Daya Tumbuh
Benih cabai diuji viabilitasnya menggunakan Uji diatas Kertas (UAK) pada cawan petri sebelum ditanam. Dari pengujian didapatkan Daya Berkecambah (DB) benih sebesar 77% dan KCT 1.716% KN/etmal pada kondisi tanpa perendaman Methylobacterium spp.Daya tumbuh tanaman yang disemai sebesar 74.35% untuk benih yang direndam air dan 75.35% pada benih yang direndam bakteri Methylobacterium spp.
Daya tumbuh bibit cabai yang diaplikasikan Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan cara perendaman tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp strain J7, TPB3 dan kombinasi J7 dan TD-TPB3 dapat meningkatkan vigor benih cabai sebesar 1.9%, 3.4% dan 2.1% pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62%. Selain itu perlakuan tersebut dapat meningkatkan indeks vigor benih sebesar 4.5%, 4.3% dan 5% pada benih dengan viabilitas awal 90%.
Rendahnya daya berkecambah benih yang ditanam menunjukkan mutu benih yang kurang baik karena benih sudah mengalami kemunduran. Justice (2002) menyatakan bahwa vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan, terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Kemunduran benih adalah jatuhnya mutu benih yang perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Kemunduran benih dapat dilihat dari indikasi biokimia dan fisiologis. Indikasi fisiologis yang terjadi antara lain menurunnya aktivitas enzim, menurunnya respirasi, kebocoran metabolit meningkat, kandungan asam lemak bebas meningkat. Sutopo (2002) menyatakan bahwa kemunduran benih berjalan seiring dengan pertambahan umur benih dalam penyimpanan.
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman saat mulai dipindahkan ke polybag rata-rata 2.4 cm. Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp pada tinggi tanaman mulai terlihat saat tanaman mulai berumur 2 MST. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada 1 MST, nyata pada 2 MST dan sangat nyata pada 3 sampai 13 MST. Sedangkan aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai.
Umur Methylobacterium (M) Pupuk (P) MxP kk (%)
1 MST 3.41tn 0.41tn 0.92tn 24.00 2 MST 4.25* 0.05tn 0.32tn 38.33 3 MST 8.85** 0.64tn 0.96tn 37.53 4 MST 15.15** 0.86tn 0.95tn 35.52 5 MST 18.25** 1.2tn 0.93tn 32.48 6 MST 19.47** 1.77tn 1.05tn 30.56 7 MST 19.02** 2.57tn 1.02tn 29.19 8 MST 16.16** 0.22tn 0.26tn 28.79 9 MST 17.45** 0.16tn 0.28tn 25.91 10 MST 25.42** 0.21tn 0.79tn 21.60 11 MST 19.1** 0.46tn 0.69tn 19.38 12 MST 15.75** 0.66tn 1.16tn 20.65 13 MST 14.96** 0.96tn 1.55tn 20.47
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan.
Berdasarkan hasil uji DMRT pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai. Pada perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan terjadi peningkatan tinggi tanaman cabai sebesar 15.44% pada 2 MST dan 12.46% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara merendam benih dan penyemprotan pada bibit
setiap 2 minggu dapat meningkatkan tinggi bibit cabai paling baik yaitu sebesar 5.1 cm daripada perlakuan perendaman benih. Hal ini menunjukkan bahwa dalam aplikasi Methylobacterium spp tidak cukup hanya denga perendaman benih saja namun perlu dilakukan penyemprotan secara rutin pada tanaman. Hasil penelitian Deka Boruah (2009) menunjukkan aplikasi Methylobacterium dapat meningkatkan panjang akar cabai sebesar 18-45% dan panjang tajuk 14-90%. Peningkatan ini dipengatruhi oleh adanya enzim 1-aminocyclopropane-1-carboxylate Deaminase (ACCD) yang dihasilkan oleh Methylobacterium sp.
Data Tabel 2 pada 11 MST menunjukkan adanya penurunan tinggi tanaman terjadi serangan hama kutu daun dan serangan penyakit embun jelaga cendawan (Capnodium sp) yang dikendalikan menggunakan pestisida dengan bahan aktif aktif Abamextrin dan pengendalian penyakit menggunakan fungisida dengan bahan aktif Klorotalonil 75%.
Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Tinggi Tanaman Cabai. Perlakuan Persentase Peningkatan* Umur kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan --- cm ---
1 MST 2.52a 1.91a 2.48a -
2 MST 3.56 ab 2.38 b 4.11 a 15.44 % 3 MST 5.57a 2.72b 5.95a 6.82 % 4 MST 8.84a 3.25b 8.74a - 5 MST 12.74a 4.62b 12.37a - 6 MST 15.93a 5.98b 15.38a - 7 MST 28.51a 12.73b 27.53a - 8 MST 32.82a 15.71b 32.23a - 9 MST 32.82a 15.71b 32.23a - 10 MST 35.76a 17.86b 38.22a 6.88 % 11 MST 31.97a 19.06b 33.59a 5.07 % 12 MST 33.62a 20.90b 36.46a 8.45 % 13 MST 36.35a 23.74b 40.88a 12.46 %
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 2 dapat dikatakan bahwa aplikasi isolat Methylobacterium spp dengan frekuensi yang lebih sering lebih baik daripada tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hasil penelitian Yim et al. (2009)
menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai dari 0.96% sampai 24.76%. peningkatan ini didapatkan dari aplikasi M. suomiense saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari. Selain itu, Yim et al. (2010) menyatakan bahwa perlakuan benih dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 menunjukkan peningkatan panjang akar dibandingkan dengan kontrol.
Jumlah Daun
Jumlah daun saat tanaman dipindahkan dari persemaian rata-rata 3-4 helai. Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun cabai pada 1 dan 3 MST. Aplikasi pemupukan menunjukkan pengaruh nyata pada 12 MST. Sedangkan interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak menunjukkan pengaruh nyata pada semua umur tanaman.
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Daun Cabai
Umur Methylobacterium (M) Pupuk (P) MxP kk (%)
1 MST 2.88tn 0.37tn 0.93tn 25.05 2 MST 7.68** 0.08tn 0.32tn 17.42 3 MST 3.07tn 0.16tn 0.27tn 19.25 4 MST 4.45* 0.03tn 0.13tn 18.81 5 MST 8.37** 0.44tn 0.24tn 16.60 6 MST 8.06** 0.09tn 0.22tn 21.08 7 MST 7.12** 0.06tn 0.24tn 41.87 8 MST 7.12** 0.06tn 0.24tn 49.12 9 MST 8.76** 1.19tn 0.41tn 52.53 10 MST 11.3** 1.49tn 0.53tn 49.74 11 MST 10.78** 2.81tn 0.71tn 43.91 12 MST 13.12** 4.08* 0.86tn 39.11
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan.
Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap satu bulan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun cabai. Perlakuan perendaman dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan terjadi peningkatan
jumlah daun sebesar 40.88% pada 7 MST dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan frekuensi yang lebih sering dapat meningkatkan pembentukan daun. Menurut penelitian Goni (2010) aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara perendaman benih dan penyemprotan pada 2 dan 4 MST dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 2.4 helai pada benih dengan viabilitas awal 62% dan 4.3 helai pada benih dengan viabilitas awal 90%.
Hasil penelitian Deka Boruah et al. (2010) menunjukkan bahwa inokulasi Methylobacterium sp. dapat meningkatkan jumlah nodul, ukuran daun dan berat daun. Peningkatan ini terjadi karena Methylobacterium sp dapat menghasilkan enzim 1-aminocyclopropane-1-carboxylate Deaminase (ACCD). Enzim dapat berfungsi mengurangi etilen dengan cara memisahkan dan menghidrolisis ACC menjadi α-ketobutirat dan amonia. Inokulasi Methylobacterium sp. dengan auksin (IAA) atau tanpa IAA dapat meningkatkan ketegaran bibit cabai dan tomat berdasarkan rata-rata panjang nodul dan bobot spesifik daun.
Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Daun Cabai.
Umur Perlakuan Persentase peningkatan* kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan --- helai --- 1 MST 2.67tn 2.11tn 2.78tn 4.12 % 2 MST 4.11a 3.22b 4.44a 8.03 % 3 MST 5.22tn 4.44tn 5.56tn 6.51 % 4 MST 5.78ab 4.78b 6.22a 7.61 % 5 MST 6.44a 5.22b 7.22a 12.11 % 6 MST 8.11ab 6.44b 9.67a 19.24 % 7 MST 13.33ab 8.67b 18.78a 40.88 % 8 MST 30.22a 12.00b 35.33a 16.19 % 9 MST 39.67a 13.89b 46.89a 18.2 % 10 MST 50.56a 17.44b 66.33a 31.19 % 11 MST 63.00a 26.56b 79.44a 26.09 % 12 MST 85.56a 32.78b 95.22a 11.29 %
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Jumlah Cabang
Cabang pada tanaman cabai mulai terbentuk saat tanaman berumur 5 MST. Pengamatan jumlah cabang dilakukan mulai dari 7 MST karena pada umur tersebut sebagian besar tanaman sudah membentuk cabang. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp berpengaruh nyata dan sangat nyata pada tolok ukur jumlah cabang cabai. Sedangkan aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan aplikasi pemupukan tidak berpengaruh nyata pada 7-13 MST.
Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang Cabai
Umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%)
7 MST 9.34** 3.3tn 0.52tn 36.89 8 MST 5.93* 0.83tn 0.66tn 51.50 9 MST 14.86** 0.3tn 0.36tn 36.29 10 MST 14.37** 1.9tn 0.82tn 52.96 11 MST 11.58** 2.71tn 1.08tn 55.94 12 MST 9.54** 3.11tn 1.09tn 56.34 13 MST 8.88** 2.99tn 1.07tn 53.71
Keterangan : *= berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan,
Tabel 6 menunjukkan aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah cabang pada perlakuan dengan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan yaitu sebesar 25.44% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Jumlah cabang berpengaruh terhadap pembentukan bunga dan buah cabai. Semakin banyak jumlah cabang maka kemungkinan bunga yang terbentuk juga banyak. Hal ini disebabkan oleh bunga dan buah cabai tumbuh diantara cabang cabai (Setiadi, 2008). Peningkatan jumlah cabang cabai dapat terjadi karena bakteri Methylobacterium spp dapat menghasilkan sitokinin. Sitokinin adalah hormon yang berfungsi sebagai pemacu perkembangan sel dan pembentukan organ tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).
Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Cabang Cabai. umur perlakuan Persentase peningkatan* kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan 7 MST 2.56a 1.33b 3.00a 0.44 8 MST 3.44a 1.56b 3.89a 0.45 9 MST 4.89a 1.78b 4.89a - 10 MST 32.00b 8.78c 48.33a 16.33 11 MST 40.67a 11.56b 57.33a 16.66 12 MST 55.00a 18.22b 74.44a 19.44 13 MST 59.78a 25.00b 85.22a 25.44
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah sitokinin pada tanaman. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ryu et al. (2006) yang menunjukkan adanya akumulasi sitokinin yaitu trans zeatin (t-ZR) pada bakteri tipe CBMB20 sebesar 0.022 pmol/g bobot basah dan bakteri tipe CBMB110 sebesar 0.013 pmol/g bobot basah pada ekstrak tanaman cabai yang diberi isolate Methylobacterium sp. Menurut Widajati et al. (2008) sitokinin (trans-zeatin) yang dihasilkan oleh isolat TD-J7 tergolong tinggi yaitu sebesar 74.37 ppm sedangkan isolat TD-TPB3 tergolong rendah yaitu sebesar 33.14 ppm.
Jumlah Bunga
Tanaman cabai yang diberi perlakuan perendaman dan penyemprotan Methylobacterium spp tiap satu bulan mulai berbunga pada 7 MST, yaitu lebih cepat 2 minggu daripada kontrol. Tanaman pada perlakuan kontrol mulai berbunga pada 9 MST dan tanaman dengan perlakuan perendaman dan penyemprotan setiap dua bulan mulai berbunga pada 10 MST. Hasil penelitian Goni (2010) mennunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp TD-J7 dan TD-TPB3 dengan cara perendaman benih dan penyemprotan pada 2 dan 4 MST dapat mempercepat pembungaan bibit cabai pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% dan 90% pada tanaman yang berumur 6 minggu setelah sebar.
Tabel 7. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Bunga Cabai
umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%)
11 MST 4.34* 1.69tn 0.25tn 50.32# 12 MST 3.41tn 1.5tn 0.51tn 56.10# 13 MST 1.48tn 0.49tn 0.87tn 73.87# 14 MST 8.94* 2.13tn 1.15tn 44.39# 15 MST 8.01* 2.04tn 1.04 tn 45.75# 16 MST 16.13** 3.3tn 1.69tn 32.84# 17 MST 22.46** 2.77tn 1.69tn 23.51# 18 MST 0.03tn 0.03tn 1.17tn 43.14#
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan, # = transformasi √x+0.5
Tanaman pada semua perlakuan sudah berbunga saat berumur 11 MST sehingga data disajikan pada umur tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada 12, 13, dan 18 MST. Aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan pemupukan tidak menunjukkan pengaruh nyata pada tolok ukur jumlah bunga.
Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Bunga Cabai yang terbentuk setiap MST.
umur perlakuan Persentase peningkatan* kontrol rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan 11 MST 8a 2b 10a 25% 12 MST 5ab 1b 9a 80% 13 MST 9a 3a 7a - 14 MST 17b 7b 35a 105% 15 MST 24a 8b 32a 33% 16 MST 22a 5b 29a 32% 17 MST 7b 2c 11a 57% 18 MST 5a 6a 7a 40%
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.
Tabel 8 menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan berbeda nyata dengan
kontrol pada 14 dan 17 MST. Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methyloacterium spp meningkatkan jumlah bunga yang terbentuk sebesar 105% dibandingkan dengan kontrol pada 14 MST. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 yang diaplikasikan pada benih cabai dengan cara direndam+disemprot secara nyata dapat meningkatkan persentase bibit berbunga sebesar 29.3% . Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% aplikasi tersebut secara nyata dapat meningkatkan persentase bibit berbunga sebesar 33.9%.
Keterangan : M0 = Kontrol
M1 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap dua bulan M2 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan
Gambar 1. Jumlah bunga yang terbentuk setiap minggu pada 11-18 MST Frekuensi aplikasi Methylobacterium spp yang lebih sering dapat mempercapat pembungaan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 yang menunjukkan bahwa perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan memiliki jumlah bunga yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Jumlah bunga pada perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap satu bulan semakin meningkat dan puncak pembungaan terjadi pada pengamatan keempat (14 MST) sedangkan pada perlakuan kontrol puncak pembungaan terjadi pada pengamatan kelima (15 MST). Banyaknya bunga yang terbentuk berpotensi pada pembentukan buah. 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 jum lah bun g a M0 M1 M2 Pengamatanke
Tabel 9. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Jumlah Bunga Cabai (11-18 MST)
Methylobacterium Pemupukan
kontrol 1/2 dosis pupuk 1 dosis pupuk
kontrol 145.70bc 418.70b 242.70bc
rendam+semprot 2 bulan 156.70bc 61.00c 111.00c rendam+semprot 1 bulan 206.70bc 724.30a 728.00a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan satu dosis rekomendasi tidak berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan setengah dosis rekomendasi pada total jumlah bunga yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi frekuensi aplikasi Methylobacterium spp maka jumlah bunga yang terbentuk semakin banyak dan aplikasi pemupukan dapat dikurangi. Aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah bunga pada tanaman cabai karena Methylobacterium spp dapat menghasilkan giberelin yang dapat memacu pembentukan bunga. Menurut Widajati et al. (2008) kandungan hormon gibrelin yang dihasilkan Methylobacterium spp strain TD-J7 adalah sebesar 98.75 ppm dan TD-TPB3 sebesar 129.83 ppm.
Bobot Buah
Panen dapat dilakukan saat tanaman memenuhi kriteria panen buah cabai yaitu buah berwarna merah sempurna. Bobot buah diamati saat cabai dipanen setiap minggu mulai dari 15 MST. Selain itu dilakukan penghitungan total buah yang dipanen. Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp berpengaruh nyata pada bobot buah yang dipanen saat 22 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 18, 19, 20 dan 21 MST. Aplikasi pemupukan berpengaruh nyata pada 20 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 19 MST. Interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan pemupukan berpengaruh sangat nyata pada bobot buah cabai saat panen pada 19 MST.
Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai
Umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%)
15 MST 2.93 tn 2.93 tn 2.93 tn 69.24# 16 MST 0.39 tn 0.92 tn 0.68tn 93.96# 17 MST 0.57 tn 1.10 tn 0.71tn 115.65# 18 MST 9.10** 3.05 tn 2.50tn 96.49# 19 MST 14.36** 8.41** 7.92** 47.17# 20 MST 10.62** 4.35* 2.17tn 52.07# 21 MST 11.70** 1.35 tn 2.42tn 45.13# 22 MST 4.14* 0.33 tn 1.46tn 61.17# 23 MST 3.28 tn 2.43 tn 1.28tn 18.80#
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium dan pemupukan, # = transformasi √x+0.5
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh nyata pada bobot tanaman cabai pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST dibandingkan dengan tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan frekuensi yang lebih sering dapat meningkatkan bobot buah cabai yang dipanen setiap minggu. Deka Boruah et al. (2010) menyatakan bahwa perlakuan Mehylobacterium strain CBMB20, CBMB12, CBMB15, dan KACC dengan aplikasi IAA< 10.0µgram/L secara nyata dapat meningkatkan biomassa bibit tomat dan cabai.
Tabel 11. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai setiap MST
Perlakuan Umur Tanaman (MST)
15 16 17 18 19 20 21` 22 23
--- gram ---
Kontrol 0.00a 2.22a 4.44a 1.74b 11.29b 19.57b 29.14b 8.78ab 32.88b Rendam+Semprot
2 bulan 0.00a 1.35a 2.69a 0.00b 2.40b 4.11c 8.64c 4.80b 44.01ab Rendam+Semprot
1 bulan 2.89a 3.25a 8.07a 30.33a 30.03a 53.72a 56.70a 24.98a 48.44a Kontrol 0.00a 1.60a 3.61a 0.00a 2.87b 7.65b 17.98a 9.54a 49.56a ½ dosis pupuk 3.25a 3.37a 8.04a 17.83a 27.71a 42.15a 38.01a 18.55a 37.96a 1 dosis pupuk 0.00a 1.46a 2.93a 16.22a 14.77ab 29.74ab 40.67a 11.74a 39.78a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa aplikasi pemupukan antara setengah dosis dan satu dosis rekomendasi tidak menunjukkan pengaruh nyata pada bobot buah cabai yang dipanen setiap MST. Perlakuan pemupukan yang tidak nyata menunjukkan perlakuan dengan jumlah pupuk yang lebih banyak penggunaan pupuk oleh tanaman tidak efisien. Prasatwi (2009) menyatakan bahwa efisiensi produktivitas cabai terhadap nitrogen, fosfor dan kalium pada perlakuan pemupukan NPK sesuai rekomendasi Deptan (150 kg Urea/ha,250 kg SP-36/ha, 200 kg KCl/ha) dan Balitsa (300 kg Urea/ha, 275 kg SP-36/ha, 250 kg KCl/ha) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk organik-NPK.
Keterangan : M0 = Kontrol
M1 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap dua bulan M2 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan
Gambar 2. Bobot buah yang dipanen setiap minggu pada 15-23 MST Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan dapat mempercepat pemanenan dan meningkatkan bobot buah yang dipanen dibandingkan dengan kontrol. Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan sudah mulai dipanen pada 15 MST sedangkan buah pada perlakuan kontrol belum dapat dipanen. Panen pada perlakuan tersebut semakin meningkat dengan puncak panen pada panen ketujuh (21 MST) kemudian semakin menurun.
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B o b o t B u ah ( g ram ) Panen ke-M0 M1 M2
Pada akhir panen (23 MST) terjadi peningkatan karena semua buah baik yang merah maupun yang masih hijau dipanen dan dihitung bobot buahnya.
Berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 2 dapat dikatakan bahwa semakin sering aplikasi Methylobacterium spp menunjukkan pengaruh yang lebih baik pada bobot buah cabai yang dipanen daripada tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hasil penelitian Yim et al. (2010) menunjukkan bahwa inokulasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dapat meningkatkan bobot kering biomassa cabai sebesar 2.98% sampai 40.82% dengan cara penyemprotan saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari.
Tabel 12. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pupuk terhadap Total Bobot Buah Cabai (15-23 MST)
Methylobacterium Pemupukan
kontrol 1/2 dosis pupuk 1 dosis pupuk ---gram---
kontrol 63.25b 164.66b 102.26b
rendam+semprot 2 bulan 80.99b 62.98b 60.02b
rendam+semprot 1 bulan 134.21b 331.32a 309.67a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Interaksi Methylobacterium spp dengan pemupukan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan setengah dosis rekomendasi. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Chauhan et al. (2010) yang menyatakan bahwa efek pemacu pertumbuhan dari Methylobacterium oryzae CBMB20 lebih signifikan pada perlakuan pemupukan yang lebih rendah. Pertumbuhan tanaman tanaman cabai yang diberi perlakuan Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan methanol dengan konsentrasi 1%tidak berbeda nyata antara perlakuan pemupukan 100% dan 300%. Aplikasi Methylobacterium spp dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik karena Methylobacterium spp diketahui dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh auksin, sitokinin dan giberelin juga enzim nitrogenase yang digunakan dalam fiksasi nitrogen. Hasil penelitian Sy et al. (2001) menunjukkan
bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Hasil penelitian Kim et al (2010) menunjukkan bahwa kombinasi Methylobacterium oryzae (strain CBMB20 dan CBMB110) dan cendawan Arbuskula Mikorhiza secara signifikan menghasilkan akumulasi nitrogen (N) yang lebih besar pada akar dan tajuk tanaman cabai dibandingkan dengan tanpa inokulasi. Selain itu kombinasi Methylobacterium oryzae strain CBMB110 dan cendawan Arbuskula Mikorhiza juga meningkatkan jumlah Fosfor (P) sampai 23.3% dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulasi. Simbiosis mutualisme terbaik dari Methylobacterium oryzae strain CBMB110 dan cendawan Arbuskula Mikorhiza ditandai dengan peningkatan penyerapan unsur makro dan mikro serta kandungan klorofil yang tinggi pada tanaman cabai merah.