LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
PROFIL KOMODITAS KUBIS
PROFIL KOMODITAS KUBIS
Witono Adiyoga Witono Adiyoga Mieke Ameriana Mieke Ameriana Rachman Suherman Rachman Suherman T. Agoes Soetiarso T. Agoes Soetiarso Budi Jaya Budi Jaya
Bagus Kukuh Udiarto Bagus Kukuh Udiarto
Rini Rosliani Rini Rosliani Darkam Mussadad Darkam Mussadad
BALAI PENELITIAN TANAMAN
BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN
SAYURAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN
2004
2004
I. Pendahuluan I. Pendahuluan
Kubis memiliki nama ilmiah
Kubis memiliki nama ilmiah Brassica oleracea.Brassica oleracea. Dalam dunia tumbuhan, kubisDalam dunia tumbuhan, kubis diklasifikasikan sebagai berikut:
diklasifikasikan sebagai berikut: a.
a. Divisi : SpermatophytaDivisi : Spermatophyta b.
b. Subdivisi : AngiospermaeSubdivisi : Angiospermae c.
c. Kelas : DicotyledonaeKelas : Dicotyledonae d.
d. Famili : BrassicaceaeFamili : Brassicaceae e.
e. Genus : BrassicaGenus : Brassica f.
f. Species : Brassica oleracea.Species : Brassica oleracea.
Kubis merupakan kelompok tanaman yang dikenal sebagai cole crops. Kata
Kubis merupakan kelompok tanaman yang dikenal sebagai cole crops. Kata "cole" "cole" berasal dari kata
berasal dari kata “col” “col” di Middle English. Orang Romawi menyebut tanaman inidi Middle English. Orang Romawi menyebut tanaman ini sebagai
sebagai "caulis" "caulis" , sedangkan orang Yunani menyebutnya sebagai, sedangkan orang Yunani menyebutnya sebagai "kaulion" "kaulion" . Kesemua. Kesemua kata tersebut pada dasarnya berarti batang. Kelompok tanaman ini meliputi kubis, kata tersebut pada dasarnya berarti batang. Kelompok tanaman ini meliputi kubis, kubis bunga, brokoli,
kubis bunga, brokoli, kale, collards, kohlrabi,kale, collards, kohlrabi, dandan Brussels sprouts Brussels sprouts . Tanaman. Tanaman cole cole liarliar banyak ditemukan tumbuh di sepanjang pantai Mediterania dan Atlantik, Eropa. banyak ditemukan tumbuh di sepanjang pantai Mediterania dan Atlantik, Eropa. Kubis dan
Kubis dan kale kale berasal dari Eropa Barat, sedangkan kubis bunga dan brokoli berasalberasal dari Eropa Barat, sedangkan kubis bunga dan brokoli berasal dari wilayah Mediterania. Kubis dan
dari wilayah Mediterania. Kubis dan kale kale merupakan tanaman pertama darimerupakan tanaman pertama dari kelompok ini yang didomestikasi, kira-kira 2 000 tahun yang lalu. Sebelum kelompok ini yang didomestikasi, kira-kira 2 000 tahun yang lalu. Sebelum didomestikasi, kedua tanaman ini dikumpulkan dari daerah liar dan digunakan didomestikasi, kedua tanaman ini dikumpulkan dari daerah liar dan digunakan terutama sebagai tanaman obat atau medisinal herbal. Bentuk-bentuk liar kubis terutama sebagai tanaman obat atau medisinal herbal. Bentuk-bentuk liar kubis ditemukan sepanjang pantai-pantai Laut Tengah dan atau Jazirah Asia Kecil atau ditemukan sepanjang pantai-pantai Laut Tengah dan atau Jazirah Asia Kecil atau Turki yang kemudian berevolusi menjadi bentuk-bentuk yang dibudidayakan pada Turki yang kemudian berevolusi menjadi bentuk-bentuk yang dibudidayakan pada saat ini. Semua tanaman
saat ini. Semua tanaman cole cole bersifatbersifat interfertile interfertile (dapat disilangkan) dan banyak (dapat disilangkan) dan banyak pula yang
pula yang self-incompatible self-incompatible (bunga tidak dapat difertilisasi oleh polen yang berasal(bunga tidak dapat difertilisasi oleh polen yang berasal dari tanaman yang sama). Karakteristik ini mempermudah upaya untuk melakukan dari tanaman yang sama). Karakteristik ini mempermudah upaya untuk melakukan seleksi jenis tanaman
seleksi jenis tanaman cole cole yang baru.yang baru. Self-incompatibility Self-incompatibility juga menyebabkanjuga menyebabkan produksi benih hibrida cenderung ekonomis.
produksi benih hibrida cenderung ekonomis.
Introduksi tanaman kubis ke Indonesia tidak diketahui secara pasti sejak kapan. Introduksi tanaman kubis ke Indonesia tidak diketahui secara pasti sejak kapan. Kubis dwi musim sudah ada sejak sebelum Perang Dunia II, ditanam di daerah Kubis dwi musim sudah ada sejak sebelum Perang Dunia II, ditanam di daerah pegunungan dan benihnya selalu didatangkan dari luar negeri, khususnya pegunungan dan benihnya selalu didatangkan dari luar negeri, khususnya Netherland. Varietas kubis yang terkenal pada saat itu adalah RvE (
Netherland. Varietas kubis yang terkenal pada saat itu adalah RvE (Roem van Roem van Enkhuizen
Enkhuizen ). Bagi petani yang menemukan kesulitan untuk mendapatkan benih,). Bagi petani yang menemukan kesulitan untuk mendapatkan benih, biasanya menanam kubis dari stek, sehingga dikenal sebagai kubis stek (Argalingga, biasanya menanam kubis dari stek, sehingga dikenal sebagai kubis stek (Argalingga, Majalengka dan Dieng, Wonosobo). Sampai saat ini kubis stek masih dapat ditemui Majalengka dan Dieng, Wonosobo). Sampai saat ini kubis stek masih dapat ditemui di daerah Dieng, sedangkan di Argalingga sudah
di daerah Dieng, sedangkan di Argalingga sudah atau hampir punah.atau hampir punah.
Kubis yang dibudidayakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu (1) Jenis semusim Kubis yang dibudidayakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu (1) Jenis semusim ((annual type annual type ) – tipe kubis yang dapat tumbuh, berkrop, berbunga dan berbiji di) – tipe kubis yang dapat tumbuh, berkrop, berbunga dan berbiji di daerah tropis pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, tanpa memerlukan daerah tropis pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, tanpa memerlukan periode pendinginan terlebih dahulu; (2) Jenis dwi musim (
periode pendinginan terlebih dahulu; (2) Jenis dwi musim ( biennial type biennial type ) – dapat) – dapat tumbuh di daerah tropis namun tidak dapat berbunga secara alami karena tidak tumbuh di daerah tropis namun tidak dapat berbunga secara alami karena tidak adanya musim dingin panjang untuk merangsang pembungaannya. Jenis dwi musim adanya musim dingin panjang untuk merangsang pembungaannya. Jenis dwi musim inilah yang banyak diminta konsumen karena kropnya keras/padat, tidak rapuk dan inilah yang banyak diminta konsumen karena kropnya keras/padat, tidak rapuk dan tidak renyah seperti kubis semusim. Namun pengembangan dari sisi pemuliaan dan tidak renyah seperti kubis semusim. Namun pengembangan dari sisi pemuliaan dan produksi benihnya terkendala oleh ketidak-mampuan jenis kubis ini untuk berbunga produksi benihnya terkendala oleh ketidak-mampuan jenis kubis ini untuk berbunga
secara alami. Dengan demikian, budidaya kubis di Indonesia memiliki secara alami. Dengan demikian, budidaya kubis di Indonesia memiliki ketergantungan yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan benih dari pasar ketergantungan yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan benih dari pasar impor.
impor.
II.
II. Area, produksi dan Area, produksi dan produktivitasproduktivitas
Data terakhir dari FAO (2004) menunjukkan bahwa produksi kubis dunia pada tahun Data terakhir dari FAO (2004) menunjukkan bahwa produksi kubis dunia pada tahun 2004 mencapai 68 389 593 ton dan diusahakan pada luasan lahan sekitar 3 214 105 2004 mencapai 68 389 593 ton dan diusahakan pada luasan lahan sekitar 3 214 105 hektar (Tabel 1). Perkembangan terakhir juga menunjukkan bahwa China adalah hektar (Tabel 1). Perkembangan terakhir juga menunjukkan bahwa China adalah Tabel
Tabel 1 1 Areal Areal panen, panen, produksi produksi dan dan produktivitas produktivitas kubis kubis dunia dunia serta serta lima lima negaranegara penghasil terbesar
penghasil terbesar
2000 2001 2002 2003 2004
2000 2001 2002 2003 2004
Dunia
Dunia A A (ha) (ha) 2 2 801 801 396 396 3 3 033 033 996 996 3 3 066 066 269 269 3 3 187 187 864 864 3 3 242 242 105105 P
P (t) (t) 58 58 783 783 149 149 60 60 781 781 249 249 61 515 61 515 476 476 66 66 837 837 584 584 68 68 389 389 593593
Y
Y (t/ha) (t/ha) 20,98 20,98 20,03 20,03 20,06 20,06 20,97 20,97 21,0921,09
China
China A A (ha) (ha) 1 1 220 220 265 265 1 1 485 485 684 684 1 1 571 571 113 113 1 1 624 624 310 310 1 1 669 669 450450 P
P (t) (t) 23 23 148 148 800 800 25 25 262 262 396 396 28 078 28 078 001 001 30 30 584 584 911 911 32 32 601 601 000000
Y
Y (t/ha) (t/ha) 18,97 18,97 17,00 17,00 17,87 17,87 18,83 18,83 19,5319,53
India
India A A (ha) (ha) 260 260 000 000 250 250 000 000 260 260 000 000 280 280 000 000 280 280 000000 P
P (t) (t) 5 5 910 910 000 000 5 5 510 510 000 000 5 680 5 680 000 000 5 5 800 800 000 000 6 6 000 000 000000
Y
Y (t/ha) (t/ha) 22,73 22,73 22,04 22,04 21,85 21,85 20,71 20,71 21,4321,43
Russian
Russian Fed. Fed. A A (ha) (ha) 174 174 130 130 172 172 520 520 172 172 330 330 176 176 460 460 178 178 000000 P
P (t) (t) 3 3 491 491 820 820 3 3 855 855 530 530 3 651 3 651 850 850 4 4 440 440 570 570 4 4 500 500 000000
Y
Y (t/ha) (t/ha) 20,05 20,05 22,35 22,35 21,19 21,19 25,16 25,16 25,2825,28
USA
USA A A (ha) (ha) 109 109 880 880 105 105 000 000 103 103 180 180 105 105 480 480 105 105 480480 P
P (t) (t) 2 2 598 598 690 690 2 2 491 491 660 660 2 371 2 371 330 330 2 2 433 433 110 110 2 2 450 450 000000
Y
Y (t/ha) (t/ha) 23,65 23,65 23,73 23,73 22,98 22,98 23,07 23,07 23,2323,23
Indonesia
Indonesia A A (ha) (ha) 99 99 289 289 89 89 439 439 96 96 405 405 95 95 729 729 95 95 729729 P P (t) (t) 1 1 551 551 710 710 1 1 399 399 230 230 1 438 1 438 190 190 1 1 551 551 430 430 1 1 551 551 430430 Y Y (t/ha) (t/ha) 15,63 15,63 15,64 15,64 15,91 15,91 16,21 16,21 16,2116,21 Sumber: FAOSTAT Sumber: FAOSTAT
negara produsen kubis terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 47%, diikuti oleh negara produsen kubis terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 47%, diikuti oleh India (9%), Federasi Rusia, Amerika Serikat, termasuk Indonesia. Indonesia India (9%), Federasi Rusia, Amerika Serikat, termasuk Indonesia. Indonesia termasuk ke dalam lima negara terbesar produsen kubis dunia ditinjau dari luas termasuk ke dalam lima negara terbesar produsen kubis dunia ditinjau dari luas areal panen dan produksi totalnya. Namun demikian, produktivitas kubis di areal panen dan produksi totalnya. Namun demikian, produktivitas kubis di Indonesia bahkan masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata produktivitas Indonesia bahkan masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata produktivitas kubis dunia. Sementara itu, produktivitas kubis di empat negara produsen lainnya kubis dunia. Sementara itu, produktivitas kubis di empat negara produsen lainnya ternyata juga masih belum optimal. Berikut ini adalah beberapa negara yang ternyata juga masih belum optimal. Berikut ini adalah beberapa negara yang produktivitas kubisnya jauh melampaui produktivitas kubis di lima negara produsen produktivitas kubisnya jauh melampaui produktivitas kubis di lima negara produsen kubis terbesar. Dalam lima tahun terakhir secara konsisten produktivitasnya:
kubis terbesar. Dalam lima tahun terakhir secara konsisten produktivitasnya:
•• > 30 t/ha> 30 t/ha : Australia, Cyprus, Republik Ceko, Honduras, Mexico,: Australia, Cyprus, Republik Ceko, Honduras, Mexico, Netherlands, Selandia Baru, Norwegia, Palestina, Polandia, Netherlands, Selandia Baru, Norwegia, Palestina, Polandia, Slovenia, Afrika Selatan dan Spanyol
Slovenia, Afrika Selatan dan Spanyol
•• > 40 t/ha> 40 t/ha : : Austria, Austria, Belgia, Belgia, Jepang, Jepang, Kuwait, Kuwait, Swedia Swedia dan Uzbekistdan Uzbekistanan •• > > 50 50 t/ha t/ha : : Jerman, Jerman, Irlandia, Irlandia, Korea Korea Utara Utara dan dan Saudi Saudi ArabiaArabia
Selama periode 1995-2003, luas areal panen kubis di Indonesia cukup berfluktuasi, Selama periode 1995-2003, luas areal panen kubis di Indonesia cukup berfluktuasi, yaitu antara 69 815 hektar pada tahun 1996 dan 59 207 hektar pada tahun 2001. yaitu antara 69 815 hektar pada tahun 1996 dan 59 207 hektar pada tahun 2001. Sementara itu, produktivitas kubis pada periode waktu yang sama juga Sementara itu, produktivitas kubis pada periode waktu yang sama juga menunjukkan fluktuasi dengan kisaran yang relatif sempit, yaitu terendah pada menunjukkan fluktuasi dengan kisaran yang relatif sempit, yaitu terendah pada tahun 2001 sebesar 20,4 ton/ha dan tertinggi pada tahun 1995 sebesar 24,7 ton/ha. tahun 2001 sebesar 20,4 ton/ha dan tertinggi pada tahun 1995 sebesar 24,7 ton/ha. Dengan demikian, produksi kubis tahunan di Indonesia cenderung bervariasi dengan Dengan demikian, produksi kubis tahunan di Indonesia cenderung bervariasi dengan catatan tertinggi pada tahun 1995 sebesar 1,625 juta ton, dan terendah pada tahun catatan tertinggi pada tahun 1995 sebesar 1,625 juta ton, dan terendah pada tahun 2001 sebesar 1,205 juta ton.
2001 sebesar 1,205 juta ton. Table
Table 3 3 Produksi Produksi kubis kubis di di Indonesia, Indonesia, 1995-20031995-2003 Tahun
Tahun Luas Luas Panen Panen (ha) (ha) Produksi Produksi (t) (t) Produktivitas Produktivitas (t/ha)(t/ha)
1995 1995 65,820 65,820 1,625,227 1,625,227 24.724.7 1996 1996 69,815 69,815 1,580,408 1,580,408 22.622.6 1997 1997 64,990 64,990 1,338,507 1,338,507 20.620.6 1998 1998 69,150 69,150 1,459,232 1,459,232 21.121.1 1999 1999 65,352 65,352 1,447,910 1,447,910 22.222.2 2000 2000 66,914 66,914 1,336,410 1,336,410 22.422.4 2001 2001 59,207 59,207 1,205,404 1,205,404 20.420.4 2002 2002 60,235 60,235 1,232,843 1,232,843 20.520.5 2003 2003 64,520 64,520 1,348,433 1,348,433 20.920.9 Rata-rata Rata-rata 65,111 65,111 1,397,153 1,397,153 21.721.7 Sumber:
Secara agregat, produktivitas kubis di Indonesia selama periode 1995-2003 Secara agregat, produktivitas kubis di Indonesia selama periode 1995-2003 mencapai rata-rata 21,7 t/ha. Untuk periode yang sama, pencapaian ini ternyata mencapai rata-rata 21,7 t/ha. Untuk periode yang sama, pencapaian ini ternyata setara dengan produktivitas rata-rata kubis dunia (132 negara), yaitu ± 20 t/ha. setara dengan produktivitas rata-rata kubis dunia (132 negara), yaitu ± 20 t/ha. Berkaitan erat dengan tingkat adaptabilitasnya, pertanaman kubis di Indonesia Berkaitan erat dengan tingkat adaptabilitasnya, pertanaman kubis di Indonesia tersebar terutama di daerah dataran tinggi. Berdasarkan data produksi dan areal tersebar terutama di daerah dataran tinggi. Berdasarkan data produksi dan areal tanam, pertanaman kubis tercatat di 28 propinsi, kecuali Bangka Belitung dan DKI tanam, pertanaman kubis tercatat di 28 propinsi, kecuali Bangka Belitung dan DKI Jakarta. Tabel 4 menunjukkan perkembangan areal tanam dan produksi berdasarkan Jakarta. Tabel 4 menunjukkan perkembangan areal tanam dan produksi berdasarkan propinsi penghasil kubis, serta data agregatnya. Empat sentra produksi kubis utama propinsi penghasil kubis, serta data agregatnya. Empat sentra produksi kubis utama di Indonesia berturut-turut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan di Indonesia berturut-turut adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Jawa Timur. Keempat sentra produksi tersebut menyumbang 80.4% dari total areal Jawa Timur. Keempat sentra produksi tersebut menyumbang 80.4% dari total areal panen dan 80.5% dari produksi total tahun 2003. Walaupun dikembangkan pada panen dan 80.5% dari produksi total tahun 2003. Walaupun dikembangkan pada agroekosistem yang relatif sama, produktivitas yang dicapai oleh setiap propinsi agroekosistem yang relatif sama, produktivitas yang dicapai oleh setiap propinsi ternyata cukup beragam. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan intensitas ternyata cukup beragam. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan intensitas pengelolaan antar sentra produksi yang biasanya tercermin dari perbedaan kualitas pengelolaan antar sentra produksi yang biasanya tercermin dari perbedaan kualitas dan/atau kuantitas masukan yang digunakan.
dan/atau kuantitas masukan yang digunakan.
Tabel
Tabel 4 4 Areal Areal tanam tanam (ha), (ha), produksi produksi (ton) (ton) dan dan produktivitas produktivitas (ton/ha) (ton/ha) kubis kubis didi Indonesia, 1998-2002
Indonesia, 1998-2002
Propinsi
Propinsi 1999 1999 2000 2000 2001 2001 2002 2002 20032003
Aceh
Aceh Area Area (ha) (ha) 192 192 200 200 234 234 56 56 575575 Prod
Prod (t) (t) 3.631 3.631 2.921 2.921 33.233 .233 802 802 10.84010.840 Prvt
Prvt (kwt/ha) (kwt/ha) 18,91 18,91 14,61 14,61 13,82 13,82 14,32 14,32 18,8518,85 Sumatera
Sumatera Utara Utara Area Area (ha) (ha) 7.545 7.545 11.641 11.641 8.156 8.156 8.699 8.699 10.02710.027 Prod
Prod (t) (t) 184.493 184.493 268.896 268.896 198.605 198.605 272.877 272.877 249.716249.716 Prvt
Prvt (kwt/ha) (kwt/ha) 24,45 24,45 23,10 23,10 24,35 24,35 27,92 27,92 24,9024,90 Sumatera
Sumatera Barat Barat Area Area (ha) (ha) 1.788 1.788 1.786 1.786 1.768 1.768 1.836 1.836 1.6321.632 Prod
Prod (t) (t) 52.346 52.346 45.978 45.978 66.216 66.216 21.535 21.535 36.06336.063 Prvt
Prvt (kwt/ha) (kwt/ha) 29,28 29,28 25,74 25,74 37,45 37,45 11,73 11,73 22,1022,10 Riau
Riau Area Area (ha) (ha) 1 1 - - 2 2 - -
--Prod
Prod (t) (t) 4 4 - - 7 7 - -
--Prvt
Prvt (kwt/ha) (kwt/ha) 4,00 4,00 - - 3,50 3,50 - - --Jambi
Jambi Area Area (ha) (ha) 354 354 517 517 555 555 1.268 1.268 2.0302.030 Prod
Prod (t) (t) 10.384 10.384 16.628 16.628 22.652 22.652 20.528 20.528 39.80939.809 Prvt
Prvt (kwt/ha) (kwt/ha) 29,33 29,33 32,16 32,16 40,81 40,81 16,19 16,19 19,6119,61 Sumatera
Sumatera Selatan Selatan Area Area (ha) (ha) 172 172 238 238 225 225 156 156 256256 Prod
Prod (t) (t) 2.334 2.334 2.325 2.325 1.553 1.553 1.483 1.483 2.7022.702 Prvt
Prvt (kwt/ha) (kwt/ha) 13,57 13,57 9,77 9,77 6,90 6,90 9,51 9,51 10,5510,55 Bengkulu
Bengkulu Area Area (ha) (ha) 3.686 3.686 2.690 2.690 1.1.637 637 3.258 3.258 1.61.66262 Prod
Prod (t) (t) 86.115 86.115 43.005 43.005 28.113 28.113 55.898 55.898 25.07825.078 Prvt
Prvt (kwt/ha) (kwt/ha) 23,36 23,36 15,99 15,99 17,17 17,17 17,16 17,16 15,0915,09 Lampung
Lampung Area Area (ha) (ha) 615 615 781 781 517 517 344 344 607607 Prod
Prod (t) (t) 9.757 9.757 9.049 9.049 7.019 7.019 5.756 5.756 9.8839.883 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 15,87 15,87 11,59 11,59 13,58 13,58 16,73 16,73 16,2816,28 Bangka
Bangka Belitung Belitung Area Area (ha) (ha) - - - - - - - - --Prod
Prod (t) (t) - - - - - - - -
--Prvt
--SUMATER
SUMATERA A Area Area (ha) (ha) 14.353 14.353 17.853 17.853 13.094 13.094 15.617 15.617 16.78916.789 Prod
Prod (t) (t) 349.064 349.064 388.802 388.802 327.398 327.398 348.879 348.879 374.091374.091 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 24,32 24,32 21,78 21,78 25,00 25,00 22,34 22,34 22,2822,28 DKI
DKI Jakarta Jakarta Area Area (ha) (ha) - - - - - - - - --Prod
Prod (t) (t) - - - - - - - -
--Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) - - - - - - - -
--Jawa
Jawa Barat Barat Area Area (ha) (ha) 23.239 23.239 21.101 21.101 19.788 19.788 17.729 17.729 18.40318.403 Prod
Prod (t) (t) 613.338 613.338 501.381 501.381 490.449 490.449 431.208 431.208 438.091438.091 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 26,39 26,39 23,76 23,76 24,79 24,79 24,32 24,32 23,8123,81 Jawa
Jawa Tengah Tengah Area Area (ha) (ha) 15.644 15.644 13.339 13.339 12.181 12.181 11.537 11.537 14.36014.360 Prod
Prod (t) (t) 262.266 262.266 207.005 207.005 185.775 185.775 165.888 165.888 240.134240.134 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 16,76 16,76 15,52 15,52 15,25 15,25 14,38 14,38 16,7216,72 DI
DI Yogya Yogya Area Area (ha) (ha) 50 50 26 26 45 45 67 67 4040 Prod
Prod (t) (t) 1.718 1.718 822 822 1.358 1.358 2.324 2.324 1.0251.025 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 34,36 34,36 31,62 31,62 30,18 30,18 34,69 34,69 25,6325,63 Jawa
Jawa Timur Timur Area Area (ha) (ha) 8.111 8.111 9.563 9.563 8.616 8.616 9.277 9.277 9.0689.068 Prod
Prod (t) (t) 121.074 121.074 131.986 131.986 121.794 121.794 166.551 166.551 157.411157.411 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 14,93 14,93 13,80 13,80 14,14 14,14 17,95 17,95 17,3617,36 Banten
Banten Area Area (ha) (ha) - - - - 1 1 - -
--Prod
Prod (t) (t) - - - - 3 3 - -
--Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) - - - - 30,00 30,00 - - --JAWA
JAWA Area Area (ha) (ha) 47.044 47.044 44.029 44.029 40.631 40.631 38.610 38.610 41.87141.871 Prod
Prod (t) (t) 998.396 998.396 841.194 841.194 799.379 799.379 765.971 765.971 836.661836.661 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 21,22 21,22 19,11 19,11 19,67 19,67 19,84 19,84 19,9819,98 Bali
Bali Area Area (ha) (ha) 1.315 1.315 1.376 1.376 1.290 1.290 1.353 1.353 1.2821.282 Prod
Prod (t) (t) 51.893 51.893 51.841 51.841 48.611 48.611 50.468 50.468 51.18851.188 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 39,46 39,46 37,68 37,68 37,68 37,68 37,30 37,30 39,9339,93 NTB
NTB Area Area (ha) (ha) 411 411 74 74 286 286 391 391 361361 Prod
Prod (t) (t) 3.041 3.041 1.034 1.034 3.211 3.211 2.868 2.868 3.0863.086 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 7,40 7,40 13,97 13,97 11,23 11,23 7,34 7,34 8,558,55 NTT
NTT Area Area (ha) (ha) 161 161 212 212 165 165 218 218 222222 Prod
Prod (t) (t) 645 645 838 838 679 679 1.799 1.799 1.2081.208 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 4,01 4,01 3,95 3,95 4,12 4,12 8,25 8,25 5,445,44 BALI
BALI & & NTT NTT Area Area (ha) (ha) 1.887 1.887 1.662 1.662 1.741 1.741 1.962 1.962 1.8651.865 Prod
Prod (t) (t) 55.579 55.579 53.713 53.713 52.501 52.501 55.135 55.135 55.48255.482 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 29,45 29,45 32,32 32,32 30,16 30,16 28,10 28,10 29,7529,75 Kalimantan
Kalimantan Barat Barat Area Area (ha) (ha) 12 12 5 5 9 9 22 22 179179 Prod
Prod (t) (t) 53 53 22 22 44 44 77 77 688688 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 4,42 4,42 4,40 4,40 4,89 4,89 3,50 3,50 3,843,84 Kalimantan
Kalimantan Tengah Tengah Area Area (ha) (ha) 1 1 5 5 - - 1 1 --Prod
Prod (t) (t) 4 4 18 18 - - 10 10
--Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 4,00 4,00 3,60 3,60 - - 10,00 10,00 --Kalimantan
Kalimantan Selatan Selatan Area Area (ha) (ha) 5 5 5 5 2 2 - - --Prod
Prod (t) (t) 18 18 18 18 7 7 - -
--Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 3,60 3,60 3,60 3,60 33,50 ,50 - - --Kalimantan
Kalimantan Timur Timur Area Area (ha) (ha) 85 85 70 70 36 36 80 80 4646 Prod
Prod (t) (t) 1.263 1.263 414 414 298 298 367 367 185185 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 14,86 14,86 5,91 5,91 8,28 8,28 4,59 4,59 4,024,02 KALIMANTAN
KALIMANTAN Area Area (ha) (ha) 103 103 85 85 47 47 103 103 225225 Prod
Prod (t) (t) 1.338 1.338 472 472 349 349 454 454 873873 Prvt
Sulawesi
Sulawesi Utara Utara Area Area (ha) (ha) 149 149 493 493 320 320 325 325 332332 Prod
Prod (t) (t) 1.168 1.168 3.846 3.846 5.740 5.740 2.457 2.457 6.4566.456 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 7,84 7,84 7,80 7,80 17,94 17,94 7,56 7,56 19,4519,45 Sulawesi
Sulawesi Tengah Tengah Area Area (ha) (ha) 143 143 191 191 138 138 221 221 158158 Prod
Prod (t) (t) 1.522 1.522 1.042 1.042 624 624 1.207 1.207 2.6302.630 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 10,64 10,64 5,46 5,46 4,52 4,52 5,46 5,46 16,6516,65 Sulawesi
Sulawesi Selatan Selatan Area Area (ha) (ha) 1.293 1.293 2.449 2.449 2.640 2.640 2.639 2.639 2.7212.721 Prod
Prod (t) (t) 38.054 38.054 46.310 46.310 15.831 15.831 54.384 54.384 67.97067.970 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 29,43 29,43 18,91 18,91 6,00 6,00 20,61 20,61 24,9824,98 Sulawesi
Sulawesi Tenggara Tenggara Area Area (ha) (ha) 107 107 113 113 141 141 243 243 9797 Prod
Prod (t) (t) 905 905 690 690 968 968 1.669 1.669 501501 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 8,46 8,46 6,11 6,11 6,87 6,87 6,87 6,87 5,165,16 Gorontalo
Gorontalo Area Area (ha) (ha) - - - - 3 3 5 5 33
Prod
Prod (t) (t) - - - - 11 11 19 19 55
Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) - - - - 3,67 3,67 3,80 3,80 1,671,67 SULAWESI
SULAWESI Area Area (ha) (ha) 1.692 1.692 3.246 3.246 3.242 3.242 3.433 3.433 3.3113.311 Prod
Prod (t) (t) 41.649 41.649 51.888 51.888 23.174 23.174 59.736 59.736 77.56277.562 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 24,62 24,62 15,99 15,99 7,15 7,15 17,40 17,40 23,4323,43 Maluku
Maluku Area Area (ha) (ha) 20 20 22 22 67 67 18 18 117117 Prod
Prod (t) (t) 128 128 60 60 831 831 115 115 483483 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 6,40 6,40 2,73 2,73 12,40 12,40 6,39 6,39 4,134,13 Maluku
Maluku Utara Utara Area Area (ha) (ha) - - - - - - 28 28 3636 Prod
Prod (t) (t) - - - - - - 84 84 540540
Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) - - - - - - 3,00 3,00 15,0015,00 Papua
Papua Area Area (ha) (ha) 253 253 17 17 385 385 464 464 303066 Prod
Prod (t) (t) 1.756 1.756 281 281 1.772 1.772 2.469 2.469 2.7412.741 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 6,94 6,94 16,53 16,53 4,60 4,60 5,32 5,32 8,968,96 MALUKU
MALUKU & & PAPUA PAPUA Area Area (ha) (ha) 273 273 39 39 452 452 510 510 459459 Prod
Prod (t) (t) 1.884 1.884 341 341 2.603 2.603 2.668 2.668 3.7643.764 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 6,90 6,90 8,74 8,74 5,76 5,76 5,23 5,23 8,208,20 LUAR
LUAR JAWA JAWA Area Area (ha) (ha) 18.308 18.308 22.885 22.885 18.576 18.576 21.625 21.625 22.64922.649 Prod
Prod (t) (t) 449.514 449.514 495.216 495.216 406.025 406.025 466.872 466.872 511.772511.772 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 24,55 24,55 21,64 21,64 21,86 21,86 21,59 21,59 22,6022,60 INDONESI
INDONESIA A Area Area (ha) (ha) 65.352 65.352 66.914 66.914 59.207 59.207 60.235 60.235 64.52064.520 Prod
Prod (t) (t) 1.447.910 1.447.910 1.336.410 1.336.410 1.205.404 1.205.404 1.232.843 1.232.843 1.348.4331.348.433 Prvt
Prvt (t/ha) (t/ha) 22,16 22,16 19,97 19,97 20,36 20,36 20,47 20,47 20,9020,90
Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura
Setelah program penelitian dan pengembangan kubis secara formal berlangsung Setelah program penelitian dan pengembangan kubis secara formal berlangsung selama hampir 20 tahun, pertanyaan menyangkut status perkembangan produksi selama hampir 20 tahun, pertanyaan menyangkut status perkembangan produksi kubis sampai sejauh ini merupakan suatu hal yang perlu mendapat klarifikasi. kubis sampai sejauh ini merupakan suatu hal yang perlu mendapat klarifikasi. Indikator penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan status perkembangan Indikator penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan status perkembangan tersebut adalah kecepatan serta pola pertumbuhan produksi yang diperagakan oleh tersebut adalah kecepatan serta pola pertumbuhan produksi yang diperagakan oleh usahatani kubis. Disamping dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan yang usahatani kubis. Disamping dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan yang bersifat konstan, menurun atau meningkat, indikator ini juga dapat mengidentifikasi bersifat konstan, menurun atau meningkat, indikator ini juga dapat mengidentifikasi sumber atau faktor dominan penentu pertumbuhan -- peningkatan areal tanam, sumber atau faktor dominan penentu pertumbuhan -- peningkatan areal tanam, peningkatan hasil/produktivitas atau kombinasi peningkatan keduanya. Lebih jauh peningkatan hasil/produktivitas atau kombinasi peningkatan keduanya. Lebih jauh lagi, indikator tersebut dapat pula mengidentifikasi komponen-komponen serta lagi, indikator tersebut dapat pula mengidentifikasi komponen-komponen serta sumber ketidak-stabilan produksi (Hazell, 1984).
Analisis data tahunan produksi dan areal tanam kubis mencakup periode waktu Analisis data tahunan produksi dan areal tanam kubis mencakup periode waktu 1970-2003 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata produksi kubis di 1970-2003 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata produksi kubis di Indonesia cenderung menurun sebesar 0.5% (0.005). Tingkat pertumbuhan Indonesia cenderung menurun sebesar 0.5% (0.005). Tingkat pertumbuhan produksi rata-rata kubis (meningkat/menurun) pada dasarnya dapat dipilah ke
produksi rata-rata kubis (meningkat/menurun) pada dasarnya dapat dipilah ke dalamdalam pertumbuhan yang disebabkan oleh peningkatan/penurunan areal tanam dan pertumbuhan yang disebabkan oleh peningkatan/penurunan areal tanam dan peningkatan/penurunan
peningkatan/penurunan produktivitas. produktivitas. Kontribusi peKontribusi peningkatan ningkatan dari komponen dari komponen arealareal tanam dan produktivitas terhadap pertumbuhan produksi kubis secara berturut-turut tanam dan produktivitas terhadap pertumbuhan produksi kubis secara berturut-turut adalah (-) 2.3% dan 1,8%. Dengan demikian, sumber dominan yang menyebabkan adalah (-) 2.3% dan 1,8%. Dengan demikian, sumber dominan yang menyebabkan penurunan produksi kubis selama periode 1970-2003 adalah penurunan areal tanam. penurunan produksi kubis selama periode 1970-2003 adalah penurunan areal tanam. Lebih jauh lagi, keragaman areal tanam menunjukkan kontribusi yang lebih tinggi Lebih jauh lagi, keragaman areal tanam menunjukkan kontribusi yang lebih tinggi terhadap ketidak-stabilan produksi sayuran secara umum, dibandingkan dengan terhadap ketidak-stabilan produksi sayuran secara umum, dibandingkan dengan keragaman produktivitas.
keragaman produktivitas.
Pola pertumbuhan produksi menurun yang didominasi oleh penurunan areal tanam Pola pertumbuhan produksi menurun yang didominasi oleh penurunan areal tanam (kontribusi penurunan areal tanam terhadap penurunan produksi lebih besar (kontribusi penurunan areal tanam terhadap penurunan produksi lebih besar dibandingkan dengan kontribusi peningkatan produktivitas), mengandung beberapa dibandingkan dengan kontribusi peningkatan produktivitas), mengandung beberapa implikasi sebagai berikut: (a) strategi dan
implikasi sebagai berikut: (a) strategi dan kegiatan/usaha yang berhubungan dengankegiatan/usaha yang berhubungan dengan inovasi teknologi/penelitian yang ada belum cukup kuat memacu pola pertumbuhan inovasi teknologi/penelitian yang ada belum cukup kuat memacu pola pertumbuhan produksi berbasis peningkatan produktivitas, atau program penyuluhan belum produksi berbasis peningkatan produktivitas, atau program penyuluhan belum berjalan secara optimal, terutama dikaitkan dengan proses alih teknologi di tingkat berjalan secara optimal, terutama dikaitkan dengan proses alih teknologi di tingkat petani, dan (b) penurunan produksi dimungkinkan oleh adanya dis-insentif akibat petani, dan (b) penurunan produksi dimungkinkan oleh adanya dis-insentif akibat perubahan harga masukan dan luaran. Harga masukan yang meningkat lebih cepat perubahan harga masukan dan luaran. Harga masukan yang meningkat lebih cepat dibandingkan harga luaran, sehingga biaya per unit produk lebih tinggi dibandingkan dibandingkan harga luaran, sehingga biaya per unit produk lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual per unit produk. Hal ini memungkinkan adanya ketidak-stabilan dengan harga jual per unit produk. Hal ini memungkinkan adanya ketidak-stabilan profitabilitas relatif dari komoditas yang diusahakan, sehingga petani memutuskan profitabilitas relatif dari komoditas yang diusahakan, sehingga petani memutuskan untuk tidak menanam komoditas bersangkutan (Bisaliah, 1986).
untuk tidak menanam komoditas bersangkutan (Bisaliah, 1986).
Indikator-indikator yang diperoleh dari hasil analisis, memberikan gambaran Indikator-indikator yang diperoleh dari hasil analisis, memberikan gambaran perlunya strategi pendekatan pengembangan yang lebih memberikan penekanan perlunya strategi pendekatan pengembangan yang lebih memberikan penekanan pada peningkatan akselerasi pertumbuhan produksi kubis berbasis peningkatan pada peningkatan akselerasi pertumbuhan produksi kubis berbasis peningkatan produktivitas atau inovasi teknologi. Sementara itu, variabilitas areal tanam produktivitas atau inovasi teknologi. Sementara itu, variabilitas areal tanam menunjukkan kontribusi yang lebih tinggi terhadap ketidak-stabilan produksi kubis menunjukkan kontribusi yang lebih tinggi terhadap ketidak-stabilan produksi kubis selama periode 1970-2003, dibandingkan dengan variabilitas produktivitas. Hal ini selama periode 1970-2003, dibandingkan dengan variabilitas produktivitas. Hal ini mengindikasikan masih dominannya pengaruh berbagai faktor, misalnya mengindikasikan masih dominannya pengaruh berbagai faktor, misalnya profitabili-tas kubis relatif terhadap komodiprofitabili-tas sayuran lain, kendala ketersediaan lahan siap tas kubis relatif terhadap komoditas sayuran lain, kendala ketersediaan lahan siap tanam secara kontinyu, kendala musim (iklim dan cuaca), dan respon produsen tanam secara kontinyu, kendala musim (iklim dan cuaca), dan respon produsen terhadap harga kubis yang bersifat fluktuatif, terhadap realisasi areal tanam.
terhadap harga kubis yang bersifat fluktuatif, terhadap realisasi areal tanam.
III.
III. Konsumsi Konsumsi dan dan jenis jenis pemanfaatanpemanfaatan
Keluarga kol (kubis) ternyata banyak sekali jenisnya, diantaranya yang dikenal Keluarga kol (kubis) ternyata banyak sekali jenisnya, diantaranya yang dikenal adalah sawi
adalah sawi hijau, sawi puthijau, sawi putih, kembang kol, kailan, ih, kembang kol, kailan, kolrabi, salad air dan kolrabi, salad air dan brokoli.brokoli. Semua keluarga kubis-kubisan mengandung senyawa anti kanker dan merupakan Semua keluarga kubis-kubisan mengandung senyawa anti kanker dan merupakan sumber vitamin C, vitamin A vitamin B 1, mineral, kalsium, kalium, klor, fosfor, sumber vitamin C, vitamin A vitamin B 1, mineral, kalsium, kalium, klor, fosfor, sodium dan sulfur. Kandungan serat kasar pada kol sangat tinggi sehingga dapat sodium dan sulfur. Kandungan serat kasar pada kol sangat tinggi sehingga dapat
memperkecil resiko penyakit kanker lambung dan usus. Hasil penelitian di Amerika memperkecil resiko penyakit kanker lambung dan usus. Hasil penelitian di Amerika membuktikan bahwa kol yang dikonsumsi dalam keadaan mentah atau yang telah membuktikan bahwa kol yang dikonsumsi dalam keadaan mentah atau yang telah dimasak dapat mengurangi terjadinya kanker usus besar sebanyak 66%. Manfaat dimasak dapat mengurangi terjadinya kanker usus besar sebanyak 66%. Manfaat lain dari kol adalah dapat mencegah dan menyembuhkan luka lambung, lain dari kol adalah dapat mencegah dan menyembuhkan luka lambung, menstimulasi kekebalan, menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta dapat menstimulasi kekebalan, menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta dapat mencegah infeksi karena jamur. Jenis sayuran ini tidak saja akrab menjadi hidangan mencegah infeksi karena jamur. Jenis sayuran ini tidak saja akrab menjadi hidangan sayuran orang Indonesia, tetapi juga oleh warga Cina Singapura, bahkan rata-rata sayuran orang Indonesia, tetapi juga oleh warga Cina Singapura, bahkan rata-rata konsumsinya mencapai 40 g/hari atau tiga kali lebih tinggi daripada orang Amerika. konsumsinya mencapai 40 g/hari atau tiga kali lebih tinggi daripada orang Amerika. Dari beberapa hasil studi epidemologi, dilaporkan bahwa konsumsi kubis-kubisan Dari beberapa hasil studi epidemologi, dilaporkan bahwa konsumsi kubis-kubisan seperti kubis putih dan merah, brokoli, kembang kol, kale, lobak, dan seledri air seperti kubis putih dan merah, brokoli, kembang kol, kale, lobak, dan seledri air dapat menurunkan risiko bergagai jenis kanker, yaitu kanker payudara, prostat, dapat menurunkan risiko bergagai jenis kanker, yaitu kanker payudara, prostat, ginjal, kolon, kandung kemih dan paru-paru. Pada kanker prostat, konsumsi tiga ginjal, kolon, kandung kemih dan paru-paru. Pada kanker prostat, konsumsi tiga atau lebih porsi sayuran tersebut mampu menurunkan risikonya dibanding konsumsi atau lebih porsi sayuran tersebut mampu menurunkan risikonya dibanding konsumsi hanya satu porsi per minggu. Demikian halnya, konsumsi sayuran Brassica sebanyak hanya satu porsi per minggu. Demikian halnya, konsumsi sayuran Brassica sebanyak 1-2 porsi/hari dilaporkan dapat menurunkan risiko kanker p
1-2 porsi/hari dilaporkan dapat menurunkan risiko kanker payudara sebesar 20-40%ayudara sebesar 20-40% Namun demikian, mengkonsumsi jenis makanan apapun sebaiknya jangan dalam Namun demikian, mengkonsumsi jenis makanan apapun sebaiknya jangan dalam jumlah yang berlebih, begitu juga dengan kubis. Kandungan
jumlah yang berlebih, begitu juga dengan kubis. Kandungan goitrins goitrins nya dapatnya dapat menganggu keseimbangan
menganggu keseimbangan iodium iodium dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada orang-dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada orang-orang tertentu yang menderita mag,
orang tertentu yang menderita mag, gastritis gastritis dan perut kembung. Konsumsi kubisdan perut kembung. Konsumsi kubis yang berlebih akan menyebabkan terbentuknya gas dalam lambung. Tetapi jika yang berlebih akan menyebabkan terbentuknya gas dalam lambung. Tetapi jika asupan iodium dari makanan lain seimbang, mengkonsumsi kubis tidak perlu lagi asupan iodium dari makanan lain seimbang, mengkonsumsi kubis tidak perlu lagi dikhawatirkan. Tabel 4 dan 5 memberikan informasi lengkap mengenai komposisi dikhawatirkan. Tabel 4 dan 5 memberikan informasi lengkap mengenai komposisi makanan atau nutrisi yang terdapat pada kubis.
makanan atau nutrisi yang terdapat pada kubis.
Tabel
Tabel 4 4 Komposisi makanan Komposisi makanan pada pada kubis-kubisan kubis-kubisan per per 100 100 grgr edible portion edible portion No
No Kubis-kubisan Kubis-kubisan AirAir (%) (%) Protein Protein (gr) (gr) Serat Serat (gr) (gr) Vit A Vit A (SI) (SI) Vit C Vit C (mg) (mg) Kalsium Kalsium (mg) (mg) Besi Besi (mg) (mg) 1
1 Kubis Kubis putihputih Mentah
Mentah 92.4 92.4 1.3 1.3 0.8 0.8 130 130 47 47 49 49 0.40.4 Dikukus
Dikukus 93.9 93.9 1.1 1.1 0.8 0.8 130 130 33 33 44 44 0.30.3 2
2 Kubis Kubis merahmerah Mentah
Mentah 90.2 90.2 2.0 2.0 1.0 1.0 40 40 61 61 42 42 0.80.8 Dikukus
Dikukus 3
3 Kubis Kubis bungabunga Mentah Mentah 91.0 91.0 2.7 2.7 1.0 1.0 60 60 78 78 25 25 1.11.1 Dikukus Dikukus 92.8 92.8 2.3 2.3 1.0 1.0 60 60 55 55 21 21 0.70.7 4 Brokoli 4 Brokoli Mentah Mentah 89.1 89.1 3.6 3.6 1.5 1.5 2500 2500 113 113 103 103 1.11.1 Dikukus Dikukus 91.3 91.3 3.1 3.1 1.5 1.5 2500 2500 90 90 88 88 0.80.8 5 Kaelan 5 Kaelan Mentah Mentah 87.5 87.5 4.2 4.2 1.3 1.3 8900 8900 125 125 179 179 2.22.2 Dikukus Dikukus 91.5 91.5 3.2 3.2 1.1 1.1 7400 7400 62 62 134 134 1.21.2 6 Caisim 6 Caisim Mentah Mentah 92.2 92.2 2.3 2.3 6460 6460 102 102 220 220 2.92.9 Dikukus Dikukus 7 Petsai 7 Petsai Mentah Mentah 94.8 94.8 1.6 1.6 0.6 0.6 3100 3100 25 25 165 165 0.80.8 Dikukus Dikukus 95.2 95.2 1.4 1.4 0.6 0.6 3100 3100 15 15 148 148 0.80.8
Tabel
Tabel 5 5 Nutrisi dalam Nutrisi dalam kubis kubis (1 (1 gelas, gelas, dicacah, dicacah, 89 89 gr)gr)
Nutrient
Nutrient Units Units 1 1 cup,cup, chopped chopped
89 g 89 g
Nutrient
Nutrient Units Units 1 1 cup,cup, chopped chopped
89 g 89 g Proximates
Proximates LipidsLipids Water
Water g g 82.014 82.014 Fatty Fatty acids, acids, total total satur satur g g 0.0290.029 Energy
Energy kcal kcal 22.250 22.250 4:0 4:0 g g 0.0000.000 Energy
Energy kj kj 93.450 93.450 6:0 6:0 g g 0.0000.000 Protein
Protein g g 1.282 1.282 8:0 8:0 g g 0.0000.000 Total
Total lipid lipid (fat) (fat) g g 0.240 0.240 10:0 10:0 g g 0.0000.000 Ash Ash g g 0.632 0.632 12:0 12:0 g g 0.0010.001 Carbohydrate, by Carbohydrate, by difference difference g g 4.833 4.833 14:0 14:0 g g 0.0010.001 Fiber,
Fiber, total total dietary dietary g g 2.047 2.047 16:0 16:0 g g 0.0260.026 Minerals
Minerals 18:0 18:0 g g 0.0010.001 Calcium,
Calcium, Ca Ca mg mg 41.830 41.830 Fatty Fatty acids, acids, totaltotal monounsaturated monounsaturated
g 0.017 g 0.017 Iron,
Iron, Fe Fe mg mg 0.525 0.525 16:1 16:1 undifferentiated undifferentiated g g 0.0000.000 Magnesium,
Magnesium, Mg Mg mg mg 13.350 13.350 18:1 18:1 undifferentiated undifferentiated g g 0.0170.017 Phosphorus,
Phosphorus, P P mg mg 20.470 20.470 20:1 20:1 g g 0.0000.000 Potassium,
Potassium, K K mg mg 218.940 218.940 22:1 22:1 undifferentiated undifferentiated g g 0.0000.000 Sodium,
Sodium, Na Na mg mg 16.020 16.020 Fatty Fatty acids, acids, totaltotal polyunsaturated polyunsaturated
g 0.109 g 0.109 Zinc,
Zinc, Zn Zn mg mg 0.160 0.160 18:2 18:2 undifferentiated undifferentiated g g 0.0460.046 Copper,
Copper, Cu Cu mg mg 0.020 0.020 18:3 18:3 undifferentiated undifferentiated g g 0.0610.061 Manganese,
Manganese, Mn Mn mg mg 0.142 0.142 18:4 18:4 g g 0.0000.000 Selenium,
Selenium, Se Se mcg mcg 0.801 20:4 0.801 20:4 undifferentiated undifferentiated g g 0.0010.001 Vitamins
Vitamins 20:5 20:5 n-3 n-3 g g 0.0000.000 Vitamin
Vitamin C, C, tot tot asc asc acid acid mg mg 28.658 28.658 22:5 22:5 n-3 n-3 g g 0.0000.000 Thiamin
Thiamin mg mg 0.045 0.045 22:6 22:6 n-3 n-3 g g 0.0000.000 Riboflavin
Riboflavin mg mg 0.036 0.036 Cholesterol Cholesterol mg mg 0.0000.000 Niacin
Niacin mg mg 0.267 Phytosterols 0.267 Phytosterols mg mg 9.7909.790 Pantothenic
Pantothenic acid acid mg mg 0.1250.125 Amino acids Amino acids Vitamin
Vitamin B-6 B-6 mg mg 0.085 0.085 Tryptophan Tryptophan g g 0.0130.013 Folate,
Folate, total total mcg mcg 38.270 38.270 Threonine Threonine g g 0.0440.044 Folic
Folic acid acid mcg mcg 0.000 0.000 Isoleucine Isoleucine g g 0.0640.064 Folate,
Folate, food food mcg mcg 38.270 38.270 Leucine Leucine g g 0.0650.065 Folate,
Folate, DFE DFE mcg mcg 38.270 38.270 Lysine Lysine g g 0.0600.060 Vitamin
Vitamin B-12 B-12 mcg mcg 0.000 0.000 Methionine Methionine g g 0.0120.012 Vitamin
Vitamin A, A, IU IU IU IU 118.370 118.370 Cystine Cystine g g 0.0110.011 Retinol
Retinol mcg mcg 0.000 0.000 Phenylalanine Phenylalanine g g 0.0400.040 Vitamin
Vitamin A, A, RAE RAE mcg mcg 6.230 6.230 Tyrosine Tyrosine g g 0.0210.021 Vitamin
Vitamin E E mg mg 0.093 0.093 Valine Valine g g 0.0540.054 Arginine Arginine g g 0.0720.072 Histidine Histidine g g 0.0260.026 Alanine Alanine g g 0.0450.045 Aspartic
Aspartic acid acid g g 0.1250.125 Glutamic
Glutamic acid acid g g 0.2810.281 Glycine Glycine g g 0.0280.028 Proline Proline g g 0.2480.248 Serine Serine g g 0.0740.074
Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 16 (July 2003) Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 16 (July 2003)
Beberapa penelitian di negara berkembang mengindikasikan adanya hubungan Beberapa penelitian di negara berkembang mengindikasikan adanya hubungan positif antara pendapatan dan konsumsi sayuran, misalnya kubis. Pada tingkat positif antara pendapatan dan konsumsi sayuran, misalnya kubis. Pada tingkat pendapatan per kapita yang relatif rendah, konsumsi kubis ternyata masih jauh dari pendapatan per kapita yang relatif rendah, konsumsi kubis ternyata masih jauh dari
titik saturasi. Dengan demikian, sejalan dengan peningkatan pendapatan, konsumsi titik saturasi. Dengan demikian, sejalan dengan peningkatan pendapatan, konsumsi kubis di negara-negara berkembang juga akan semakin meningkat. Disamping kubis di negara-negara berkembang juga akan semakin meningkat. Disamping pendapatan per kapita, pertumbuhan konsumsi kubis per kapita juga dipengaruhi pendapatan per kapita, pertumbuhan konsumsi kubis per kapita juga dipengaruhi oleh harga relatif dan ketersediaan bahan substitusi. Tingkat pertumbuhan ini juga oleh harga relatif dan ketersediaan bahan substitusi. Tingkat pertumbuhan ini juga merupakan fungsi dari selera, preferensi serta berbagai faktor demografis dan merupakan fungsi dari selera, preferensi serta berbagai faktor demografis dan kultural.
kultural.
Sementara itu, konsumsi kubis di Indonesia menunjukkan peningkatan yang Sementara itu, konsumsi kubis di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cenderung kurang konsisten dalam 10 tahun terakhir ini. Dengan asumsi akurasi cenderung kurang konsisten dalam 10 tahun terakhir ini. Dengan asumsi akurasi data terjamin, beberapa hal yang dapat dikemukakan sehubungan dengan konsumsi data terjamin, beberapa hal yang dapat dikemukakan sehubungan dengan konsumsi kubis di Indonesia adalah sebagai berikut:
kubis di Indonesia adalah sebagai berikut:
•• Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, konsumsi per kapita kubis nasionalSelama kurun waktu 10 tahun terakhir, konsumsi per kapita kubis nasional menunjukkan peningkatan yang relatif kecil, yaitu sekitar 0,2 kg (1993-2004) menunjukkan peningkatan yang relatif kecil, yaitu sekitar 0,2 kg (1993-2004) •• Konsumsi per kapita kubis di daerah pedesaan relatif lebih tinggi dibandingkanKonsumsi per kapita kubis di daerah pedesaan relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan di daerah perkotaan dan menunjukkan kecenderungan semakin dengan di daerah perkotaan dan menunjukkan kecenderungan semakin meningkat
meningkat
•• Konsumsi per kapita kubis di daerah perkotaan menunjukkan kecenderunganKonsumsi per kapita kubis di daerah perkotaan menunjukkan kecenderungan semakin menurun (Catatan: penurunan konsumsi per kapita kubis dari tahun ke semakin menurun (Catatan: penurunan konsumsi per kapita kubis dari tahun ke tahun ini juga terjadi di beberapa negara maju, misalnya Canada, yang tahun ini juga terjadi di beberapa negara maju, misalnya Canada, yang konsumsinya seca
konsumsinya secara konsisten ra konsisten terus terus menurun:1999 menurun:1999 (5.71 (5.71 kg/kapita); kg/kapita); 2000 2000 (5.48(5.48 kg); 2001
kg); 2001 (4.81 kg); 2002 (4.86 kg); dan 2003 (4.81 kg); 2002 (4.86 kg); dan 2003 (4.13 kg).(4.13 kg).
Tabel
Tabel 6 6 Konsumsi kubis Konsumsi kubis di di perkotaan perkotaan dan dan pedesaan pedesaan Indonesia Indonesia (kg/kapita/tahun)(kg/kapita/tahun)
Tahun
Tahun Perkotaan Perkotaan Pedesaan Pedesaan TotalTotal
1993 1993 1.77 1.77 1.87 1.87 1.871.87 1996 1996 1.72 1.72 1.92 1.92 1.821.82 1999 1999 1.47 1.47 1.66 1.66 1.561.56 2002 2002 1.87 1.87 1.97 1.97 1.921.92 2004 2004 1.61 1.61 2.34 2.34 2.032.03 IV. Pemasa
IV. Pemasaran, perdagangan ran, perdagangan dan standardisasidan standardisasi
Rantai pasokan kubis merupakan saluran yang mem
Rantai pasokan kubis merupakan saluran yang memungkinkan:ungkinkan: •• Produk kubis bergerak dari produsen ke konsumenProduk kubis bergerak dari produsen ke konsumen
•• Pembayaran, kredit dan modal kerja bergerak dari konsumen ke produsenPembayaran, kredit dan modal kerja bergerak dari konsumen ke produsen kubis
•• Teknologi didiseminasikan diantara partisipan rantai pasokan, misalnyaTeknologi didiseminasikan diantara partisipan rantai pasokan, misalnya diantara produsen, pengepak dan pengolah
diantara produsen, pengepak dan pengolah
•• Hak kepemilikan berpindah dari produsen kubis ke pengepak atauHak kepemilikan berpindah dari produsen kubis ke pengepak atau pengolah, kemudian ke pemasar
pengolah, kemudian ke pemasar
•• Informasi mengenai permintaan konsumen serta preferensinya mengalirInformasi mengenai permintaan konsumen serta preferensinya mengalir dari pedagang pengecer ke produsen kubis
dari pedagang pengecer ke produsen kubis
Uraian di atas menunjukkan bahwa rantai pasokan kubis merupakan suatu sistem Uraian di atas menunjukkan bahwa rantai pasokan kubis merupakan suatu sistem ekonomi yang mendistribusikan manfaat dan juga risiko diantara berbagai partisipan ekonomi yang mendistribusikan manfaat dan juga risiko diantara berbagai partisipan yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, rantai pasokan kubis secara tidak yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, rantai pasokan kubis secara tidak langsung telah mengembangkan mekanisme internal serta insentif untuk menjamin langsung telah mengembangkan mekanisme internal serta insentif untuk menjamin ketepatan berbagai komitmen produksi maupun
ketepatan berbagai komitmen produksi maupun delivery delivery ..
Lokasi geografis sentra produksi kubis memungkinkan produk sayuran tersebut Lokasi geografis sentra produksi kubis memungkinkan produk sayuran tersebut dipasarkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga antar dipasarkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga antar wilayah/regional. Rantai pasokan yang terjadi pada dasarnya merupakan bentuk wilayah/regional. Rantai pasokan yang terjadi pada dasarnya merupakan bentuk pelayanan yang sudah melembaga untuk menjembatani produsen dan konsumen pelayanan yang sudah melembaga untuk menjembatani produsen dan konsumen sayuran. Intervensi pemerintah terhadap rantai pasok kubis ini cenderung terbatas sayuran. Intervensi pemerintah terhadap rantai pasok kubis ini cenderung terbatas pada dukungan ketersediaan infrastruktur fisik, misalnya jalan dan bangunan pasar. pada dukungan ketersediaan infrastruktur fisik, misalnya jalan dan bangunan pasar. Tataniaga kubis seluruhnya ditangani oleh pihak swasta. Hal ini mengimplikasikan Tataniaga kubis seluruhnya ditangani oleh pihak swasta. Hal ini mengimplikasikan bahwa rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan bahwa rantai pasok kubis secara umum cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan.
penawaran dan permintaan.
Beberapa jenis rantai pasok kubis yang berhasil d
Beberapa jenis rantai pasok kubis yang berhasil diidentifikasi diantaranya adalah:iidentifikasi diantaranya adalah: 1.
1. produsen – transporter/pengangkut – pedagang pengumpul desa atau bandar –produsen – transporter/pengangkut – pedagang pengumpul desa atau bandar – pedagang pengumpul antar wilayah – transporter/pengangkut – pedagang pedagang pengumpul antar wilayah – transporter/pengangkut – pedagang besar/ grosir – pedagang pengecer - konsumen
besar/ grosir – pedagang pengecer - konsumen 2.
2. produsen – transporter/pengangkut – pedagang pengumpul desa atau bandar –produsen – transporter/pengangkut – pedagang pengumpul desa atau bandar – transporter/pengangkut – pedagang besar/grosir – pedagang pengecer transporter/pengangkut – pedagang besar/grosir – pedagang pengecer -konsumen
konsumen 3.
3. produsen – pedagang komisioner - transporter/pengangkut – pedagangprodusen – pedagang komisioner - transporter/pengangkut – pedagang pengumpul desa atau bandar – transporter/pengangkut – pedagang besar/grosir pengumpul desa atau bandar – transporter/pengangkut – pedagang besar/grosir – pedagang pengecer - konsumen
– pedagang pengecer - konsumen 4.
4. produsen – pengepak - transporter/pengangkut – supermarket - koprodusen – pengepak - transporter/pengangkut – supermarket - konsumennsumen
Rantai pasokan pertama dan kedua diestimasi menyerap sekitar 80% dari total Rantai pasokan pertama dan kedua diestimasi menyerap sekitar 80% dari total pasok kubis. Sisanya sekitar 20% dipasarkan melalui rantai pasok ketiga dan pasok kubis. Sisanya sekitar 20% dipasarkan melalui rantai pasok ketiga dan keempat. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa rantai pasokan kubis masih keempat. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa rantai pasokan kubis masih didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang outlet utamanya adalah pasar-pasar didominasi oleh rantai pasokan tradisional yang outlet utamanya adalah pasar-pasar tradisional. Diagram di bawah ini menggambarkan berbagai elemen tipikal rantai tradisional. Diagram di bawah ini menggambarkan berbagai elemen tipikal rantai pasokan kubis (misalnya di Jawa Barat). Tanda panah menunjukkan aliran fisik pasokan kubis (misalnya di Jawa Barat). Tanda panah menunjukkan aliran fisik produk sayuran.
Gambar
Gambar 1 1 Rantai Rantai pasokan pasokan kubis kubis dan dan sayuran sayuran secara secara umum umum di di Jawa Jawa BaratBarat
Tabel berikut ini memberikan deskripsi mengenai berbagai elemen utama di dalam Tabel berikut ini memberikan deskripsi mengenai berbagai elemen utama di dalam rantai pasokan kubis (misalnya di Jawa Barat) serta nilai tambah yang diberikan oleh rantai pasokan kubis (misalnya di Jawa Barat) serta nilai tambah yang diberikan oleh setiap elemen. setiap elemen. PRODUSEN PRODUSEN BANDAR ATAU BANDAR ATAU PEDAGANG PENGUMPUL PEDAGANG PENGUMPUL LOKAL LOKAL PEDAGANG BESAR/ PEDAGANG BESAR/ GROSIR DI BANDUNG GROSIR DI BANDUNG PEDAGANG BESAR/ PEDAGANG BESAR/ GROSIR DI JAKARTA GROSIR DI JAKARTA PEDAGANG PEDAGANG PENGECER DI PENGECER DI BANDUNG BANDUNG PEDAGANG PENGUMPUL PEDAGANG PENGUMPUL REGIONAL ASSEMBLY REGIONAL ASSEMBLY TRADER TRADER PENGEPAK PENGEPAK PEDAGANG PEDAGANG PENGECER DI PENGECER DI JAKARTA JAKARTA SUPER MARKET SUPER MARKET RESTORAN DAN RESTORAN DAN HOTEL HOTEL KONSUMEN KONSUMEN TRANSPORTER/PENGANGKUT TRANSPORTER/PENGANGKUT TRANSPORTER/PENGANGKUT TRANSPORTER/PENGANGKUT
Tabel
Tabel 7 7 Elemen, Elemen, deskripsi deskripsi dan dan nilai nilai tambah tambah dalam dalam rantai rantai pasokan pasokan sayuran/kubissayuran/kubis Elemen
Elemen DeskripsiDeskripsi Nilai TambahNilai Tambah
Produsen
Produsen Petani Petani yang yang menghasilkan menghasilkan sertaserta memanen sayuran/kubis, dan untuk memanen sayuran/kubis, dan untuk beberapa saluran distribusi tertentu juga beberapa saluran distribusi tertentu juga melakukan kegiatan pengkelasan
melakukan kegiatan pengkelasan
o
o ProduksiProduksi o
o PanenPanen o
o Pengkelasan (Pengkelasan (grading grading ))
Pedagang
Pedagang tebasan tebasan Pedagang Pedagang yang yang membeli membeli sayuransayuran (terutama tomat, kubis, kubis bunga (terutama tomat, kubis, kubis bunga serta sayuran daun lainnya) pada saat serta sayuran daun lainnya) pada saat tanaman masih berada di lapangan tanaman masih berada di lapangan (sebelum panen). (sebelum panen). o o PanenPanen o o PengkelasanPengkelasan Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul lokal/desa lokal/desa
Pedagang lokal yang mengumpulkan/ Pedagang lokal yang mengumpulkan/ membeli sayuran/kubis dalam volume membeli sayuran/kubis dalam volume yang relatif besar dari petani atau yang relatif besar dari petani atau
beberapa petani dan memasarkannya ke beberapa petani dan memasarkannya ke pusat-pusat konsumsi. pusat-pusat konsumsi. o o PengumpulanPengumpulan o o SortasiSortasi o o PengkelasanPengkelasan o o PengangkutanPengangkutan Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul antar wilayah antar wilayah
Jenis pedagang yang berdomisili di luar Jenis pedagang yang berdomisili di luar sentra produksi ini membeli sayuran/ sentra produksi ini membeli sayuran/ kubis
kubis dan memdan memasarkannya ke asarkannya ke pasar- pasar-pasar grosir dan pengecer. Sayuran/ pasar grosir dan pengecer. Sayuran/ kubis dapat dibeli langsung dari petani kubis dapat dibeli langsung dari petani atau bandar/ pedagang pengumpul lokal. atau bandar/ pedagang pengumpul lokal.
o o PengumpulanPengumpulan o o SortasiSortasi o o PengkelasanPengkelasan o o PengangkutanPengangkutan Pengepak
Pengepak Jenis Jenis usaha usaha yang yang melakukan melakukan pembelian,pembelian, sortasi, pengkelasan, pengepakan/ sortasi, pengkelasan, pengepakan/ pengemasan serta memberikan pengemasan serta memberikan
pelayanan penyimpanan jangka pendek. pelayanan penyimpanan jangka pendek. Elemen ini juga mengkoordinasikan Elemen ini juga mengkoordinasikan transportasi produk serta memiliki transportasi produk serta memiliki kontrak pemasokan dengan kontrak pemasokan dengan pengecer-pengecer besar.
pengecer besar.
o
o Jaminan kualitasJaminan kualitas o
o PengkelasanPengkelasan o
o PengemasanPengemasan o
o Koordinasi transpor danKoordinasi transpor dan
negosiasi negosiasi
o
o Penyimpanan jangka pendek Penyimpanan jangka pendek
terkontrol terkontrol
o
o Kontrak pemasokan sayuranKontrak pemasokan sayuran
Transportasi
Transportasi Pemberi Pemberi jasa jasa angkutan angkutan produk produk sayuran/sayuran/ kubis dari sentra produksi ke pengecer. kubis dari sentra produksi ke pengecer. Kegiatannya mencakup pengangkutan Kegiatannya mencakup pengangkutan produk ke lokasi-lokasi spesifik dalam produk ke lokasi-lokasi spesifik dalam kerangka waktu yang telah ditentukan. kerangka waktu yang telah ditentukan.
o
o PengangkutanPengangkutan
Restoran/Hotel
Restoran/Hotel Jenis Jenis usaha usaha yang yang mengkonversikanmengkonversikan sayuran/kubis menjadi makanan sayuran/kubis menjadi makanan
o
o Pengolahan sayuran segarPengolahan sayuran segar
menjadi makanan menjadi makanan
o
o Pemasaran dan distribusiPemasaran dan distribusi
Pedagang
Pedagang besar/grosir besar/grosir Jenis Jenis usaha usaha yang yang menjual menjual sayuran/kubissayuran/kubis dalam volume yang relatif besar dan dalam volume yang relatif besar dan melayani berbagai klien.
melayani berbagai klien.
o
o Pemasaran, penjualan danPemasaran, penjualan dan
distribusi ke pengecer distribusi ke pengecer
o
o Jaminan kualitasJaminan kualitas o
o Penyimpanan jangka pendek Penyimpanan jangka pendek
terkontrol terkontrol Pengecer/Supermarket
Pengecer/Supermarket. . Jenis Jenis usaha usaha yang yang mengoperasikan mengoperasikan toko- toko-toko pengecer untuk menjual sayuran/ toko pengecer untuk menjual sayuran/ kubis
kubis
o
o Jaminan kualitasJaminan kualitas o
o DistribusiDistribusi o
o PromosiPromosi
Masalah utama yang secara umum berhasil diidentifikasi sepanjang rantai pasokan Masalah utama yang secara umum berhasil diidentifikasi sepanjang rantai pasokan kubis diantaranya adalah:
o
o Variabilitas harga yang tinggi Variabilitas harga yang tinggi o
o Kehilangan hasil dan susut yang tinggiKehilangan hasil dan susut yang tinggi o
o Respon terhadap pemesanan yang relatif lambatRespon terhadap pemesanan yang relatif lambat o
o Kurangnya pengawasan kualitas sepanjang rantai, termasuk kurangnya alatKurangnya pengawasan kualitas sepanjang rantai, termasuk kurangnya alat
trans-portasi serta gudang penyimpanan berpendingin trans-portasi serta gudang penyimpanan berpendingin
o
o Kurangnya perencanaan produksi secara umum serta metode produksi yangKurangnya perencanaan produksi secara umum serta metode produksi yang
relatif masih sederhana/konvensional relatif masih sederhana/konvensional
o
o Kemampuan terbatas untuk memenuhi permintaan spesifikasi produk Kemampuan terbatas untuk memenuhi permintaan spesifikasi produk o
o Kurangnya informasi pasar sepanjang rantai pasokanKurangnya informasi pasar sepanjang rantai pasokan o
o Kurangnya rasa kepercayaan antar elemen yang terlibat di dalam rantai pKurangnya rasa kepercayaan antar elemen yang terlibat di dalam rantai pasokanasokan o
o Kesulitan koordinasi antar pemasok-pemasok skala kecilKesulitan koordinasi antar pemasok-pemasok skala kecil
Indikator yang kemungkinan dapat digunakan untuk mengevaluasi keragaan rantai Indikator yang kemungkinan dapat digunakan untuk mengevaluasi keragaan rantai pasokan diantaranya adalah (a)
pasokan diantaranya adalah (a) farmer’s share farmer’s share dan (b) marjin tataniaga. Bagiandan (b) marjin tataniaga. Bagian petani adalah rasio (dalam persen) antara harga yang diterima petani dengan harga petani adalah rasio (dalam persen) antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan marjin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan marjin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Marjin tataniaga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Marjin tataniaga merepresentasikan harga untuk membayar jasa atau pelayanan yang diperlukan merepresentasikan harga untuk membayar jasa atau pelayanan yang diperlukan dalam mempersiapkan produk memasuki pasar. Besarnya marjin tataniaga akan dalam mempersiapkan produk memasuki pasar. Besarnya marjin tataniaga akan sangat dipengaruhi oleh kombinasi: (a) kualitas dan kuantitas jasa pemasaran yang sangat dipengaruhi oleh kombinasi: (a) kualitas dan kuantitas jasa pemasaran yang diberikan, (b) biaya yang diperlukan untuk jasa/pelayanan pemasaran tersebut, diberikan, (b) biaya yang diperlukan untuk jasa/pelayanan pemasaran tersebut, serta (c) efisiensi teknis dan harga jasa/pelayanan pemasaran yang diberikan.
serta (c) efisiensi teknis dan harga jasa/pelayanan pemasaran yang diberikan.
Tabel 8 menunjukkan bahwa selama periode 2000-2004, koefisien variasi marjin Tabel 8 menunjukkan bahwa selama periode 2000-2004, koefisien variasi marjin pemasaran kubis lebih tinggi dibandingkan dengan petsai dan tomat, namun sedikit pemasaran kubis lebih tinggi dibandingkan dengan petsai dan tomat, namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kentang. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih rendah dibandingkan dengan kentang. Hal ini mengindikasikan bahwa ketidak-stabilan marjin kubis lebih tinggi dibandingkan petsai dan tomat, tetapi sedikit lebih stabilan marjin kubis lebih tinggi dibandingkan petsai dan tomat, tetapi sedikit lebih stabil dibandingkan kentang.
stabil dibandingkan kentang.
Table
Table 8 8 Bagian Bagian petani petani dan dan marjin marjin pemasaran pemasaran beberapa beberapa sayuran sayuran penting penting di di Jawa Jawa Barat, Barat, 2000-20042000-2004
Kubis Kentang
Kubis Kentang Tomat Tomat PetsaiPetsai Marjin Pemasaran (Rp/kg) Marjin Pemasaran (Rp/kg) Rata-rata Rata-rata Standar Deviasi Standar Deviasi Koefisien Variasi (%) Koefisien Variasi (%) 163.2 163.2 142.6 142.6 87.4 87.4 260.3 260.3 242.4 242.4 93.1 93.1 566.1 566.1 264.0 264.0 46.6 46.6 183.7 183.7 105.0 105.0 57.2 57.2 Bagian Petani (%) Bagian Petani (%) Rata-rata Rata-rata Standar Deviasi Standar Deviasi Koefisien Variasi (%) Koefisien Variasi (%) 75.27 75.27 14.83 14.83 19.7 19.7 82.87 82.87 11.21 11.21 13.5 13.5 45.97 45.97 13.12 13.12 28.5 28.5 61.09 61.09 18.31 18.31 30.0 30.0
Secara umum, bagian petani untuk kubis cukup tinggi dan merefleksikan tingkat Secara umum, bagian petani untuk kubis cukup tinggi dan merefleksikan tingkat kompetisi yang cukup tinggi di sepanjang rantai pasokan. Besaran variasi bagian kompetisi yang cukup tinggi di sepanjang rantai pasokan. Besaran variasi bagian
petani secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan dengan besaran variasi petani secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan dengan besaran variasi marjin tataniaga. Bagian petani dan marjin tataniaga biasanya berkorelasi negatif, marjin tataniaga. Bagian petani dan marjin tataniaga biasanya berkorelasi negatif, artinya jika bagian petani meningkat maka marjin tataniaga akan menurun. Secara artinya jika bagian petani meningkat maka marjin tataniaga akan menurun. Secara implisit hal ini mengimplikasikan adanya keterkaitan yang kuat antara elemen implisit hal ini mengimplikasikan adanya keterkaitan yang kuat antara elemen produksi dan elemen pemasaran di dalam rantai pasokan sayuran/kubis tradisional produksi dan elemen pemasaran di dalam rantai pasokan sayuran/kubis tradisional di Jawa Barat.
di Jawa Barat.
Sementara itu, selama kurun waktu 2001-2003, data perdagangan (ekspor-impor) Sementara itu, selama kurun waktu 2001-2003, data perdagangan (ekspor-impor) kubis menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan
kubis menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan net exporter net exporter dari sisi volumedari sisi volume maupun nilainya. Ekspor kubis dalam tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan maupun nilainya. Ekspor kubis dalam tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan dari sisi volume, tetapi terjadi kenaikan dari sisi nilai. Negara destinasi ekspor kubis dari sisi volume, tetapi terjadi kenaikan dari sisi nilai. Negara destinasi ekspor kubis terutama adalah Malaysia dan Singapore, namun ada sebagian pula yang diekspor terutama adalah Malaysia dan Singapore, namun ada sebagian pula yang diekspor ke Taiwan, Jepang, Hongkong, Thailand, Mongolia dan Mexico. Selama 2001-2003, ke Taiwan, Jepang, Hongkong, Thailand, Mongolia dan Mexico. Selama 2001-2003, impor kubis juga menunjukkan kecenderungan serupa dengan ekspor, yaitu impor kubis juga menunjukkan kecenderungan serupa dengan ekspor, yaitu penurunan volume, tetapi kenaikan nilai. Negara utama asal impor kubis adalah penurunan volume, tetapi kenaikan nilai. Negara utama asal impor kubis adalah China dan Australia, dan sebagian kecil berasal dari Korea dan Vietnam. Perlu China dan Australia, dan sebagian kecil berasal dari Korea dan Vietnam. Perlu diperhatikan bahwa unit biaya per kilogram kubis yang harus dikeluarkan untuk diperhatikan bahwa unit biaya per kilogram kubis yang harus dikeluarkan untuk ekspor dan impor selalu me
ekspor dan impor selalu meningkat dari tahun ke tahun, namun biaya/kg untuk kubisningkat dari tahun ke tahun, namun biaya/kg untuk kubis impor selalu lebih tinggi dibandingkan dengan biaya/kg untuk kubis ekspor.
impor selalu lebih tinggi dibandingkan dengan biaya/kg untuk kubis ekspor.
Tabel
Tabel 9 9 Volume dan Volume dan nilai nilai ekspor/impor ekspor/impor kubis kubis Indonesia, Indonesia, 2001-20032001-2003
Ekspor Impor
Ekspor Impor
Tahun Tahun
Volume
Volume (kg) Nilai (kg) Nilai (US$.) (US$.) UnitUnit (US$/kg) (US$/kg)
Volume
Volume (kg) (kg) Nilai Nilai (US$) (US$) UnitUnit (US$/kg) (US$/kg) 2001 2001 48 48 288 288 168 168 6 6 869 869 019 019 0.14 0.14 701 701 916 916 472 472 007 007 0.670.67 2002 2002 49 49 415 415 364 364 9 9 758 758 703 703 0.20 0.20 453 453 784 784 328 328 417 417 0.720.72 2003 2003 42 42 686 686 295 295 11 11 401 401 593 593 0.27 0.27 545 545 872 872 527 527 610 610 0.970.97
Salah satu kebijaksanaan operasional pengembangan pengolahan dan pemasaran Salah satu kebijaksanaan operasional pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian adalah pembinaan mutu dan standardisasi pertanian. Keberhasilan hasil pertanian adalah pembinaan mutu dan standardisasi pertanian. Keberhasilan pengembangan pembinaan mutu dan standardisasi pertanian diharapkan akan pengembangan pembinaan mutu dan standardisasi pertanian diharapkan akan mampu untuk menunjang peningkatan daya saing serta keberhasilan menembus mampu untuk menunjang peningkatan daya saing serta keberhasilan menembus pasar. Program pemerintah dalam pembinaan mutu hasil pertanian melalui program pasar. Program pemerintah dalam pembinaan mutu hasil pertanian melalui program standardisasi dan akreditasi sejalan dengan tuntutan konsumen baik di dalam standardisasi dan akreditasi sejalan dengan tuntutan konsumen baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk dapat bersaing di pasar yang bebas dan kompetitif maupun di luar negeri. Untuk dapat bersaing di pasar yang bebas dan kompetitif saat ini, komoditas pertanian yang dipasarkan harus benar-benar dapat menarik saat ini, komoditas pertanian yang dipasarkan harus benar-benar dapat menarik minat pembeli. Hal ini perlu ditanamkan terhadap pelaku agribisnis bahwa di dalam minat pembeli. Hal ini perlu ditanamkan terhadap pelaku agribisnis bahwa di dalam produk yang akan dipasarkan haruslah terdapat unsur jaminan kepastian mutu. produk yang akan dipasarkan haruslah terdapat unsur jaminan kepastian mutu. Kepastian mutu ini hanya dapat diperoleh melalui penerapan standar. Pada awalnya Kepastian mutu ini hanya dapat diperoleh melalui penerapan standar. Pada awalnya
standar ini hanya merupakan suatu tuntutan pasar, namun dalam
standar ini hanya merupakan suatu tuntutan pasar, namun dalam
perkembangannya, ternyata standar memberikan banyak sekali nilai tambah bagi perkembangannya, ternyata standar memberikan banyak sekali nilai tambah bagi