• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya jaman dan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup manusia. Perkembangan tersebut memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Salah satu perubahan yang dapat dirasakan adalah semakin beraneka ragamnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia. Dalam melakukan aktivitas fisik manusia melakukan gerakan. Dalam melakukan gerakan manusia memiliki beberapa faktor yang terlibat salah satunya adalah muskuloskeletal. Muskuloskeletal mempunyai peran utama dalam fungsi gerak manusia. Sendi merupakan salah satu faktor dari musculoskeletal bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Pada saat ini sering dijumpai masyarakat yang mengalami penyakit degeneratif diantaranya peradangan yang mengenai persendian atau disebut arthritis. Salah satu jenis arthritis adalah osteoarthritis (OA).

Menurut data World health organization (WHO) penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri (Rabea et al., 2009). Menurut hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 untuk penyakit sendi secara nasional prevalensi nya berdasarkan wawancara yang di diagnosis tenaga kesehatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun, berarti prevalensi tertinggi pada umur ≥60 tahun. Laki-laki dan wanita sama-sama dapat terkena penyakit ini, meskipun pada usia sebelum 45 tahun lebih sering terjadi pada laki - laki, tetapi setelah usia 45 tahun lebih banyak terjadi pada wanita.

Osteoarthritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan hilangnya tulang rawan sendi secara

(2)

bertingkat dan diikuti dengan penebalan tulang subkhondral, pertumbuhan osteofit, penebalan kapsul sendi, melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi, kerusakan ligament dan peradangan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi (Fytilli et al., 2005).

Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing) misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko yaitu umur (proses penuaan atau degenerasi), obesitas, cedera sendi, pekerjaan, olah raga, anomali anatomi. Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada anamnesis yaitu riwayat penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan radiologis. Anamnesis terhadap pasien osteoartritis lutut umumnya mengungkapkan keluhan-keluhan yang sudah lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.

Keluhan-keluhan pasien meliputi nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang membawa pasien ke dokter, hambatan gerakan sendi, kaku pagi yang timbul setelah imobilitas, krepitasi, pembesaran sendi, tanda – tanda peradangan dan perubahan gaya berjalan. Hambatan gerak yang sering kali sudah ada meskipun secara radiologis masih berada pada derajat awal dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik. Selain itu dapat ditemukan adanya krepitasi, pembengkakan sendi yang seringkali asimetris , nyeri tekan tulang, dan tak teraba hangat pada kulit.Sedangkan gambaran berupa penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris, peningkatan densitas tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi, dan perubahan struktur anatomi sendi dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis yang menggunakan pemeriksaan foto polos. Perubahan - perubahan yang terlihat pada gambaran radiologis osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence berdasarkan adanya osteofit, penyempitan ruang sendi, dan adanya sklerosis dari tulang subkondral.

Osteoarthritis terdiri dari Osteoarthritis primer dan Osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis Primer, dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya

(3)

menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, dan jari-jari (Fytilli et al., 2005).

Osteoarthritis Sekunder, dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma dan instabilitas yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik (Soeroso, 2006).

Osteoarthritis dapat terjadi berdasarkan dua mekanisme berikut, yaitu beban yang berlebihan pada komponen material kartilago sendi dan tulang subkondral yang normal, sehingga terjadi kerusakan atau kegagalan jaringan, dan kualitas komponen material kartilago yang jelek sehingga dengan beban yang normal pun tetap terjadi kerusakan (Frank et al.2011).

Osteoartritis diduga berawal dari kelainan yang terjadi pada sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen dan proteoglikan. Pada osteoartritis akan terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang progresif, akibatnya terjadi perubahan bentuk tulang rawan yang menipis, retak-retak dan akhirnya mengelupas. Selain itu akibat dari beban aksial yang diterima oleh sendi lutut maka tulang rawan yang rusak membentuk tulang dipinggiran sendi yang disebut osteofit. Apabila terjadi penekanan atau gesekan yang akan mengiritasi ujung saraf dan mengaktifkan reseptor nyeri pada jaringan sekitar.

Timbulnya osteofit dapat mengiritasi jaringan sekitar sendi dan dapat pula menghambat gerak sendi lutut. Keadaan ini kemudian mengakibatkan inflamasi pada tulang rawan. Permukaan sendi akan menjadi kasar dan adanya fragmentasi pada keadaan tersebut permukaan sendi yang kasar bisa terlepas menjadi serpihan-serpihan yang disebut corpus libera dan mengakibatkan penguncian pada sendi lutut. Kerusakan yang terjadi pada persendian juga menimbulkan inflamasi, dimana reseptor nyeri akan melepaskan zat-zat algogen yang dapat meningkatkan sensitifitas nosiceptor sehingga menimbulkan nyeri.

Otot – otot di sekitar sendi lutut seperti Musculus (M) rectus femoris, M.vastus medialis, M.vastus lateralis dan M.vastus intermedius akan menjadi lemah karena efusi sinovial dan atrophy pada satu sisi dan spasme otot pada sisi lainnya. Bersamaan dengan proses tersebut, penipisan tulang rawan yang terjadi

(4)

akibat rusaknya kartilago menyebabkan jarak antar sendi menyempit dan ligament anterior cruciatum ligament, posterior cruciatum ligament, medial collateral ligament dan lateral collateral ligament yang mengikat sendi lutut akan mengendur dan terjadi laxity sehingga Menurunnya fleksibilitas dan menyebabkan hipomobilitas serta instabilitas. Keadaan tersebut mengakibatkan terhambatnya melakukan gerakan tertentu dan penderita akan cenderung melakukan gerakan yang salah, yang akan menyebabkan terjadinya cedera dan perubahan aligment sendi, yang selanjutnya akan menyebabkan deformitas genu valgus atau genu varus.

Adanya Osteoartritis pada sendi lutut mengakibatkan nyeri dan disabilitas sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi penderitanya. gerak dan fungsi gangguannya dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, adanya nyeri (pain), gejala yang dimunculkan (symptoms), fungsi aktivitas sehari-hari atau Activity Daily Living (ADL function), fungsi olah raga dan rekreasi (sport and recreation function) dan kualitas hidup individu (Quality of Life) (Anisa, 2015).

Dengan banyaknya masalah yang diderita penderita osteoarthritis lutut maka peran fisioterapi sangat diperlukan sesuai dengan yang tercantum dalam PERMENKES No.65 tahun 2015 disebutkan bahwa fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada perorangan dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi.

Hal ini sesuai dengan kebijakan World Confederation for Physical Therapy (WCPT) pada Declaration of Principle dan Position Statement : Description of Physical Therapy pada General Meeting, Juni 2007 menyatakan bahwa fisioterapi memberikan pelayanan kepada individu dan masyarakat untuk meningkatkan, memelihara dan memperbaiki gerak dan kemampuan fungsional sepanjang daur kehidupannya. Dimana gerak fungsional merupakan inti dari arti sehat bagi individu.

(5)

Sesuai dengan uraian diatas maka cakupan pelayanan fisioterapi adalah menangani masalah gerak dan fungsi tubuh manusia. Fisioterapi dapat memberikan pelayanan dalam ruang lingkup kegiatan kuratif yaitu upaya yang ditujukan untuk pengobatan secara tepat dan adekuat serta pelayanan dalam ruang ligkup kegiatan rehabilitatif yaitu upaya yang ditujukan untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan atau disabilitas akibat penyakit osteoarthritis lutut.

Dengan berbagai gangguan fungsional atau disabilitas yang terjadi pada lutut akibat Osteoartritis, penulis menggunakan The Western Ontario and Mcmaster Universities Osteoarthritis Index (WOMAC) sebagai alat ukur. WOMAC merupakan salah satu skala ukur yang dapat digunakan untuk menilai pendapat pasien tentang masalah – masalah yang terkait. WOMAC dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas fungsional dari pasien osteoarthritis lutut.

WOMAC digunakan bertujuan untuk mengetahui pengukuran status osteoarthritis lutut pada pasien yang diukur menggunakan indeks womac. Penelitian ini menggunakan metode wawancara pada setiap sampel pasien osteoarthritis lutut yang dilakukan sekitar 10 menit. Indeks WOMAC terdiri dari 24 pertanyaan yang di dalamnya berisi 5 pertanyaan tentang nyeri, 2 pertanyaan tentang kekakuan dan 17 pertanyaan tentang fungsi fisik pasien. Selanjutnya setiap pertanyaan akan dinilai dan dikumpulkan untuk mendapatkan status osteoarthritis lutut (Kersten,2010).

Penanganan yang akan diberikan dalam mengurangi masalah pada osteoartritis Lutut agar tidak mengganggu aktivitas fungsional diantaranya dengan memberikan mobilization with movement (MWM) yang merupakan teknik manual terapi yang secara luas digunakan untuk manajemen nyeri pada muskuloskeletal (Collins et al, 2004).

Pemberian MWM merupakan terapi yang menggunakan gerakan aktif co-contraction yang dikombinasi dengan kontrol gerakan dari terapis dengan prinsip tanpa nyeri saat metode diaplikasikan, sehingga memberikan suatu bentuk latihan aktif dengan perbaikan keseimbangan otot dan merangsang reedukasi propriosepsi gerak dan memberikan peregangan kapsul sendi, melepaskan perlekatan intraseluler kapsuloligamentair sendi sekaligus memberikan pumping

(6)

reaksi untuk sirkulasi kapiler dan cairan persendian sehingga terjadi perpindahan atau sirkulasi sisa metabolisme penyebab nyeri, saat pemberian latihan akan diperoleh pengaruh terhadap peningkatan kadar air dan matrix sekaligus memberikan kestabilan gerak persendian dan mengurangi resiko terjadinya cedera berulang pada jaringan, Selain itu intervensi ini dapat meningkatnya mobilitas dan fungsi sendi serta menurunnya rasa nyeri. Sehingga pola gerak sendi lutut kembali normal (Mulligan, 2004).

MWM akan dibandingkan dengan intervensi roll glide, bisa diberikan dengan gerakan pasif-aktif lingkup gerak sendi (LGS), yang manfaatnya untuk melepaskan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan lingkup gerak dan juga pergegangan otot-otot lutut sehingga memperlancar peredaran darah dan dapat mengurangi nyeri.

Pada kasus osteoarthritis lutut dilakukan intervensi mobilisasi roll glide. Bentuk pasif latihan ini dirancang untuk memulihkan sendi bermain gerakan roll dan meluncur. mempertimbangkan mobilisasi menjadi modalitas pilihan, untuk memulihkan atau mempertahankan gerak fisiologi sendi yang terjadi pada saat sendi melakukan gerakan fleksi – ekstensi lutut dan analisis intra articular terdapat komponen gerak gelinding – luncur dan spin sesuai dengan arthokinematika sendi lutut, tujuan utamanya adalah untuk meregangkan kapsul sendi dan ligament dengan proporsi tepat sesuai dengan gerak fisiologis sendi sehingga diperoleh peningkatan mobilitas sendi yang fungsional dan akan menurunkan nyeri gerak serta untuk memungkinkan pemulihan biomekanik tibiofemoral joint (anwar, 2012).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat topik diatas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam skripsi dengan maksud untuk mengetahui Perbedaan efek antara intervensi teknik roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada osteoarthritis lutut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa osteoarthritis lutut dapat menimbulkan gangguan mobilitas sendi atau

(7)

lingkup gerak sendi dan aktivitas fungsional. Karena terjadinya proses degenerasi tulang rawan yang menyebabkan berkurang nya cairan synovial untuk melumasi pergerakan sendi lutut sehingga tulang rawan akan tergerus saat melakukan gerakan yang menimbulkan serpihan serpihan yang disebut corpus libera dan menyebabkan rasa sakit yang dapat membatasi mobilitas seseorang. Osteoarthritis menimbulkan berbagai macam keluhan seperti, nyeri, krepitasi, kekakuan sendi terutama pada pagi hari dan kesulitan saat melakukan beberapa aktivitas seperti berjalan, sholat, bangun dari duduk, naik atau turun tangga.

Nyeri merupakan keluhan yang paling sering dirasakan oleh penderita Osteoarthritis lutut. Nyeri terjadi karena adanya kompresi oleh osteofit yang terbentuk dan diakibatkan oleh perubahan struktur jaringan sekitar sendi lutut mulai dari kerusakan kartilago, menyempitnya jarak antar sendi yang mengakibatkan kapsul – ligament laksiti sehingga sendi menjadi tidak stabil, dan mengalami gangguan fleksibilitas serta gangguan stabilitas, adanya kontraktur kapsul sendi, pengurangan masa otot atau atropi, penurunan kekuatan yang mengakibatkan keterbatasan LGS sendi lutut. Adanya spasme otot hingga terjadi kelemahan otot karena nyeri sehingga aktivitas fisik menurun dan ketahanan otot-otot lokal seperti M. quadriceps dan otot-otot M. hamstring dimana kedua otot-otot ini sangat penting pada sebagian besar aktivitas fungsional yang melibatkan anggota gerak bawah.

Pada pemeriksaan gerak dapat ditemukan keterbatasan LGS yang terjadi pada osteoarthritis lutut dimana gerakan fleksi lebih terbatas dari pada ekstensi dengan firm end feel dan tes joint play movement dapat ditemukan hipomobile dan adanya nyeri, maka dapat disimpulkan keterbatasan gerak tersebut karena retriksi kapsul ligament, dan adanya penebalan kapsular akibat adanya abnormal crosslink dari serabut kollagen yang mengakibatkan elastisitas sendi menurun, selain dari itu penurunan elastisitas jaringan Pada pemeriksaan X- ray akan terlihat jelas adanya osteofit dan penyempitan sela sendi.

Osteoarthritis lutut dapat menggangu pergerakan dan membatasi mobilitas seseorang, dan menyebabkan munculnya gangguan di tingkat impairment, activity limitation, serta disability. Impairment yang muncul antara lain (1) nyeri yang

(8)

dirasakan disekitar sendi lutut dan nyeri ssat menekuk lutut, (2) kelemahan otot-otot penggerak sendi lutut, (3) keterbatasan LGS lutut. Activity limitation berupa gangguan dalam melaksanakan fungsional dasar seperti bangkit dari duduk ke jongkok, berjalan lama, naik turun tangga atau aktifitas fungsional yang membebani lutut. Sedangkan disability berupa ketidakmampuan melaksanakan kegiatan tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan atau aktifitas bersosialisasi dengan masyarakat seperti kegiatan pengajian, arisan, dan sebagainya (Chaganti et al., 2011).

Karena adanya kondisi yang mempunyai gejala – gejala serta patologi yang sama dengan osteoarthritis lutut seperti rhemathoid arthritis dan pasca cedera maka fisioterapi pada kasus osteoarthritis lutut dapat melakukan pemeriksaan dari awal sampai akhir untuk menegakkan diagnosa fisioterapi dengan cara melakukan penatalaksanaan fisioterapi berupa assessment yang digunakan untuk mengidentifikasi keadaan letak ada tidaknya osteoarthritis lutut. Assessment pada kasus osteoarthritis lutut tersebut berisikan anamnesa yaitu menanyakan informasi mengenai gejala klinis seperti kaku sendi dipagi hari , jenis nyerinya, lokasi nyeri, pada saat apa timbul nyeri, provokasi apa yang dapat menimbulkan, meningkatkan dan meringankan nyeri juga gangguan geraknya.

Selain itu melakukan pemeriksaan fisik yaitu secara umum dan khusus yang terdiri dari inspeksi baik secara statik maupun dinamik. Inspeksi statik dengan melihat deformitas genu valgus atau genu varus. Pada inspeksi dinamis dapat dilihat dari pola berjalan atau gait analysis. Kemudian quick test dilakukan pada posisi fleksi nyeri dan lebih terbatas dari ekstensi, pemeriksaan fungsi gerak dasar (pfgd) gerak aktiv, pasif dan isometric, tes khusus berupa joint play movement, test varus dan test valgus untuk pemerikaan stabilitas sendi selain itu test ballontemen untuk pemeriksaan hydrops. Ketika palpasi ditemukan adanya oedeme.

Setelah didapatkan masalah dari hasil pemeriksaan, lalu menentukan planning jangka pendek dan jangka panjang yang ditemukan adanya nyeri, keterbatasan LGS, penurunan aktivitas fungsional dan peningkatan disabilitas karena osteoarthritis lutut. Fisioterapi yang berperan sesuai dengan kondisi

(9)

problematik pada kasus osteoarthritis berdasarkan hasil-hasil kajian fisioterapi yang meliputi assesment, diagnosis, planning, intervention dan evaluation. Intervensi fisioterapi berupa aspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif. Secara umum penatalaksanaan fisioterapi pada kasus ini ditujukan pada perbaikan gerak dan fungsi sendi lutut (Kuntono, 2011).

Dengan berbagai gangguan fungsional yang terjadi pada lutut akibat Osteoartritis, penulis akan menggunakan womac yang berupa kuisioner yang beri tiga klasifikasi yaitu nyeri, kekakuan, dan fungsi fisik atau aktivitas fungsional. womac merupakan salah satu skala ukur yang dapat digunakan untuk menilai pendapat pasien tentang masalah – masalah yang terkait. womac dapat digunakan untuk mengevaluasi disabilitas dari pasien osteoarthritis lutut. Selain menggunakan womac sebagai alat ukur terhadap aktivitas fungsional pada kasus osteoarthritis lutut, penulis juga menggunakan goniometer dalam mengukur mobilitas sendi pada pasien osteoarthritis lutut.

Sesuai kajian diatas fisioterapi dapat memberikan manual therapy pada kasus osteoarhritis lutut secara aktif maupun pasif, dengan bantuan maupun tanpa bantuan akan memberikan efek penambah kekuatan otot penggerak sendi lutut, dan menambah LGS sehingga dapat mempertahankan stabilitas sendi dan menambah LGS lutut , sehingga tidak menghabat aktivitas fungsional pasien (Kisner, 2007).

C. Perumusan Masalah

Dari masalah - masalah yang dialami tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

a. Apakah ada efek intervensi roll glide terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut ?

b. Apakah ada efek MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut ?

c. Apakah ada perbedaan efek antara intervensi roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut ?

(10)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan efek antara intervensi roll glide dengan MWM terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut .

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui efek intervensi roll glide terhadap mobilitas sendi dan penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut. b. Untuk mengetahui efek MWM terhadap mobilitas sendi dan

penurunan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan fisioterapi

Dengan penelitian ini diharapkan para fisioterapi dapat menerapkan intervensi roll glide dan MWM untuk meningkatkan mobilitas sendi dan menurunkan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut, sehingga masyarakat atau penderita mendapatkan tindakan terapi yang efektif sesuai problem yang dialami dan telah didukung dengan bukti ilmiah, hal ini juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan fisioterapi.

2. Bagi intistusi pendidikan fisioterapi

Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui efek antara intervensi roll glide dan MWM untuk meningkatkan mobilitas sendi dan menurunkan disabilitas pada kasus osteoarthritis lutut karena telah didukung oleh bukti ilmiah.

3. Bagi peneliti

Dengan adanya skripsi ini akan memberikan manfaat bertambahnya ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam asuhan fisioterapi pada pasien yang mengalami disabilitas akibat osteoarthritis lutut dengan menggunakan intervensi roll glide dan MWM.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chan, Miller, &amp; Tcha (2005) diketahui bahwa happiness yang dialami oleh mahasiswa dipengaruhi oleh faktor sosial yang berkaitan dengan

Berdasarkan perbandingan antara nilai AUDPC tanaman Granola yang terserang penyakit dan antara dengan galur transgenik yang menunjukkan kategori tahan dan sangat tahan

Wajib Lapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), wajib menyampaikan LHKPN secara periodik, setiap 1 (satu) tahun sekali atas Harta Kekayaan yang diperoleh sejak

23 Sekretaris Dewas Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 24 Sekretaris Dewas Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar 25 Sekretaris Dewas Institut Agama Islam

3) Pelaksanaan wawancara terhadap guru mengenai penggunaan asesmen skenario baru untuk menilai kemampuan literasi sains siswa dalam pembelajaran dengan PBM. Pengolahan

Tanda positif dalam koefisien variabel market value sesuai dengan asumsi semula bahwa saham yang mempunyai market value yang tinggi akan menyebabkan semakin lamanya

Pengetahuan ibu tentang MP ASI yang mempunyai balita usia 6-24 bulan sebagian besar tinggi yaitu sebesar 54,9% atau 28 ibu dan perilaku pemberian MP-ASI pada balita juga

produksi dimulai dari user yang akan memilih menu tambah data rencana produksi pada sub sistem kelola produksi dengan memilih kode,tanggal dan jam produksi. Setelah proses