• Tidak ada hasil yang ditemukan

NGALINGU : SEBUAH RELASI ANTAR RUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NGALINGU : SEBUAH RELASI ANTAR RUANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 1 Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa

NGALINGU : SEBUAH RELASI ANTAR RUANG

Yuthika Nur Addina

Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, M. Sn

Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB

Email: yuthikaaddina@gmail.com

Kata Kunci : perjalanan, ruang, instalasi, fotografi, memori

Abstrak

Ketiadaan nilai-nilai kesukuan dari keluarga serta kepercayaan penulis akan seni sebagai sebuah proses pencarian telah mendorong penulis melakukan perjalanan untuk mencari dan mempelajarinya. Pendekatan etnografi digunakan selama proses berkarya dianggap sejalan dengan ketertarikan serta intensi penulis untuk memahami nilai yang dicari. Nilai-nilai budaya komunal yang didapat ketika penulis melakukan pendekatan etnografi memberikan penyadaran akan realitas yang dapat saling membangkitkan memori antar satu ruang dengan ruang lainnya, sehingga penulis membuat sebuah karya intalasi fotografi sebagai manifestasi dari pengalamannya. Dalam karya instalasi ini penulis memproyeksikan fotografi yang disusun tumpang tindih sehingga membentuk bayangan lanskap imajiner pada ruangan hitam untuk menghadirkan kembali perasaan serta memori personal selama perjalanan dan mengubahnya menjadi memori kolektif dengan para apresiator karya.

Abstract

The absence of ethnic values of family and author’s belief about art as a searching process has encouraged the author to do a journey for finding and learning what she’s been looking for. Ethnographic approach used during the art process is in line with the interests and intentions of the author to understand the value sought. Communal cultural values obtained when the author conducted an ethnographic approach raised an awareness of realities are able to evoke the memory between spaces, therefore the author makes a photography installation work as a manifestation of her experiences. In this installation work, writer projects arranged overlapping photographs to form a shadow of imaginary landscape in a black room to bring back her feelings and personal memory during the trip then turn it into collective memory with the appreciators.

1. Pendahuluan

Bagi penulis, seni merupakan sebuah proses pencarian untuk menemukan nilai-nilai yang mampu menjawab pertanyaan penulis akan sesuatu. Hal ini sejalan dengan pendekatan seni yang selama ini dijalankan oleh penulis di mana karya-karya studionya merupakan manifestasi dari proses penulis dalam merasakan, mempelajari, memahami, mengobati, serta menjawab apa yang ingin diketahui. Pada proyek tugas akhir ini penulis mencoba menjawab kegelisahan akan ketidaktahuan adat istiadat yang dimiliki oleh suku-suku dalam keluarga serta membuat bertanya-tanya bagaimana seandainya bila penulis tinggal dan menjadi bagian dari suku-suku tersebut. Padahal hobi traveling yang dimiliki penulis memberikan begitu banyak kesempatan untuk mengenal berbagai kebudayaan baru, namun sayangnya tidak mendapatkan pelajaran tentang budaya sukunya sendiri dari keluarga karena sedari kecil penulis dibesarkan dengan budaya perkotaan tanpa secara spesifik melibatkan adat istiadat dari salah satu sukunya.

Selain keinginan untuk menjawab pertanyaan yang telah dipaparkan di atas, penulis memiliki sebuah ketertarikan akan pendekatan dalam membuat sebuah karya seni di mana penulis dapat merasakan kedekatan, bertanya langsung, serta memahami sesuatu. Dapat dilihat dari proses berkarya penulis selama masa perkuliahan, penulis lebih tertarik dengan karya-karya yang merespon keadaan suatu tempat setelah terlebih dahulu melakukan sebuah observasi yang bersifat kualitatif.

Seluruh pemaparan di atas akhirnya meyakinkan penulis untuk melakukan sebuah perjalanan mengunjungi tempat-tempat yang diduga mampu membuat penulis merasakan langsung, mengalami, mengobservasi, memahami, serta menemukan nilai-nilai kesukuan yang dirasa tidak ada di dalam diri. Kemudian data-data yang dikumpulkan penulis akan dimanifestasikan dalam bentuk bahasa rupa yang mampu merespon keadaan serta perasaan penulis ketika melakukan perjalanan tersebut.

2. Proses Studi Kreatif

(2)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2 Sebagai aturan dasar dari etnografi, seorang etnografer banyak bergantung pada rekam jejak sebagai koleksi data primer dari pendekatan yang telah dilakukan. Rekam jejak tersebut harus dapat menawarkan sebuah informasi yang kaya agar dapat membangun etnografi sebagi bentuk presentasi. Pelaku etnografi sendiri harus secara intim dan familiar terkoneksi dengan sumber informasi yang dibangun. Rekam jejak dalam etnografi terbatas pada hal-hal yang bisa diakses secara langsung ataupun tidak langsung seperti melalui sebuah wawancara. Rekam jejak etnografi sendiri biasanya terbatas oleh waktu, tempat, dan jarak. Namun dalam karya ini penulis memfokuskan pengumpulan rekam jejak dalam bentuk fotografi.

Penggunaan fotografi sebagai bentuk data visual oleh seorang etnografer memiliki berbagai aspek materi kebudayaan dan hubungan manusia dengan dunia dalam sebuah topik risetnya. Data-data visual tersebut dapat digunakan untuk presentatasi, percakapan, atau wawancara di mana seorang etnografer menjelaskan topik risetnya. Sebuah foto akan menyediakan sebuah citra mental untuk melengkapi deskripsi seorang etnografer dan akan membiarkan apresiator untuk menggambarkan pergerakan, hubungan spasial, dan jarak spasial yang sangat esensial untuk memahami sebuah riset etnografi. Representasi visual dalam rekam jejak etnografi juga memiliki fungsi untuk menstimulasi memori dan menambahkan sebuah realitas ke dalam sebuah karya. Fotografi pun akhirnya dianggap sebagai sebuah data visual yang mampu mengkomunikasikan sebuah gagasan serta penemuan dengan baik kepada para apresiator. (Julian Murchison, 2010. 215-216)

Selama melakukan perjalanan penulis menemukan tanda-tanda pada sebuah lanskap yang mampu membuat penulis merasakan rasa familiar di ruang-ruang asing. Lanskap tersebut akhirnya direkam dalam sebuah fotografi untuk akhirnya kembali dihadirkan realitasnya ke dalam karya. Selain mampu merekam realitas, fotografi dipilih sebagai medium karena merepresentasikan nostalgia akan suatu tempat yang dikunjungi. Lanskap yang terdapat di dalam fotografi dianggap sebagai sebuah teater dengan menghadirkan simbol-simbol sebagai aktor yang berperan untuk merepresentasikan suatu realitas serta perasaan yang dialami penulis akan ruang singgahnya ketika melakukan pendekatan etnografi. Simbol-simbol tersebut berupa objek-objek yang dirasa familiar serta mencirikan identitas dari ruang singgah yang dikunjungi selama penulis melakukan pendekatan etnografi dalam perjalanannya. Simbol-simbol tersebut akhirnya direkam dalam sebuah fotografi untuk dapat menghadirkan realitas yang ditemui penulis selama melakukan pendekatan etnografi selama perjalanan.

Dalam seni rupa sendiri, lanskap telah menjadi bahasan dalam berbagai konsep, salah satunya adalah lanskap simbolik dan bagaimana memperlakukan lanskap sebagai sebuah teater di mana dalam konsep tersebut terdapat sebuah relasi antara lanskap dan wacana simbolik. Teater dianggap menjadi sebuah metafor yang tepat untuk lanskap karena teater sendiri merupakan sebuah tempat, region ataupun teks, di mana sebuah fenomena dipresentasikan bersama-sama kepada publik. Hal tersebut cukup banyak dibahas oleh Denis E. Cosgrove dalam esainya yang berjudul Introduction to Social

Formation and Symbolic Landscape. Menurut Cosgrove lanskap hari ini merepresentasikan perpanjangan dari gagasan Landscape as a way of seeing menjadi sebuah lanskap simbolik atau suatu representasi dari sesuatu yang dan disebut

sebagai lanskap simulakra. Akhirnya lanskap bisa dikatakan seperti sebuah literasi hermeneutika yang memiliki metafor, metonim, simile, dan lain sebagainya namun terbentuk dari konstruksi material serta makna sosial yang terkandung di dalamnya.

Penulis pun mencoba mencetak fotografi tersebut di kertas transparan dan menemukan potensi estetis di dalam bentuk tersebut. Dari potensi tersebut penulis melakukan sebuah eksperimen menggunakan cahaya untuk membuat siluet dari fotografi tersebut. Proses eksperimen tersebut membuat penulis menemukan keterkaitan antara visual hasil eksperimen dengan gagasan berkarya yang dimilikinya.

(3)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 3 Gambar 1 Eksperimen 1

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 2 Eksperimen 2 Sumber : Dokumentasi Pribadi

Bagi penulis yang selama empat tahun ke belakang mempelajari seni patung, seni instalasi merupakan perpanjangan dari apa yang selama ini dipelajari. Dengan memahat ruang kubikal hitam dengan menggunakan proyeksi cahaya pada satu set fotografi yang membentuk sebuah lanskap imajiner, instalasi menjadi bentuk mediasi antara penulis dan apresiator. Seni instalasi sendiri memiliki fokus utama yang dibangun adalah pengalaman apresiator, bukan pada tema ataupun material. Kehadiran literal akhirnya apresiator merupakan salah satu kunci karakteristik seni instalasi di mana karya-karya instalasi menganggap penting interaksi serta pengalaman yang akan dirasakan. Kecenderungan peletakkan karya-karya yang meruang pun menjadi pembeda antara karya seni instalasi dengan karya seni konvensional serta penggunaan medium yang beragam akan memberikan sebuah pengalaman bagi apresiator yang dirancang sedemikian rupa oleh seniman ketika menikmati karya instalasi. Seperti pada karya instalasi pada umumnya, penulis akan menyisipkan sebuah skenario pengalaman yang diharapkan akan didapat oleh apresiator karya tugas akhir ini.

3. Hasil Studi dan Pembahasan

“Ngalingu” secara harafiah dalam bahasa Dayak berarti terkenang-kenang, namun kata ini memiliki makna cukup dalam akan keterkaitan diri terhadap sebuah memori yang dicintai. Kata ini menurut penulis cukup menggambarkan sebuah bentuk relasi memori antara ruang-ruang tempat penulis mengumpulkan data-data dengan menggunakan pendekatan etnografi.

Ruang akhirnya menjadi sesuatu yang penting bagi penulis dalam memvisualisaikan gagasannya, maka dalam karya tersebut dibuatlah panel untuk ruang display khusus instalasi yang menandakan teritorial milik penulis. Ketika telah memasuki ruang tersebut, apresiator akan melihat sebuah proyeksi lanskap imajiner di bagian dalam dinding-dinding ruang tersebut. Proyeksi lanskap imajiner tersebut dibentuk dari cahaya yang ditembakkan ke bayangan foto-foto yang dicetak di atas kertas transparan dan disusun bertumpukkan di dalam sebuah bingkai di tengah-tengah ruangan. Foto-foto tersebut disorot oleh cahaya lampu sehingga membentuk sebuah lanskap baru yang tidak lagi menampakkan identitas aslinya sama sekali namun tetap dapat diidentifikasi sebagai sebuah lanskap. Cahaya lampu yang disorotkan berwarna

(4)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4 yang dirasa familiar di setiap ruang yang disinggahi dan mengingatkan penulis akan ruang-ruang lainnya. Objek-objek seperti lampu jalan, langit, serta tiang-tiang di jalan mampu membangkitkan memori penulis akan ruang-ruang yang pernah disinggahi dalam waktu bersamaan.

Gambar 3 Dokumentasi Karya “Ngalingu” Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jenis kedua adalah objek-objek yang mampu memberikan sebuah tanda-tanda identitas dari ruang yang pernah disinggahi. Seperti dalam Gambar 4 dimana di dalamnya terdapat sebuah mercusuar yang menandai bahwa ruang tersebut pastilah dikelilingi oleh laut. Pelabuhan serta jarak lanskap bukit yang cenderung dekat menandakan bahwa foto ini diambil di sebuah pulau yang tidak terlalu besar dengan pusat kegiatan dekat dengan laut mengindikasikan mata kehidupan bermasyarakat dengan kebudayaan maritim yang masih kental.

Gambar 4 Dokumentasi Karya “Ngalingu” Sumber : Dokumentasi Pribadi

Contoh lain pada Gambar 5 merupakan foto lanskap taman di Larantuka, sebuah kota dengan pengaruh agama Katolik yang sangat kuat dikarenakan dulu sempat dijajah oleh bangsa Portugis dan merupakan kota dengan perayaan Paskah paling meriah di Indonesia. Di kota ini terdapat begitu banyak ruang-ruang publik yang dihiasi dengan salib-salib besar serta patung-patung yang bercerita tentang Yesus, bagi saya hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak mungkin ada di Bandung.

(5)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 5 Gambar 5 Dokumentasi Karya “Ngalingu”

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keseluruhan foto yang diambil menggunakan teknik low angle sehingga memiliki posisi garis horizon di bagian bawah dan penulis lebih banyak mendongak ketika menangkap suatu momen. Sudut pandang tersebut menggambarkan suatu bentuk kekaguman penulis terhadap suatu ruang. Foto-foto tersebut memiliki kecenderungan komposisi objek diposisikan di bagian pinggir bukan di tengah-tengah foto.

Gambar 3 Dokumentasi Karya “Ngalingu” Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada awalnya penulis berusaha menempatkan apresiator dalam posisi asing dengan membuat sebuah ruangan hitam berisi bayangan lanskap yang hanya memberikan identitas samar tentang suatu tempat. Kemudian ketika apresiator mendekat untuk melihat, lanskap pada dinding akan tertutup tubuh apresiator sehingga untuk mengetahui citra asli dari bayangan tersebut apresiator harus melihat ke arah fotografi asli yang disusun di tengah ruangan. Dengan cara ini penulis berusaha membuka kemungkinan-kemungkinan terhadap perasaan yang dirasakan oleh apresiator dengan menghadirkan ‘aktor-aktor’ asli dalam tumpukan proyeksi lanskap imajiner tersebut. Termasuk untuk menemukan objek-objek yang dirasa familiar atau mungkin saja membangkitkan memori apresiator akan suatu tempat, membuktikan bahwa realitas yang sama bisa kita temukan dalam memori yang dimiliki oleh orang lain serta mampu memberikan rasa hangat dan familiar kepada apresiator.

(6)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6 Gambar 4 Detail Karya “Ngalingu”

Sumber : Dokumentasi Pribadi

4. Penutup / Kesimpulan

Seni sebagai sebuah proses pencarian akan suatu nilai yang hilang diterapkan dengan menggunakan pendekatan etnografi di mana penulis menemukan bahwa keduanya saling melengkapi serta memberikan banyak inspirasi dan pengalaman selama mengerjakan karya tugas akhir ini. Pendekatan ini akhirnya mampu membantu mendapatkan pengalaman tinggal serta merasakan sendiri bagaimana menetap serta berbaur dengan masyarakat kesukuan dan akhirnya menuntun penulis pada kesimpulan tentang realitas yang ditemui. Penulis menemukan bahwa realitas dalam suatu ruang mampu membangkitkan sebuah memori akan ruang lainnya melalui sebuah objek-objek ataupun keadaan tertentu. Realitas yang dirasa saling bertumpukkan tersebut menginspirasi penulis untuk membuat sebuah karya instalasi sebagai manifestasi dari proses pencarian dalam perjalanan yang telah dilakukan.

Setelah karya ini selesai maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan etnografi yang dipilih oleh penulis sebagai metode berkarya mampu membantu untuk menemukan, mengenali dan merasakan lagsung budaya-budaya komunal dalam suatu masyarakat kesukuan serta mampu membuat sebuah konfigurasi yang menarik dalam pembuatan karya melalui medium seni instalasi. Dimana rekam jejak sebagai suatu hal yang esensial bagi pendekatan etnografi membantu pemilihan medium yang notabene memang sangat beragam serta tak terbatas dalam seni instalasi. Selain itu seni instalasi dianggap sebuah media berkarya yang tepat dikarenakan keterbukaannya kepada berbagai kemungkinan serta medium yang digunakan dan memberikan sebuah skenario pengalaman bagi apresiator. Instalasi ruangan hitam berisikan proyeksi lanskap imajiner dari fotografi yang dikumpulkan selama perjalanan diharapkan mampu menjadikan memori personal penulis sebagai memori kolektif dengan memanfaatkan ingatan tentang ruang milik apresiator.

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, M. Sn.

.

Daftar Pustaka

Bishop, Claire. 2005. Installation Art a Critical History. London: Tate Publishing

Cosgrove, Denis E. 1984. Social Formation and Symbolic Landscape. Winsconsin: Univ of Winsconsin Press De Oliviera, Nicolas. 2003. Installation Art in the New Millenium. London: Thames & Hudson

Foster, Hal. 1995. Artist as Ethnographer.

La Grange, Ashley. 2005. Basic Critical Theory for Photographers. Inggris. Focal Press. Murchison, Julian. 2010. Ethnography Essential. Amerika: PB Printing

http://library-teguh.blogspot.co.id/2009/12/sekolah-antropologi-2009-studi.html. 8 Maret 2017. 13:15:48 http://www.hawaii.edu/cseas/pubs/explore/jones.html. 16 Februari 2017. 20:21:56

(7)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 7

17012038

“Ngalingu” : Sebuah Relasi Memori Antar Ruang

Dr. Andryanto Rikrik Kusmara

Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, M. Sn.

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA

Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel

yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat

wisuda mahasiswa yang bersangkutan.

diisi oleh mahasiswa

diisi oleh pembimbing

Nama Pembimbing

Rekomendasi

Lingkari salah satu 

1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD

2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi

3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi

4. Dikirim ke Seminar Nasional

5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus

6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus

7. Dikirim ke Seminar Internasional

8. Disimpan dalam bentuk Repositori

Bandung, 15/Maret/ 2017

Tanda Tangan Pembimbing :

_________________

Nama Jelas Pembimbing

: Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, M. Sn.

Nama Mahasiswa

NIM

Judul Artikel

Gambar

Gambar 2 Eksperimen 2  Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 4 Dokumentasi Karya “Ngalingu”
Gambar 3 Dokumentasi Karya “Ngalingu”

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa: (a) model pembelajaran menggunakan media wayang kardus dalam pembelajaran IPS dapat

mengklik tombol “simpan” Isian pada form tidak lengkap Sistem akan menolak menyimpan data Sesuai harapan Valid 3 Menginput semua data dengan lengkap, lalu mengklik

Penerimaan Fungsional : Untuk Mahkamah Agung RI diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang jenis dan tarif yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan

Sekretariat Pelaksana : P3AI Universitas Negeri Yogyakarta, Telp./Fax. 263 RAYON 11 : UNIVERSITAS

Peningkatan serapan unsur diikuti dengan peningkatan pertumbuhan (pertambahan tinggi tanaman dan diameter batang), yang signifikan tercatat pada perlakuan dengan penambahan 150

Bertitik tolak dari potensi dan problematika yang dihadapi oleh rumah singgah dalam penanganan anak jalanan, maka perlu ada upaya revitalisasi terhadap model penanganan anak

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kemampuan penguasaan konsep tidak berpengaruh terhadap ketrampilan

The candidate has fulfilled all the conditions laid down in the academic ordinance of the Aligarh Muslim University, Aligarh for the above