5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transportasi
2.1.1 Pengertian Transportasi
Moda pengangkutan berupa transportasi merupakan pergerakan barang ataupun manusia dari satu tempat ke tempat yang lainnya, perpindahan tersebut menggunakan suatu kenderaan yang dipacu oleh mesin atau manusia. Pengangkutan berupa transportasi ini digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas harian. Menurut Musa dan Setiono (2012), Moda pengangkutan berupa transportasi dapat ditafsirkan seperti mengangkut atau membawa suatu barang dari suatu tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu gerakan pemindahan barang atau subjek orang dari tempat satu ke tempat lainnya.
Di setiap negara maju, untuk dapat menggunakan suatu kegiatan transportasi menggunakan bus yang biasanya menggunakan bus atau taksi dikarenakan di dalam negara maju sudah tidak diperbolehkan untuk atau jarang yang punya kendaraan pribadi seperti mempunyai mobil pribadi dan sebagian besar dari penduduk di negara maju menggunakan transportasi umum yang mana dalam transportasi itu dibagi menjadi 3 alat transportasi yang biasa digunakan yakni biasa digunakan transportasi darat yang mana banyak sekali yang menggunakan nya lalu transportasi laut apabila ingin melintas apabila melalui air dan yang terakhir transportasi udara.
Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung mengurangi daya saing dari transportasi wilayah (Susantoro& Parikesit, 2004:14)
Moda pengangkutan berupa transportasi atau pengangkutan umum dapat ditafsirkan dalam suatu seperti pergerakan orang untuk dapat berpindah ke tempat lain dengan cara menggunakan metode atau cara tertentu untuk sampai tujuan agar dapat melakukan suatu halnya yang sebagai Sistem pengangkutan transportasi pada
jalan raya terdiri dari pada tiga komponen pokok yaitu prasarana infrastruktur dalam angkutan, para pelaku yang melakukan perjalanan dan pelaku yang menjalankan aktivitasnya di dalam angkutan. Sesuai dengan kadar yang ada pada keadaan lalu lintas, yakni harus membutuhkan infrastruktur yang mampu dalam hal melayani keadaan lalu lintas yang aman dan lancar.
2.1.2 Transportasi sebagai suatu system
Transportasi adalah kegiatan perpindahan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya. Contoh sederhananya ketika kita berjalan kaki dari kost atau menuju kampus atau tempat kerja. Dasar atau unsur pokok dalam transportasi adalah perpindahan (movement). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa transportasi adalah tentang bagaimana manusia dan barang berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Dan tidak setiap transportasi memerlukan sebuah sarana atau wahana yang digerakkan manusia semacam mesin.
Sistem transportasi adalah segala bentuk yang saling mengait dalam kegiatan perpindahan manusia dan atau barang. Di dalamnya adalah manusia, barang itu sendiri serta berbagai macam sarana dan prasarana yang terlibat atau digunakan untuk memindahkannya, Sebagai suatu sistem transportasi diuraikan atas 5 komponen,yaitu: 1. Tenaga penggerak 2. Terminal 3. Jalan 4. System control 5. Kendaraan 2.2 Terminal 2.2.1 Pengertian Terminal
Sudah jelas dan terperinci dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Moda pengangkutan berupa transportasi atau pengangkutan umum adalah tempat yang mana dapat menjadi suatu pangkalan kendaraan bermotor yang sifatnya umum dan dapat digunakan untuk mengatur
apabila terdapat suatu kedatangan dan keberangkatan, naik dan turunnya suatu subjek orang dan/atau barang, serta apabila terjadi suatu perpindahan moda angkutan.sesuatu yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 2009, tentang Lalu Lintas Angkatan Jalan, Moda pengangkutan berupa transportasi atau pengangkutan umum merupakan:
a. Suatu titik simpul dalam rangkaian pengangkutan yang berupa transportasi yang berfungsi untuk pelayanan dan pengaplikasian secara umum
b. Tempat di mana terjadi suatu pengawasan, pengawalan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas
c. Infrastruktur pengangkutan adalah bagian dari sistem pengangkutan untuk memudahkan aliran penumpang dan barang, merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan aliran penumpang dan barang.
d. Elemen ruang yang memainkan peranan penting untuk kecakapan kehidupan kota Keputusan Menteri Perhubungan mengenai Infrastruktur Lalu Lintas Jalan Raya dapat dikategorikan sebagaimana bahwa terminal yang berisi terdapatnya suatu penumpang adalah infrastruktur pengangkutan jalan raya untuk tujuan memunggah dan menaikkan penumpang, memindahkan serta mengatur kedatangan dan keberangkatan penumpang umum. Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri Perhubungan memberikan suatu statemnet bahwa dapat terjadi apabila penentuan lokasi terminal penumpang dan kargo dilakukan dengan mempertimbangkan rencana perlunya lokasi yang tepat ssasaran yang merupakan bagian dari rencana spasial umum, kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal, penyatuan moda pengangkutan baik di dalam dan di antara moda, Tujuan dalam suatu melakukan pengadaan dalam berhentinya perhentian sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan adalah untuk :
1. Memastikan lalu lintas yang aman lancer dan teratur
2. Memastikan dalam suatu hal yang dapat mempengaruhi keselamatan yang terjamin untuk pengguna yang akan melakukan transportasi maupun penumpang umum .
3. Menjamin suatu adanya kejadian yang pasti dalam suatu kepentingan keselamatan untuk memberikan tarif kenaikan atau untuk menurunkan maupun menaikkan suatu penumpang
4. Mempermudah kepada penumpang dalam melakukan zona perpindahan moda angkutan umum atau busway
1.2.2 Jenis-Jenis Terminal
Berdasarkan dalam suatu Terminal yang akan menjadi jenis angkutan dapat dibedakan menjadi:
1. Terminal dapat dikategorikan sebagai terminal penumpang yang mana dalam terminal penumpang suatu sarana dan prasarana yang di fasilitasi sebagai bahan transportasi umum yang dapat digunakan sebagai alat transportasi orang maupun barang dengan cara manikkan dan menurunkan penumpang.
2. Terminal barang merupakan prasarana transportasi yang dapat digunakan untuk dapat membongkar jadi suatu barang bongkar dan memuat barang yang dapat di distribusikan ke tempat yang menjadi tujuannya
2.2.3 Fungsi Terminal
Fungsi adalah aktivitas atau tujuan asas yang ditujukan kepada seseorang atau benda. Sementara itu, menurut KBBI, fungsi yang mana merupakan penggunaan sesuatu. Fungsi yang terdapat dapat di terminal fasilitas terminal yang digunakan dalam bentuk kegiatan yang ditujukan kepada penggunanya. Sebagai infrastruktur pengangkutan yang dihubungkan ke sistem rangkaian pengangkutan, terminal yang dimaksud ini mempunyai beberapa fungsi. terdapat peraturan yang ,membahasanya yaitu:
1. Pengunjung sebagai personal Penumpang : Fungsi yang dapat terjadi terminal bagi pengunjung yang akan menjadi penumpang adalah untuk suatu kenyamanan dan kemudahan, menunggu, kenyamanan dan kemudahan dalam suatu pergerakan perpindahan dari satu kendaraan terhadap kendaraan lain yang sudah tersedianya suatu fasilitas fasilitas yang terdapat informasi yang menjadi sarana penyedia dan informasi. 2. Suatu Oknum dalam Pemerintahan : Fungsi ini menjadikan terhadap suatu
pemerintahan apabila dilihat dari suatu dalam segi suatu perencanaan dan suatu manajemen atau biasa disebut dengan segi perencanaan dan pengurusan dalam kegiatan lalu lintas agar dapat menjadikan lalu lintas tertata serta suatu pemerintahan dapat menata dan mengatur lalu lintas sedemikian rupa dan menghindari kesesakan antara pengunjung satu dengan yang lain, sebagai sumber pengumpulan informan dalam penggunaan pajak retribusi pengendali dalam angkutan umum
3. Operator pengendali Pengangkutan Umum : Fungsi terminal ini dalam fasilitas umum agar dapat sebagai pengendali suatu oprator umum dalam pelayanan transportasi umum angkutan umum, yang mana dapat menyediakan berupa dapat tersedianya fasilitas untuk istirahat dan fasilitas berupa informasi bagi angkutan dalam suatu pemberhentian dalam terminal.
2.2.4 Tipe-Tipe Terminal
Hal yang telah menjadi suatu acuan berdasarkan Keputusan yang telah ada dalam undang undang moda transportasi berupa Terminal Transportasi Jalan, dapat mengklasifikasikan suatu hal hal dalam terminal menjadi beberapa tipe yaitu:
1. Terminal Tipe A dalam hal Penumpang : terminal ini berfungsi sebagai pelayanan umum dengan jarak antar Provinsi dalam batas negara, dalam pelayanan terminal tipe A ini mengangut antar Provinsi ,kota, dan desa 2. Terminal Tipe B dalam hal Penumpang: terminal ini berfungsi dapat
melayani penumpang umum yang melayani pengangkutan antar kota dalam suatu Provinsi
3. Terminal Tipe C dalam hal Penumpang: terminal ini berfungsi penumpang yang melayani transportasi umum untuk pengangkutan di pedesaan.
Menurut tingkat pelayanan yang dinyatakan dengan jumlah arus minimum kendaraan per satuan waktu, terminal dikategorikan dalam tipe, yaitu:
1. Terminal Tipe A: melayani 50-100 kendaraan/jam 2. Terminal Tipe B: melayani 25-50 kendaraan/jam 3. Terminal Tipe C: melayani 25 kendaraan/jam
Selanjutnya dalam (Parapat dkk., 2005) mempunyai pendapat mereka sendiri mengenai fungsi terminal, yaitu:
1. Dapat Difungsikan sebagai titik tumpuan (traffic consentration) penumpang dapat berkumpul dalam semua arah menuju ke satu arah tertentu untuk meneruskan dalam perjalanan ke tempat yang ditujukan dalam tujuan tertentu
2. Dapat Difungsikan sebagai titik penyebaran (classification and sorting) dalam hal ini suatu pengunjung dapat menyebar sesuai dengan suatu tujuan yang di inginkan.
3. Dapat Difungsikan sebagai tempat untuk menukar moda angkutan (traffic interchange) di mana terdapat pemindahan moda angkutan yang dibuat oleh penumpang untuk meneruskan perjalanan; dan
4. Dapat Difungsikan sebagai pusat layanan (service avaibility) untuk memuat dan membongkar (loading and unloading), penyimpanan jangka pendek (storage) dan tempat untuk memproses pembelian tiket, menunggu, menyimpan bawaan penumpang dan prosedur lain.
2.2.5 Lokasi Terminal
Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan mempertimbangkan rencana keperluan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan. Penentuan lokasi terminal penumpang menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 102 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Terminal Barang
a. Terminal Tipe A
1. Letak dalam rute biasanya rute antar kota dan antar wilayah perbatasan negara
2. Letak dalam rute jalan yang bermateri dengan kelas yang mana telah ada ketentuan jalan sekurang kurangnya IIIA
3. jarak yang ada antara terminal Tipe A dengan Tipe A lainnya sekurang nya 20 Km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya.
4. Luas Kawasan lahan yang ada sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lain.
5. Mempunyai akses ke terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
b. Terminal Tipe B
1. Dalam terminal terletak suatu jaringan yang dikategorikan dalam suatu trayek yang akan mengatur dalam antar kota atau juga dapat dikategorikan sebagai terminal dalam provinsi.
2. Terletak di jalan yang mana telah ditentukan dalam arteri dan suatu kolektor dengan berbeda beda kelas sekurang-kurangnya kelas IIIB. 3. Jarak antara terminal penumpang jenis tipe B atau terminal penumpang
tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan 30 km di Pulau lainnya.
4. Sekurang-kurangnya terdapat lahan sebesar 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lain.
5. Mempunyai akses ke terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal.
c. Terminal Tipe C
1. Terletak pada dalam kondisi wilayah Kabupaten daerah dengan terdapat Tingkat II dan dalam jaringan trayek pedesaan.
2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA.
3. Terdapat lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.
4. Mempunyai akses jalan ke terminal sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.
Berikut ini adalah tabel dari hubungan terminal dengan pelayanan penumpang yang terdapat pada tabel 2.1
Tabel 2. 1 Hubungan Terminal Dengan Pelayanan Penumpang
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Mojokerto
2.2.6 Klasifikasi Terminal Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Berdasarkan tingkat pelayanan terminal, terminal penumpang yang dinyatakan sebagai arus minimum kendaraan per satuan waktu mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terminal Tipe A mempunyai jumlah kendaraan sebanyak 50-100 kendaraan per jam
2. Terminal Tipe B mempunyai jumlah kendaraan sebanyak 25-50 kendaraan per jam
2.2.7 Klasifikasi Terminal Berdasarkan Ruang Terminal
Berdasarkan yang terjadi dalam suatu kebutuhan ruang terminal, terminal penumpang mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
1. Terminal Tipe A : terminal tipe A untuk di pulau jawa dan Sumatra ± memiliki luas 5 ha sedangkan di pulau yang lain ± memiliki luas 3 ha 2. Terminal Tipe B : terminal tipe B untuk di pulau jawa dan Sumatra ±
memiliki luas 3 ha sedangkan di pulau yang lain ± memiliki luas 2 ha 3. Terminal Tipe C : Tergantung kebutuhan
2.2.8 Fasilitas yang keterkaitan dengan aktivitas dalam terminal
Agar terminal bisa memberikan pelayanan yang baik untuk pengguna terminal, untuk itu perlu disediakan fasilitas-fasilitas yang diperuntukkan bagi pengguna jasa terminal. Fasilitas-fasilitas tersebut perlu disediakan dalam jumlah yang cukup dan harus dijaga supaya terminal tetap mampu memberikan pelayanan bagi pengguna jasa terminal sesuai dengan fungsinya. Fasilitas di terminal dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang.
Dalam fasilitas Utama terminal yakni fasilitas ini benar adanya tersedia pada setiap terminal dan selalu memberikan layanan bagi masyarakat yang akan melakukan suatu perjalanan yang mana memerlukan jasa terminal angkutan umum. Adapun yang dapat digolongkan sebagai fasilitas utama antara lain.
a. Jalur keberangkatan dan jalur kedatangan b. Tempat parkir kendaraan umum
c. Tempat tunggu penumpang d. Kantor terminal
e. Loket penjualan karcis f. Menara pengawas
g. Rambu-rambu dan papan informasi yang berupa penunjuk jurusan bus dan angkutan, tarif bus dan jadwal-jadwal perjalanan bus
• Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang digunakan sebagai penunjang dari kegiatan pokok terminal, berikut ini adalah fasilitas penunjang terminal yaitu :
a. Fasilitas Toilet b. Fasilitas Kantin
c. Fasilitas Tempat ibadah d. Fasilitas Area merokok
e. Fasilitas Anjungan tunai mandiri (ATM) f. Fasilitas Keamanan
g. Fasilitas Ruang pengobatan h. Fasilitas Telepon umum
i. Fasilitas Tempat penitipan barang
Untuk terminal yang memiliki tipe yang berbeda juga memiliki fasilitas yang harus disediakan juga berbeda baik segi kualitas dan kuantitasnya.
2.3 Pengertian Angkutan Umum
Angkutan umum merupakan layanan angkutan penumpang oleh sistem perjalanan kelompok yang tersedia untuk digunakan untuk masyarakat umum, dan biasanya angkutan umum dikelola sesuai jadwal, dan dioperasikan pada rute yang ditetapkan, serta pada angkutan umum dikenakan biaya untuk setiap perjalanannya, angkutan umum dibedakan menjadi 2 yaitu angkutan massal dan angkutan umum yang disewakan
1. Angkutan yang disebut bersifat umum massal
Yaitu suatu jasa berupa transportasi yang memiliki rute dan jadwal reguler, seperti bus dan kereta api. Jenis transportasi ini tidak memenuhi permintaan tetapi menyediakan layanan reguler, baik jadwal dan tarif
2. Angkutan umum yang bersifat dapat disewakan
Yaitu, jasa pengangkutan yang dapat digunakan oleh semua orang berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti tarif dan rute. Pengangkutan umum ini umumnya tidak mempunyai rute atau jadwal tetap, seperti taksi. Ciri utama pengangkutan ini adalah memenuhi permintaan.
Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan KM. 35 tahun 2003, Bab I, Pasal 1, jenis-jenis angkutan adalah:
a. Angkutan Lintas Batas adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melintasi batas negara dengan menggunakan bus umum yang menuju ke trayek
b. Pengangkutan antara kota dan antara wilayah adalah pengangkutan dari satu kota ke kota lain yang melintas di antara kabupaten atau kota melalui lebih dari satu wilayah wilayah dengan menggunakan bus umum yang diikat ke suatu rute..
c. AADP adalah pengangkutan dari salah satu kota ke kota lain yang mana melintas di antara sebuah kabupaten atau kota di dalam wilayah dengan menggunakan bus umum yang diikat ke suatu rute..
d. Pengangkutan Perkotaan adalah pengangkutan dari satu tempat ke tempat lain di dalam kota atau daerah ibu kota kabupaten atau di Daerah Ibu Kota Khusus Jakarta (DKI) dengan menggunakan bus umum atau kereta penumpang umum yang diikat ke rute.
e. Pengangkutan luar kota adalah pengangkutan yang melakukan suatu transportasi dari tempat lain ke kabupaten yang termasuk dalam rute menggunakan bus umum atau kereta penumpang umum yang terikat dengan rute tersebut.
f. Pengangkutan dalam kawasan Perbatasan adalah pengangkutan kota atau pengangkutan luar kota yang melalui rute dalam daerah kecamatan yang
berdekatan dengan kabupaten atau kota lain baik melalui satu provinsi atau lebih dari satu provinsi..
g. Pengangkutan Khusus adalah pengangkutan yang mempunyai asal dan / atau tujuan tetap, yang menyediakan rute bolak-balik untuk penumpang umum, pengangkutan bolak-balik untuk pekerja, penempatan, dan simpul yang berbeda.
h. Pengangkutan taksi adalah pengangkutan menggunakan kereta penumpang umum yang ditandai khas dan dilengkapi dengan meter yang melayani pengangkutan dari pintu ke pintu dalam kawasan operasi terhadap sesuatu transportasi.
i. Penyewaan pengangkutan adalah pengangkutan menggunakan kereta penumpang umum yang melayani pengangkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa pemandu, di dalam kawasan operasi.
j. Pengangkutan pariwisata adalah pengangkutan menggunakan bus umum yang dilengkapi dengan tanda khas untuk tujuan pariwisata atau untuk tujuan lain di luar layanan pengangkutan di rute seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lain.
2.4 Trayek Dan Rute
Trayek suatu Angkutan merupakan garis lintasan kendaraan umum atau rute untuk suatu pelayanan berupa jasa angkutan orang dengan mobil bus ataupun angkutan kota yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal
Rute angkutan umum biasanya terletak di lokasi yang memang dimungkinkan terdapat calon penumpang yang akan dilayani. Secara umum, ada lebih dari satu trayek pada angkutan umum yang dapat melayani masyarakat dari dalam suatu kawasan, maka dari itu dapat ditinjau dari keseluruhan yang akan ada suatu sistem jaringan rute yaitu sekumpulan rute yang bersama-sama melayani keperluan umum masyarakat meliputi:
1. Rute Transnasional adalah rute yang melalui perbatasan negara.
2. Rute Antar Kota dan Antara Wilayah, yaitu rute yang melewati lebih dari satu provinsi
3. Rute Antar Kota di Wilayah, yaitu rute yang melintasi wilayah yang melewati antara kabupaten dan kota dalam satu provinsi.
4. Rute Kota adalah rute yang sepenuhnya berada di dalam kawasan kota. 5. Rute Kota adalah rute kota yang melewati perbatasan kabupaten / kota /
provinsi yang berdekatan.
6. Rute Luar Kota adalah rute yang seluruhnya berada di kabupaten.
7. Rute Perbatasan adalah rute perbatasan antara desa yang sepenuhnya berada di dalam wilayah atau di antara wilayah.
2.5 Tingkat Pelayanan Terminal
2.5.1 Pengertian Tingkat Pelayanan Terminal
Tingkat pelayanan merupakan ukuran kinerja ruas jalan atau simpang jalan yang dihitung berdasarkan tingkat penggunaan jalan, kecepatan, kepadatan dan hambatan yang terjadi di dalam suatu terminal
2.5.2 Standar Pelayanan Terminal
Standar pelayanan terminal adalah suatu pedoman bagi penyelenggaraan terminal angkutan jalan dalam memberikan pelayanan jasa kepada seluruh pengguna terminal, dalam standar pelayanan terminal yang telah diatur Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor : PM 40 Tahun 2015 Pasal 3 Tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan: 1. Pelayanan keselamatan 2. Pelayanan keamanan 3. Pelayanan kehandalan/keteraturan 4. Pelayanan kenyamanan 5. Pelayanan kemudahan/keterjangkauan
2.5.3 Ukuran Tingkat Kinerja Pelayanan Terminal 2.4.1.1 Tingkat Pengukuran
Dalam tingkat Pengukuran adapun pengukuran yang harus ada dalam kinerja suatu pada pelayanan terminal yakni kepuasan terhadap pengguna jasa melalui kualitas pelayanan terminal. Prosedur pengukuran dan pemberian angka-angka pada variabel diharapkan bersifat isomorphic terhadap realita, artinya ada persamaan dengan realita
Beberapa dapat dikategorikan dalam metode survei yang dapat dilakukan : 1. Setiap Pengukuran bisa dilakukan dengan cara langsung dengan
pertanyaan
2. Responden diharuskan dapat menulis suatu masalah yang dihadapi yang mana berkaitan dengan penawaran suatu perusahaan lalu responden juga harus dapat melakukan perbaikan (problem analysis)
3. Responden wajib diberi pertanyaan mengenai besarnya harapan suatu atribut.
4. Responden diwajibkan dapat menilai berbagai macam elemen dari penawaran berdasarkan kepentingan elemen dan prestasi masing masing elemen dan juga teknik ini juga dikenal dengan istilah Importance Performance Analysis
2.4.1.2 Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert dan terkenal dengan Beberapa faktor nama Likert’s Summated Ratings (LSR) atau Skala Likert.
Suatu Kajian ini dilakukan pada skala tertinggi yakni angka 5 ( Lima ) tahap Likert dengan beranggapan apabila lima tahap ini dapat mewakili seluruh tanggapan responden yang terdiri dari:
1. Sangat Puas ( SP ), Apabila responden memberikan pendapat apabila jasa yang ada sangat penting dan mesti dipenuhi, pendapat ini diberi nilai 5.
2. Puas (P), Apabila para responden berpendapat bahwa setiap kepuasan yang dirasa sudah menjadi hal penting yang telah dipenuhi, pendapat ini diberi nilai yang sesuai / berat 4.
3. Netral (N), Apabila responden berpendapat bahwa kepuasan hanya sudah cukup maka diberi nilai 3
4. Kurang Puas (KP), Apabila responden berpendapat bahwa kepuasan ada hal yang perlu diperbaiki maka diberi nilai 2 2.
5. Tidak Puas (TP), Apabila responden beranggapan tidak bisa diteruskan karena akan ada hal negatif yang dapat mempengaruhi terminal maka diberi nilai 1
2.4.1.3 Preferensi
Pilihan pengguna boleh didefinisikan sebagai pilihan, pilihan atau sesuatu yang disukai pengguna. Oleh itu, pilihan pengguna untuk item dapat ditentukan dengan menentukan atribut atau faktor yang wujud dalam produk. Pada akhirnya, sifat-sifat tersebut dapat memengaruhi pertimbangan dalam suatu memilih barang (Kotler, 2000)
Agar dapat digambarkan pada suatu pilihan maka terdapat beberapa pernyataan yang boleh diterima sebagai kebenaran tanpa bukti dianggap mempunyai tiga ciri asas, yaitu:
1. Kelengkapan (completeness)
Kelengkapan (completeness) mengandung pengertian jika pilihan A dan pilihan B merupakan dua situasi, jadi setiap orang harus bisa lebih spesifik dalam memilih kalau pilihan A lebih baik dari pilihan B ataupun pilihan B lebih baik dari pilihan A
2. Transitivitas (transitivity)
Transitivitas (transitivity) merupakan seseorang menyatakan bahwa orang tersebut lebih memilih pilihan A daripada pilihan B, dan lebih memilih pilihan B daripada pilihan C, maka orang tersebut harus lebih memilih pilihan A daripada pilihan C. Dengan demikian, seseorang tidak dapat menyatakan pilihan yang saling bertentangan.
3. Kontinuitas (continuity)
Kontinuitas merupakan seseorang yag dapat menyatakan lebih memeilih A daripada B dengan maksud semua syarat di bawah pilihan A lebih disukai daripada syarat di bawah pilihan B.
2.4.1.4 Importance Performance Analysis (IPA)
Gambar 2. 1 Diagram Analisis Kuadran Sumber : Supranto (2001)
Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan seseorang tentang kinerja pihak lain. Kepuasan tersebut diukur dengan cara membandingkan tingkat harapannya dengan kinerja yang dilakukan pihak lain.
Langkah awal yang harus ada dalam analisis kuadran adalah mengira kepentingan yang menjadi Suatu rata dalam nilai prestasi variabel bagi setiap variabel di mana p adalah bilangan variabel. Langkah seterusnya adalah dapat mengira dalam tahap suatu kepentingan dan prestasi rata-rata bagi semua variabel x dan y. Nilai yang diperoleh dapat memotong tegak lurus dengan sumbu mendatar, yaitu sumbu yang selalu mencerminkan prestasi variabel (x) sementara nilainya akan bersilang tegak lurus pada sumbu menegak, yang merupakan sumbu yang mencerminkan kepentingan berubah (y). Setelah memperoleh berat prestasi dan kepentingan sub-variabel dan nilai rata-rata prestasi dan kepentingan variabel x dan y, setelah kita memperoleh berat prestasi dan kepentingan sub-variabel dan nilai rata-rata prestasi dan kepentingan variabel. Kemudian nilai-nilai ini dipetakan ke dalam diagram Cartesian.
Rumus yang digunakan adalah seperti berikut dalam analisis ini:
Sumbu yang terdapat seperti mendatar (X) akan selalu diisi dengan nilai akhir dalam tahap suatu kepuasan manakala sumbu tegak (Y) akan diisi oleh nilai akhir dalam suatu kepentingan. Dalam mempermudah formula, Persamaan 2.1 dan 2.2 digunakan untuk setiap atribut seperti berikut:
Setelah melakukan perhitungan ini, pengukuran nilai rata-rata untuk setiap atribut dilakukan, kemudian setelah mengukur rata-rata setiap atribut, mengukur tahap kesesuaian antara tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan dengan formula seperti di bawah
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah membuat peta kepentingan - kedudukan prestasi, yang merupakan gambaran Cartesian dibagi kepada empat kotak dan dibatasi oleh dua garis bersilang tegak lurus..