• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMUR POHON TETUA DAN JUMLAH BUKU STEK CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MARLENI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH UMUR POHON TETUA DAN JUMLAH BUKU STEK CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MARLENI A"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

STEK CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

MARLENI

A24061172

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

MARLENI. Pengaruh Umur Pohon Tetua dan Jumlah Buku Stek Cabang terhadap Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). (dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pohon Tetua dan jumlah buku stek cabang terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar (Jatropha

curcas L.). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai Juli 2010 di

Rumah Kaca dan di Kebun Percobaan Bagian Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor.

Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah umur pohon induk yang terdiri atas tiga taraf (2, 3, dan 4 tahun). Faktor kedua adalah jumlah buku stek cabang yang terdiri atas tiga taraf (10, 15, dan 20 buku). Bahan tanaman (Jatropha

curcas L.) yang digunakan adalah cabang tanaman jarak pagar aksesi Dompu

yang diperoleh dari kebun Indocement, Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Cabang tanaman yang digunakan yaitu cabang bagian pangkal dan tengah dengan ukuran diameter 1.5 – 2.0 cm. Bentuk potongan ujung dan pangkal stek dibuat miring kira-kira 45o. Penanaman dilakukan dengan kedalaman yang sama yaitu ± 10 cm dari permukaan media tanam. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa tolok ukur berikut: persentase pertumbuhan stek, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang dan lebar daun, tinggi bibit, diameter tunas, dan nomor buku yang terbentuk tunas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan umur pohon tetua dan jumlah buku stek cabang yang tepat diperlukan agar memperoleh persentase pertumbuhan stek dan tinggi bibit yang baik. Bibit berumur 4 bulan setelah tanam (BST) yang berasal dari pohon tetua berumur 4 tahun dengan jumlah buku stek 20 buku menghasilkan tinggi bibit terbaik yaitu 55.09 cm. Bibit yang berasal dari pohon tetua berumur 4 tahun dan 2 tahun menghasilkan pertumbuhan tanaman jarak pagar yang terbaik saat berumur 4 BST pada tolok ukur panjang tunas (13.04 cm dan 11.32 cm), panjang daun (10.71 cm dan 10.08 cm), dan lebar daun (10.53 cm dan 9.84 cm). Jumlah buku stek 20 buku dan 15 buku menghasilkan pertumbuhan tanaman jarak pagar yang terbaik saat berumur 4 BST pada tolok

(3)

ukur jumlah tunas (4.06 batang dan.4.09 batang). Stek cabang dari pohon tetua berumur 2 tahun atau 4 tahun dengan jumlah buku stek 15 buku lebih baik digunakan agar penggunaan bahan tanaman lebih efisien. Hasil lainnya menunjukkan bahwa potensi tumbuh tunas lebih dari 50 % adalah pada buku-buku bagian ujung stek yaitu buku ke-1 hingga buku ke-4.

(4)

PENGARUH UMUR POHON TETUA DAN JUMLAH BUKU STEK CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JARAK PAGAR

(Jatropha curcas Linn.)

The Effect of Mother Plant Age and Internode Numbers of Stem Cutting on Growth of Seedling of Jatropha curcas Linn.

Marleni1, Memen Surahman2, Endang Murniati2

1Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The research was conducted in February-July 2010 in the greenhouse and in the seed science and technology laboratory of agronomy and horticulture department, leuwikopo, Bogor Agriculture University,. The aim of this research to know the effect of mother plant age, internode numbers of stem cutting, and interaction on growth of seedling-stem cutting of Jatropha curcas Linn. Research method applied Randomize Complete Block Design with two factors, namely mother plant age (U) (U1=2 year, U2=3 year, and U3=4 year) and internode numbers (B) (B1= 10 internode, B2= 15 internode, and B3= 20 internode) with three replicates. The result showed that there are effects of mother plant age, internode numbers, and their interaction on growth of seedling-stem cutting of Jatropha curcas Linn. The mother plant age for the best sprout length, leaf length, and leaf width are 4 year and 2 year. The best internode numbers for the best sprout number are the 20 and 15 internode. Interaction between mother plant age and the best internode numbers according to the plant height parameter is mother plant age 4 year with 20 internode.

Keywords: Jatropha curcas L., mother plant age, internode numbers, stem cutting, growth of seedling-stem cutting

(5)

STEK CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MARLENI A24061172

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(6)

Judul : PENGARUH UMUR POHON TETUA DAN JUMLAH BUKU STEK CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Nama : MARLENI

NIM : A24061172

Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I

Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. NIP 19630628 199002 1 002

Pembimbing II .

Dr. Ir. Endang Murniati, MS. NIP 19471006 198003 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

Penulis bernama lengkap Marleni, dilahirkan di Tanjung Pandan, Propinsi Bangka Belitung (BABEL) pada tanggal 26 Maret 1988. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari Bapak Djapani dan Ibu Saptuni.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1993 di TK Pertiwi Tanjung Pandan, Belitung. Tahun 1994 penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 27 Tanjung Pandan, Belitung. Tahun 2000 penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Tanjung Pandan, Belitung. Selanjutnya, tahun 2003 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Pandan, Belitung. Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Kemudian pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama di IPB penulis aktif dibeberapa organisasi mahasiswa. Tahun 2007 sebagai bendahara organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Belitung dan sebagai anggota divisi kewanitaan FKRD-A (Forum Komunikasi Rohis Departemen) Fakultas Pertanian. Tahun 2008 sebagai ketua Asrama “Tanjong Tinggi” (asrama OMDA Belitung), tahun 2009 sebagai sekretaris OMDA Belitung. Pernah ikut dalam kepanitiaan penerimaan mahasiswa baru mewakili FKRD-A pada tahun 2007 dan ikut kepanitiaan MPD (masa pengenalan departemen) tahun 2008.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Umur Pohon Tetua dan Jumlah Buku Stek Cabang terhadap Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui pengaruh umur pohon tetua dan jumlah buku stek terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar serta ingin mengetahui umur dan jumlah buku terbaik untuk menghasilkan bibit jarak pagar yang baik. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. dan Dr. Ir. Endang Murniati, MS. sebagai dosen pembimbing atas arahan, bantuan, dukungan, serta nasehat yang telah diberikan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga kepada Dr. Ir. Hariyadi, MSc.Agr. sebagai dosen penguji atas bantuan dan arahannya, dan Dr. M. Syukur sebagai pembimbing akademik atas saran dan masukannya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada:

1. Kedua orang tua atas kasih sayang yang sangat besar dukungan baik moril maupun materiil, do’a, dan motivasi yang tiada hentinya, serta nasehat dan ajaran yang berarti bagi kehidupanku.

2. Bapak Nana, Bapak Maman, dan Bapak Mamat sebagai teknisi kebun yang telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian

3. Member of 3-j (tiga jarak pagar): lely Martina dan Melisa yang selalu menjadi sahabat terbaikku baik susah maupun senang, kebersamaan, dan bantuan kalian takkan terlupakan.

4. Teman-teman kostan ’Aisyah’ martina L., Sutardi S., Awal, Risma, Aci, Cita, Ipit, mba Au, dan anggota baru Nanda (junior di kostan dan di AGH) terimakasih telah mengisi hari-hariku jadi lebih berwarna, semangat dan kebersamaan kita sangat berarti.

(9)

5. Teman-teman satu daerah (Dedek, Kak Aprianto, Kak Mery, Kak Eka, Kak Riska, Mirna, Mifta, Ima, Linda, Dewi, Yesi, Alm. Karina, Wiwid, Wiwik, Joni, Rhoma, Riko, Haris, Kak Isran, Kak Irsyad, Kak Windo, Kak Adit, Kak Hirmas, dan lain-lain) yang menjadi satu keluarga selama diperantauan. Kebersamaan kita tidak akan terlupakan.

6. Dedek dan Kak Aprianto (anggota lande club division/LCD) terimakasih karena selalu memberikan informasi-informasi penting dan terbaru serta cerita-cerita menarik. Hanya keceriaan, semangat, dan motivasi yang ada saat bersama kalian.

7. Ari Yuanita, Noni, Ari Wahyuni, Yuli, Lia, dan Fiet yang telah menjadi teman-teman terbaik di AGH.

8. Mas Misnen dan Mas Ali terimakasih atas bantuan, bimbingan, dan nasehatnya selama penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang membacanya.

Bogor, Desember 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani, Morfologi, dan Ekologi Jarak Pagar... 4

Biologi Batang Tanaman Jarak Pagar... 7

Perbanyakan Secara Vegetatif dengan Stek Batang atau Cabang... 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek Batang... 10

BAHAN DAN METODE ... 14

Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat... 14

Metode Percobaan... 14

Rancangan Percobaan ... 14

Pelaksanaan Penelitian... 15

Pengamatan dan Pengumpulan Data... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN... 18

Kondisi Umum... 18

Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Persentase Pertumbuhan Stek ... 22

Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Tinggi Bibit... 24

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Jumlah Tunas... 26

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Jumlah Daun... 27

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Panjang Daun ... 29

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Lebar Daun... 31

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Panjang Tunas ... 32

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Diameter Tunas ... 33

Buku yang Tumbuh Tunas... 34

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN... 40 Kesimpulan ... 40 Saran... 40 DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN... 44 vii

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Uji F pada Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) serta Interaksinya (UxB)

terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)... 21 2. Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku

Stek Cabang (B) terhadap Panjang Stek Sebelum ditanam ... 22 3. Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku

Stek Cabang (B) terhadap Persentase Pertumbuhan Stek pada Berbagai Umur Bibit ... 23 4. Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku

Stek Cabang (B) terhadap Tinggi Bibit pada Berbagai Umur Bibit ... 25 5. Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B)

terhadap Jumlah Tunas yang hidup pada Berbagai Umur Bibit ... 27 6. Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B)

terhadap Jumlah Daun pada Berbagai Umur Bibit ... 29 7. Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B)

terhadap Panjang Daun pada Berbagai Umur Bibit ... 30 8. Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B)

terhadap Lebar Daun pada Berbagai Umur Bibit... 31 9. Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B)

terhadap Panjang Tunas pada Berbagai Umur Bibit... 33 10. Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B)

(13)

Nomor Halaman 1. Pohon Tetua Berumur 2 Tahun... 18 2. Pohon Tetua Berumur 3 Tahun... 19 3. Pohon Tetua Berumur 4 Tahun... 19 4. Pembusukan Batang Terjadi Sebelum Terbentuk Tunas dan Akar... 24 5. Pembusukan Batang Terjadi Setelah Terbentuk Tunas... 24 6. Serangan Hama Tungau Dilihat dari Sisi Belakang Daun... 28 7. Daun-daun yang Rontok karena Umur Fisiologi Daun dan Akibat

Serangan Tungau... 28 8. Tunas-tunas Tumbuh pada Buku-buku Bagian Ujung Stek (buku

ke-1 sampai buku ke-4)…....………... 35 9. Buku yang Tumbuh Tunas pada Stek Asal Pohon Tetua berumur

2 Tahun saat Berumur 4 Bulan... 36 10. Buku yang Tumbuh Tunas pada Stek Asal Pohon Tetua berumur

3 Tahun saat Berumur 4 Bulan... 37 11. Buku yang Tumbuh Tunas pada Stek Asal Pohon Tetua berumur

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon Tetua dan Jumlah Buku

Stek Cabang terhadap Beberapa Tolok Ukur pada saat 1 BST... 45

2. Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon Tetua dan Jumlah Buku Stek Cabang terhadap Beberapa Tolok Ukur pada saat 2 BST... 47

3. Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon Tetua dan Jumlah Buku Stek Cabang terhadap Beberapa Tolok Ukur pada saat 3 BST... 49

4. Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon Tetua dan Jumlah Buku Stek Cabang terhadap Beberapa Tolok Ukur pada saat 4 BST... 51

5. Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon Tetua dan Jumlah Buku Stek Cabang terhadap Panjang Stek Cabang ... 52

6. Serangan Kutu Bertepung Putih (Ferrisia virgata cockerell)... 53

7. Serangan Belalang (Valanga nigricornis)... 53

8. Serangan Tungau (Tetranychus sp.)... 53

9. Ciri Stek yang Gagal Membentuk Akar... 53

10. Serangan Penyakit Busuk Fusarium. ... 53

(15)

Latar Belakang

Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dunia sebagian besar dipenuhi dari energi fosil. Masalah ini semakin serius ketika cadangan minyak dunia baik yang sudah maupun yang belum dieksploitasi semakin menipis. Penggunaan energi fosil terus menerus akan mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam yang ekstensif sehingga akan membahayakan kelestarian alam. Diversifikasi energi dengan memanfaatan energi alternatif seperti bahan bakar nabati (BBN) sangat diperlukan sebagai pengganti minyak bumi yang tidak berasal dari fosil. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya hayati yang bisa menghasilkan minyak. Hasnam (2008a) menyatakan bahwa pemerintah Indonesia sudah menerbitkan Perpres Nomor 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres Nomor I/2006 tentang penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Nomor 32/2008, mewajibkan perusahaan jasa angkutan penumpang menjalankan tanggung jawab sosial pemerintah menggunakan BBN sebesar 1 %. Prihandana dan Hendroko (2008) menyatakan bahwa Tim Nasional Pengembangan BBN telah merekomendasi empat komoditas utama penghasil BBN yaitu kelapa sawit dan jarak pagar sebagai penghasil biodiesel, serta tebu dan singkong sebagai penghasil bioetanol.

Jarak pagar bukan merupakan bahan pangan dan mudah ditanam di berbagai lahan termasuk lahan kritis, sehingga tidak bersaing dengan tanaman pangan yang pada umumnya dibudidayakan di lahan yang subur (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Luas lahan marginal di Indonesia mencapai 25.31 juta ha atau sekitar 13.18 % dari luas lahan di Indonesia *). Prihandana dan Hendroko (2008) menyatakan bahwa berdasarkan Peta Kesesuaian Lahan jarak pagar, Badan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian tahun 2006 mengidentifikasi bahwa lahan yang sangat sesuai untuk jarak pagar sebesar 14.28 juta ha dan lahan yang sesuai 5.53 juta ha.

*) Windari, E.A. 2010. Singkong “ Andalan Bangsa yang Tak Terkalahkan”. Sriwijaya Post 15 Juli 2010.

(16)

2 Produktivitas jarak pagar yang tinggi sangat diperlukan untuk menghasilkan

biofuel yang banyak agar bisa mensubstitusi BBM sehingga berdampak pada

pengurangan impor BBM. Cholid et al. (2006) menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan produktivitas bisa ditempuh melalui pemilihan bahan tanaman yang berasal dari biji dan stek, serta perbaikan teknik budidaya yang salah satunya melalui arsitektur tanaman dengan pemangkasan untuk membentuk kanopi yang optimal. Pemangkasan biasanya dilakukan secara periodik satu tahun sekali. Cabang hasil pemangkasan bisa digunakan untuk perbanyakan tanaman melalui stek. Bahan tanaman yang berasal dari stek memiliki kelebihan salah satunya yaitu memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya.

Jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang mempunyai kriteria tersendiri mengenai umur pohon yang layak untuk dijadikan pohon induk (Kusmarya, 2007). Perbanyakan dengan stek memerlukan seleksi bahan stek agar penggunaan batang atau cabang yang akan distek lebih efisien dan efektif. Salah satu seleksi yang diperlukan adalah umur pohon tetua karena merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan pertumbuhan stek. Wudianto (2002) menyatakan bahwa cabang yang terlalu muda akan cepat layu dan mati kekeringan karena penguapannya berlangsung cepat dan jika terlalu tua tidak baik digunakan untuk bahan stek karena sangat sulit menumbuhkan akar, (Galston

dalam Abidin, 1983) karena pada sel yang tua kandungan auksinnya rendah.

Jarak antar mata tunas dalam satu batang/cabang bisa berbeda-beda sehingga dengan panjang yang sama belum tentu memiliki jumlah buku yang sama. Sudomo et al. (2007) menyatakan bahwa perlakuan jumlah mata tunas berpengaruh nyata terhadap persentase kemampuan hidup stek batang murbei dan pertumbuhan panjang tunas, jumlah daun, panjang akar, dan jumlah akar. Ukuran jumlah mata tunas yang sedikit maka kemampuan untuk bertunas dan berakar lebih kecil. Sebaliknya jumlah mata tunas stek yang cukup banyak juga memberikan hasil yang relatif kurang begitu baik karena dengan ukuran jumlah mata tunas stek yang lebih banyak berarti stek itu sendiri mendapatkan beban yang relatif lebih besar untuk kelangsungan hidupnya.

Penggunaan stek yang lebih pendek dengan jumlah mata tunas yang tepat akan lebih menguntungkan karena ketersediaan bahan tanaman terbatas.

(17)

Pemilihan umur pohon tetua yang tepat juga sangat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan stek serta memperoleh bibit jarak pagar yang berkualitas. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai umur pohon tetua dan jumlah buku stek pada tanaman jarak pagar.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur pohon tetua serta pengaruh jumlah buku stek cabang terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar (Jatropha curcas L.).

Hipotesis

Umur pohon tetua dan jumlah buku stek cabang berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar (Jatropha curcas L.). Terdapat interaksi antara umur pohon tetua dengan jumlah buku stek cabang terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar (Jatropha curcas L.).

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani, Morfologi, dan Ekologi Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar mempunyai nama latin Jatropha curcas (Linnaeus), dalam bahasa Yunani jatros berarti dokter dan trophe berarti makanan atau nutrisi, sehingga dengan kata lain Jatropha curcas berarti tanaman obat. Selain itu, tanaman ini juga dikenal sebagai tanaman penghasil minyak lampu. Tanaman jarak pagar termasuk tanaman dikotil dari ordo Euphorbiales famili

Euphorbiaceae. Priyanto (2007) menyatakan bahwa tanaman jarak pagar berasal

dari Amerika Tengah dan mempunyai empat varietas, yaitu cape verde,

nicaragua, ife-nigeria, dan nontoksik meksiko.

Jarak pagar berupa pohon kecil atau perdu. Tanaman ini dapat mencapai umur 50 tahun. Tinggi tanaman pada kondisi normal adalah 1.5 – 5 m. Jarak pagar memiliki cabang yang tidak teratur dengan ranting bulat dan tebal. Kulit batang berwarna keabu-abuan atau kemerah-merahan. Apabila ditoreh, batang mengeluarkan getah berwarna putih atau kekuning-kuningan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, dengan tulang daun menjari yang memiliki 5 – 7 tulang utama. Warna daun hijau dengan permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan bagian atas. Panjang tangkai daun 4 – 15 cm (Priyanto, 2007). Umur fisiologi daun mencapai 14 minggu (3.5 bulan) sejak kuncup hingga menguning (Raden et al, 2008).

Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa jumlah cabang yang ideal per tanaman pada tanaman jarak pagar adalah 40 cabang. Setiap cabang mempunyai 3 tandan buah per tahun dengan jumlah buah 10 - 15 per tandan (30 - 45 biji). Jarak pagar yang memiliki jumlah cabang per pohon lebih dari 40 cabang menyebabkan jumlah buah per tandan akan berkurang dan ukurannya mengecil, sehingga akan mempengaruhi mutu biji yang dihasilkan (Mahmud, 2006).

Jarak pagar adalah tanaman monoecious, bunga berkelamin satu (uniseksual) dan jarang yang biseksual. Bunga tersusun dalam rangkaian (inflorescence), biasanya terdiri atas 100 bunga atau lebih, persentase bunga betina 5 – 10 % (Hasnam, 2006a). Fenologi pembungaan jarak pagar bervariasi antar tanaman dan dalam tanaman. Rasio bunga betina terhadap bunga jantan pada malai sangat

(19)

bervariasi dan tidak jarang ditemukan inflorescence yang memiliki bunga jantan semua. Antar tanaman terdapat variasi dalam frekuensi dan waktu pembungaan. Tanaman-tanaman yang besar akan terus berbunga karena sistem perakaran yang lebih baik dalam menyerap air dan hara, sedangkan tanaman-tanaman yang kurus/kecil akan berhenti dalam pertumbuhannya (Hasnam, 2008a).

Bunga jarak pagar memiliki lima sepal dan lima petal yang berwarna hijau-kekuningan atau cokelat-hijau-kekuningan. Bunga jantan mempunyai 10 tangkai sari yang tersusun dalam dua lingkaran (whorl) masing-masing berisi lima tangkai sari yang menyatu berbentuk tabung, kepala sari pecah melintang (longitudinal), masa berbunga 1 - 2 hari. Bunga betina lebih besar dari bunga jantan terdiri atas bakal buah yang beruang lima dan masing-masing berisi satu bakal biji (ovule). Tangkai putik lepas atau melekat pada pangkal, kepala putik terpecah tiga, berwarna cokelat, masa berbunga 3 - 4 hari. Bunga betina membuka 1 - 2 hari sebelum bunga jantan. Lama pembungaan infloresen 10 - 15 hari (Hasnam, 2006a). Bunga jarak pagar mulai muncul saat tanaman mulai berumur 3 – 4 bulan. Bunga muncul secara terminal dari percabangan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Pembungaan umumnya terjadi pada musim kemarau, tetapi pada musim hujan juga dapat berbunga (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Hasnam (2008a) menyatakan bahwa jarak pagar berbunga terus-menerus, tetapi dalam prakteknya pembungaannya bersifat episodic, sewaktu-waktu mengikuti presipitasi hujan dan ketersediaan unsur hara tanaman. Kekahatan hara akan menyebabkan berhentinya pertumbuhan dan pembungaan walaupun hujan masih tersedia. Kondisi kering akan mempengaruhi terbentuknya bunga betina maupun bunga jantan, dimana bunga betina akan lebih banyak gugur.

Buah jarak pagar yang disebut kapsul akan masak 40 - 50 hari setelah pembuahan, buah sedikit berdaging (fleshy) waktu muda, berwarna hijau kemudian menjadi kuning dan mengering lalu pecah waktu masak (Hasnam, 2006a). Tanaman jarak pagar sudah mulai berbuah secara produktif pada saat berumur 6 bulan dan mulai berbuah secara stabil pada saat memasuki umur 1 – 3 tahun. Buah jarak pagar berbentuk bulat telur, berdiameter 2-4 cm. Buah jarak pagar terbagi menjadi tiga ruang yang masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong dengan warna cokelat kehitaman. (Priyanto, 2007).

(20)

6 Diketahui adanya interaksi genotipe x lingkungan untuk hasil biji pada tanaman jarak pagar. Ketersediaan air sangat menentukan produktivitas jarak pagar (Hasnam, 2008b).

Evawati dan Heliyanto (2008) menyatakan pada Lokakarya Nasional Jarak Pagar III di Malang tahun 2007 telah dihasilkan populasi komposit Improved

Population (IP) yaitu 2 yang merupakan hasil seleksi lanjutan dari populasi

IP-1, dengan produktivitas 6 - 7 ton biji kering per ha pada tahun 4 - 5. Pada Lokakarya Jarak Pagar IV tahun 2008, pengembangan potensi produktivitas berupa populasi komposit IP-3 dengan tingkat produktivitas di atas 8 ton biji kering per ha pada tahun ke 4 - 5.

Bibit jarak pagar dari biji yang berkecambah akan tumbuh lima akar yang terdiri dari satu akar tunggang dan empat akar cabang, sedangkan bibit yang berasal dari stek tidak mempunyai akar tunggang (Prihandana dan Hendroko, 2006). Akar lateral muncul dari akar tunggang. Akar lateral melebar ke samping dan rambut-rambut akar yang cukup banyak. Radius penyebaran akar antara 0.5 m sampai beberapa meter dari pokok tanaman, tergantung varietasnya. Umumnya akar-akar muda terletak di bawah lingkaran kanopi terluar tanaman. Menanam jarak pagar cukup mudah. Jarak pagar bisa ditanam dengan menyemaikan benih terlebih dahulu maupun dengan menanam stek batang secara langsung di lahan. Penanaman dalam bentuk bibit lebih baik untuk menjamin keberhasilan pada awal pertumbuhan, terutama apabila akan ditanam dalam jumlah besar di lahan kritis. Bibit jarak pagar dapat diperoleh dari benih maupun stek batang (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Jarak pagar merupakan tanaman yang memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan di beberapa wilayah Indonesia terutama lahan marginal. Menurut Mahmud (2006) jarak pagar dapat tumbuh di mana saja di lahan berdrainase dan aerasi baik. Priyanto (2007) menyatakan bahwa jarak pagar bisa tumbuh di mana saja dan mudah beradaptasi dengan lingkungan, termasuk di lahan yang tidak subur tetapi di lahan yang tidak subur buah yang dihasilkan kecil-kecil, bahkan ada yang tidak menghasilkan buah. Selanjutnya Hasnam (2008a) menambahkan bahwa jarak pagar memiliki banyak keunggulan antara lain dapat memperbaiki

(21)

kondisi ekosistem (terutama dalam pencegahan erosi), dan ideal untuk program reklamasi di bekas daerah pertambangan.

Mahmud (2006) menyatakan bahwa J. curcas mampu berproduksi optimal apabila ditanam pada lahan dengan ketinggian tempat kurang dari 500 m di atas permukaan laut (dpl) (dataran rendah), curah hujan kurang dari 1 000 mm/tahun, dan suhu lebih dari 20o C, serta tanah berpasir dengan pH 5.5 – 6.5. Priyanto (2007) menambahkan bahwa J. curcas bisa tumbuh baik di tempat yang memiliki ketinggian 0 – 2 000 m dpl dengan suhu 18o- 30o C, curah hujan 300 – 1 200 mm per tahun, dan pH tanah 5 – 6.5.

Biologi Batang Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar termasuk tanaman perdu atau belukar besar dengan tinggi dapat mencapai 5 meter. Tanaman jarak pagar yang diperbanyak dengan biji mempunyai akar tunggang, sedangkan yang diperbanyak dengan stek hanya akar cabang dan akar serabut. Batang dan cabangnya berkayu, bergetah, dan terdapat buku atau tempat/bekas daun melekat (Mahmud dalam Saefudin et al., 2006). Saefudin et al. (2006) menyatakan bahwa pada batang atau cabang tanaman jarak pagar terdapat mata-mata tunas yang berasal dari bekas tumbuhnya daun. Jarak antar mata tunas sekitar 1.5 - 5 cm. Mata-mata tunas tersebut lebih aktif pada batang atau cabang yang lebih muda. Sel meristem calon tunas pada bekas-bekas daun masih dorman pada perbanyakan jarak pagar secara stek. Pembuangan pucuk daun, pemotongan stek dan penanamannya akan merangsang sel meristem tumbuh dan membentuk pucuk baru melalui tunas-tunasnya. Tunas-tunas ini akan berkembang menjadi batang utama.

Perbanyakan Secara Vegetatif dengan Stek Batang atau Cabang

Stek adalah suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar, sehingga dengan dasar itu munculah istilah stek akar, stek cabang atau batang, stek daun, stek umbi, dan sebagainya. Stek cabang digolongkan menjadi stek cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua

(22)

8 karena ada beberapa tanaman yang hanya dikembangbiakkan dengan stek cabang yang telah tua (seperti kembang sepatu), tapi ada juga yang hanya dapat distek dengan cabang setengah tua (seperti mawar) (Wudianto, 2002). Stek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cuttage (bahasa Inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bagian yang ditanam dapat berupa akar, batang, daun, atau tunas (Anonimous, 2007).

Perbanyakan dengan stek caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja (Wudianto, 2002). Keunggulan teknik perbanyakan dengan stek adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanam yang tersedia sangat terbatas (Anonimous, 2007). Keunggulan lain perbanyakan dengan stek yaitu memperoleh bibit yang memiliki sifat-sifat sama dengan pohon induknya. Perbanyakan secara vegetatif jarak pagar umumnya dilakukan dengan stek batang atau cabang.

Cabang yang terlalu tua kurang baik digunakan untuk stek karena sangat sulit untuk membentuk akar, sehingga waktu yang diperlukan untuk membentuk akar akan lebih lama. Cabang yang terlalu muda (biasanya ditandai dengan tekstur yang lunak) juga kurang baik digunakan untuk stek karena proses penguapannya sangat cepat sehingga stek menjadi lemah dan akhirnya mati. Cabang yang berwarna kehijauan mempunyai kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi sehingga mempercepat proses terbentuknya akar. Cara melihat warna cabang yaitu dengan mengelupaskan kulit ari cabang (Wudianto, 2002).

Panjang batang yang dipotong antara 10 – 30 cm tergantung pada jenis tanamannya (Wudianto, 2002). Menurut Prihandana dan Hendroko (2006) panjang stek batang jarak pagar yang dipotong yaitu 15 – 30 cm. Hasil penelitian Tresniawati dan Saefudin (2006) menunjukkan bahwa panjang stek 35 cm adalah yang menghasilkan pertumbuhan bibit paling baik, diikuti panjang stek 25 cm, dan yang kurang baik adalah 15 cm. Saefudin et al. (2006) menyatakan bahwa beberapa panjang stek yaitu; 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm, dan 35 cm tidak berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter pertumbuhan bibit seperti tinggi

tanaman, jumlah daun dan lingkar batang, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas hingga umur bibit 3 bulan. Jumlah tunas terbanyak

(23)

diperoleh pada panjang stek 35 cm, namun tidak berbeda nyata dengan jumlah tunas pada panjang stek 20 cm.

Yuniyati dan Pranowo (2006) merekomendasikan penggunaan stek jarak pagar yang berdiameter 1.5 – 2.5 cm karena pada ukuran tersebut akan diperoleh bibit yang vigor dan secara teknis budidaya pelaksanaannya mudah. Penggunaan bahan stek yang berukuran besar disamping vigornya rendah secara teknis sulit dilaksanakan karena kantong plastik yang digunakan sering pecah dan media tanah yang tersedia berkurang sehingga persentase tumbuhnya berkurang, sedangkan penggunaan stek yang terlalu kecil (< 1.5 cm) selain secara fisiologis kurang mampu menyokong pertumbuhan vegetatifnya, bahan stek ini rentan terhadap kebusukan. Tresniawati dan Saefudin (2006) menyatakan bahwa diameter 2.0 cm adalah yang menghasilkan pertumbuhan bibit yang paling baik, diikuti diameter 1.5 cm, dan yang kurang baik adalah diameter stek 1.0 cm.

Hariyono dan Istiana (2006) menyatakan bahwa stek batang bagian tengah dan bawah memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik daripada stek bagian atas pada pembibitan tanaman jarak pagar. Polybag berdiameter minimal 7.5 cm (volume media 530 cm3), mampu memberikan pertumbuhan yang baik pada pembibitan tanaman jarak pagar. Bagian batang untuk stek yang dipilih sebaiknya bagian tengah dan bawah dengan pemakaian polybag berdiameter minimal 7,5 cm (volume media tanam 530 cm3), dan ditanam/dipindahkan pada umur 2 bulan agar lebih efisien.

Bentuk potongan pangkal stek bisa dibuat datar atau miring. Irisan miring akan mempunyai permukaan lebih luas bila dibandingkan dengan yang berpangkal datar. Hal ini berarti jumlah akar yang tumbuh juga lebih banyak, selain itu akan dihasilkan satu akar yang besar pada ujung stek karena pada ujung stek terjadi akumulasi zat pengatur tumbuh (ZPT). Begitu juga pada ujung stek, penampang ujung yang miring mempunyai kelebihan karena air hujan atau air siraman yang jatuh pada ujung stek bisa mengalir ke bawah, sehingga stek tidak busuk (Wudianto, 2002).

Kedalaman penanaman bagian stek batang pada media berpengaruh

terhadap pertumbuhan akar. Stek yang ditanam dangkal pada media akan lebih cepat berakar, tetapi stek akan mudah rebah dan cepat kering.

(24)

10 Kedalaman tanam stek batang yang paling baik adalah setengah sampai tiga perempat dari panjang stek, atau paling sedikit ada dua mata tunas di atas permukaan tanah (Wudianto, 2002).

Media tanam yang digunakan untuk pembibitan stek batang jarak pagar yaitu tanah lapisan atas (top soil) yang dicampur dengan kompos (pupuk kandang) dan pasir atau sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Polybag diletakkan di tempat yang teduh atau tempat pembibitan yang diberi naungan atau jerami, daun kelapa, daun tebu, atau paranet. Penyiraman dilakukan setiap tiga hari sekali sedangkan pengendalian gulma dilakukan sebulan sekali. Pemindahan bibit ke lahan jika curah hujan telah cukup (umur tiga bulan atau pada awal musim hujan) (Prihandana dan Hendroko, 2006).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek Batang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor lingkungan dan faktor genetik. Keberhasilan perbanyakan suatu tanaman sangat tergantung pada kualitas dan sifat genetik pohon induk, sedangkan pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Pertumbuhan stek sangat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain: kelembaban, suhu, cahaya, dan media perakaran (unsur hara yang terkandung dalam media). Faktor dari dalam tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan stek adalah umur bahan tanaman, jenis tanaman, persediaan bahan makanan, adanya tunas dan daun muda pada stek, dan zat pengatur tumbuh (Huik, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek batang jarak pagar yaitu jenis tanaman, umur tanaman, media, dan zat pengatur tumbuh. Tanaman induk yang dipilih harus sehat, bebas dari hama penyakit, dan berumur lebih dari lima tahun atau tanaman berumur satu tahun yang sudah berproduksi (Prawitasari, 2006b). Media tanam yang digunakan yaitu campuran tanah : sekam : pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Furadan 3G digunakan untuk sterilisasi membunuh mikroorganisme dan untuk memacu perakaran digunakan Rootone-F (Prawitasari, 2006a).

(25)

Hasil penelitian Yuniyati dan Herman (2006) menunjukkan bahwa perlakuan jenis media tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar sampai dengan umur tiga bulan di pembibitan, sehingga untuk efisiensi pembibitan jarak pagar yang menggunakan stek sebagai bahan tanaman cukup dengan tanah tanpa campuran, asalkan struktur tanah memiliki aerasi yang cukup dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Penggunaan media tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dan sekam disarankan untuk menunjang pertumbuhan bibit setelah ditanam di lahan.

Tempat pembibitan dibuat dengan arah utara-selatan agar semua stek mendapat sinar matahari pagi dan diberi naungan untuk melindungi stek dari serangan matahari siang dan sore hari. Kondisi lingkungan yang baik saat pemotongan stek adalah saat kelembaban udara tinggi dan tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini biasanya terjadi pada awal musim hujan (Wudianto, 2002). Media stek harus dijaga kelembabannya agar tetap tinggi. Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan menutup media persemaian dengan plastik transparan dan menyiram setiap hari (Anonimous, 2007).

Abidin (1983) menyatakan bahwa dari segi fisiologis auksin berpengaruh terhadap pengembangan sel, fototropisme, geotropisme, dominansi apikal, pertumbuhan akar, parthenocarpy, absisi, pembentukan kalus, dan respirasi. Keadaan auksin pada organ; akar, pucuk, dan batang sangat berbeda satu sama lain. Pucuk yang berdaun (leafy shoot) menunjukkan bahwa jumlah auksin yang diperlukan dalam perpanjangan batang, diperlukan oleh daun muda pada pucuk. Kemudian auksin tersebut ditransportasikan melalui petiol menuju batang. Kandungan auksin yang paling tinggi terdapat pada pucuk yang paling rendah (basal). Selanjutnya Gardner et al. (1991) menambahkan bahwa auksin diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif yaitu tunas, daun muda, dan buah. Auksin berikatan dengan plasmalema, terutama dengan lesitin, yang menggalakkan peningkatan respirasi dan pengambilan kalium.

Sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam proses pembelahan sel (Abidin, 1983). Akar muda, biji dan buah yang belum masak, dan jaringan pemberi makan kaya akan kinin (Gardner et al., 1991). Perbandingan konsentrasi sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan memperlihatkan

(26)

12 stimulasi pertumbuhan tunas dan daun, sebaliknya apabila sitokinin lebih rendah dari auksin, maka hal ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Pertumbuhan tunas, daun, dan akar akan berimbang apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang (Abidin, 1983).

Spesies tanaman dan tipe serta umur jaringan mengandung macam dan konsetrasi giberelin (GA) yang berbeda-beda. Walaupun GA diketahui menghambat pertumbuhan akar, akar merupakan sumber GA bagi organ-organ yang lain. Respon GA yang paling terkenal adalah perangsang pertumbuhan antar buku (Gardner et al., 1991). Interval waktu antara munculnya primordia daun berikutnya disebut plastokron (Bunting dan Drennan dalam Gardner et al., 1991). Pemunculan daun tertentu pada gandum terjadi pada plastokron 5; yaitu daun kelima sudah dimulai pada saat daun pertama muncul. Penelitian mengenai laju permulaan dan pemunculan daun pada tanaman budidaya sangat terbatas. Temperatur, cahaya, dan faktor-faktor lain terbukti mempengaruhi perkembangan

plastokron (Gardner et al., 1991).

Ismail et al. (2008) menyatakan dominansi apikal merupakan pengaturan kontrol pertumbuhan dominan ujung tanaman yang menekan daerah meristematik lain, untuk itu apabila ujung tanaman dipotong maka tunas lateral akan mulai berkembang sehingga letak kedua tunas tersebut pada tanaman induk dekat dan tingkat perkembangan jaringannya relatif sama. Sel-sel penyusun tunas dengan tingkat perkembangan yang sama apabila ditumbuhkan pada lingkungan yang sama kemungkinan tunas-tunas tersebut mempunyai cadangan makanan, kandungan air, dan hormon yang cenderung sama. Hal ini memungkinkan tunas-tunas tersebut mempunyai daya regenerasi yang sama sehingga tingkat keberhasilan stek pucuk, jumlah akar, panjang akar, dan berat basah stek pucuk tidak berbeda nyata.

Menurut Galston dalam Abidin (1983) pada sel yang tua, aktivitas IAA oksidasinya meningkat, sedangkan kandungan auksinnya rendah. Prana (2006) menyatakan bahwa batang atau cabang yang digunakan untuk bahan stek jarak pagar adalah yang cukup tua tetapi tidak terlalu tua dicirikan dengan warna kulit batang yang keabu-abuan. Stek yang terlalu tua lambat tumbuh dan berakar. Selanjutnya Hartmann et al. dalam Ismail et al. (2008) menambahkan bahwa

(27)

keberhasilan stek pucuk salah satunya dipengaruhi oleh umur pohon induk. Bertambahnya umur tanaman mengakibatkan peningkatan produksi inhibitor perakaran dan penurunan produksi kofaktor (auksin). Hal ini berhubungan dengan juvenilitas dalam pembentukan akar.

Menurut Wudianto (2002) peranan karbohidrat untuk membentuk perakaran sangat besar. Huik (2004) menyatakan bahwa pada tanaman Tectona grandis L.F (batang jati) semakin besar ukuran diameter batang stek, maka akan tersedia lebih besar cadangan makanan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang baik dari stek. Ratio C/N yang tinggi didapat dari tanaman yang cukup umurnya (tidak terlalu muda) yang menyimpan hasil fotosintesis lebih banyak untuk mendukung kualitas pembentukan akar. Hasil penelitian Santoso (2009) menunjukkan bahwa panjang bahan stek dan diameter batang bahan stek terkait dengan tersedianya bahan cadangan makanan yang umumnya berupa karbohidrat, yaitu semakin rendah seiring dengan semakin pendek ukuran stek atau semakin kecil diameter batang. Potensi cadangan makanan yang dimiliki masing-masing stek akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan bibit. Pengaruh ukuran panjang maupun diameter stek memiliki pola yang serupa, yaitu lebih banyak berpengaruh nyata pada komponen tajuk dibandingkan komponen akar.

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca dan di Kebun Percobaan Bagian Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman jarak pagar (Jatropha

curcas L.) aksesi Dompu berumur 2, 3, dan 4 tahun yang diambil dari kebun

Indocement, Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Bahan lain yang diperlukan adalah pupuk NPK 10 g/tanaman, pestisida confidor sistemik, dan media tanam yang terdiri atas campuran tanah lapisan atas (top soil), pupuk kandang, dan arang sekam bakar dengan perbandingan 1 : 1 : 1 yang diisikan ke dalam polybag (ukuran 20 cm x 25 cm) dengan ketinggian 16 cm dan diameter 13 cm, sehingga volume media tanam adalah 2 123 cm3.

Beberapa alat yang digunakan antara lain: gunting pangkas, ember, cangkul, jangka sorong, timbangan, kamera digital, label, alat tulis kantor (ATK), dan alat penunjang penelitian lainnya.

Metode Percobaan Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial. Percobaan yang dilakukan terdiri atas dua faktor perlakuan yaitu faktor umur pohon tetua dan jumlah buku stek cabang. Faktor umur pohon tetua terdiri atas tiga taraf, yaitu pohon berumur 2 tahun (U1), 3 tahun (U2), dan 4 tahun (U3). Sedangkan faktor jumlah buku stek terdiri atas tiga taraf, yaitu jumlah buku stek 10 buku (B1), jumlah buku stek 15 buku (B2), dan jumlah buku stek 20 buku (B3).

(29)

Percobaan terdiri atas sembilan satuan percobaan dan diulang sebanyak tiga kali sehingga secara keseluruhan terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 15 stek.

Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + βj+ (αβ)ij + τk+εijk

Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan umur pohon tetua stek cabang taraf

ke-i dan perlakuan jumlah buku stek cabang taraf ke-j pada ulangan ke-k

μ = rataan umum

ai = pengaruh umur pohon tetua stek cabang pada taraf ke-i

βj = pengaruh jumlah buku stek cabang pada taraf ke-j

(αβ)ij = interaksi pengaruh umur pohon tetua stek cabang taraf ke-i dan

pengaruh jumlah buku stek cabang taraf ke-j

τk = pengaruh ulangan ke-k

εijk = pengaruh acak umur pohon tetua stek cabang taraf ke-i dan jumlah

buku stek cabang taraf ke-j pada ulangan ke-k atau galat percobaan i = 1, 2, 3 untuk perlakuan umur pohon tetua stek cabang taraf ke-i j = 1, 2, 3 untuk perlakuan jumlah buku stek cabang taraf ke-j k = 1, 2, 3 untuk ulangan taraf ke-k

Data kuantitatif yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis ragam. Jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil pengamatan, maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

(1) Persiapan media tanam yaitu tanah lapisan atas (top soil) yang diambil dari Leuwikopo dibersihkan dari akar, ranting, bebatuan serta sampah lainnya. Kemudian tanah, sekam bakar, dan pupuk kandang (1: 1: 1) dicampur merata. Media yang telah tercampur rata dimasukkan ke dalam polybag

(30)

16 dengan tinggi 16 cm dan diameter 13 cm, sehingga volume media tanam adalah 2 123 cm3 (bobot ± 1.5 kg).

(2) Memilih bahan stek dari pohon tetua berumur 2 tahun, 3 tahun, dan 4 tahun dengan diameter cabang 1.5 - 2.0 cm, diambil dari kebun Indocement, Citeureup, Bogor.

(3) Pemangkasan cabang dari pohon tetua untuk bahan stek dengan jumlah buku sesuai perlakuan jumlah buku stek. Bentuk potongan ujung dan pangkal stek dibuat miring kira-kira 45o.

(4) Penanaman Stek Batang

Penanaman dilaksanakan dua hari setelah pengambilan bahan tanam dari kebun Indocement, Citeureup, Bogor pada bulan Februari 2010. Sebelum penanaman media tanam disiram dengan air terlebih dahulu sampai kondisi kapasitas lapang (± 250 ml). Penanaman dilakukan dengan kedalaman yang sama yaitu ± 10 cm dari permukaan media tanam. Kemudian stek diletakkan di Rumah Kaca Bagian Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor dengan jarak antar polybag 10 cm x 10 cm. Setelah berumur dua bulan jarak antar polybag dijarangkan, yaitu 20 cm x 20 cm. Kegiatan penyiraman selama di rumah kaca dilakukan satu hari sekali. Hal ini sangat penting untuk menjaga kelembaban media dan ketersediaan air untuk pertumbuhan stek cabang. Aplikasi pestisida dilakukan setiap dua minggu sekali mulai 2 bulan setelah tanam (BST). Pemindahan ke luar rumah kaca dilakukan saat 3 BST untuk mengendalikan hama tungau. Pemupukan NPK 10 g/tanaman dilakukan pada saat 3 BST diberikan secara melingkar (dengan jarak 5 cm dari tanaman).

Pengamatan dan Pengumpulan Data 1. Persentase pertumbuhan stek

Persentase pertumbuhan stek adalah persentase yang dihitung dari jumlah stek yang telah bertunas (tumbuh) pada setiap satuan percobaan. Persentase pertumbuhan stek =

(31)

2. Panjang stek

Panjang stek adalah panjang stek yang dihitung dari pangkal hingga ujung stek. Pengamatan ini dilakukan satu kali sebelum penanaman.

3. Jumlah tunas

Jumlah tunas adalah semua tunas yang muncul pada setiap stek. 4. Panjang tunas

Panjang tunas adalah jumlah panjang tunas dari semua tunas dibagi jumlah tunas yang ada dalam satu stek.

5. Jumlah daun

Jumlah daun adalah jumlah semua daun yang sudah terbuka sempurna pada setiap stek.

6. Panjang dan Lebar daun

Panjang daun adalah panjang yang diukur mulai dari pangkal daun hingga ujung daun, sedangkan lebar daun adalah lebar yang diukur pada dua sisi tepi daun bagian bawah yang paling lebar. Pengamatan ini dilakukan pada daun dengan pertumbuhan maksimal untuk setiap stek.

7. Tinggi Bibit

Tinggi bibit adalah tinggi yang diukur tegak lurus dari permukaan media tanam hingga titik tumbuh tunas atau cabang terpanjang.

8. Diameter tunas

Diameter tunas adalah diameter yang diukur pada tunas dengan jarak 2 cm dari pangkal tunas. Pengukuran diameter tunas dilakukan pada tunas yang memiliki panjang lebih dari 2 cm.

9. Nomor buku yang terbentuk tunas

Nomor buku yang terbentuk tunas adalah nomor buku yang terbentuk tunas yang penghitungannya dimulai dari buku paling atas pada ujung stek. Pengamatan dilakukan satu kali yaitu pada 4 BST.

Pengamatan dilakukan setiap satu bulan sekali kecuali untuk tolok ukur panjang stek dan nomor buku yang terbentuk tunas. Jumlah tanaman yang diamati pada tolok ukur panjang stek, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang dan lebar daun, tinggi bibit, diameter tunas, dan nomor buku yang terbentuk tunas adalah enam tanaman.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Kondisi lahan kebun Indocement, Citeureup, Bogor yang merupakan asal

bahan tanaman memiliki suhu udara rata-rata 30 oC dan curah hujan rata-rata 2 538 mm/tahun. Bahan tanaman yang diambil adalah tanaman berumur 2, 3, dan

4 tahun dengan umur cabang yang sama yaitu kurang lebih 1 tahun. Kondisi tanah tiap pohon tetua tidak sama. Kondisi lahan pohon tetua berumur 2 tahun adalah lahan datar, tanah gembur, dan terpelihara dengan baik (Gambar 1), pohon tetua berumur 3 tahun kondisi lahannya yaitu berbatu-batu dan tidak terpelihara dengan baik terlihat dari banyaknya gulma yang hidup disekeliling tanaman (Gambar 2), sedangkan pohon tetua berumur 4 tahun kondisi lahan miring, berbatu-batu, namun masih terpelihara (Gambar 3).

(33)

Gambar 2. Pohon Tetua Berumur 3 Tahun

(34)

20 Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Kebun Percobaan Bagian Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor. Suhu rata-rata di rumah kaca 30 - 35 oC. Stek ditanam dalam polybag dan diletakkan di dalam rumah kaca sehingga asumsinya kebutuhan cahaya dapat tercukupi dan merata.

Hama yang menyerang selama di dalam rumah kaca yaitu tungau (Tetranychus sp.), kutu bertepung putih (Ferrisia virgata cockerell), belalang (Valanga nigricornis), dan ulat grayak (Spodoptera litura). Dilihat dari gejala utama yang muncul yaitu tanaman terlihat kering, daun layu dan mati, daun-daun bagian bawah rontok, batang menjadi hitam dan mati jaringan (nekrotik) sehingga diduga penyakit yang menyerang adalah busuk fusarium. Serangan hama tungau terjadi pada umur bibit lebih dari dua bulan. Suhu yang cukup tinggi dan kondisi lingkungan yang kering di rumah kaca diduga menyebabkan serangan hama ini. Pengendalian hama tungau dilakukan dengan memindahkan bibit ke luar rumah kaca pada umur tiga bulan setelah tanam. Dadang (2006) menyatakan bahwa perkembangan hama tungau dipengaruhi oleh kekeringan dan kelembaban. Curah hujan yang tinggi dapat menurunkan populasi hama ini.

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan umur pohon tetua dan jumlah buku stek terhadap beberapa tolok ukur yang meliputi persentase pertumbuhan stek, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi bibit, dan diameter tunas disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa interaksi antara perlakuan umur pohon tetua dan jumlah buku stek berpengaruh nyata saat 1 BST sampai 4 BST terhadap persentase pertumbuhan stek. Interaksi antara perlakuan umur pohon tetua dan jumlah buku stek berpengaruh nyata terhadap tolok ukur tinggi bibit saat 1 BST, 3 BST, dan 4 BST, dan terhadap tolok ukur jumlah tunas berpengaruh nyata hanya pada saat 1 BST.

Perlakuan umur pohon tetua berpengaruh nyata terhadap beberapa tolok ukur, kecuali jumlah tunas saat 2 BST dan 4 BST, panjang dan lebar daun saat 3 BST, diameter tunas saat 4 BST, dan jumlah daun saat 3 BST dan 4 BST. Perlakuan jumlah buku stek juga berpengaruh nyata terhadap

(35)

dan tinggi bibit saat 1 BST hingga 4 BST. Perlakuan jumlah buku stek juga berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang daun dan jumlah daun saat 1 BST hingga 3 BST, diameter tunas saat 1 BST dan 2 BST. Jumlah buku stek tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur lebar daun (Tabel 1).

Tabel 1.Rekapitulasi Hasil Uji F pada Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) serta Interaksinya (UxB) terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Perlakuan

U B U X B

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Tolok Ukur

BST (bulan setelah tanam)

Persentase Pertumbuhan Stek * * * * * * * * * * * *

Jumlah Tunas * tn * tn * * * * * tn tn tn Panjang Tunas * * * * tn * tn tn tn tn tn * Panjang Daun * * tn * * * * tn tn tn tn tn Lebar Daun * * tn * tn tn tn tn tn tn tn tn Tinggi Bibit * * * * * * * * * tn * * Diameter Tunas * * * tn * * tn tn tn tn tn tn Jumlah Daun * * tn tn * * * tn tn tn tn tn

Keterangan: tn= tidak nyata, *= nyata pada taraf uji 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah buku stek maka panjang stek semakin panjang. Jarak antar mata tunas atau jarak antar bekas daun pada batang jarak pagar bervariasi yaitu antara 1.7 - 2.07 cm. Pohon tetua berumur 4 tahun memiliki rata-rata jarak antar mata tunas yang terpanjang yaitu 2.07 cm, disusul pohon tetua berumur 2 tahun sebesar 1.93 cm, dan pohon tetua berumur 3 tahun yang memiliki rata-rata jarak antar mata tunas yang paling kecil yaitu 1.7 cm. Stek yang berasal dari pohon tetua berumur 4 tahun dengan jumlah buku stek 20 buku memiliki panjang stek terpanjang (40.56 cm), disusul pohon tetua berumur 2 tahun (33.72 cm), sedangkan yang terendah adalah pohon tetua berumur 3 tahun (28.56 cm) (Tabel 2).

Selain umur pohon tetua diduga jarak antar mata tunas juga tergantung pada kondisi lingkungan pertumbuhan masing-masing pohon tetua. Kondisi lahan yang berbatu-batu dan tidak terpelihara dengan baik (banyak gulma) diduga mempengaruhi jarak antar mata tunas pada tanaman pohon tetua berumur 3 tahun sehingga lebih pendek dibandingkan dengan pohon tetua berumur 2 dan 4 tahun.

(36)

22 Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa faktor edafik (tanah) seperti tekstur, struktur, dan bahan organik serta faktor biologi salah satunya gulma akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Perkembangan plastokron (interval waktu antara munculnya primordia daun berikutnya) terbukti dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, dan faktor-faktor lain. Langer dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa peningkatan suhu dari 150C menjadi 20 0C meningkatkan laju pemunculan daun pada gandum sebesar lebih dari 50 % dan memendekkan laju

plastokron sampai 50 %.

Tabel 2. Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Panjang Stek Sebelum ditanam

Jumlah Buku Stek Umur Pohon Tetua

(Tahun) 10 15 20

2 22.56 de 27.81 c 33.72 b

3 19.08 f 25.08 d 28.56 c

4 22.22 e 29.53 c 40.56 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut hasil uji DMRT pada taraf 5 %.

Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Persentase Pertumbuhan Stek

Persentase pertumbuhan stek yang tertinggi saat bibit berumur 1 BST dan 4 BST yaitu bibit dari pohon tetua berumur 2 tahun dengan ketiga ukuran jumlah buku stek (10 buku, 15 buku, dan 20 buku), tetapi tidak berbeda nyata dengan bibit dari pohon tetua berumur 4 tahun dengan ketiga ukuran jumlah buku stek maupun pohon tetua berumur 3 tahun, kecuali bibit dari pohon tetua berumur 3 tahun dengan jumlah buku stek 10 buku. Persentase pertumbuhan stek tertinggi saat 2 BST dan 3 BST adalah bibit dari pohon tetua berumur 2 tahun dengan ketiga ukuran jumlah buku stek, namun tidak berbeda nyata dengan pohon tetua

berumur 4 tahun dengan jumlah buku stek 20 buku dan 15 buku, dan pohon tetua berumur 3 tahun dengan jumlah buku stek 20 buku. Bibit dari pohon tetua

berumur 3 tahun dengan jumlah buku stek 10 buku memiliki persentase pertumbuhan stek terendah dari awal hingga akhir pengamatan, saat berumur 4 bulan persentase pertumbuhannya sebesar 32.06 % (Tabel 3).

(37)

Persentase pertumbuhan stek dari pohon tetua berumur 2 tahun tidak berbeda nyata dengan pohon tetua berumur 4 tahun saat 2 BST dan 3 BST, tetapi berbeda nyata pada stek dengan jumlah buku stek 10 buku (Tabel 3), hal ini diduga karena pengaruh kandungan hormon tumbuhan. Stek dengan umur pohon tetua lebih muda diduga akan lebih mudah bertunas. Saefudin et al. (2006) menyatakan bahwa batang atau cabang yang lebih muda mata-mata tunas lebih aktif. Selanjutnya Hartmann et al. dalam Ismail et al. (2008) menambahkan bahwa bertambahnya umur tanaman mengakibatkan peningkatan produksi inhibitor perakaran dan penurunan produksi kofaktor atau sinergis auksin dalam inisiasi perakaran sehingga stek yang diambil dari tanaman tua akan mengalami kesulitan dalam pembentukan primordia akar.

Tabel 3. Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Persentase Pertumbuhan Stek pada Berbagai Umur Bibit

Jumlah Buku Stek Umur Pohon Tetua

(tahun) 10 15 20 2 100.00 a 100.00 a 100.00 a (umur 1 BST) 3 72.54 b 91.11 a 97.78 a 4 90.95 a 97.78 a 97.78 a 2 100.00 a 100.00 a 97.78 a (umur 2 BST) 3 52.22 c 86.67 b 97.78 a 4 88.57 b 97.78 a 97.78 a 2 100.00 a 100.00 a 97.78 a (umur 3 BST) 3 53.33 c 84.44 b 95.56 a 4 86.67 b 97.78 a 97.78 a 2 95.56 a 91.11 a 91.11 a (umur 4 BST) 3 32.06 b 82.22 a 93.33 a 4 81.75 a 91.11 a 93.33 a

Keterangan: Angka-angka pada setiap umur bibit yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut hasil uji DMRT pada taraf 5 %. BST = bulan setelah tanam.

Terjadi penurunan persentase pertumbuhan stek dari awal hingga akhir pengamatan. Stek yang berasal dari pohon tetua berumur 3 tahun dengan jumlah buku stek 10 buku paling banyak gagal membentuk bibit disebabkan pembusukan batang stek terjadi sebelum maupun saat terbentuknya akar dan tunas (Gambar 4 dan Gambar 5). Hal ini diduga karena pengaruh jarak antar mata tunas yang lebih pendek menyebabkan panjang stek lebih pendek dari pada stek asal pohon tetua berumur 2 tahun dan 4 tahun. Santoso (2009) menyatakan bahwa panjang bahan

(38)

24 stek terkait dengan ketersediaan cadangan makanan yang umumnya berupa karbohidrat, yaitu semakin rendah seiring dengan semakin pendek ukuran stek. Potensi cadangan makanan yang dimiliki masing-masing stek akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan bibit.

Jumlah buku stek 10 buku dengan panjang stek yang lebih pendek pada bibit yang berasal dari pohon tetua berumur 2 tahun memiliki persentase pertumbuhan stek yang lebih tinggi pada 4 BST yaitu 95.56 %, walaupun tidak berbeda nyata dengan jumlah buku stek 15 (91.11 %) dan 20 buku (91.11 %) (Tabel 3). Hal ini diduga pengaruh keseimbangan hormon dan diduga jumlah buku stek yang lebih banyak akan memiliki kandungan sitokinin yang lebih besar. Heddy (1986) menyatakan bahwa proporsi zat pengatur tumbuh yang berbeda mungkin merupakan penyebab inisiasi respon tumbuh yang berbeda pada akar, batang, dan organ-organ lainnya. Fernquist dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pada stek batang, sitokinin sangat menghambat pembentukan awal perakaran, sedangkan auksin merangsang pembentukan awal perakaran.

Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Tinggi Bibit

Interaksi umur pohon tetua dengan jumlah buku berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kecuali saat bibit berumur 2 BST. Tinggi bibit dipengaruhi oleh panjang stek dan panjang tunas karena tinggi bibit diukur tegak lurus dari Gambar 4. Pembusukan Batang Terjadi

Sebelum Terbentuk Tunas dan Akar

Gambar 5. Pembusukan Batang Terjadi Setelah Terbentuk Tunas

(39)

permukaan media tanam hingga titik tumbuh tunas atau cabang terpanjang. Bibit yang berasal dari pohon tetua berumur 4 tahun dengan jumlah buku stek 20 buku memiliki tinggi bibit paling tinggi dari umur 1 BST hingga 4 BST. Bibit yang memiliki tinggi bibit paling rendah adalah bibit yang berasal dari pohon tetua berumur 3 tahun dengan jumlah buku stek 10 buku pada saat 1 BST hingga 4 BST, namun saat 3 BST dan 4 BST tidak berbeda nyata dengan pohon tetua berumur 4 tahun dengan jumlah buku stek 10 buku dan pohon tetua berumur 3 tahun dengan jumlah buku stek 15 buku (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Tinggi Bibit pada Berbagai Umur Bibit

Jumlah Buku Stek Umur Pohon Tetua (Tahun)

10 15 20 2 19.01 de 25.18 c 30.14 b (umur 1 BST) 3 9.07 f 16.33 e 21.05 cd 4 17.59 de 23.66 c 36.72 a 2 26.04 35.81 42.11 (umur 2 BST) 3 12.98 20.53 25.99 4 22.72 38.13 50.69 2 28.16 d 36.97 c 44.66 b (umur 3 BST) 3 17.53 e 23.14 de 27.24 d 4 23.37 de 39.48 bc 52.73 a 2 29.35 d 38.27 c 45.34 b (umur 4 BST) 3 20.04 e 24.56 de 27.64 d 4 25.86 de 41.65 bc 55.09 a

Keterangan: Angka-angka pada setiap umur bibit yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut hasil uji DMRT pada taraf 5 %. BST = bulan setelah tanam.

Pertambahan tinggi bibit dengan jumlah buku stek 20 buku yang paling besar dari umur 1 BST hingga 4 BST adalah pohon tetua berumur 4 tahun (18.37 cm), disusul pohon tetua berumur 2 tahun (15.2 cm), dan yang paling kecil adalah pohon tetua berumur 3 tahun (6.59 cm). Bibit yang berasal dari pohon tetua berumur 3 tahun terhambat pertumbuhannya terlihat dari tinggi bibit paling rendah dibandingkan dengan bibit yang berasal dari pohon tetua berumur 2 tahun dan 4 tahun, hal ini diduga pengaruh kualitas bahan tanaman pohon tetua berumur 3 tahun yang kurang baik terlihat dari jarak antar mata tunas paling pendek dibandingkan dengan pohon tetua lainnya (Tabel 2).

Semakin banyak jumlah buku stek maka tinggi bibit akan semakin tinggi. Bibit dengan jumlah buku stek 20 buku memiliki tinggi bibit yang lebih baik,

(40)

26 namun pada bibit dari pohon tetua berumur 3 tahun dengan jumlah buku stek 20 buku memiliki tinggi bibit yang tidak berbeda nyata dengan jumlah buku stek 15 buku pada umur 3 BST dan 4 BST.

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Jumlah Tunas

Umur pohon tetua berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada 1 BST dan 3 BST. Stek yang berasal dari pohon tetua berumur 2 tahun menghasilkan jumlah tunas terbaik pada 1 BST, tetapi pada 3 BST yang menghasilkan jumlah tunas terbaik adalah stek yang berasal dari pohon tetua berumur 3 tahun (Tabel 5). Stek yang berasal dari pohon tetua berumur 2 tahun lebih mudah bertunas pada awal pertumbuhan (1 BST), diduga karena mata-mata tunas lebih aktif. Jumlah tunas mengalami penurunan hingga akhir pengamatan, hal ini diduga karena tunas-tunas yang pertumbuhannya kurang baik menjadi tidak berkembang dan akhirnya mati, sehingga tunas yang tersisa adalah tunas yang pertumbuhannya lebih vigor dan menang

Jumlah buku stek 20 buku memiliki jumlah tunas terbaik dan berbeda nyata dengan bibit dengan jumlah buku stek 10 buku, tetapi tidak berbeda nyata dengan jumlah buku stek 15 buku (Tabel 5). Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Sudomo et al. (2007), yang menyebutkan bahwa ukuran jumlah mata tunas stek murbei yang lebih banyak berarti stek itu sendiri mendapatkan beban yang relatif lebih besar untuk kelangsungan hidupnya.

Gardner et al (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan awal cabang memerlukan hasil asimilasi yang diimpor dari batang utama sampai cabang tersebut menjadi autotrof. Saefudin et al (2006) menyatakan bahwa pada awal pertumbuhan hampir semua bekas daun pada stek tumbuh menjadi tunas, sehingga stek yang lebih panjang memiliki tunas yang lebih banyak. Tunas yang lebih banyak memerlukan lebih banyak hasil asimilasi untuk pertumbuhan tunas-tunas tersebut sehingga akan menjadi beban bagi kelangsungan hidup stek cabang.

Semakin banyak jumlah buku stek maka panjang steknya semakin panjang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah buku stek 20 buku memiliki panjang stek yang tertinggi, disusul jumlah buku stek 15 buku, dan yang paling

(41)

pendek adalah jumlah buku stek 10 buku (Tabel 2). Hasil penelitian Santoso (2009) menyatakan bahwa panjang stek tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa jumlah buku stek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas yang hidup (Tabel 5). Terlihat bahwa jumlah tunas yang hidup pada bibit dengan perbanyakan stek batang atau cabang lebih dipengaruhi oleh jumlah buku stek daripada panjang stek. Selain panjang stek, hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan stek cabang adalah jumlah buku stek karena jumlah buku stek cabang berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas yang hidup.dalam kompetisi.

Tabel 5. Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Jumlah Tunas yang hidup pada Berbagai Umur Bibit

Jumlah Buku Stek Umur Pohon Tetua

(Tahun) 10 15 20 Rata-rata (batang) 2 5.06 7.72 9.33 7.37 a (umur 1 BST) 3 4.94 7.00 6.72 6.22 b 4 4.78 6.50 6.22 5.83 b Rata-rata (batang) 4.93 b 7.07 a 7.43 a 2 4.22 5.28 5.50 5.00 (umur 2 BST) 3 4.94 6.06 5.56 5.52 4 4.22 5.28 5.56 5.02 Rata-rata (batang) 4.46 b 5.54 a 5.54 a 2 3.44 4.39 4.22 4.02 b (umur 3 BST) 3 4.17 5.83 5.22 5.07 a 4 3.50 4.56 4.78 4.28 b Rata-rata (batang) 3.70 b 4.93 a 4.74 a 2 3.17 3.83 4.00 3.67 (umur 4 BST) 3 2.88 4.61 4.22 3.90 4 3.50 3.83 3.94 3.76 Rata-rata (batang) 3.18 b 4.09 a 4.06 a

Keterangan: Angka-angka pada setiap umur bibit pada baris atau kolom rata-rata yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut hasil uji DMRT pada taraf 5 %. BST = bulan setelah tanam.

Pengaruh Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku Stek Cabang (B) terhadap Jumlah Daun

Pertumbuhan daun meningkat pada awal pertumbuhan tunas (bulan pertama). Jumlah daun tertinggi terjadi saat tanaman berumur 2 BST. Saefudin et al. (2006) menyatakan bahwa pada bulan ketiga pertumbuhan daun kembali meningkat, karena suplai makanan kembali membaik. Hasil yang tidak sama ditunjukkan pada penelitian ini, terjadi penurunan jumlah daun pada umur

(42)

28 3 BST hingga 4 BST karena terjadinya serangan hama tungau yang menyebabkan cukup banyak daun yang rontok (Tabel 6, Gambar 6, dan Gambar 7). Faktor lain yang diduga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah daun yaitu umur fisiologi daun. Gardner et al (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dikendalikan oleh genotipe dan lingkungan, tingkat pengaruhnya tergantung pada karakteristik tanaman tersebut. Menurut Hasnam (2006b) umur daun jarak pagar berkisar 8 – 10 minggu (2 - 2.5 bulan), setelah masa tersebut daun akan gugur, atau gugur karena kekeringan, sedangkan Raden et al (2008) menyatakan bahwa umur fisiologis daun jarak pagar aksesi dompu yang ditanam di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB yaitu mencapai 14 minggu (3.5 bulan) sejak kuncup hingga menguning.

Jumlah daun tertinggi diperoleh pada stek dari pohon tetua berumur 2 tahun, namun tidak berbeda nyata dengan pohon tetua berumur 4 tahun (Tabel 6). Hal ini diduga karena pada batang atau cabang yang lebih muda mata-mata tunas lebih aktif dibandingkan dengan batang atau cabang yang lebih tua, sehingga pertumbuhan tunas lebih baik dan jumlah daun yang dihasilkan akan lebih banyak. Dewi (2008) menyatakan bahwa sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk. Jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah yang banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak.

Gambar 7. Daun-daun yang Rontok karena Umur Daun yang Sudah Tua dan Akibat Serangan Tungau

Gambar 6. Serangan Hama Tungau Dilihat dari Sisi Belakang Daun

Gambar

Gambar 1. Pohon Tetua Berumur 2 Tahun
Gambar 2. Pohon Tetua Berumur 3 Tahun
Tabel 1.Rekapitulasi Hasil Uji F pada Sidik Ragam Pengaruh Umur Pohon  Tetua  (U)  dan  Jumlah  Buku  Stek  Cabang  (B)  serta  Interaksinya  (UxB) terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Tabel 3.  Pengaruh Interaksi antara Umur Pohon Tetua (U) dan Jumlah Buku  Stek  Cabang  (B)  terhadap  Persentase  Pertumbuhan  Stek  pada  Berbagai Umur Bibit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hormon Perakaran Terhadap Pertumbuhan Stek Beberapa Nomor Persilangan Jarak Pagar (Jatropa curcas L.)” adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali

Pada penelitian ini, tunas adalah organ pertama yang muncul dari stek horizontal jarak pagar, sehingga pseudomonad fluoresen dapat memacu pertumbuhan tunas

Bobot tajuk bibit asal stek 20 cm adalah yang terendah (Tabel 4) dibandingkan bobot tajuk kedua bibit lainnya demikian pula jumlah daun maupun tinggi tanaman pada umur 2

Jenis cabang yang digunakan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan panjang cabang hasil sambungan, luas daun dan persentase hidup, namun berpengaruh

Semai jarak pagar asal biji maupun stek yang ditanam pada tanah latosol maupun podzolik mengalami peningkatan pertambahan berat basah, panjang akar dan jumlah

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas Limpahan Ridho dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian (skripsi) yang berjudul “Pengaruh Panjang Stek Dan

Semai jarak pagar asal biji maupun stek yang ditanam pada tanah latosol maupun podzolik mengalami peningkatan pertambahan berat basah, panjang akar dan jumlah

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jarak pagar baik yang berasal dari stek batang, biji yang dipangkas, maupun tidak, memiliki pertumbuhan vegetatif (tinggi