• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman telah terjadi transformasi struktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman telah terjadi transformasi struktur"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman telah terjadi transformasi struktur perekonomian mengikuti pola produksi dan konsumsi. Penggerak roda perekonomian di berbagai negara, selain dari faktor ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kreativitas dan inovasi. Transformasi perekonomian terjadi dari sektor pertanian menuju sektor industri (manufaktur), yang selanjutnya bergerak lagi menuju ekonomi informasi. Mengawali abad ke-21 terjadi globalisasi industri yang berbasis pada kreativitas yang membuat ekonomi kreatif semakin berkembang yang didukung dengan teknologi informasi.

Transformasi ekonomi di Indonesia ditunjukkan dengan turunnya kontribusi sektor pertanian yang pada Tahun 1970 sebesar 32,5 persen menjadi hanya 11,3 persen pada Tahun 2012. Perkembangan sebaliknya terjadi pada sektor industri manufaktur yang pada Tahun 1970 hanya berkontribusi sebesar 6,6 persen meningkat tajam menjadi sebesar 25 persen pada Tahun 2012. Industri kreatif di Indonesia mulai dikembangkan secara serius sejak satu dasawarsa terakhir. Pemerintah pertama kali memasukkan ekonomi kreatif pada Kementerian Pariwisata menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan Kabinet Kerja ditandai dengan pembentukan Badan Ekonomi Kreatif di bawah Kementerian Pariwisata pada Januari 2015.

(2)

13 Ekonomi kreatif atau bisa juga disebut industri kreatif merupakan industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan kerja dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya individu terebut. Ekonomi kreatif di banyak negara memainkan peran yang signifikan. Inggris yang merupakan pelopor pengembangan ekonomi kreatif di dunia, industri itu tumbuh rata-rata 9 persen per tahun, dan jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu yang hanya 2 - 3 persen. Sumbangan industri kreatif terhadap pendapatan nasionalnya mencapai 8,2 persen atau US$ 12,6 miliar dan merupakan sumber kedua terbesar setelah sektor finansial. Hal ini melampaui pendapatan dari industri manufaktur dan migas. Pengembangan ekonomi kreatif di Benua Asia seperti di Korea Selatan, industri kreatif sejak 2005 berkontribusi terhadap lebih besar daripada industri manufaktur. Singapura sebagai salahsatu kekuatan ekonomi Asia, kontribusi ekonomi kreatifnya mencapai 5 persen terhadap PDB atau US$ 5,2 miliar. Pertumbuhan industri kreatif di dunia cukup pesat diperkirakan sebesar 5 persen per tahun. Industri kreatif dunia diprediksi akan berkembang dari US$ 2,2 triliun pada Tahun 2000 menjadi US$ 6,1 triliun pada Tahun 2020 (http://arif-dani.blogspot.com/2012/01/peran-industri-kreatif-dalam.html diakses 27 Februari 2015).

Ekonomi kreatif secara umum dan industri kreatif khususnya, di masa mendatang diyakini akan menjadi primadona dan menjadi motor penggerak dalam perekonomian. Ada tiga alasan yang mendasari keyakinan tersebut, yaitu hemat energi karena lebih berbasis pada kreativitas, lebih sedikit menggunakan sumber

(3)

14 daya alam, dan menjanjikan keuntungan lebih tinggi. Jumlah penduduk Indonesia yang besar akan mendukung industri kreatif dilihat dari aspek ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang melimpah maupun pasar yang besar untuk produk industri kreatif.

Kinerja industri kreatif di Indonesia pada Tahun 2006 – 2010 disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Indikator Kinerja Industri Kreatif di Indonesia, 2006 – 2010 Indikator 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-rata Pertumbuhan (%) 4,95 2,73 -0,50 2,27 6,03 3,10 Kontribusi PDB (%) 7,69 7,42 6,97 7,03 7,29 7,28 Tenaga kerja (juta

orang)

7,01 7,38 7,63 8,21 8,55 7,75 Partisipasi tenaga kerja

(%) 7,34 7,38 7,43 7,83 7,90 7,58 Jumlah perusahaan (juta) 2,58 2,84 3,03 3,22 3,35 3,00 Kontribusi ekspor (%) 9,33 8,86 7,52 10,65 9,25 9,12 Kontribusi impor (%) 1,10 1,15 0,82 1,70 1,33 1,22 Sumber : Simarmata (2011)

Berdasarkan data Tabel 1.1 industri kreatif di Indonesia mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia sebesar 7,28 persen, meskipun pertumbuhannya lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi nasional. Industri kreatif mempunyai penyerapan tenaga kerja yang cukup besar sekitar 7,75 juta orang dengan partisipasi tenaga kerja mencapai 7,58 persen. Banyaknya jumlah perusahaan pada industri kreatif sebesar 3 juta perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 7,75 juta orang menunjukkan bahwa satu perusahaan industri kreatif secara rata-rata memiliki 2 – 3 orang pekerja atau merupakan industri mikro/kecil. Hal yang menggembirakan adalah bahwa

(4)

15 ternyata Indonesia adalah negara pengekspor industri kreatif, dilihat dari net trade (ekspor dikurangi impor) yang bernilai positif/surplus 7,90 persen. Perkembangan ini sangat positif jika mengingat perdagangan Indonesia dengan berbagai negara di dunia mengalami defisit perdagangan di berbagai sektor.

Periode Tahun 2009 - 2015 yang ditetapkan sebagai Tahap Penguatan Dasar ditargetkan kontribusi industri kreatif terhadap ekspor nasional menjadi 11 – 12 persen, dan penyerapan tenaga kerja meningkat pada kisaran antara 6 – 7 persen. Periode Tahun 2015 - 2025 merupakan Tahap Akselerasi atau Percepatan, pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDB ditargetkan naik menjadi 9 – 11 persen, peningkatan nilai ekspor nasional sebesar 12 – 13 persen, dan penyerapan tenaga kerja 9 – 11 persen (http://arif-dani.blogspot.com/2012/01/peran-industri-kreatif-dalam.html diakses 27 Februari 2015).

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada Tahun 2013 mendaftarkan Kota Yogyakarta sebagai salahsatu kota kreatif di Indonesia ke UNESCO bersama Bandung, Pekalongan, dan Surakarta (Harian Republika, 22 November 2013). Kekhasan Yogyakarta khususnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada umumnya terletak pada kegiatan kreatif seni budaya termasuk di dalamnya industri batik, industri tenun, dan industri kulit.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salahsatu daerah pusat budaya dan tradisi di Indonesia selain Propinsi Bali yang menjadi tolok ukur perkembangan industri kerajinan yang termasuk dalam industri kreatif di Indonesia. Pengembangan industri ini berkaitan erat dengan pengembangan

(5)

16 pariwisata yang menjadi sektor unggulan pada perekonomian DIY. Hal ini akan menjadi satu sinergi yang mendukung dan memudahkan pemasaran produk-produk kerajinan. Hampir di seluruh wilayah DIY mempunyai sentra kerajinan produk seni dan budaya seperti industri batik, industri tenun, dan industri kulit. Ketiga jenis industri kreatif tersebut sebagian besar diproduksi secara tradisional misalnya dengan pembuatan batik tulis dan sebagian ada yang menggunakan batik cap, pembuatan kain tenun dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) dan seterusnya.

Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia dengan penobatan oleh UNESCO bahwa batik adalah sebagai salahsatu warisan dunia (world herittage). Kepopuleran batik di tingkat dunia ditunjukkan oleh beberapa pemimpin dunia yang memakai pakaian batik untuk kegiatan kenegaraan, dan juga banyak selebritis dunia yang dengan bangga memakai pakaian bermotifkan batik. Hal ini merupakan hal yang membanggakan bagi bangsa Indonesia. Batik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2008 : 97) adalah corak atau gambar pada kain yang pembuatannya dilakukan secara khusus dengan menuliskan atau menerakkan malam kemudian pengolahannya dilakukan dengan cara tertentu.

Industri batik di DIY menyebar merata di 5 (lima) kabupaten. Sentra industri batik di Kota Yogyakarta antara lain di Kampung Ngasem dan Prawirotaman. Kabupaten Sleman memiliki industri batik di Nogotirto, Mororejo, dan Mlati. Industri batik di Bantul terdapat di Desa Wijirejo Pandak, Wukirsari Imogiri, dan Palbapang. Selain itu, masih ada industri batik di Hargomulyo dan

(6)

17 Kulur (Kabupaten Kulon Progo) serta Desa Nitikan, Nagalang, dan Mengger di Kabupaten Gunung Kidul.

Tenun menurut KBBI adalah hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang (kapas, sutera, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin (Pusat Bahasa, 2008: 1443). Kain tenun merupakan jenis kain khas budaya Jawa warisan Kerajaan Mataram yang saat ini hampir punah. Pada zaman tersebut, pakaian masyarakat pada umumnya terbuat dari kain lurik, bahkan untuk kain lurik motif keraton digunakan bagi para abdi dalem Keraton Jogjakarta. Perkembangan saat ini selain digunakan untuk

fashion, kain tenun juga dikreasikan dalam beragam produk souvenir, seperti tas,

dompet, dan sebagainya. Pemasaran tenun dan produk tenun selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri seperti Jakarta dan Bali, juga sudah diekspor, misalnya ke Australia. Industri tenun di DIY jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan industri batik. Industri tenun jenis kain lurik antara lain ada di Dusun Gamplong, Dusun Kembangan, dan Dusun Sangubanyu, Desa Sumberrahayu, Moyudan, Sleman. Wilayah lain yang menghasilkan kain tenun lurik motif keraton ada di Krapyak, Sewon, Bantul (http://omahtenunku.blogspot.com/2014/06/gamplong-sentra-wisata-tenun.html diakses tanggal 2 Maret 2015)

Sentra industri kerajian kulit di DIY yang terkenal adalah di Dusun Manding, Bantul yang memproduksi berbagai jenis produk dari kulit seperti sepatu, tas, jaket, dan asesoris lainnya dari kulit. Industri kulit yang berhubungan

(7)

18 dengan seni budaya antara lain industri kerajinan wayang kulit. Kerajinan wayang kulit berlokasi di Dusun Karangasem, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul.

1.1.1 Rumusan masalah

Industri kreatif beberapa tahun terakhir menjadi perhatian utama pemerintah dalam upaya pembangunan nasional. Transformasi struktur ekonomi yang telah terjadi dari sektor pertanian ke sektor industri manufaktur, menuju ke ekonomi informasi diyakini akan dilanjutkan ke ekonomi kreatif yang bertumpu pada kreativitas dan inovasi. Industri kreatif yang sangat berhubungan erat dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan merupakan industri yang berakar pada budaya lokal diharapkan menjadi motor baru penggerak pembangunan. Potensi dan kinerja industri kreatif khas di DIY seperti industri batik, industri tenun, dan industri kulit perlu diteliti sejauhmana kontribusinya dalam upaya mempercepat pembangunan daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kinerja industri kreatif dapat dihubungkan dengan Triple Track Strategy pembangunan yaitu memacu pertumbuhan ekonomi (pro growth), sumber pendapatan masyarakat dan pengentasan kemiskinan (pro poor) dan penciptaan lapangan kerja (pro job).

1.1.2 Pertanyaan penelitian

Berdasarkan uraian pada rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1. Apakah industri kreatif di DIY mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat, dan penyerapan tenaga kerja

(8)

19 dalam perekonomian yang ditunjukkan dengan angka pengganda output, angka pengganda pendapatan, dan angka pengganda tenaga kerja?

2. Apakah industri kreatif di DIY mempunyai keterkaitan yang tinggi terhadap sektor-sektor lainnya yang ditunjukkan dengan angka keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan angka keterkaitan ke depan (forward linkage)?

3. Apakah industri kreatif di DIY merupakan sektor kunci (key sector)?

1.2 Keaslian Penelitian

Perhatian pemerintah terhadap industri kreatif baru diberikan dalam satu dasawarsa terakhir dan merupakan isu mutakhir dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Penelitian mengenai industri kreatif masih jarang dilakukan, karena selain merupakan topik baru, juga sedikitnya literatur tentang industri kreatif. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan industri kreatif antara lain adalah sebagai berikut.

1. Drastiani (2014), meneliti tentang pengembangan kawasan Tangga Buntung sebagai creative cluster industry di Palembang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik, menentukan faktor sukses pembentuk karakteristik, dan memberikan arahan konsep perancangan pengembangan kawasan Tangga Buntung sebagai creative cluster industry. Penelitian ini menggunakan metode campuran antara deduktif kualitatif dan deduktif kuantitatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ditemukan tujuh elemen kesuksesan klaster industri kreatif dan diperoleh konsep perancangan pengembangan Tangga Buntung dengan pendekatan teori konsep placemaking

(9)

20 dan dapat diterapkan menjadi prototipe pengembangan klaster industri kreatif perkotaan di Indonesia.

2. Kamil (2012), melakukan penelitian tentang dengan menganalisis trend dan kinerja industri kreatif di Indonesia 2000 – 2009. Penelitian ini bertujuan untuk: menganalisis peran industri kreatif di Indonesia terhadap tenaga kerja, nilai tambah, dan produktivitas; menganalisis trend dan kinerja industri kreatif; menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap kinerja industri kreatif di Indonesia. Alat analisis yang digunakan meliputi analisis struktur, analisis perilaku, analisis kinerja, analisis trend, dan analisis faktor yang mempengaruhi produktivitas. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kinerja industri kreatif di Indonesia pada periode 2000 – 2009 relatif tinggi dilihat dari analisis trend dan analisis kinerja. Analisis regresi data panel menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, upah pekerja, dan kandungan input lokal berpengaruh signifikan terhdap kinerja industri kreatif di Indonesia.

3. Koestantia (2014), melakukan penelitian tentang pola sebaran industri kreatif dan sistem keruangan destinasi pariwisata di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pola sebaran industri kreatif pada destinasi pariwisata, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pola sebaran, dan membangun pola sebaran industri kreatif. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain multikasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan industri kreatif membentuk beragam pola sebaran dipengaruhi oleh karakteristik dan fungsi kegiatan industri kreatif, budaya, proses produksi, kebijakan, dan sistem keruangan destinasi. Interaksi dinamis anatara

(10)

21 industri kreatif dan destinasi pariwisata mengakibatkan perubahan penggunaan lahan karena peningkatan kegiatan dan arus kunjungan wisatawan.

4. Sunarso (2014), meneliti tentang tahapan Kota Bandung menuju Kota Kreatif. Penelitian ini bertujuan merumuskan tahapan proses Kota Bandung menuju kota kreatif, mengidentifikasi pelaku yang berperan dalam proses pengembangan Kota Bandung sebagai kota kreatif, dan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi proses pengembangan Kota Bandung sebagai kota kreatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa metode studi kasus. Hasil penelitian menujukkan bahwa ada 4 (empat) tahapan Kota Bandung sebagai kota kreatif yaitu mulai berkembangnya ekonomi kreatif (dimensi ekonomi), proses pembentukan jejaring (dimensi sosial), penguatan potensi jejaring (dimensi budaya), dan pembenahan ruang publik (dimensi lingkungan). Pelaku utama yang berperan dalam pengembangan kota kreatif adalah komunitas, pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan media massa. Faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Bandung sebagai kota kreatif adalah kepemimpinan, komunikasi, inspirasi eksternal, struktur birokrasi dan partisipasi masyarakat.

Kesamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian di atas adalah terletak pada fokus objek penelitian yaitu pada industri kreatif. Perbedaan yang menunjukkan keaslian dari penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian di atas adalah terletak pada sudut pandang keilmuan, di mana pada penelitian ini, peneliti mengkaji industri kreatif dari sisi ilmu ekonomi. Metode

(11)

22 analisis yang digunakan pada penelitian ini juga berbeda yaitu analisis input

output. Perbedaan-perbedaan lainnya adalah lokasi atau tempat dilaksanakannya

penelitian, waktu pelaksanaan penelitian, rentang data yang digunakan, dan variabel data yang digunakan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

1. Menganalisis angka pengganda (multiplier analysis) industri kreatif di DIY, yang meliputi angka pengganda output (output multiplier), angka pengganda pendapatan (income multiplier), dan angka pengganda tenaga kerja (employment multiplier).

2. Menganalisis keterkaitan (interindustrial linkages analysis) industri kreatif di DIY yang meliputi analisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan analisis keterkaitan ke depan (forward linkage).

3. Menganalisis apakah industri kreatif merupakan sektor kunci (key sector

analysis) dalam perekonomian di DIY.

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi pemerintah daerah khususnya Pemerintah DIY, masyarakat akademis, maupun peneliti sendiri, yaitu: 1. bagi Pemerintah DIY, agar bisa memberi informasi yang akurat dalam

pengambilan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah khususnya dalam pengembangan industri kreatif;

(12)

23 2. bagi masyarakat akademis, untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam perencanaan pembangunan daerah, terutama dalam pengembangan industri kreatif; dan

3. bagi peneliti, bermanfaat untuk mempertajam daya analisis berdasarkan data, sehingga sangat membantu dalam pekerjaan, terutama dalam menyusun perencanaan.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab dengan sistematika sebagai berikut. Bab I Pengantar, berisi latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, berisi tentang tinjauan pustaka, landasan teori, dan alat analisis. Bab III Analisis Data, berisi tentang cara penelitian, serta hasil analisis data dan pembahasan. Bab terakhir yaitu Bab IV, Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan rekanan yang setuju dengan harga yang diberikan akan dimasukkan dalam daftar list untuk pembuatan jadwal muat barang, tetapi apabila tidak setuju dengan harga,

PERANCANGAN PROMOSI KOSMETIK WARDAH CDEFENSE Menyatakan bahwa, laporan dan karya tugas akhir ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana, baik

Kegiatan penambangan kembali ini mendapat insentif dari kenaikan harga timah : Penambangan kembali menjadi menarik selama periode harga timah tinggi dan hanya bisa

Sejalan dengan kebijakan desentralisasi penelitian oleh Ristekdikti, penelitian Dosen merupakan salah satu skema penelitian yang pengelolaannya dilakukan oleh Lembaga

Kulit wajah dipersarafi oleh ketiga cabang nervus trigeminus, kecuali sebagian kecil daerag di atas angulus mandibula dan kelenjar parotis yang dipersarafi

Kesimpulan: Terdapat kecenderungan nilai growth hormone / IGF-1 lebih rendah dan nilai testosteron lebih tinggi pada pasien PPOK stabil dibanding orang sehat yang setara umur

Pihak Bank berhak untuk meminda Fasal ini dari semasa ke semasa mengikut budi bicara mutlaknya dan hendaklah memberikan notis 21 hari terlebih dahulu kepada Ahli Kad secara

Untuk itu adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis dan jumlah individu Herpetofauna di Resort Lekawai Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit