• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMBAKARAN BIOMASSA DAUN DALAM MENGUJI KINERJA DASAR HASIL MODIFIKASI PADA FLUIDIZED BED COMBUSTION UNIVERSITAS INDONESIA Oksa Angger Dumas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMBAKARAN BIOMASSA DAUN DALAM MENGUJI KINERJA DASAR HASIL MODIFIKASI PADA FLUIDIZED BED COMBUSTION UNIVERSITAS INDONESIA Oksa Angger Dumas"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMBAKARAN BIOMASSA DAUN DALAM MENGUJI KINERJA

DASAR HASIL MODIFIKASI PADA FLUIDIZED BED COMBUSTION

UNIVERSITAS INDONESIA

Oksa Angger Dumas

Kebagusan 2, RT 003 RW 06 No.64, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia

Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

Email : angger.dumas@yahoo.com Abstrak

Fluidized Bed Combustion sebagai salah satu teknologi pengkonversi biomassa, telah

dikembangkan di Universitas Indonesia. Setiap tahunnya, terus dilakukan penelitian terhadap FBC UI ini untuk tujuan pengembangan. Pada penelitian ini, dikaji kinerja distributor modifikasi dalam proses pembakaran biomassa daun dalam keadaan dan membandingkan dengan kinerja distributor terdahulu. Perbandingan kinerja dari kedua distributor dilakukan dengan perbandingan dalam pemanasan awal dan pembakaran daun dalam keadaan self sustain

combustion selama 1 jam.

Kata kunci : Fluidized Bed Combustion, Self sustain combustion, biomassa Abstract

Fluidized Bed Combustion as biomass converter one of the technologies, have been developed at the University of Indonesia. Each year, continues to do research on this for the purpose of FBC UI development. In this study, examined the performance of distributed modifications in combustion process of biomass in leaves and compare with previous distributor performance. Performance comparison of both distributor is done by comparison in the initial warming and burning leaves in a State of self sustain combustion for 1 hour.

Key word : Fluidized Bed Combustion, Self sustain combustion, biomass

Latar Belakang

Apabila kita melihat kondisi lingkungan kampus Universitas Indonesia Depok, sampah daun merupakan suatu hal mudah ditemui karena kondisi lingkungan kampus memiliki banyak sekali pepohonan. Untuk memanfaatkan potensi biomassa yang sangat besar tersebut maka dilakukanlah penelitian untuk menemukan teknologi yang tepat untuk digunakan di lingkungan kamous UI. Fluidized Bed

Combustion (FBC) merupakan salah satu

teknologi pembakaran yang sangat tepat untuk digunakan di lingkungan kampus UI karena memanfaatkan prinsip fluidisasi dan turbulensi benda padat. Saat proses pembakaran, dengan adanya fenomena fluidisasi ini akan meningkatkan kemampuan perpindahan panas dan massa yang cukup signifikan. Dengan begitu proses pembakaran pun akan menjadi lebih

Teknologi ini pun telah bertahun-tahun dikembangkan oleh Universitas Indonesia. dimana pengembangan terus dilakukan tiap tahunnya dengan tujuan untuk meningkatkan performa dari FBC UI. Sehingga, nantinya FBC UI ini dapat dipergunakan dengan lebih baik selain sebagai sarana penelitian.

Beberapa tahun terakhir, terdeteksi adamya performa kerja sistem yang masih kurang baik yaitu tidak meratanya fenomena fluidisasi yang mana fenomena tersebut merupakan hal yang sangat krusial dalam kinerja FBC itu sendiri

Fluidisasi merupakan metoda pengontakan butiran-butiran padat berupa pasir dengan fluida gas yang menyebabkan pergolakan pada pasir sampai pasir seakan memiliki sifat-sifat seperti fluida. Banyak

(2)

pasir, densitas partikel, porositas hamparan, serta distibutor.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agra dan Sabrizal pada Tugas Akhirnya mereka membuat pemodelan distributor untuk meningkatkan kemampuan fluidisasi FBC UI. Pada penelitian ini, akan dibahas mengenai perbandingan kinerja dasar distributor modifikasi yang diproduksi mengikuti pemodelan distributor yang diciptakan oleh Agra dan Sabrizal dengan distributor yang terdahulu.

1. Eksperimen

1.1 Bahan Bakar Biomassa

Ada 2 biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar pada penelitian ini, yaitu : tempurung kelapa dan daun kering. Tempurung kelapa digunakan sebagai bahan bakar digunakan sebagai bahan bakar pada pemanasan awal. Tempurung kelapa yang digunakan berukuran 1.5 x 1.5

cm. Gamb ar 1 Temp urung Kelap a Untuk daun kering digunakan sebagai bahan bakar pada saat self

sustained combustion. Daun yang

digunakan haruslah dalam keadaan kering untuk mendapatkan hasil pembakaran yang maksimal. Gamb ar 2 Daun Kerin g 1.2 P asir Pasir yang digunakan sebagai hamparan (bed) akan sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya proses fluidisasi dan

yang digunakan pada Fluidized Bed

Combustion (FBC) Universitas Indonesia

adalah jenis pasai silica yang berukuran mesh 20-40.

Gambar 3 Pasir Silica 1.3 Termokopel

Terdapat 6 buah termokopel yang dipasang pada furnace untuk mengukur suhu yang terjadi di titik-titik yang diinginkan. Peletakan termokopel dapat dilihat sebagai berikut : T1 = 31,5 cm dibawah distributor T2 = 3,5 cm diatas distributor T3 = 24,5 cm diatas distributor T4 = 63,5 cm diatas distributor T5 = 144,5 cm diatas distributor T6 = 219,5 cm diatas distributor

Gambar 4 Skematik Fluidized Bed

Combustion 1.4 Modifikasi T6   T5   T4 44   T3   T2   T1  

(3)

Modifikasi Distributor memeiliki besar dan ketinggian yang sama dengan distributor terdahulu. Perbedaannya hanya pada besar lubang orifis yang terdapat pada distributor. Untuk distributor terdahulu memiliki besar lubang sebesar 20 mm yang sama untuk setiap lubang

orifis. Namun pada distributor modifikasi

memiliki besar lubang orifis yang berbeda dengan distributor terdahulu dan terdapat 2 jenis ukuran, yaitu sebesar 12 mm dan 10 mm. sementara untuk jarak pitch, besar diameter distributor, dan pattern yang digunakan masih sama yaitu 60 mm, 600 mm, dan square pitch.

Gambar 5 Desain Distributor

Gambar 6 Distribusi Modifikasi

1.5 Forced Draft Fan dan Induce Draft Fan

2. Untuk membuat fluidisasi yang terjadi pada modifikasi distributor diperlukan

Forced Draft Fan atau biasa disebut

dengan blower tiup. Blower tiup yang digunakan pada FBC UI. Kecepatan putaran dari blower tiup yang digunakan dalam proses percobaan adalah sebesar 33OO rpm.

Gambar 7 Forced Draft Fan

Sedangkan untuk membentuk aliran udara kontinu yang diperlukan bagi pembakaran sehingga tekanan di furnace tetap terjaga serta menghisap dan membuang gas sisa hasil produk pembakaran maka digunakanlah Induce

Draft Fan atau yang biasa disebut dengan

blower tiup. Kecepatan putaran blower hisap yang digunakan dalam percobaan pembakaran ini adalah sebesar 1000 rpm.

Gambar 7 Induce Draft Fan 2.1 Exhaust Pipe

Sebelum melakukan percobaan pembakaran untuk membandingkan kinerja dasar distributor modifikasi dengan distributor terdahulu terdapat kendala pada

exhaust pipe. Exhaust pipe yang lama

mengalami kerusakan yaitu banyak pipa yang mengalami karat dan patah. Oleh itu dilakukan pembuatan disan exhaust pipe yang baru dengan modifikasi pada ukurannya.

Gambar 9 Jalur Pipa Pembuangan yang Baru

(4)

Gambar 10 Dimensi Pipa Pembuangan Baru

2.2 Prosedur Pengujian

Setelah semua bahan bakar siap dan seluruh peralatan telah terhubung. Blower tiup dan hisap dihidupkan. Setelah itu

burner juga dihidupkan. Dilakukan pemanasan awal dengan burner selama 20-25 menit. Lalu saat temperature terlihat konstan dilakukan pemanasan awal dengan pengumpanan tempurung kelapa sebesar 0.25 kg setiap 2 menit untuk membantu pasir mempercepat kenaikan temperaturnya. Setelah mencapai kondisi dimana hampara pasir (bed) yang telah berubah warna menjadi merah menyala seperti lava bergolak membara dengan suhu sekitar 500-700 oC yang disebut dengan keadaan self sustain combustion maka burner dimatikan. Setelah itu mulai dilakukan pemasukan bahan bakar biomassa daun kering dengan laju pemasukan bahan bakar sebesar 0.5 kg setiap 1 menit. Semua data mulai dari burner dihidupkan sampai dengan selesai percobaan disimpan dengan menggunakan data acquisition (DAQ).

3. Hasil dan Analisa

3.1 Hasil

3.1.1 Grafik Pemanasan Awal dengan distributor terdahulu

Gambar 11 Grafik pemanasan awal distributor terdahulu 0   200   400   600   800   1000   0   5   10   15   20   25   30   35   40   45   50   55   60   65   70   75   80   85   90   95   Te m pe ra tu r  ( oC)   Waktu  (Menit)  

Grafik  Pemanasan  Awal  

T1   T2   T3   T4   T5   T6  

(5)

3.1.2 Grafik Pemanasan Awal dengan disributor modifikasi

Gambar 12 Grafik pemanasan awal distributor modifikasi 3.1.3 Grafik Pembakaran Daun selama 1 jam dengan distributor terdahulu

Gambar 13 Grafik pembakaran distributor terdahulu 0   100   200   300   400   500   600   700   800   900   1000   0   10   20   30   40   50   60   70   80   90   100   110   120   130   140   150   160   170   180   190   Te m pe ra tu r( oC)   Waktu  (Menit)  

Grafik  Pembakaran  Daun  1  Jam  

T1   T2   T3   T4   T5   T6  

(6)

3.1.4 Grafik Pembakaran Daun selama 1 jam dengan distributor modifikasi

Gambar 14 Grafik pembakaran distributor modifikasi 3.2 Analisa

3.2.1 Analisis perbandingan Grafik Pemanasan awal

Pada gambar 11 dan 12, terlihat dari grafiknya bahwa temperature T1 cenderung tetap selama proses pemanasan awal karena T1 mengukur temperature di bawah distributor yang hanya dipengaruhi oleh udara dari Forced Draft Fan. Untuk temperatur T2 pada gambar 11 mengalami peningkatan dan juga penurunan yang artinya temperatur di T2 tidak terlalu stabil. T2 mulai mengalami kestabilan temperatur saat menit ke-100 yang berarti bahwa pasir sudah dalam keadaan self sustain. Sedangkan untuk distributor modifikasi, pemanasan awal dilakukan dengan dua metode. Metode pertama adalah pemanasan awal dengan burner. Hal itu dilakukan hingga temperatur sebesar 140 oC selama 20-25 menit. Temperatur selalu konstan selama 20-25

pemanasan awal dengan burner hanya mampu membuat temperatur pasir sekitar 140 oC. Setelah itu dilakukan pemanasan awal dengan metode kedua yaitu dengan pengumpanan tempurung kelapa untuk membuat temperatur meningkat. Dilakukan pengumpanan tempurung kelapa hingga menit ke-53 dan hingga pasir mengalami keadaan self sustain

cobustion. Dapat terlihat dari data di atas

bahwa penggunaaan distributor modifikasi dapat membuat pasir lebih cepat untuk mencapai keadaan self sustain bila dibandingkan dengan distributor terdahulu. Selain itu distributor modifikasi dapat menaikkan temperatur pasir hingga 140 oC

dengan tanpa pengumpanan tempurung kelapa.

3.2.2 Analisis perbandingan grafik pembakaran daun selama 1 jam dalam keadaan self sustain

combustion.

(7)

telah berubah warna menjadi merah menyala seperti larva yang bergolak membara. Kondisi seperti ini didapatkan setelah dilakukan pemanasan awal yang cukup sehingga saat burner telah dimatikan hamparan pasir (bed) telah menyimpan panas dan saat dimasukkan bahan bakar dapat langsung terbakar. Dalam keadaaan self sustained combustion, hanya burner yang dimatikan,

untuk blower tiup (Forced Draft Fan) dan blower hisap (Induce Draft Fan) tetap dinyalakan. Hal inilah yang menjadi keunggulan dari incinerator Fluidized Bed

Combustion dimana dengan proses self

sustain combustion dapat membuat efektifitasnya menjadi lebih tinggi karena dengan burner yang dimatikan akan membuat ongkos pengoperasian dari fluidized bed combustion akan menjadi lebih hemat. Tentunya penghematan ongkos tersebut akan dapat dirasakan apabila fluidized bed combustion dioperasikan secara terus menerus

Pemasukan bahan bakar (feeding) pada saat self sustain combustion dilakukan secara berkelanjutan setelah pemanasan awal. Namun pada percobaan ini, setelah menggunakan tempurung kelapa untuk melakukan pemanasan awal hingga mencapai self sustain combustion lalu diganti menggunakan bahan bakar biomassa daun kering. Daun kering yang mudah terbakar membuat laju pengumpanan (feed rate) menjadi lebih tinggi dibandingkan tempurung kelapa sehingga kebutuhan akan bahan bakar daun kering ini pun menjadi lebih banyak.

Gambar 15 Kondisi saat Self Sustained Combustion (Burner Fully Off)

(8)

Gambar 16 Grafik Self Sustained Combustion Pembakaran Daun 1 Jam Menggunakan

Distributor Terdahulu

Gambar 17 Grafik Self Sustained Combustion Pembakaran Daun Menggunakan Distributor Modifikasi

Pada gambar 16 dan 17 terlihat dari grafiknya bahwa temperatur T1 cenderung tetap karena T1 hanya mengukur temperatur dari udara forced draft fan untuk fluidisasi, di mana nilai temperaturnya tidak mengalami perubahan yang signifikan selama proses self sustain combustion. Hal ini sama dengan yang terjadi saat pemanasan awal. Pada gambar 16, terlihat

dari grafiknya bahwa temperature T2 setelah

self sustain combustion dengan

menggunakan distributor terdahulu lebih cenderung tidak stabil. Sering terjadi proses penurunan dan kenaikan temperature T2 di antara temperature 400- 500 oC. Namun ada saat temperature T2 mengalami kenaikan yang signifikan sehingga 600 oC dan bertahan sekitar 20 menit sebelum akhirnya 0   100   200   300   400   500   600   700   100  105  110  115  120  125  130  135  140  145  150  155  160  165  170  175  180  185  190  195   Te m pe ra tu r  ( oC)   Waktu  (Menit)  

Grafik Self Sustained Combustion Distributor Lama

T1   T2   T3   T4   T5   T6  

(9)

percobaan dihentikan. Pada gambar 4.9, terlihat dari grafiknya bahwa temperature T2 setelah self sustain combustion dengan menggunakan distributor modifikasi lebih stabil dibanding dengan distributor lama. Setelah burner dimatikan temperature T2 mengalami kenaikan hingga titik puncak temperaturnya pada menit ke-59. Suhu puncaknya adalah sekitar di atas 800 oC. Setelah mengalami titik puncak temperaturnya, T2 turun secara perlahan. Terlihat pada menit ke-103 temperatur T2 mulai turun drastis karena bahan bakar biomassa daun yang digunakan dalam keadaan kurang kering sehingga penurunan yang terjadi sangat cepat. Titik puncak temperature T2 yang didapat dari hasil dua percobaan dengan menggunakan distributor lama dan distributor baru adalah 600 oC dan 800 oC. dapat disimpulkan dari kedua grafik tersebut bahwa penggunaan distributor modifikasi sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan temperature T2 dan juga berpengaruh dalam meningkatkan temperature T2 hingga mencapai lebih dari 200 oC. Hal ini juga mengindikasikan bahwa proses heat transfer yang terjadi dari

freeboard area menuju bed berlangsung

dengan baik.

4. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian studi penggunaan distributor modifikasi di

Fluidized Bed Combustion Universitas

Indonesia antara lain:

a. Distributor modifikasi mengciptakan

fluidisasi yang lebih baik

dibandingkan dengan fluidisasi

dengan distributor lama.

b. Distributor modifikasi membantu pasir untuk menyerap panas hingga

suhu 140 oC dengan tanpa pengumpanan tempurung kelapa c. Penggunaakn distributor modifikasi

dapat meningkatkan kecepatan pasir dalam mencapai keadaan self sustain

combustion.

d. Penggunaaan distributor modifikasi dapat membuat temperature mulai dari bed, freeboard area sampai dengan exhaust lebih meningkat dan relative stabil dan mengakibatkan efisiensi dari Fluidized Bed Combustion ikut meningkat. Dengan

fluidisasi udara lebih baik maka pembakaran yang terjadi juga lebih baik.

e. Penggunaan distributor modifikasi dapat membuat bed selalu bubbling sehingga tidak perlu dilakukan pengadukan manual

5. Daftar referensi

[1] Howard, J. R., Fluidized Beds – Combustion and Applications. London: Applied Science Publishers,1983.

[2] Oka, Simeon N. “Fluidized Bed Combustion” (Marcel Dekker, Inc. 2004)

[3] Surjosatyo, Adi. “Fluidized Bed Incineration of Palm Shell & Oil Sludge Waste.” Tesis, Program Magister Engineering Universiti Teknologi Malaysia, 1998.

[4] Basu, Prabir. “Combustion and Gasification in Fluidized Beds” (Taylor & Francis Group 2006).

[5] Muntaqo, Azmi. “Studi Karakteristik Pembakaran Biomassa Tempurung Kelapa pada Fluidized Bed Combustor UI dengan Partikel Hamparan Pasir Berukuran Mesh 20-40.”Skripsi,

(10)

Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2011.

[6] Prima, Nanda. “Studi Karakteristik Pengujian Pembakaran Biomassa Tempurung Kelapa Ukuran 1x1 cm dan 1,5x1,5 cm pada Fluidized Bed

Combustor UI.”Skripsi, Program Sarjana

Fakultas Teknik UI, Depok, 2011.

[7] Yuwana, Arya. “Studi Kinerja Fluidized

Bed Combustor Dengan Diversifikasi

Bahan Bakar Cngkang Kelapa Ke Pemanfaatan Limbah Biomassa Daun Kering Di Lingkungan Kampus UI Depok.”Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2012.

[8] Satriavi, Prayudi. “Studi Perancangan Alat Pengering Biomassa Dengan Pemanfaatan Gas Panas Hasil Pembakaran di Fludized Bed Combustor (FBC).”Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2013

[9] Sabrizal, Achmad. “ Kajian Eksperimental Aliran Dingin Pada Distributor Fkuidized Bed Combustor Universitas Indonesia”Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok 2013.

Gambar

Gambar 3 Pasir Silica  1.3 Termokopel
Gambar 5 Desain Distributor
Gambar 10 Dimensi Pipa Pembuangan  Baru
Gambar 12 Grafik pemanasan awal distributor modifikasi  3.1.3  Grafik Pembakaran Daun selama 1 jam dengan distributor terdahulu
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar pada karyawan LAZNAS Yatim Mandiri Surabaya, rata – rata jawaban dari para responden menunjukkan bahwa memahami

“Tetapi jika kita mengaku dosa kita kepada Tuhan, Dia akan menepati janji-Nya dan melakukan apa yang benar: Dia akan mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari semua

Definisi 3.2.. Misalkan X ruang vector atas lapangan K, dan

presentase siswa yang telah memiliki ketuntasan hasil belajar passing bawah dalam permainan bola voli melalui penerapan kombinasi gaya mengajar latihan dan

Data yang diperlukan dalam rumus adalah: X. Uji korelasi Spearman dengan SPSS pada hakikatnya serupa dengan secara manual. Selanjutnya yaitu analisis Korelasi Ganda. Rumus

Metode Silinder merupakan metode pengukuran luas daun yang paling cocok diterapkan pada tanaman yang memiliki daun yang berongga.Dalam pengukuran luas daun

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang yang merupakan konsumen Matahari Department Store Java Mall Semarang. Adapun deskripsi responden

Setelah Islam diterima sebagai sistem kepercayaan masyarakat di Kerajaan Bone, maka pangngadereng yang memiliki empat unsur itu, diperkaya oleh ajaran Islam sehingga unsur