• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. dapat meningkatkan nilai atau kinerja perusahaan dan di sisi lain diversifikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. dapat meningkatkan nilai atau kinerja perusahaan dan di sisi lain diversifikasi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Strategi diversifikasi memiliki dua sisi yang berbeda, pertama diversifikasi dapat meningkatkan nilai atau kinerja perusahaan dan di sisi lain diversifikasi dapat mereduksi nilai atau kinerja perusahaan (Berger dan Ofek, 1994). Secara teoritis hubungan diversifikasi terhadap peningkatan kinerja perusahaan dijelaskan oleh berbagai macam teori. Teori yang berkontribusi bahwa diversifikasi dapat mempengaruhi – baik positif maupun negatif – kinerja perusahaan ialah teori internal market, teori kekuatan pasar (market view), teori keagenan, dan teori sumber daya perusahaan (Maksimovic dan Phillips, 2007; Montgomery, 1994).

2.1.1 Mekanisme Internal Market

Internal market didefinisikan sebagai kegiatan pertukaran aktivitas, kemampuan, sumber daya, serta modal antar perusahaan afiliasi ( Hitt, Ireland, dan Hoskisson, 1997, Chatterjee dan Wernerfelt, 1991; Maksimovic dan phillips, 2007).

Claessens, Djankov, Fan, dan Lang (2003) berpendapat bahwa mekanisme internal market yang tepat pada perusahaan terdiversifikasi dapat mengurangi resiko di setiap pengembangan usaha, serta internal market mendorong kepada stabilitas keuangan perusahaan terutama pada negara-negara yang pasar modal dan keuangan yang kurang berkembang. Namun mereka menambahkan, jika

(2)

13 mekanisme internal market tidak berjalan dengan baik justru akan menurunkan kinerja perusahaan. Pembiayaan dan investasi yang berasal dari mekanisme internal market cenderung kurang terawasi dengan baik dibandingkan dengan pembiayaan atau investasi yang berasal dari external capital market, terutama di negara yang kurang bertumbuh pasar keuanganya. Mereka berpendapat bahwa investasi yang berasal dari internal market cenderung beresiko, karena tanpa pengawasan yang baik mereka cenderung menginvestasikan kepada projek yang memiliki resiko yang tinggi.

2.1.1.1 Kordinasi antar Perusahaan Afiliasi

Chatterjee dan Wernerfelt (1991) berpendapat bahwa diversifikasi memudahkan koordinasi pada perusahaan yang memiliki banyak divisi yang berbeda yang dapat melakukan transaksi secara internal yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Mork dan Yeung (1998) diversifikasi berkontribusi dalam peningkatan aset berbasis informasi. Aset berbasis informasi ini merupakan aset yang dapat memberikan keuantungan, dan tidak dapat dijual. Aset berbasis informasi menciptakan mekanisme internal market menjadi efektif, sehingga diversifikasi mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Aset berbasis informasi dapat berupa kemampuan produksi, kemampuan pemasaran, dan kualitas manajemen (Mork dan Yeung 1998). Selain itu bentuk kordinasi ini akan sangat mendorong pada tingkat efisiensi internal market.

(3)

14 2.1.1.2 Alokasi Sumber daya antar Afiliasi

Penciptaan pasar modal internal salah satu motif diversifikasi yang paling penting (Maksimovic dan Phillips, 2007). Internal Market tidak hanya mendorong terjadinya peningkatan kordinasi dalam perusahaan multi divisi (Chandler, 1977), namun internal market mendorong terjadinya subsidi silang dan investasi internal atau yang disebut dengan pasar modal internal (internal market capital). Weston (1970) berpendapat bahwa, alokasi sumber daya secara internal lebih efisien ketimbang alokasi sumber daya secara eksternal. Bagaimana alokasi sumber daya secara internal lebih efisien dari pada secara eksternal. Maksimovic dan Phillips (2007) berpendapat bahwa di pasar kas internal, aset segmen dapat digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan dana untuk segmen lain, dan arus kas yang dihasilkan oleh satu segmen dapat digunakan untuk mensubsidi investasi dalam divisi-divisi lain dari perusahaan. Baker et.al (2010) berpendapat bahwa internal market capital dapat memberikan keuntungan yang tidak diperoleh dari mekanisme external market capital seperti tingkat suku bunga yang kompetitif, persyaratan kredit yang lunak, dan penawaran kredit yang bersifat informal. Selain itu ia menambhakan bahwa kordinasi anta afiliasi mendorong keterbukaan informasi antar afiliasi sehingga memungkinkan untuk meminimalisir resiko investasi.

Selain internal capital market, diversifikasi memungkinkan adanya penggunaan aset bersama. Menurut Rumelt (1974) perusahaan yang terdiversifikasi berhubungan akan lebih meningkatkan kinerja perusahaan secara positif ketimbang perusahaan yang diversifikasi yang tidak berhubungan, karena

(4)

15 kemampuan serta sumberdaya atau aset dapat digunakan secara bersama-sama di dalam pasar yang berhubungan.

Kuppuswamy and Villalonga (2010) berpendapat bahwa pada masa krisis keuangan excess value dari perusahaan terdiversifikasi meningkat secara signifikan dibandingkan dengan perusahaan tunggal, dan diskon diversifikasi menghilang ketika terjadinya puncak krisis finansial. Mereka mengidentifikasi dua faktor utama dalam peningkatan tersebut yaitu: (1) efek lebih uang (the more-money effect) dan (2) efek tepat guna (the smarter-more-money effect).

Aivazian dan Rahaman (2010) berpendapat bahwa efek lebih-uang (the more-money effect) mengacu pada kapasitas potensial utang yang tinggi dari diversifikasi dibandingkan dengan perusahaan terfokus, akibatnya dampak volatilitas yang relatif rendah pada arus kas. Stein (1997) berargumen bahwa efek tepat guna (the smarter-money effect) merupakan (1) Kemampuan untuk secara efisien mengalokasikan sejumlah modal tertentu di seluruh segmen (winner-picking), dan (2) kemampuan untuk mendanai proyek-proyek yang berharga dari divisi yang akan menghadapi kendala keuangan yang mengikat sebagai perusahaan tunggal-segmen.

Kuppuswamy dan Villalonga (2010) menjelaskan bahwa perusahaan tidak selalu menggunakan seluruh kapasitas utang mereka. Sebaliknya, mereka berusaha untuk mencapai tingkat keseimbangan pembiayaan eksternal. Karena tingkat optimal ini pembiayaan secara signifikan lebih sulit untuk dicapai selama krisis, perusahaan yang terdiversifikasi dapat mengambil manfaat dari kemampuan mereka untuk menjaga keseimbangan pembiayaan mereka. Hal ini,

(5)

16 pada gilirannya, akan mengakibatkan peningkatan nilai pada perusahaan terdiversifikasi.

2.1.2 Pandangan Kekuatan Pasar (Market View)

Pandangan kekuatan pasar melihat diversifikasi sebagai alat untuk menumbuhkan pengaruh anti kompetisi yang bersumber pada kekuatan konglomerasi, di dalam pendekatan ini diversifikasi akan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Montgomery, 1994). Secara tradisional, ketertarikan ekonom dalam memahami diversifikasi berasal dari keprihatinan atas dampak berpotensi anti-kompetitif. Hill (1985) dalam Montogomery (1994) berpendapat bahwa perusahaan diversifikasi akan berkembang dengan mengorbankan perusahaan nondiversified bukan karena mereka lebih efisien, tetapi karena mereka memiliki akses ke apa yang disebut daya konglomerat.

Strategi diversifikasi memungkinkan penguasaan pasar (market power) melalui subsidi silang (Barney, 2002). Subsidi silang tersebut dapat merujuk pada pertukuran perwakilan, informasi, serta investasi dan pembiayaan antar afiliasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Baker et. al (2010) bahwa memasarkan produk baru atau masuk kedalam suatu area baru lebih mudah dengan melakukan diversifikasi dibanding melalui perluasan internal (Baker et. al, 2010).

2.1.3 Pandangan Sumber Daya Perusahaan

Sebelum membahas teori sumber daya perusahaan akan sangat membantu jika pertama-tama mendefinisikan sumber daya. Helfat dan Peteraf (2002) mendefinisikan sumberdaya sebagai aset atau input untuk melakukan kegiatan produksi baik berwujud maupun tidak berwujud yang dimiliki dan dikendalikan

(6)

17 oleh perusahaan. Aset tidak berwujud merujuk pada keahlian, pengetahuan, dan informasi (Wheelan dan Hunger, 2002; Barney, 2002; Capron dan Hullan, 1999).

Berdasarkan penjesalan sebelumnya yang mendefinisikan sumber daya, selanjutnya akan membahas mengenai pandangan sumber daya perusahaan. Pandangan ini didasari oleh teori the resource-based view. Pendekatan analitis yang disebut Resource-Based View (RBV) menekankan peningkatan keunggulan bersaing berasal dari sumberdaya strategis organisasi (Dierickx dan Coll, 1989; Peteraf, 1993) Inti dari RBV adalah bahwa perusahaan-perusahaan berbeda secara fundamental karena memiliki seperangkat sumberdaya (Grant, 2002; Fleisher dan Bensoussan, 2003). Pencapaian keunggulan bersaing yang paling efektif adalah dengan menggunakan kompetensi atau kapabilitas perusahaan (Wernerfelt, 1984; Rumelt, 1991).

Montgomery dan Wernerfelt (1988) berpendapat bahwa tingkat spesifikasi dari sumber daya perusahaan memegang peranan yang penting. Semakin spesifik sumber daya yang dimiliki seperti keahlian pada bioteknologi, maka kemampuan untuk diterapkan pada industri yang berbeda akan terbatas, tapi dia akan menghasilkan marginal return yang lebih tinggi karena kekhususan yang dimiliki. Di sisi lain, sumberdaya yang bersifat lebih umum seperti mesin dapat ditempatkan pada industri yang lebih luas tetapi kontribusi terhadap peningkatan value perusahaan tidak akan terlalu besar.

(7)

18 2.1.4 Pandangan Teori Keagenan

Teori keaganan merupakan teori yang cukup fenomenal dalam hal menjelaskan hubungan antar pemegang saham (sharesholders) sebagai prinsipal serta manajemen sebagai agen. Teori keagenan biasanya menjelaskan tentang motif manajemen menyalurkan kesejahteraan perusahaan pada pemegang saham yang terproksi dalam return saham. Namun dalam kajian literatur ini, Montogomery (1994) teori keagenan digunakan sebagai konsep analistis untuk menjelaskan bagaimana strategi diversifikasi merupakan strategi yang dapat menjelaskan motif manajemen dalam menyalurkan kesejahteraan.

Berle dan Means (1932) dalam Montogomery (1994), memperingatkan terhadap pemisahan pemilik (prinsipal) dan manajer (agen) perusahaan. Teori keagenan (agency theory) memegang peranan penting dalam menjelaskan hubungan antara pemilik (prinsipal) dan manajemen (agen) dalam menjalankan fungsi dan wewenang masing-masing. Konflik keagenan yang muncul karena perbedaan kepentingan akan membawa pada masalah-masalah diantara berbagai pihak yang terlibat (Jensen dan Meckling, 1976). Morck, Shleifer dan Vishny (1988) berpendapat bahwa ketika manajer memegang sedikit ekuitas perusahaan dan pemegang saham terlalu tersebar untuk menegakkan nilai maksimalisasi, aset perusahaan dapat dikerahkan untuk menguntungkan manajer daripada pemegang saham.

(8)

19 Manajer mengejar strategi menurunkan nilai (value-reducing strategies) untuk memajukan kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan pemilik perusahaan (Mueller, 1969; Jensen, 1986; Shleifer dan Vishny, 1989).

2.2 Variabel penelitian 2.2.1 Diversifikasi

Strategi diversifikasi didefinisikan sebagai strategi pertumbuhan perusahaan dimana perusahaan melakukan ekspansi operasinya dengan memasuki industri yang berbeda (Coulter, 2002). Bettis dan Mahajan (1985) mendefinisikan diversifikasi berdasarkan bentuk bisnisnya. Mereka berpendapat bahwa diversifikasi bisnis adalah keanekaragaman jenis usaha baik yang berkaitan (related business) ataupun yang tidak saling berkaitan (unrelated business).

Harrison (2003) menyatakan bahwa strategi diversifikasi berkaitan berarti organisasi masuk ke dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan bisnis utama atau bisnis inti perusahaan, biasanya melalui pasar atau teknologi yang ada atau saling melengkapi. Coulter (2002) berpendapat bahwa strategi diversifikasi berkaitan merupakan strategi diversifikasi untuk memasuki industri yang berbeda namun memiliki salah satu keterkaitan dengan operasional perusahaan yang ada. Rumelt (1982) menjelaskan bahwa kerkaitan operasional dalam diversifikasi berkaitan ditunjukan oleh terjalinnya hubungan diantara unit-unit bisnis yang ada, misalnya terjadinya transfer produk atau jasa di setiap unit-unit bisnis yang berkaitan.

(9)

20 Strategi diversifikasi tidak berkaitan (unrelated diverdification) adalah bentuk strategi pertumbuhan dimana perusahaan masuk ke industri yang tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan strategi yang ada sekarang (Coulter, 2002). Strategi ini bertolak belakang dengan strategi diversifikasi berkaitan. Wheelen dan Hunger (2002) berpendapat bahwa strategi diversifikasi tidak berkaitan dipilih ketika realisasi target manajemen di industri sekarang mengalami kesulitan dan terdapat kesulitan dalam mentransfer keahlian yang dimiliki perusahaan ke suatu produk ataupun jasa yang memiliki keterkaitan di industri yang berlainan.

2.2.1.1 Pengukuran Diversifikasi

pengukuran diversifikasi perusahaan diukur dengan tiga indikator yaitu (1) jumlah segmen usaha yang dimiliki oleh perusahaan; (2) jumlah anak perusahaan (subsidiary) yang masuk kedalam konsolidasi atau tingkat kepemilikan sahamnya 50% keatas; dan (3) Indeks Herfindahl dari jumlah penjualan segmen usaha (Harto, 2005).

2.2.1.1.1 Segmen Operasi

Melihat level diversifikasi perusahaan, terdapat beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengidentifikasinya, salah satu ukuran yang dipakai adalah jumlah segmen usaha yang dimiliki perusahaan (Harto, 2005). Penelitian ini menggunakan tingkat segmen usaha perusahaan untuk mengukur dampaknya terhadap potensi peningkatan nilai atau mereduksi nilai perusahaan (Berger dan Ofek, 1994). PSAK No. 5 tentang Segmen Operasi, mendefinisikan Segmen operasi dengan mebagi tiga karakteristik yaitu:

(10)

21 a) Terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama); b) Hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil

keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan

c) Tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. 2.2.1.1.2 Anak perusahaan

Entitas anak adalah suatu entitas, termasuk entitas bukan perseroan terbatas seperti persekutuan, yang dikendalikan oleh entitas lain (dikenal sebagai entitas induk) (PSAK no. 4, revisi 2009). Baker, Lembke, King, dan Jeffrey (2010) mendefinisikan anak perusahaan atau entitas anak sebagai perusahaan yang dikendalikan oleh induk perusahaan. Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut (PSAK no 15, revisi 2009). Suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai anak perusahaan atau entitas yang dikendalikan, jika 50% saham biasanya dimiliki oleh entitas lain atau disebut juga dengan entitas pengendali (Baker et. al, 2010).

2.2.1.1.3 Indeks Harfindahl

Indeks Herfindahl adalah ukuran konsentrasi produksi dalam industri yang dihitung sebagai jumlah kuadrat dari pangsa pasar masing-masing perusahaan. Indeks ini dapat mengukur seberapa oligopolistik suatu industri dan seberapa

(11)

22 besar konsentrasi kekuatan pasar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan terbesar di industri (kamusbisnis.com). Diversifikasi diukur menggunakan indeks harfindahl sebagai indikator diversifikasi (Berger dan Ofek, 1995; Montogomery, 1994; Harto, 2005).

2.2.2 Kinerja Perusahaan

Mulyadi (2001) berpendapat bahwa kinerja adalah keberhasilan entitas dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. Dengan kata lain kinerja perusahaan sebagai ukuran tingkat keberhasilan manajemen dalam mengelola sumberdaya keuangan perusahaan, terutama pada pengelolaan investasi sebagai upaya untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham. Dengan demikian dapat disimpulkan kinerja perusahaan merupakan pencapaian perusahaan pada satu waktu tertentu dan atau pada satu periode tertentu, kata pencapaian tersebut dimaksudkan pada realisasi antara tujuan yang ditetapkan dengan pelaksanaanya serta return yang berbanding lurus dari pengeluaran sumber daya.

Penilaian Kinerja dalam konsep Balanced Scored Card, tidak hanya memperhatikan dari perspektif keuangan melainkan perspektif non-keuangan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur dari perspektif keuangan dengan menggunakan Excess Value of Firm (EXV) sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja perusahaan.

(12)

23 2.2.2.1 Excess Value of Firm (EXV)

Excess Value of Firm (EXV) merupakan selisih kinerja perusahaan diversifikasi dibandingkan dengan perusahaan segmen tunggal. Nilai EXV yang positif berarti perusahaan yang melakukan diversifikasi memiliki kinerja yang lebih tinggi dari perusahaan tunggal dan nilai negatif menunjukkan kinerja perusahaan yang melakukan diversifikasi lebih rendah dari pada kinerja perusahaan tunggal (Harto, 2005).

Nilai kinerja ini didapatkan dengan membagi nilai perusahaan sesungguhnya (market value of assets) dengan nilai yang sudah disesuaikan dengan pengaruh industri yang disebut imputed value (Berger dan Ofek,1995). Nilai perusahaan sesungguhnya (market value of assets) diperoleh dengan cara jumlah saham yang beredar dikalikan dengan harga saham penutup .Imputed value menunjukkan tingkat kinerja perusahaan pada tingkat individual (single firm). Nilai ini menunjukkan bagaimana kinerja masing-masing segmen perusahaan dihasilkan ketika mereka dianggap seolah-olah merupakan perusahaan individu yang independen (Bodnar, Tang, dan Weintrop, 1997).

2.3 Kerangka Pemikiran

Pertanyaan yang paling mendasar dalam penelitian ini adalah mengapa perusahaan melakukan strategi diversifkasi dalam mendongkrak kinerja perusahaan. Pada tahap ini peneliti menggunakan teori-teori yang dijelaskan sebelumnya untuk menjelaskan hubungan diversifikasi terhadap kinerja perusahaan. Adapun teori yang dapat menjelaskan pertanyaan tersebut adalah teori internal market, teori kekuatan pasar, teori sumber daya dan teori keagenan

(13)

24 (Maksimovic dan Phillips, 2007; Montgomery, 1994). Dengan demikian akan dipaparkan bagaimana pengaruh strategi diversifikasi terhadap kinerja perusahaaan.

2.3.1 Pengaruh Strategi Diversifikasi terhadap Kinerja Perusahaan

Strategi diversifikasi memiliki dua sisi yang berbeda, pertama diversifikasi dapat meningkatkan nilai atau kinerja perusahaan dan disisi lain diversifikasi dapat mereduksi nilai atau kinerja perusahaan (Berger dan Ofek, 1994).

Premium Diversifikasi (Strategi Diversifikasi Berpengaruh Positif terhadap Kinerja perusahaan)

Barney (2002) berpendapat bahwa dalam mengimplementasikan strategi diversifikasi apapun jenisnya akan selalu menghasilkan nilai ekonomis bagi perusahaan apabila dapat memenuhi ketentuan, yakni dapat menciptakan sinergi economic of scope. Economic of scope terjadi bilamana bauran investasi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menghasilkan penghematan biaya atau kemungkinan pendapatan yang lebih tinggi. Kedua dapat menciptakan sinergi dengan biaya yang lebih murah dibandingkan biaya yang akan dikeluarkan investor lain untuk merealisasikan sinergi tersebut.

Secara teori diversifikasi mampu mendorong perusahaan untuk memiliki kinerja perusahaan yang baik. Strategi diversifikasi usaha memungkinkan adanya berbagi aktivitas (activity sharing) yang pada akhirnya dapat menciptakan keunggulan biaya (cost advantage) (Barney, 2002). Dengan demikian berbagi aktivitas (activity sharing) dapat mendorong para manajer dari perusahaan diversifikasi memiliki keahlian umum yang unik, yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi multi bisnis dan meningkatkan kinerja perusahaan. (Hitt,

(14)

25 Ireland, dan Hoskisson, 2005). Selain itu, diversifikasi dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan adanya alokasi sumber daya antar afiliasi.

Li dan Wong (2003) dalam Harto (2005) meneliti hubungan diversifikasi perusahaan dengan kinerja pada perusahaan-perusahaan besar di Cina. Mereka berpendapat bahwa strategi diversifikasi tidak hanya dilihat dari aspek finansial saja tapi perlu mempertimbangkan faktor lingkungan kontingen seperti faktor institusional yang berpengaruh terhadap strategi perusahaan. Jika strategi diversifikasi dijalakan dengan tepat maka diversifikasi akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa strategi diversifikasi pada bidang yang saling terkait (related diversification) menjadi kurang optimal akibat ketidakpastian perilaku institusional. Sedangkan jika hanya melakukan diversifikasi pada bidang yang tidak berkaitan (unrelated diversification) justru akan menurunkan nilai perusahaan. Dengan demikan mereka menyimpulkan bahwa matching antara strategi diversifikasi yang berkaitan dengan diversifikasi yang tidak berkaitan merupakan strategi optimal yang akan menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik.

Diskon Diversifikasi (Strategi Diversifikasi Berpengaruh Negatif terhadap Kinerja perusahaan)

Pengaruh strategi diversifikasi terhadap kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh mekanisme internal market, baik itu dapat meningkatkan nilai kinerja perushaan ataupun menurunkan kinerja perusahaan (Lang dan Stulz, 1990; Berger dan Ofek, 1995). Billett dan Mauer (1998) berpendapat bahwa perusahaan multi segmen melakukan investasi secara tidak optimal dengan memberikan subsidi kepada segmen usaha yang kinerjanya buruk dengan sumber daya yang

(15)

26 berasal dari segmen usaha yang kinerjanya menguntungkan sehingga pada akhirnya perusahaan memiliki mekanisme pasar intern yang menurunkan nilai perusahaan. Sedangkan Jensen (1986) mengemukakan bahwa manajer perusahaan yang memiliki free cashflow yang besar cenderung untuk mengambil investasi yang menurunkan nilai (value decreasing) dan proyek yang memiliki net present value yang negatif ketika mengalokasikan pada segmen usaha mereka

Selain ketidak efektifan mekanisme internal market, asymetri information berkontribusi terhadap penurunan nilai perusahaan yang terdiversifikasi. Dalam perhitungan kinerja menggunakan excess value of firms (EXV) akan memperoleh nilai EXV yang negatif. Nilai tersebut terjadi karena perusahaan segmen yang dianggap independen berkinerja lebih baik dibandingkan perusahaan konglomerat. Gertner, Sharfstein, dan Stein (1994) berpendapat bahwa kinerja perusahaan segmen yang dianggap independen lebih baik dari kinerja perusahaan konglongmerat, dikarenakan perusahaan segmen memiliki kontrol yang lebih besar dalam suatu projek tertentu, serta memiliki arus informasi yang lebih baik, memiliki kuntungan dalam penggunaan aset bersama, serta memiliki keringan dalam pinjaman atau investasi antar perusahaan afiliasi sehingga akan perusahaan segmen yang dianggap independen tersebut memiliki kinerja yang optimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disajikan gambar kerangka pemikiran pada gambar 2.1

(16)

27 Tabel 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Berger dan Ofek (1995) Independen:

diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Diversifikasi perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan Claessens, Djankov,

Fan, dan Lang (2003)

Independen: diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Diversifikasi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan kondisi normal, dan berpengaruh negatif pada kondisi krisis. Chatterjee dan Wernerfelt (1991) Independen: diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Diversifikasi perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan Gambar 2.1 : Pengaruh Strategi Diversifikasi terhadap Kinerja Perusahaan Strategi Diversfikasi (Variabel Bebas) Kinerja Perusahaan (Variabel Terikat) Indikator:  Jumlah Segmen  Subsidiary  Indeks Harfindahl Indikator: Excess Value of Firms (Berger dan Ofek, 1995)

(17)

28 Harto (2005) Independen: diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Kontrol: leverage, Tobin’s Q, earning growth, size, umur perusahaan Diversifikasi perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Jandik dan Makhija (2005) Independen: diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Diversifikasi perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan Kuppuswamy dan Villalonga (2010) Independen: diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Diversifikasi perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan pada saat krisis Lang dan Stulz (1994) Independen: diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Diversifikasi perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan Mork dan Yeung (1998) Independen:

diversifikasi perusahaan Dependen: kinerja perusahaan Diversifikasi perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan Sumber: dibuat sendiri

2.5 Hipotesis

Mekanisme internal market merupakan faktor yang dapat menentukan apakah diversifikasi dapat meningkatkan kinerja perusahaan atau bahkan dapat menurunkan kinerja perusahaan. Penjelasan terkait dengan diversifikasi

(18)

29 berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan disebabkan karena activity sharing yang tidak tepat guna seperti investasi pada segmen yang berkinerja buruk yang harus mengorbankan kinerja segmen perusahaan yang baik, serta terdapat asymetri information antar perusahaan konglomerat dengan perusahaan segmen sehingga internal market menurunkan kinerja perusahaan (Billett dan Mauer, 1998; Jensen, 1986; Gertner, Sharfstein, dan Stein, 1994). Walaupun diversifikasi berpotensial terhadap penurunan kinerja, disisi lain diversifikasi mampu meningkatkan kinerja perusahaan.

Selain mekanisme internal market teori lain yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan melakukan diversifikasi yaitu dapat dijelaskan oleh teori keagenan, pandangan market power, dan pandangan sumber daya (Montogomery, 1994). Pada pandangan teori keagenan, strategi diversifikasi akan menurunkan nilai atau kinerja perusahaan, sementara pada pandangan market power dan sumberdaya strategi dapat mendongkrak kinerja perusahaan pada ke arah yang positif.

Sisi positif diversifikasi adalah diversifikasi yang tepat guna mampu menciptakan mekanisme internal capital market berjalan efisien (Wiliamson, 1975; Shin dan Stulz 1988; Stein 1997), mendorong more-money effect dan smarter-money effect (Kuppuswamy dan Villalonga, 2010), terciptanya sinergi economic of scope (Barney, 2002). Disisi lain diversifikasi mampu meningkatkan target produktivitas perusahaan melalui penggunaan aset bersama, serta mendorong pertukaran kemampuan manjerial (Chatterjee dan Wernerfelt, 1991; Mork dan Yeung, 1998).

(19)

30 Dalam penelitian ini hanya strategi diversifikasi saja yang nilainya diuji untuk menentukan pengaruhyna terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan telaah literatur pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan menuai hasil yang berbeda-beda. Dengan demikian pernyataan hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berbeda dengan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Yohanes Dona pada tahun 2012 yang menunjukkan distribusi nodul soliter justru lebih banyak yaitu sebesar 23 kasus

Proses bubut sesuai dengan definisi ASM International adalah proses pemesinan konvensioanl untuk membentuk permukaan yang dilakukan oleh pahat terhadap benda kerja

Pengolahan data yang dilakukan adalah melakukan peramalan permintaan karet setengah masak 12 periode kedepan dengan menggunakan metode eksponensial, metode linier, metode

Pendidikan sehinga tidak sesuai dengan Pasal 27 Peraturan Pemerintah No.93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan yang menyebutkan bahw a “dalam

Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, maka perlu ditetapkan pengelolaan belanja dari pendapatan fungsional RSU dan fleksibilitas penggunaannya sesuai kebutuhan rumah

Perusahaan yang m engalam i kesulitan keuangan adalah perusahaan y ang m em iliki rasio operating profit/interest expense lebih kecil dari satu.. Jum lah kom isaris independen

 micros(), digunakan sebagai pewaktu internal yang (bila tanpa terminate bersyarat) akan terus berjalan hingga terjadi overflow (kembali ke nilai 0) dengan unit dalam

Formulasi dari struktur aktiva adalah sebagai berikut: Struktur aktiva :  Aktiva Total Tetap  Aktiva Total (Syamsudin 2001:9) Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang