%. Aplikasi giberelin 2 ppm juga meningkatkan hasil gabah ubinan maupun hasil gabah/ ha sebesar 16.4%. Waktu aplikasi di awal pertumbuhan (saat perendaman benih, menganak dan inisiasi malai) nyata meningkatkan indeks luas daun sedangkan aplikasi di akhir masa
pertumbuhan (inisiasi malai dan heading) nyata meningkatkan panjang malai dan jumlah gabah per malai.
Menurut Haryantini dan Santoso dalam Sari (2010) pemberian 100 ppm GA3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai. Selain itu, menurut
Sari (2010) aplikasi GA3 100 ppm dan 200 ppm belum dapat mengurangi
kerontokan buah cabai dalam pot. Hal ini terjadi karena pemberian GA3 dapat
menghambat pertumbuhan generatif tanaman dan pada aplikasi 100 ppm GA3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Cimanggu Bogor dan Rumah Kaca Unit Kebun Percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember 2010.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah varietas Prabu, isolat bakteri Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB-3, dan media kultur cair Amonium Mineral Salt (AMS). Bahan lain yang digunakan antara lain akuades, metanol, alkohol 95%, alkohol 70%, isolatip, tisu, kertas label, media persemaian benih, polybag, tray, pestisida, fungisida, pupuk kandang, pupuk Urea, SP-18 dan KCl.
Peralatan yang digunakan meliputi cawan petri, pinset, ose, bunsen, hand sprayer, labu erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung, autoklaf, pHmeter, gunting, timbangan analitik, laminar air flow, alat tulis, ember, dan cangkul.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan berdasarkan model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi aplikasi isolat bakteri Methylobacterium spp yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: benih direndam air, dan tidak disemprot isolat Methylobacterium spp (m0), perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap dua bulan sekali sampai umur empat bulan (m1), perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap satu bulan sampai tanaman berumur empat bulan (m2). Faktor kedua adalah dosis pemupukan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: tanpa pemupukan (p0), pemupukan setengah dosis rekomendasi (p1), dan pemupukan satu dosis rekomendasi pemupukan cabai (p2).
Masing-masing percobaan terdiri dari 3 ulangan dengan 9 kombinasi perlakuan sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Dalam setiap satuan percobaan diamati 5 tanaman contoh.
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah Yijk = µ + αi + Fj + Pk + (FP)jk + εijk
dimana :
Yijk : Nilai pengamatan pada satuan percobaan dari ulangan ke-i pada faktor
frekuensi aplikasi ke-j dan dosis pemupukan ke k µ : nilai rata-rata umum
αi : ulangan ke-i, dimana i= 1, 2, dan 3
Fj : Pengaruh frekuensi aplikasi isolat bakteri pada taraf ke-j = 1, 2, dan 3
Pk : Pengaruh dosis pemupukan pada taraf ke-k = 1, 2, dan 3
(FP)jk : Interaksi antara frekuensi aplikasi isolat bakteri pada taraf ke-j = 1, 2, dan
3 dengan dosis pemupukan taraf ke-k = 1, 2, dan 3 εijk : Pengaruh galat percobaan
Data yang diperoleh diuji dengan uji F, apabila menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan uji wilayah berganda duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Perbanyakan isolat bakteri
Perbanyakan bakteri Methylobacterium spp dilakukan di laboratorium Mikrobiologi BB-Biogen. Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah TD-J7 yang diisolasi dari daun jagung dan TD-TPB-3 yang diisolasi dari daun terong bulat. Kegiatan perbanyakan isolat Methylobacterium spp diawali dengan pembuatan media kultur yaitu media Amonium Mineral Salt (AMS) dengan komposisi seperti yang tercantum dalam Lampiran 2. Untuk perendaman benih dibuat media sejumlah 50 ml. Selanjutnya ditambahkan 50 µl Triptofan, diukur tingkat keasaman (pH) = 7 menggunakan pHmeter. Media yang sudah siap dituang dalam 2 erlenmeyer 100 ml masing masing sebanyak 25 ml, selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pada tekanan 1 atm dan suhu 121oC selama 2 jam.
Inokulasi bakteri dilakukan setelah media dingin yang sebelumnya telah ditambahkan dengan 0.5 ml methanol. Sebanyak 1 ose bakteri diinokulasikan pada media secara aseptik pada laminar air flow. Selanjutnya kultur diinkubasi menggunakan shaker selama tujuh hari. Setelah tujuh hari, media cair siap digunakan untuk perendaman benih cabai. Jumlah kultur bakteri yang dibuat untuk penyemprotan cabai di rumah kaca disesuaikan dengan kebutuhan.
Perendaman dan Penyemaian Benih
Benih disiapkan pada wadah yang steril. Benih direndam dengan isolat Methylobacterium spp selama 24 jam dan pada perlakuan m0 benih direndam dengan air. Sebelum dikecambahkan, benih yang sudah direndam dikeringanginkan selama satu jam. Pengecambahan benih dilakukan di tray dengan media campuran tanah, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Persemaian diupayakan dalam tempat yang teduh dan selalu dalam kondisi lembab dengan melakukan penyiraman setiap hari. Penyemaian dilakukan selama 42 hari (6 minggu).
Penanaman
Bibit yang sudah siap tanam dilakukan pemindahan dari persemaian ke polybag yang lebih besar (diameter 30 cm). Bibit diambil dari tray dengan cara menekan bagian bawah tray hingga tanah muncul secara hati-hati. Selanjutnya bibit ditanam pada polybag. Setiap satu polybag ditanam satu bibit. Penyulaman dilakukan pada satu minggu setelah tanam (1MST) dengan bahan tanam yang berumur sama.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemangkasan tunas air, pemupukan, pengajiran, pengandalian hama dan penyakit. Pengajiran dilakukan pada 5 MST. Pemupukan dilakukan empat kali yaitu pada tanaman berumur 2, 8, 14 dan 18 MST. Dosis pemupukan yang disarankan Deptan adalah 300 kg Urea/ha, 250 kg SP-36/ha dan 250 kg KCl/ha. Pemupukan pada dosis
penuh (15 g Urea, 27 g SP-18, dan 12 g KCl per 5 kg media) dan pada setengah dosis adalah (7.5 g Urea, 13 g SP-18, dan 6 g KCl per 5 kg media). Pemupukan diberikan secara bertahap. Pemupukan pertama pada 2 MST penuh diaplikasikan 2 g Urea, 2 g SP-18 dan 1 g KCl pada dosis penuh dan setengah dosis sebanyak 1 g Urea, 2 g SP-18 dan 1 g KCl. Pemupukan kedua (8MST), ketiga (14 MST) dan keempat (18MST) diaplikasikan sebanyak 4.3 g Urea, 8.3 g SP-18 dan 3.6 g KCl (dosis penuh) dan 2.2 g Urea, 3.6 g SP-18 dan 1.6 g KCl (setengah dosis).
Penyemprotan kultur Methylobacterium spp pada tanaman dilakukan menggunakan hand sprayer. Aplikasi Methylobacterium spp dilakukan pada saat tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4 bulan untuk tanaman dengan perlakuan penyemprotan setiap satu bulan dan saat tanaman berumur dua dan empat bulan untuk perlakuan penyemprotan setiap dua bulan. Jumlah kultur bakteri yang digunakan untuk merendam adalah 50 ml untuk 400 butir benih. Jumlah kultur yang disemprotkan; 22 ml untuk 70 bibit pada 4 MST. Pada 8 MST diperlukan 100 ml untuk 70 tanaman, pada 12 MST diperlukan 220 ml untuk 36 tanaman, dan 480 ml untuk 70 tanaman pada 16 MST.
Pengendalian hama kutu daun (Aphis gossypii) dan thrips menggunakan pestisida bahan dengan aktif Abamextrin dengan konsentrasi 1ml/L atau 2 ml/L air tergantung tingkat serangan. Pengendalian penyakit embun jelaga (Capnodium sp) menggunakan fungisida dengan bahan aktif Klorotalonil 75% dengan konsentrasi 1 gram/L air atau 2 gram/L air tergantung tingkat serangan. Frekuensi penyemprotan 1-2 kali seminggu sesuai kondisi serangan.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat buah sudah masak (90% berwarna merah). Panen dilakukan pada pagi hari. Pada panen terakhir semua buah dipanen dan ditimbang bobotnya.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi : a) Daya Tumbuh
Daya tumbuh dihitung berdasarkan jumlah benih yang tumbuh pada pengamatan dengan menggunakan rumus :
Daya Tumbuh = Σ benih yang tumbuh x 100% Σ benih yang ditanam
b) Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang sampai ujung tajuk. Pengamatan dilakukan sampai 13 MST.
c) Jumlah daun
Seluruh daun dihitung. Kriteria daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna dan diamati sampai tanaman berumur 13 MST. d) Jumlah cabang
Dilakukan penghitungan jumlah cabang sampai mencapai fase generatif. Jumlah cabang dihitung sampai tanaman berumur 12 MST.
e) Jumlah bunga
Diamati waktu tanaman mulai berbunga dan dihitung jumlah bunga yang terbentuk tiap minggu. Bunga yang dihitung adalah bunga yang mekar dan yang masih kuncup yang sudah muncul kelopak berwarna putih. Jumlah bunga diamati sampai tanaman berumur 18 MST.
f) Bobot buah
Bobot buah dihitung saat buah dipanen setiap MST. Pada panen terakhir semua buah baik yang masih muda (berwarna hijau) maupun yang telah matang (berwarna merah) dipanen dan dihitung bobotnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya Tumbuh
Benih cabai diuji viabilitasnya menggunakan Uji diatas Kertas (UAK) pada cawan petri sebelum ditanam. Dari pengujian didapatkan Daya Berkecambah (DB) benih sebesar 77% dan KCT 1.716% KN/etmal pada kondisi tanpa
perendaman Methylobacterium spp.Daya tumbuh tanaman yang disemai sebesar 74.35% untuk benih yang direndam air dan 75.35% pada benih yang direndam bakteri Methylobacterium spp.
Daya tumbuh bibit cabai yang diaplikasikan Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan cara perendaman tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp strain J7, TPB3 dan kombinasi J7 dan TD-TPB3 dapat meningkatkan vigor benih cabai sebesar 1.9%, 3.4% dan 2.1% pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62%. Selain itu perlakuan tersebut dapat meningkatkan indeks vigor benih sebesar 4.5%, 4.3% dan 5% pada benih dengan viabilitas awal 90%.
Rendahnya daya berkecambah benih yang ditanam menunjukkan mutu benih yang kurang baik karena benih sudah mengalami kemunduran. Justice (2002) menyatakan bahwa vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan, terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Kemunduran benih adalah jatuhnya mutu benih yang perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Kemunduran benih dapat dilihat dari indikasi biokimia dan fisiologis. Indikasi fisiologis yang terjadi antara lain menurunnya aktivitas enzim, menurunnya respirasi, kebocoran metabolit meningkat, kandungan asam lemak bebas meningkat. Sutopo (2002) menyatakan bahwa kemunduran benih berjalan seiring dengan pertambahan umur benih dalam penyimpanan.
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman saat mulai dipindahkan ke polybag rata-rata 2.4 cm. Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp pada tinggi tanaman mulai terlihat saat tanaman mulai berumur 2 MST. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada 1 MST, nyata pada 2 MST dan sangat nyata pada 3 sampai 13 MST. Sedangkan aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai.
Umur Methylobacterium (M) Pupuk (P) MxP kk (%)
1 MST 3.41tn 0.41tn 0.92tn 24.00 2 MST 4.25* 0.05tn 0.32tn 38.33 3 MST 8.85** 0.64tn 0.96tn 37.53 4 MST 15.15** 0.86tn 0.95tn 35.52 5 MST 18.25** 1.2tn 0.93tn 32.48 6 MST 19.47** 1.77tn 1.05tn 30.56 7 MST 19.02** 2.57tn 1.02tn 29.19 8 MST 16.16** 0.22tn 0.26tn 28.79 9 MST 17.45** 0.16tn 0.28tn 25.91 10 MST 25.42** 0.21tn 0.79tn 21.60 11 MST 19.1** 0.46tn 0.69tn 19.38 12 MST 15.75** 0.66tn 1.16tn 20.65 13 MST 14.96** 0.96tn 1.55tn 20.47
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan.
Berdasarkan hasil uji DMRT pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai. Pada perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan terjadi peningkatan tinggi tanaman cabai sebesar 15.44% pada 2 MST dan 12.46% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara merendam benih dan penyemprotan pada bibit
setiap 2 minggu dapat meningkatkan tinggi bibit cabai paling baik yaitu sebesar 5.1 cm daripada perlakuan perendaman benih. Hal ini menunjukkan bahwa dalam aplikasi Methylobacterium spp tidak cukup hanya denga perendaman benih saja namun perlu dilakukan penyemprotan secara rutin pada tanaman. Hasil penelitian Deka Boruah (2009) menunjukkan aplikasi Methylobacterium dapat meningkatkan panjang akar cabai sebesar 18-45% dan panjang tajuk 14-90%. Peningkatan ini dipengatruhi oleh adanya enzim 1-aminocyclopropane-1-carboxylate Deaminase (ACCD) yang dihasilkan oleh Methylobacterium sp.
Data Tabel 2 pada 11 MST menunjukkan adanya penurunan tinggi tanaman terjadi serangan hama kutu daun dan serangan penyakit embun jelaga cendawan (Capnodium sp) yang dikendalikan menggunakan pestisida dengan bahan aktif aktif Abamextrin dan pengendalian penyakit menggunakan fungisida dengan bahan aktif Klorotalonil 75%.
Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Tinggi Tanaman Cabai. Perlakuan Persentase Peningkatan* Umur kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan --- cm ---
1 MST 2.52a 1.91a 2.48a -
2 MST 3.56 ab 2.38 b 4.11 a 15.44 % 3 MST 5.57a 2.72b 5.95a 6.82 % 4 MST 8.84a 3.25b 8.74a - 5 MST 12.74a 4.62b 12.37a - 6 MST 15.93a 5.98b 15.38a - 7 MST 28.51a 12.73b 27.53a - 8 MST 32.82a 15.71b 32.23a - 9 MST 32.82a 15.71b 32.23a - 10 MST 35.76a 17.86b 38.22a 6.88 % 11 MST 31.97a 19.06b 33.59a 5.07 % 12 MST 33.62a 20.90b 36.46a 8.45 % 13 MST 36.35a 23.74b 40.88a 12.46 %
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 2 dapat dikatakan bahwa aplikasi isolat Methylobacterium spp dengan frekuensi yang lebih sering lebih baik daripada tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hasil penelitian Yim et al. (2009)
menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai dari 0.96% sampai 24.76%. peningkatan ini didapatkan dari aplikasi M. suomiense saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari. Selain itu, Yim et al. (2010) menyatakan bahwa perlakuan benih dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 menunjukkan peningkatan panjang akar dibandingkan dengan kontrol.
Jumlah Daun
Jumlah daun saat tanaman dipindahkan dari persemaian rata-rata 3-4 helai. Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun cabai pada 1 dan 3 MST. Aplikasi pemupukan menunjukkan pengaruh nyata pada 12 MST. Sedangkan interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak menunjukkan pengaruh nyata pada semua umur tanaman.
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Daun Cabai
Umur Methylobacterium (M) Pupuk (P) MxP kk (%)
1 MST 2.88tn 0.37tn 0.93tn 25.05 2 MST 7.68** 0.08tn 0.32tn 17.42 3 MST 3.07tn 0.16tn 0.27tn 19.25 4 MST 4.45* 0.03tn 0.13tn 18.81 5 MST 8.37** 0.44tn 0.24tn 16.60 6 MST 8.06** 0.09tn 0.22tn 21.08 7 MST 7.12** 0.06tn 0.24tn 41.87 8 MST 7.12** 0.06tn 0.24tn 49.12 9 MST 8.76** 1.19tn 0.41tn 52.53 10 MST 11.3** 1.49tn 0.53tn 49.74 11 MST 10.78** 2.81tn 0.71tn 43.91 12 MST 13.12** 4.08* 0.86tn 39.11
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan.
Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap satu bulan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun cabai. Perlakuan perendaman dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan terjadi peningkatan
jumlah daun sebesar 40.88% pada 7 MST dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan frekuensi yang lebih sering dapat meningkatkan pembentukan daun. Menurut penelitian Goni (2010) aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara perendaman benih dan penyemprotan pada 2 dan 4 MST dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 2.4 helai pada benih dengan viabilitas awal 62% dan 4.3 helai pada benih dengan viabilitas awal 90%.
Hasil penelitian Deka Boruah et al. (2010) menunjukkan bahwa inokulasi Methylobacterium sp. dapat meningkatkan jumlah nodul, ukuran daun dan berat daun. Peningkatan ini terjadi karena Methylobacterium sp dapat menghasilkan enzim 1-aminocyclopropane-1-carboxylate Deaminase (ACCD). Enzim dapat berfungsi mengurangi etilen dengan cara memisahkan dan menghidrolisis ACC menjadi α-ketobutirat dan amonia. Inokulasi Methylobacterium sp. dengan auksin (IAA) atau tanpa IAA dapat meningkatkan ketegaran bibit cabai dan tomat berdasarkan rata-rata panjang nodul dan bobot spesifik daun.
Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Daun Cabai.
Umur Perlakuan Persentase peningkatan* kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan --- helai --- 1 MST 2.67tn 2.11tn 2.78tn 4.12 % 2 MST 4.11a 3.22b 4.44a 8.03 % 3 MST 5.22tn 4.44tn 5.56tn 6.51 % 4 MST 5.78ab 4.78b 6.22a 7.61 % 5 MST 6.44a 5.22b 7.22a 12.11 % 6 MST 8.11ab 6.44b 9.67a 19.24 % 7 MST 13.33ab 8.67b 18.78a 40.88 % 8 MST 30.22a 12.00b 35.33a 16.19 % 9 MST 39.67a 13.89b 46.89a 18.2 % 10 MST 50.56a 17.44b 66.33a 31.19 % 11 MST 63.00a 26.56b 79.44a 26.09 % 12 MST 85.56a 32.78b 95.22a 11.29 %
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Jumlah Cabang
Cabang pada tanaman cabai mulai terbentuk saat tanaman berumur 5 MST. Pengamatan jumlah cabang dilakukan mulai dari 7 MST karena pada umur tersebut sebagian besar tanaman sudah membentuk cabang. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp berpengaruh nyata dan sangat nyata pada tolok ukur jumlah cabang cabai. Sedangkan aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan aplikasi pemupukan tidak berpengaruh nyata pada 7-13 MST.
Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang Cabai
Umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%)
7 MST 9.34** 3.3tn 0.52tn 36.89 8 MST 5.93* 0.83tn 0.66tn 51.50 9 MST 14.86** 0.3tn 0.36tn 36.29 10 MST 14.37** 1.9tn 0.82tn 52.96 11 MST 11.58** 2.71tn 1.08tn 55.94 12 MST 9.54** 3.11tn 1.09tn 56.34 13 MST 8.88** 2.99tn 1.07tn 53.71
Keterangan : *= berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan,
Tabel 6 menunjukkan aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah cabang pada perlakuan dengan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan yaitu sebesar 25.44% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Jumlah cabang berpengaruh terhadap pembentukan bunga dan buah cabai. Semakin banyak jumlah cabang maka kemungkinan bunga yang terbentuk juga banyak. Hal ini disebabkan oleh bunga dan buah cabai tumbuh diantara cabang cabai (Setiadi, 2008). Peningkatan jumlah cabang cabai dapat terjadi karena bakteri Methylobacterium spp dapat menghasilkan sitokinin. Sitokinin adalah hormon yang berfungsi sebagai pemacu perkembangan sel dan pembentukan organ tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).
Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Cabang Cabai. umur perlakuan Persentase peningkatan* kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan 7 MST 2.56a 1.33b 3.00a 0.44 8 MST 3.44a 1.56b 3.89a 0.45 9 MST 4.89a 1.78b 4.89a - 10 MST 32.00b 8.78c 48.33a 16.33 11 MST 40.67a 11.56b 57.33a 16.66 12 MST 55.00a 18.22b 74.44a 19.44 13 MST 59.78a 25.00b 85.22a 25.44
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah sitokinin pada tanaman. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ryu et al. (2006) yang menunjukkan adanya akumulasi sitokinin yaitu trans zeatin (t-ZR) pada bakteri tipe CBMB20 sebesar 0.022 pmol/g bobot basah dan bakteri tipe CBMB110 sebesar 0.013 pmol/g bobot basah pada ekstrak tanaman cabai yang diberi isolate Methylobacterium sp. Menurut Widajati et al. (2008) sitokinin (trans-zeatin) yang dihasilkan oleh isolat TD-J7 tergolong tinggi yaitu sebesar 74.37 ppm sedangkan isolat TD-TPB3 tergolong rendah yaitu sebesar 33.14 ppm.
Jumlah Bunga
Tanaman cabai yang diberi perlakuan perendaman dan penyemprotan Methylobacterium spp tiap satu bulan mulai berbunga pada 7 MST, yaitu lebih cepat 2 minggu daripada kontrol. Tanaman pada perlakuan kontrol mulai berbunga pada 9 MST dan tanaman dengan perlakuan perendaman dan penyemprotan setiap dua bulan mulai berbunga pada 10 MST. Hasil penelitian Goni (2010) mennunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp TD-J7 dan TD-TPB3 dengan cara perendaman benih dan penyemprotan pada 2 dan 4 MST dapat mempercepat pembungaan bibit cabai pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% dan 90% pada tanaman yang berumur 6 minggu setelah sebar.
Tabel 7. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Bunga Cabai
umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%)
11 MST 4.34* 1.69tn 0.25tn 50.32# 12 MST 3.41tn 1.5tn 0.51tn 56.10# 13 MST 1.48tn 0.49tn 0.87tn 73.87# 14 MST 8.94* 2.13tn 1.15tn 44.39# 15 MST 8.01* 2.04tn 1.04 tn 45.75# 16 MST 16.13** 3.3tn 1.69tn 32.84# 17 MST 22.46** 2.77tn 1.69tn 23.51# 18 MST 0.03tn 0.03tn 1.17tn 43.14#
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan, # = transformasi √x+0.5
Tanaman pada semua perlakuan sudah berbunga saat berumur 11 MST sehingga data disajikan pada umur tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada 12, 13, dan 18 MST. Aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan pemupukan tidak menunjukkan pengaruh nyata pada tolok ukur jumlah bunga.
Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Bunga Cabai yang terbentuk setiap MST.
umur perlakuan Persentase peningkatan* kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan 11 MST 8a 2b 10a 25% 12 MST 5ab 1b 9a 80% 13 MST 9a 3a 7a - 14 MST 17b 7b 35a 105% 15 MST 24a 8b 32a 33% 16 MST 22a 5b 29a 32% 17 MST 7b 2c 11a 57% 18 MST 5a 6a 7a 40%
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Tabel 8 menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan berbeda nyata dengan
kontrol pada 14 dan 17 MST. Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methyloacterium spp meningkatkan jumlah bunga yang terbentuk sebesar 105% dibandingkan dengan kontrol pada 14 MST. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 yang diaplikasikan pada benih cabai dengan cara direndam+disemprot secara nyata dapat meningkatkan persentase bibit berbunga sebesar 29.3% . Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% aplikasi tersebut secara nyata dapat meningkatkan persentase bibit berbunga sebesar 33.9%.
Keterangan : M0 = Kontrol
M1 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap dua bulan M2 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan
Gambar 1. Jumlah bunga yang terbentuk setiap minggu pada 11-18 MST Frekuensi aplikasi Methylobacterium spp yang lebih sering dapat mempercapat pembungaan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 yang menunjukkan bahwa perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan memiliki jumlah bunga yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Jumlah bunga pada perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap satu bulan semakin meningkat dan puncak pembungaan terjadi pada pengamatan keempat (14 MST) sedangkan pada perlakuan kontrol puncak pembungaan terjadi pada pengamatan kelima (15 MST). Banyaknya bunga yang terbentuk berpotensi pada pembentukan buah. 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 jum lah bun g a M0 M1 M2 Pengamatanke
Tabel 9. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Jumlah Bunga Cabai (11-18 MST)
Methylobacterium Pemupukan
kontrol 1/2 dosis pupuk 1 dosis pupuk
kontrol 145.70bc 418.70b 242.70bc
rendam+semprot 2 bulan 156.70bc 61.00c 111.00c rendam+semprot 1 bulan 206.70bc 724.30a 728.00a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan satu dosis rekomendasi tidak berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan setengah dosis rekomendasi pada total jumlah bunga yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi frekuensi aplikasi Methylobacterium spp maka jumlah bunga yang terbentuk semakin banyak dan aplikasi pemupukan dapat dikurangi. Aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah bunga pada tanaman cabai karena Methylobacterium spp dapat menghasilkan giberelin yang dapat memacu pembentukan bunga. Menurut Widajati et al. (2008) kandungan hormon gibrelin yang dihasilkan Methylobacterium spp strain TD-J7 adalah sebesar 98.75 ppm dan TD-TPB3 sebesar 129.83 ppm.
Bobot Buah
Panen dapat dilakukan saat tanaman memenuhi kriteria panen buah cabai yaitu buah berwarna merah sempurna. Bobot buah diamati saat cabai dipanen setiap minggu mulai dari 15 MST. Selain itu dilakukan penghitungan total buah yang dipanen. Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp berpengaruh nyata pada bobot buah yang dipanen saat 22 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 18, 19, 20 dan 21 MST. Aplikasi pemupukan berpengaruh nyata pada 20 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 19 MST. Interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan pemupukan berpengaruh sangat nyata pada bobot buah cabai saat panen pada 19 MST.
Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai
Umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%)
15 MST 2.93 tn 2.93 tn 2.93 tn 69.24# 16 MST 0.39 tn 0.92 tn 0.68tn 93.96# 17 MST 0.57 tn 1.10 tn 0.71tn 115.65# 18 MST 9.10** 3.05 tn 2.50tn 96.49# 19 MST 14.36** 8.41** 7.92** 47.17# 20 MST 10.62** 4.35* 2.17tn 52.07# 21 MST 11.70** 1.35 tn 2.42tn 45.13# 22 MST 4.14* 0.33 tn 1.46tn 61.17# 23 MST 3.28 tn 2.43 tn 1.28tn 18.80#
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium dan pemupukan, # = transformasi √x+0.5
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh nyata pada bobot tanaman cabai pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST dibandingkan dengan tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan frekuensi yang lebih sering dapat meningkatkan bobot buah cabai yang dipanen setiap minggu. Deka Boruah et al. (2010) menyatakan bahwa perlakuan Mehylobacterium strain CBMB20, CBMB12, CBMB15, dan KACC dengan aplikasi IAA< 10.0µgram/L secara nyata dapat meningkatkan biomassa bibit tomat dan cabai.
Tabel 11. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai setiap MST
Perlakuan Umur Tanaman (MST)
15 16 17 18 19 20 21` 22 23
--- gram ---
Kontrol 0.00a 2.22a 4.44a 1.74b 11.29b 19.57b 29.14b 8.78ab 32.88b Rendam+Semprot
2 bulan 0.00a 1.35a 2.69a 0.00b 2.40b 4.11c 8.64c 4.80b 44.01ab Rendam+Semprot
1 bulan 2.89a 3.25a 8.07a 30.33a 30.03a 53.72a 56.70a 24.98a 48.44a Kontrol 0.00a 1.60a 3.61a 0.00a 2.87b 7.65b 17.98a 9.54a 49.56a ½ dosis pupuk 3.25a 3.37a 8.04a 17.83a 27.71a 42.15a 38.01a 18.55a 37.96a 1 dosis pupuk 0.00a 1.46a 2.93a 16.22a 14.77ab 29.74ab 40.67a 11.74a 39.78a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa aplikasi pemupukan antara setengah dosis dan satu dosis rekomendasi tidak menunjukkan pengaruh nyata pada bobot buah cabai yang dipanen setiap MST. Perlakuan pemupukan yang tidak nyata menunjukkan perlakuan dengan jumlah pupuk yang lebih banyak penggunaan pupuk oleh tanaman tidak efisien. Prasatwi (2009) menyatakan bahwa efisiensi produktivitas cabai terhadap nitrogen, fosfor dan kalium pada perlakuan pemupukan NPK sesuai rekomendasi Deptan (150 kg Urea/ha,250 kg SP-36/ha, 200 kg KCl/ha) dan Balitsa (300 kg Urea/ha, 275 kg SP-36/ha, 250 kg KCl/ha) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk organik-NPK.
Keterangan : M0 = Kontrol
M1 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap dua bulan M2 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan
Gambar 2. Bobot buah yang dipanen setiap minggu pada 15-23 MST Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan dapat mempercepat pemanenan dan meningkatkan bobot buah yang dipanen dibandingkan dengan kontrol. Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan sudah mulai dipanen pada 15 MST sedangkan buah pada perlakuan kontrol belum dapat dipanen. Panen pada perlakuan tersebut semakin meningkat dengan puncak panen pada panen ketujuh (21 MST) kemudian semakin menurun.
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B o b o t B u ah ( g ram ) Panen ke-M0 M1 M2
Pada akhir panen (23 MST) terjadi peningkatan karena semua buah baik yang merah maupun yang masih hijau dipanen dan dihitung bobot buahnya.
Berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 2 dapat dikatakan bahwa semakin sering aplikasi Methylobacterium spp menunjukkan pengaruh yang lebih baik pada bobot buah cabai yang dipanen daripada tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hasil penelitian Yim et al. (2010) menunjukkan bahwa inokulasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dapat meningkatkan bobot kering biomassa cabai sebesar 2.98% sampai 40.82% dengan cara penyemprotan saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari.
Tabel 12. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pupuk terhadap Total Bobot Buah Cabai (15-23 MST)
Methylobacterium Pemupukan
kontrol 1/2 dosis pupuk 1 dosis pupuk ---gram---
kontrol 63.25b 164.66b 102.26b
rendam+semprot 2 bulan 80.99b 62.98b 60.02b
rendam+semprot 1 bulan 134.21b 331.32a 309.67a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Interaksi Methylobacterium spp dengan pemupukan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan setengah dosis rekomendasi. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Chauhan et al. (2010) yang menyatakan bahwa efek pemacu pertumbuhan dari Methylobacterium oryzae CBMB20 lebih signifikan pada perlakuan pemupukan yang lebih rendah. Pertumbuhan tanaman tanaman cabai yang diberi perlakuan Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan methanol dengan konsentrasi 1%tidak berbeda nyata antara perlakuan pemupukan 100% dan 300%. Aplikasi Methylobacterium spp dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik karena Methylobacterium spp diketahui dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh auksin, sitokinin dan giberelin juga enzim nitrogenase yang digunakan dalam fiksasi nitrogen. Hasil penelitian Sy et al. (2001) menunjukkan
bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Hasil penelitian Kim et al (2010) menunjukkan bahwa kombinasi Methylobacterium oryzae (strain CBMB20 dan CBMB110) dan cendawan Arbuskula Mikorhiza secara signifikan menghasilkan akumulasi nitrogen (N) yang lebih besar pada akar dan tajuk tanaman cabai dibandingkan dengan tanpa inokulasi. Selain itu kombinasi Methylobacterium oryzae strain CBMB110 dan cendawan Arbuskula Mikorhiza juga meningkatkan jumlah Fosfor (P) sampai 23.3% dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulasi. Simbiosis mutualisme terbaik dari Methylobacterium oryzae strain CBMB110 dan cendawan Arbuskula Mikorhiza ditandai dengan peningkatan penyerapan unsur makro dan mikro serta kandungan klorofil yang tinggi pada tanaman cabai merah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang pada pengamatan mingguan. Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman 15.4% pada 2 MST dan 12.5% pada 13 MST, meningkatnya jumlah daun 40.9% pada 7 MST, dan meningkatnya jumlah cabang 25.4% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan secara nyata meningkatkan jumlah bunga pada 14 dan 17 MST, bobot buah pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST, serta meningkatkan total jumlah bunga dan total bobot buah cabai. Total bobot buah meningkat dari 63.25 gram menjadi 134.21 gram pada perlakuan tanpa pemupukan, meningkat dari 164.66 gram menjadi 331.32 gram pada pemupukan setengah dosis dan meningkat dari 102.26 gram menjadi 309.67 gram pada pemupukan satu dosis rekomendasi.
Aplikasi pemupukan setengah dosis tidak menunjukkan beda nyata dengan satu dosis rekomendasi pemupukan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aplikasi isolat Methylobacterium spp pada tanaman cabai dengan skala yang lebih besar pada kondisi lapang karena penelitian ini adalah percobaan pada rumah kaca.