• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Konsumen Terhadap Produk Olahan Daging Sapi Di Kota Sorong. (Consumer Preferency Level on Beef Product in Sorong) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Preferensi Konsumen Terhadap Produk Olahan Daging Sapi Di Kota Sorong. (Consumer Preferency Level on Beef Product in Sorong) ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Preferensi Konsumen Terhadap Produk Olahan Daging Sapi Di Kota Sorong

(Consumer Preferency Level on Beef Product in Sorong) Lukas Yowel Sonbait1), Hanike Monim2) dan Djonly Woran3)

1,2 dan 3) Staf Pengajar Jurusan Produksi Ternak FPPK UNIPA

Jalan Gunung salju Manokwari 98314

ABSTRACT

This research aim to know storey level hobby of consumer to product on beef product. This research take place during 2 week, started from 26 December 2004 until the 8 January 2005 in Sorong. taken sampel cover 3 distric that is Canton Sorong East, Sorong and West Sorong. Method Research the taken on descriptive with technique interview and perception, while research subyek is consumer which consuming product on beef . Result of research indicate that consumer preferency more diseminating on product type on beef product fresh which on the market producer but group at earnings storey level. Besides, consumer in Sorong to have high hobby storey level to product of bakso because owning young cheap price and also accessed. Consumer have a notion that practical benefit represent especial reason of energy accept them in consuming of beef product. Result of research indicate that sausage product recommended to be produced in Sorong if its accessed easy and cheap price so that can be reached by all earnings faction.

Key words: Preferency, consumer, beef product. PENDAHULUAN

Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang berkualitas tinggi dan memiliki elastitas yang tinggi baik terhadap harga maupun pendapatan. Semakin tinggi pendapatan konsumen, semakin meningkat permintaan akan daging sapi (Anonim, 2004). Kebutuh-an akKebutuh-an protein hewKebutuh-ani asal ternak sesuai dengan standar kebutuhan gizi nasional sebanyak 6,0 gram/kapita/hari, equivalen dengan mengkonsumsi daging 7,6 kg/ kapita/tahun, telur 3,5 kg/kapita/tahun dan susu 4,6 kg/kapita/tahun. Kenyataan di atas membuktikan bahwa baru 75,3% dari target tersebut terpenuhi (Anonim, 2002). Dari data menyatakan bahwa konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya penyediaan produk

pangan sebagai sumber protein hewani guna memenuhi standar kecukupan gizi.

Salah satu upaya adalah penyediaan protein hewani asal ternak baik sebagai bahan segar maupun maupun bahan olahan lainnya. Dalam penanganannya bahan segar banyak memiliki keter-batasan terutama masa simpannya yang singkat dan mudah rusak (perisible) sehingga memiliki keterbatasan terhadap ruang, tempat dan waktu untuk didistribusikan dari produsen ke konsumen dan berdampak pada turunnya fungsi ekonomis produk tersebut. Untuk mengatasi penurunan fungsi ekonomis produk daging, maka upaya yang dilakukan adalah melakukan tindakan pengolahan, dengan memperhatikan dua hal, yakni pengolahan tersebut tidak hanya memenuhi fungsi ekonomis produk dalam hal ini memperpanjang masa simpan, namun sekaligus mampu

men-Jurnal Ilmu Peternakan, Desember 2008, hal. 87 – 93 Vol. 3 No.2

(2)

jadikan produk bentukan baru yang sesuai dengan selera konsumen dan memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen. Sifat konsumen selalu dinamis dan cenderung alami sehingga produk yang dipilih bukan hanya produk yang terpaksa dikonsumsi melainkan produk yang benar-benar memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, terjangkau dan selalu tersedia.

Menurut Saragih (2000) beberapa bentuk produk olahan yang diminati oleh konsumen dewasa ini adalah produk olahan yang memenuhi fungsi praktis dan efisien yakni, siap guna (ready for used), siap saji (ready to cook) dan siap konsumsi (ready to eat). Kecenderungan konsumen yang semakin modern, dengan aktifitas yang semakin meningkat mengakibatkan kebutuhan mereka akan produk pangan semakin praktis dan tidak memerlukan penanganan khusus. Produk olahan yang diminati konsumen adalah produk yang memiliki manfaat dan berkualitas tinggi, salah satunya produk olahan yang berasal dari ternak sapi. Produk yang diminati khususnya produk daging sapi diantaranya bakso, dendeng, sosis, korned, abon dan lain sebagainya. Aspek lain yang perlu diketahui dari produk olahan yang disediakan adalah aspek daya beli masyarakat. Mengingat produk asal ternak adalah produk yang bersifat elastis terhadap harga dan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat permintaan konsumen sangat ditentukan oleh harga produk asal ternak dan pendapatan konsumen. Beberapa kendala yang terjadi saat ini adalah kurangnya minat, daya beli dan keterbatasan akses terhadap bahan baku dalam proses pengolahan serta rendahnya pengetahuan konsumen terhadap produk olahan daging (Saragih, 2000). Ilustrasi sederhana konsumen dengan tingkat penghasilan rendah, tidak banyak

mem-yang dikonsumsi begitupun sebaliknya konsumen dengan tingkat penghasilan tinggi cenderung memilih produk dengan mutu dan citarasa. Dengan demikian setiap konsumen yang mengkonsumsi produk olahan daging sapi memiliki preferensi yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga perlu diupayakan usaha penyedian pasar produk olahan daging dengan harga terjangkau, memenuhi selera konsumen, bermanfaat, serta dapat diakses oleh konsumen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk olahan daging sapi dikota Sorong. Faedah yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat me-rekomendasikan produk olahan daging sapi yang layak dikembangkan, memiliki harga terjangkau serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, selain itu mampu membuka lapangan kerja, memberikan informasi bagi instansi terkait dan menjawab kebutuhan konsumen dimasa mendatang.

MATERI DAN METODE

Pengkajian ini dilakukan di kota Sorong, meliputi Distrik Sorong, Sorong Timur dan Sorong Barat selama kurun waktu 2 minggu (Desember – Januari 2005). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive terhadap 90 orang yang memiliki tingkat pendapatan ≤ Rp. 1.000.000, rendah, Rp. 1.000.000 – 3.000.000 sedang dan ≥ Rp. 3.000.000 tinggi pengambilan contoh terhadap masing-masing distrik dilakukan secara purposive yang mewakili tiga pendapat konsumen sehingga jumlah yang diambil masing – masing 30 responden.

Data yang digunakan dalam pe-nelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dari hasil

(3)

daftar pertanyaan dan melakukan pe-ngamatan langsung dilapangan, sedang-kan data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan penelitian ini. Variabel yang diamati meliputi tingkat preferensi konsumen, frekuensi pembelian produk dan jenis produk yang disukai, serta variabel penunjang lainnya. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif

guna memperoleh besaran rata-rata, persentase dan frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen sangat ditentukan oleh jenis dan harga produk yang ditawarkan. Jenis harga produk olahan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Harga Produk Olahan Daging Sapi di Kota Sorong tahun 2004

Jenis Produk Harga (Rp)

Kaleng/Bungkus Rata-rata Harga (Rp) (Kaleng/bungkus) Abon Dendeng Bakso/Pentolan Korned Sosis Gaga 3.500 – 5.500 6.000 – 10.000 3.000 – 5.000 7.500 – 13.500 10.000 – 15.000 8.000 – 10.000 4.500 8.000 4.000 10.000 12.000 9.000

Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun, 2004

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa bakso memiliki harga yang murah (Rp. 4.000/bungkus), sedangkan sosis merupa-kan produk olahan dengan harga yang paling tinggi (Rp.12.500/bungkus). Menurut Wijaya (1992), jika harga barang semakin tinggi maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit dan sebaliknya semakin rendah harga barang maka jumlah yang diminta akan semakin meningkat. Dengan demikian semakin tinggi harga produk

olahan daging sapi maka jumlah yang diminta semakin sedikit, begitupun sebaliknya.

Tingkat Pendapatan dan Jumlah Produk yang Dibeli

Keadaan responden menurut tingkat pendapatan dan jumlah produk olahan daging sapi yang dibeli dapat dilihat pada tabel 2.

(4)

Tabel 2. Tingkat Pendapatan dan Jumlah Produk Olahan Daging Sapi yang Dibeli Selama Sebulan di Kota Sorong Tahun 2004

Tingkat Pendapatan (Rp) Jenis Produk Jumlah Kaleng/Bungkus (Bln)

≤1.000.000 Abon Dendeng Bakso/Pentolan Korned Sosis Gaga 13 2 26 10 - 1 Jumlah 52 1.000.000 – 3.000.000 Abon Dendeng Bakso/Pentolan Korned Sosis Gaga 17 4 22 14 10 3 Jumlah 70 ≥3.000.000 Abon Dendeng Bakso/Pentolan Korned Sosis Gaga 21 4 23 21 18 10 Jumlah 97 Total 219,00

Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun, 2004

Tabel 2 mengambarkan bahwa, semakin meningkat pendapatan masya-rakat semakin meningkat jenis dan jumlah produk yang dibeli. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat penghasilan yang tinggi mem-punyai kemampuan untuk membeli produk dengan maksud memperoleh kepuasan, demikian sebaliknya. Dari data tersebut disimpulkan bahwa produk

olahan daging sapi sangat elastis terhadap harga dan pendapatan.

Tempat Membeli Produk Olahan Daging Sapi di Kota Sorong

Tempat membeli produk olahan di Kota Sorong tahun 2004, dapat dilihat pada Tabel 3.

(5)

Tabel 3. Tempat Membeli Produk Olahan Daging Sapi di Kota Sorong Tahun 2004

Jenis Produk Tempat Membeli

Warung/Kios Pasar Toko Swalayan

Abon Dendeng Bakso/Pentolan Korned Sosis √ - √ √ - √ √ √ - - √ - √ √ √ √ √ √ √ √

Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun, 2004

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa bakso dan abon merupakan produk yang dapat ditemukan oleh konsumen di semua tempat penjualan sebaliknya produk olahan sosis hanya dapat ditemukan di toko dan swalayan. Hal ini menunjukkan bawa bakso dan abon merupakan produk

yang muda diakses oleh masyarakat dibandingkan sosis.

Frekuensi Pembelian

Keadaan responden menurut frekuensi pembelian produk olahan daging sapi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Frekuensi Pembelian Produk Olahan Daging Sapi di Kota Sorong Tahun 2004

Frekuensi Pembelian Jumlah (Responden) Nisbah (%) 1-2 kali sebulan 2-3 kali seminggu 1 kali seminggu 60 10 20 66,67 11,11 22,22 Jumlah 90 100,00

Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun, 2004

Data diatas terlihat bahwa frekuensi pembelian produk olahan daging sapi yang tertinggi adalah 1-2 bulan (66,67%) dan yang terendah adalah 2-3 dalam seminggu (11,11%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi pembelian masyarakat akan produk olahan masih relatif rendah (1-2 kali sebulan). Rendah-nya frekuensi pembelian ini disebabkan oleh masih relatif mahalnya harga produk yang diikuti dengan melimpahnya barang

subtitusi dengan harga yang murah. Pada kondisi ini menyebabkan masyarakat cenderung untuk memilih untuk mengolah daging sendiri.

Jenis Produk yang disukai

Responden menurut jenis produk olahan daging sapi yang disukai di Kota Sorong dapat dilihat pada tabel 5.

(6)

Tabel 5. Jenis Produk Olahan Daging Sapi yang Disukai di Kota Sorong dalam Satu Bulan Jenis Produk Jumlah Pembelian (Bln) (Kaleng/Bungkus) Nisbah (%) Jumlah Responden Nisbah (%) Rata-rata Abon Dendeng Bakso/Pentolan Korned Sosis Gaga 65 13 161 55 38 17 18,62 3,72 46,13 15,75 10,88 4,90 51 10 71 46 28 16 23,07 4,53 32,13 12,67 20,36 7,42 1,27 1,3 2,27 1,19 1,36 1,06 Jumlah 349 100,00 219 100,00 8,45

Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun, 2004

Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa bakso merupakan produk olahan daging sapi yang paling sering dibeli (46,13%) dan hanya 3,72% responden yang menyukai produk olahan daging sapi. Salah satu hal yang menyebabkan adalah harga bakso yang relatif murah, sehingga dapa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dari berbagai tingkat pen-dapatan. Bakso merupakan salah satu produk olahan daging sapi yang mudah diakses karena tersedia disemua tempat penjualan. Selanjutnya, sosis merupakan produk yang banyak pula disukai oleh konsumen walaupun memiliki harga

tertinggi. Pada kondisi ini memungkinkan untuk dicari alternatif pengelolahan sosis secara lokal sehingga memberi peluang kepada semua lapisan masyarakat untuk mengkonsumsi sosis karena tersedia dengan harga yang relatif lebih murah dan selalu tersedia.

Alasan Menyukai Produk Olahan Daging Sapi

Keadaan responden menurut preferensi konsumen terhadap produk olahan daging sapi dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Keadaan Responden Menurut Preferensi Konsumen Terhaap Produk Olahan Daging Sapi di Kota Sorong Tahun 2004

Alasan Mengkonsumsi Jumlah (Responden) Nisbah (%) Enak Praktis Mudah diperoleh Kesehatan/Gizi Murah 75 87 47 18 39 28,20 32,70 17,67 6,77 14,44 Jumlah 266 100,00

Sumber: Data Hasil Olahan Data Primer Tahun, 2004.

Pada tabel 6, ada lima alasan konsumen menyukai produk olahan daging sapi. Manfaat praktis merupakan alasan yang sangat populer bagi

konsumsi produk olahan. Selanjutnya diikuti masing-masing dengan alasan enak (28,20%), mudah diperoleh (17,67%), murah (14,66%) dan untuk

(7)

terakhir (6,77%). Adanya persentase yang tinggi terhadap manfaat praktis merupakan peluang pengembangan produk olahan daging sapi karena mendapat respon positif dari konsumen. Hal ini juga mempengaruhi aktifitas responden yang tinggi diluar rumah, sehingga membutuhkan produk yang memiliki manfaat praktis (ready to cook,

ready to used and ready to eat).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Preferensi konsumen di Kota Sorong menyebar pada jenis produk olahan daging sapi yang ditawarkan dan terkelompok pada tingkat pendapatan. Masyarakat memiliki preferensi yang tinggi terhadap bakso karena harganya lebih murah serta mudah diakses sedangkan sosis merupakan produk olahan yang memiliki harga termahal serta terbatas ketersediannya, namun dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka produk tersebut semakin disukai sehingga apabila selalu tersedia dengan harga yang murah sosis dapat diterima konsumen sepopuler bakso. Konsumen produk olahan daging sapi mengkonsumsi produk tersebut karena memiliki manfaat praktis.

Diharapkan produk sosis dapat dikembangkan dalam skala usaha mikro.

Saran

Produk olahan daging sapi direkomendasikan untuk diproduksi dalam bentuk siap saji (ready to eat).

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2002. Produksi dan Konsumsi Daging, Telur dan Susu 1996/2001. Direktur Jenderal Produksi Peternakan. Jakarta

Anonimuos, 2004. Agroindustri Berbasis

Peternakan. ej zw ye 3yuj: Agribisnis: deptan. Go.id / profil / grand / agroindustri. Htmt preferensi konsumen. Lukas download 19 Juli 2004

BPS, 2003. Kota Sorong Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Sorong. Sorong.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.

Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Edisi Kedua. Pustaka Wirausaha Muda, Bandung

Wijaya, F. 1992. Pengantar Ekonomi Konsep

Dasar dan Ekonomi Makro.

BPFE.Yogyakarta

Yasyin, S. 1995. Kampus Pintar Bahasa Indonesia. Penerbit Amanah. Surabaya.

Gambar

Tabel 3. Tempat Membeli Produk Olahan Daging Sapi di Kota Sorong Tahun 2004

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari kepribadiannya Misbah memang ulama yang sangat tegas. Jika ada suatu masalah dan menurutnya kurang sesuai dengan ajaran Islam ia pasti tidak akan tinggal

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Pendidikan dan Pelatihan yang dilaksanakan Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan

Selain itu Human Resource Scorecard juga diartikan sebagai suatu sistem pengukuran yang mengkaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja organisasi, yang akhirnya

Tidak melakukan uji terhadap Sistem Pengendalian Intern (SPI) untuk asersi penilaian / alokasi dalam audit laporan keuangan adalah tindakan berisiko rendah.. Tidak melakukan

Karbon tersimpan pada kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi pada HKm Sinar Harapan sebesar 123,33 ton/ha, HKm Bina Wana Jaya 1 sebesar

Bencana merupakan masalah klasik yang terus akan menjadi titik permasalahan tanpa mengenal waktu salah satunya adalah tanah longsor. Tanah longsor merupakan salah satu

Artikel yang terakhir ditulis oleh Stanov Purnawibowo dari Balai Arkeologi Sumatera Utara yang berjudul, “Analisis Stakeholders pada Ceruk-Ceruk Hunian Prasejarah

Menurut analisa peneliti, terdapatnya perbedaan rata-rata tingkat ekspresi kemarahan klien perilaku kekerasan antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi