• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA LAKSANA ORGANISASI PANDUAN BAGI PENGURUS IDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TATA LAKSANA ORGANISASI PANDUAN BAGI PENGURUS IDI"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

Tahun 2018

PANDUAN BAGI PENGURUS IDI

TATA LAKSANA

(2)
(3)
(4)
(5)

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

Tahun 2018

PANDUAN BAGI PENGURUS IDI

TATA LAKSANA

ORGANISASI

(6)
(7)

Assalammualaikum Wr Wb,

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat dan hidayatNya buku Tata Kelola Organisasi IDI: Panduan Bagi Pengurus IDI ini dapat dirampungkan oleh tim penyusun. Buku ini sangat dibutuhkan sebagai penjabaran dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IDI terutama bagi jajaran pengurus IDI di semua tingkatan.

Melihat kondisi serta dinamika organisasi, dan juga tanpa menutup mata dari dinamika sosial serta kebangsaan, IDI yang memiliki struktur organisasi serta anggota hingga ke seluruh penjuru tanah air, harus dapat berjalan dengan mengedepankan pedoman yang disusun secara sistematis dan dapat diimplementasi oleh seluruh jajarannya. Selain itu, dalam perjalanannya, organisasi harus lebih memberikan manfaat yang lebih besar tanpa menimbulkan alur birokrasi organisasi yang dapat menghambat perkembangan organisasi. Pelaksanaan Tata Laksana Organisasi untuk selanjutnya akan mengikuti perkembangan perubahan dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IDI. Namun diharapkan hal-hal yang sifatnya menjadi rutinitas organisasi dapat dipahami dan dapat dilaksanakan tanpa kendala bermakna.

(8)

Semoga dengan keberadaan buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi organisasi dan secara tidak langsung dapat memberikan manfaat bagi bangsa dan negara. Masukan yang konstruktif dari seluruh jajaran IDI selalu diharapkan untuk perbaikan pengelolaan organisasi ke depannya.

Billahittaufiq wal hidayah, Wassalammualaikum Wr Wb.

Prof. Dr. Ilham Oetama Marsis, Sp.OG(K)

(9)
(10)
(11)

Kata Sambutan i

Surat Keputusan PB IDI tentang Tata Laksana Organisasi

Panduan bagi Pengurus IDI iii

Daftar Isi v

BAB I STRUKTUR IDI 1

A. Struktur 1

1. Struktur Organisasi 1

2. Status 3

3. Personalia 4

4. Tugas dan Wewenang 5

B. Tugas dan Pokok dan Fungsi 6

1. Wakil Ketua/Ketua Terpilih 6 2. Seketaris Jenderal 7 3. Wakil Seketaris Jenderal 7 4. Bendahara Umum 8 5. Wakil Bendahara Umum 9

6. Dewan 9

a. Dewan Pertimbangan 9

b. Dewan Pakar 10

7. Bidang 11

8. Badan Kelengkapan 11 a. Biro Hukum, Pembinaan dan Pembelaan

Anggota (BHP2A) 11 b. Badan Pengembangan Pendidikan

Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) 12 c. Badan Pekerja 12 d. Badan Data dan Informasi 13

9. Komite 13

BAB II KEANGGOTAAN 14

A. Definisi 14

B. Penerimaan Anggota 14 C. Kartu Tanda Anggota (KTA) IDI 18 D. Registrasi Ulang 19

(12)

E. Registrasi Mutasi Anggota 19 F. Kehilangan KTA IDI 20 G. Buku Induk Angota 21 H. Hak dan Kewajiban 22 I. Sanksi Administratif 24

J. Rekomendasi 26

BAB III STRUKTUR KEKUASAAN 29

A. Muktamar 29

1. Status dan Wewenang 29 2. Penyelenggaraan Muktamar 30 3. Acara Muktamar 31 4. Sidang-Sidang Muktamar 31

5. Peserta 35

6. Hak Peserta 37

7. Pimpinan Sidang Muktamar 37 8. Tugas-Tugas Pimpinan Sidang Muktamar 38

9. Kuorum 38

10. Keputusan 39

B. Muktamar Luar Biasa (MLB) 39 C. Musyawarah Wilayah (Muswil) 40 1. Status Musyawarah Wilayah 40

2. Wewenang 41

3. Tata Tertib 41

4. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswil LB) 43 D. Musyawarah Cabang (Muscab) 44 1. Status Musyawarah Cabang 44

2. Wewenang 45

3. Tata Tertib 45

4. Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscab LB) 47 E. Penjaringan Calon Ketua 48 1. Penjaringan Ketua PB IDI Terpilih 48 a. Kriteria Ketua PB IDI 48 b. Tahapan Pemilihan Ketua PB IDI Terpilih 48

(13)

2. Penjaringan Ketua IDI Wilayah 50 a. Kriteria Ketua IDI Wilayah 50 b. Persyaratan Untuk Dapat Dicalonkan

Sebagai Ketua IDI Wilayah 51 c. Tim Seleksi Ketua IDI Wilayah 52 3. Penjaringan Ketua IDI Cabang 53 a. Kriteria Ketua IDI Cabang 53 b. Persyaratan Untuk Dapat Dicalonkan

Sebagai Ketua IDI Cabang 53 c. Tim Seleksi Ketua IDI Cabang 55

BAB IV MUSYAWARAH PIMPINAN PUSAT 56

A. Hubungan dan Tata Cara Kerja Organisasi 56 B. Pelaksana Musyawarah Pimpinan Pusat 57

BAB V TATA KELOLA PENGURUS 58

A. Pengurus Besar 58

B. Pengurus Wilayah 61 C. Pengurus Cabang 63

BAB VI TATA LAKSANA MAJELIS 65

A. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) 65 B. Majelis Pengembangan Pelayanan Kompetensi

(MPPK) 67

C. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) 69

BAB VII ATRIBUT ORGANISASI 71

A. Atribut Organisasi 71 B. Bentuk, Atribut, Lambang, dan Simbol 72

BAB VIII HYMNE dan MARS IDI 73

A. Hymne IDI 73

B. Mars IDI 74

BAB IX KEUANGAN dan KEKAYAAN ORGANISASI 75

A. Pengertian dan Batasan 75 B. Ketentuan Umum Kekayaan dan Keuangan 75

(14)

C. Ketentuan Iuran 77 D. Pembagian Iuran 78 E. Iuran Anggota Perhimpunan 79 F. Pengelolaan Dana 79 G. Pertanggung Jawaban Keuangan Cabang 80

BAB X KERJASAMA 81

A. Tata Laksana Bidang Kerjasama 81 B. Kerjasama dari Luar IDI 81 C. Ajakan Kerjasama IDI 82 D. Kriteria Yang Dapat Memenuhi Terkait Untuk

Kerjasama/Kriteria 82

LAMPIRAN 83

• Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Anggota Baru/

Registrasi Awal (F1) 84

• Lampiran 2 Persetujuan Terhadap AD/ART dan Kode Etik Kedokteran Indonesia 87

• Lampiran 3 Formulir Registrasi Ulang (F2) 88

• Lampiran 4 Formulir Registrasi Mutasi Keanggotaan (F3) 92

• Lampiran 5 Formulir Cetak Kembali Akibat Kehilangan

(F4) 93

• Lampiran 6 Janji Anggota IDI 94

• Lampiran 7 Format Rekomendasi Ijin Praktik 95

• Lampiran 8 Petunjuk Penggunaan Database 96

• Lampiran 9 Simbol-Simbol Organisasi 109

(15)

A. STRUKTUR

1. Struktur Organisasi

a. Prinsip penyusunan struktur suatu organisasi, dan yang terpenting bagi organisasi IDI adalah:

1) Struktur Organisasi disusun berdasarkan kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berkembang

STRUKTUR IDI

(16)

2) Struktur Organisasi disusun agar Organisasi dapat bekerja secara optimal, efektif dan efisien

b. Manajemen modern di manapun menunjukkan bahwa agar organisasi dapat berjalan efektif, efisien dan optimal, maka antara lain diperlukan:

1) Struktur kepemimpinan, dengan hirarki disertai pembagian tugas dan kewenangan yang tegas dan jelas

2) Fungsi-fungsi teruraikan dengan baik

3) Tata hubungan kerja yang terkendali dan terkoordinasi

Organisasi yang demikian, khususnya bagi organisasi IDI, diharapkan akan mampu untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kedokteran, mampu melakukan pembinaan kepada anggotanya dan dapat memberikan manfaat serta pelayanan yang optimal kepada seluruh anggota. Struktur organisasi yang ada sekarang sangat tidak mendukung semua hal diatas, bahkan terkesan bagian-bagian dari organisasi berjalan sendiri-sendiri tanpa kendali serta tidak jelas struktur hirarki kepemimpinannya. Secara rasional dan obyektif, untuk kepentingan kemajuan dan pengembangan organisasi, struktur dan Hirarki Organisasi IDI perlu dilakukan penyesuaian, restrukturisasi dan disempurnakan.

(17)

2. Status

a. Pengurus Besar adalah struktur kepemimpinan tertinggi organisasi yang melaksanakan, dan mengurus kebijakan-kebijakan strategis dan operasional yang bersifat nasional yang diputuskan dalam muktamar

b. Ketua Pengurus Besar bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi Baik ke dalam maupun keluar organisasi

c. Dalam melaksanakan kebijakan strategis yang bersifat nasional, Ketua Umum Pebgurus Besar dibantu oleh Majelis-majelis sesuai dengan tanggung jawab masing-masing melalui Musyawarah Pimpinan Pusat (MPP) d. Tugas pokok dan fungsi Ketua terpilih diakamodir

dakam Pedoman Tatalaksana organisasi

e. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih dalam suatu Muktamar duduk sebagai Wakil Ketua Umum Pengurus Besar dalam periode berikutnya yang bersangkutan akan dikukuhkan yang akan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar

f. Ketua Umum Pengurus Besar bersama-sama dengan Ketua Umum Terpilih menyusun dan menetapkan kebijakan organisasi

g. Dalam melaksanakan kebijakan operasional, Ketua Umum Besar dibantu oleh Badan-badan kelengkapan, Badan Data dan informasi serta Badan Pekerja

h. Dalam mengembangkan dan memformulasikan kebijakan, Pengurus Besar dibantu oleh komite-komite

(18)

tetap dan ad-hoc, yang dibentuk Pengurus Besar untuk tujuan tersebut

i. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 3 (tiga) tahun j. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia hanya

diperbolehkan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar maksimal dua kali masa kepengurusan dalam periode yang tidak berurutan

k. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih tidak dapat melaksanakan tugasnya maka jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih dikosongkan dan Muktamar berikutnya memilih Ketua Umum Pengurus Besar dan Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih yang baru

l. Ketua Umum Pengurus Besar tidak dapat menjalankan tugas dan berhalangan tetap, maka Ketua Umum Terpilih langsung menjabat sebagai Ketua Umum Besar, dan dikukuhkan kembali sebagai Ketua Umum Pengurus Besar pada saat Muktamar.

3. Personalia

a. Personalia Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Ketua-Ketua Majelis, beberapa orang ketua bidang b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar adalah anggota

biasa yang memiliki integritas moral, etika, disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi dan memiliki komitmen terhadap tujuan dan upaya Ikatan Dokter Indonesia

(19)

4. Tugas dan Wewenang

a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah ditetapkan Muktamar b. Mengumumkan kepada seluruh Pengurus

Wilayah dan Pengurus Cabang yang menyangkut pengambilan keputusan Organisasi kemudian mempertanggungjawabkan kepada Muktamar berikutnya

c. Melakukan pembinaan dan pengawasan internal organisasi

d. Melakukan advokasi kebijakan kesehatan kepada pembuat kebijakan

e. Membina hubungan yang baik dengan semua aparat yang ada, pemerintah maupun swasta didalam ataupun diluar negeri, khususnya dengan aparat yang berhubungan dengan dunia kesehatan

f. Memberikan akreditasi Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan tingkat nasional dan regional

g. Memberikan akreditasi Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan

h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui forum Muktamar

i. Menyelenggarakan Muktamar pada akhir periode

j. Menyiapkan draft materi Muktamar melalui forum Rakernas

(20)

k. Mengusulkan perubahan nama perhimpunan, perhimpunan baru dan pembubaran perhimpunan di Muktamar

l. Mengesahkan pengurus Wilayah, pengurus Cabang serta perangkat organisasi baik tingkat pusat maupun tingkat cabang

B. TUGAS, POKOK, dan FUNGSI 1. Wakil Ketua/Ketua Terpilih

a. Membantu Ketua Umum dalam menjalankan tugasnya; b. Dalam hal Ketua Umum oleh sebab apapun tidak dapat

menjalankan tugas dan kewajibannya secara tetap, pelaksana tugas dan kewajiban Ketua Umum dilakukan oleh Ketua Terpilih/Wakil Ketua Umum;

c. Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan, maka Ketua Terpilih/Wakil Ketua Umum dapat diberikan kewenangan oleh Ketua Umum untuk bertindak mewakili Ketua Umum;

d. Membantu Ketua Umum dalam tugas-tugasnya, terutama dalam menjalankan fungsi eksekutif organisasi; e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua

Umum;

f. Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Umum.

(21)

2. Sekretaris Jenderal

a. Membantu Ketua Umum, Ketua Terpilih dan Ketua-Ketua dalam menjalankan tugas dan wewenang masing-masing.

b. Memimpin dan mengkoordinasikan kesekretariatan serta ber-tanggungjawab atas kelancaran administrasi umum

c. Mengkoordinir undangan atas penunjukan Ketua Umum d. Mewakili Ketua Umum menghadiri kegiatan internal

organisasi jika Ketua Umum berhalangan

e. Merumuskan naskah rancangan peraturan, keputusan dan pelaksanaan program bersama-sama dengan Ketua Umum, Ketua Terpilih dan Ketua Departemen yang bersangkutan

f. Bersama Ketua Umum menandatangani surat-surat dan keputusan-keputusan Pengurus PB IDI.

g. Bersama wakil-wakil sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara menyusun dan merencanakan anggaran pendapatan dan belanja rutin serta mengusahakan dan melengkapi perangkat pendukungan kesekretariatan (kantor)

3. Wakil Sekretaris Jenderal

a. Membantu tugas-tugas Kesekretariatan dan Sekretaris Eksekutif

b. Menandatangani surat-surat internal (atas pendelegasian dari Sekjend)

(22)

c. Mewakili Sekretaris Jenderal apabila berhalangan

d. Melaksanakan tugas khusus yang menyangkut urusan rutin dan pemantapan program sesuai tupoksi masing-masing sesuai arahan Sekretaris Jenderal

e. Menangani pelaksanaan tugas khusus lain berdasarkan arahan Ketua Umum atau Sekjend.

4. Bendahara Umum

a. Menghimpun serta mengembangkan dana dan aset organisasi dari segala sumber yang halal dan tidak mengikat.

b. Membuat kebijakan serta petunjuk teknis tentang tata cara pengelolaan keuangan serta pedayagunaan semua aset PB IDI.

c. Merekomendasikan segala bentuk kerjasama kepada Ketua Umum dan Sekjen atas inisiatif sendiri maupun usulan bidang, badan, biro, atau komite

d. Mengatur dan mencatat penerimaan, penyimpanan, pengeluaran uang dan cek serta surat-surat/barang-barang berharga serta semua aset milik PB IDI

e. Mengusulkan auditor external dan menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk diaudit.

f. Bersama wakil-wakil Bendahara, Sekretaris Jenderal menyusun dan merencanakan Anggaran pendapatan dan belanja rutin serta anggaran program PB IDI

(23)

5. Wakil Bendahara Umum

a. Membantu tugas-tugas Bendahara Umum dalam pengelolaan keuangan organisasi, khususnya kebutuhan rutin dan sekretariat.

b. Bersama Bendahara Umum menghimpun dan mengembangkan dana dan aset organisasi dari segala sumber yang halal dan tidak mengikat.

c. Bersama Bendahara Umum, Sekretaris Jenderal dan Wakil-Wakil Sekretaris dalam menyusun dan merencanakan anggaran pendapatan dan belanja rutin serta program-program PB IDI

d. Mewakili Bendahara Umum bila berhalangan

e. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan oleh Bendahara Umum.

6. Dewan

a. Dewan Pertimbangan

1) Dewan Pertimbangan mempunyai garis konsultatif. 2) Memberikan pertimbangan, nasehat, bimbingan dan

teguran bila diminta ataupun tidak oleh pengurus. 3) Penyampaian nasihat dan pertimbangan tersebut

dapat dilakukan secara perorangan maupun sebagai satu kesatuan nasihat dan pertimbangan seluruh anggota dewan.

(24)

4) Memberikan pertimbangan,nasehat, bimbingan dan teguran terutama terkait dengan kebijakan-kebijakan strategis organisasi yang berskala nasional.

5) Pertemuan Dewan Pertimbangan dengan Pengurus dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan oleh pengurus.

6) Melakukan pemeriksaan dan rekomendasi sanksi organisasi bagi pengurus maupun anggota.

b. Dewan Pakar

1) Sebagai Narasumber sesuai dengan keahlinya memberi masukan, pertimbangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan keahliannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Dewan Pakar berfungsi untuk memberikan pemikiran, pendapat, ide-ide untuk pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengurus sesuai dengan program kerja yang telah dicanangkan dalam satu periode kepengurusan

3) Memberikan rekomendasi kepada Pengurus di dalam merumuskan dan melaksanakan suatu kebijaksanaan organisasi sesuai dengan kepakarannya.

4) Dewan Pakar melakukan pengkajian terhadap dinamika roda organisasi untuk selanjutnya dirumuskan sebagai saran kepada Pengurus.

(25)

7. Bidang

a. Menyusun program kerja dan menjalankan sesuai dengan visi/misi, rencana strategis dan arahan ketua umum.

b. Melakukan koordinasi dengan bidang, badan, dan komite dalam mencapai target program kerja.

c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diarahkan oleh ketua umum.

8. Badan Kelengkapan

Terdiri dari:

a. Biro Hukum, Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A)

1) Melakukan pembinaan dan pengawasan praktik dokter dalam kesadaran hukum kesehatan.

2) Membela anggota dalam menjalankan profesinya baik yang menyangkut masalah etik, hukum, administrasi, atau organisasi, baik diminta atau tidak diminta.

3) Melakukan koordinasi dengan BHP2A di tingkat IDI Wilayah, IDI cabang, dan Perhimpunan.

4) Berkoordinasi dengan struktur pengurus lainnya dalam menjalankan tupoksi.

(26)

b. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB)

1) Membantu pengurus besar IDI dalam pelaksanaan kebijakan P2KB

2) Memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pendidikan keprofesian berkelanjutan dari perhimpunan- perhimpunan yang berada dalam koordinasi MPPK.

3) Merancang kegiatan P2KB yang dapat disinergikan bersama lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah khususnya dalam bidang kediklatan 4) Memberikan pertimbangan kepada PB IDI dalam

akreditasi seminar,pelatihan,workshop,simposium dan penyelenggaranya

5) Berkoordinasi dengan struktur pengurus lainnya dalam menjalankan tupoksi.

c. Badan Pekerja

1) Menyusun prioritas program kerja kepengurusan untuk selanjutnya dilaporkan dan ditindaklanjuti oleh Ketua Umum

2) Memberikan rekomendasi kepada Ketua Umum terkait isu strategis di internal maupun eksternal kepengurusan

3) Menyusun sambutan, materi presentasi, serta hal lain terkait penyampaian kebijakan Ketua Umum di forum internal maupun eksternal organisasi

(27)

4) Berkoordinasi dengan struktur pengurus lainnya dalam menjalankan tupoksi.

d. Badan Data dan Informasi

1) Menyusun tata kelola hardware dan software di lingkungan PB IDI

2) Melakukan pengembangan perangkat pendukung terhadap system informasi IDI

3) Melakukan pengawasan terhadap operasional data dan layanan informasi

4) Berkoordinasi dengan struktur pengurus lainnya dalam menjalankan tupoksi.

9. Komite

a. Melakukan kajian dan pengembangan standar profesi terkait bidang komite.

b. Membina hubungan dengan kelembagaan lain terkait program kerja komite.

c. Berkoordinasi dengan struktur pengurus lainnya dalam menjalankan tupoksi.

(28)

A. DEFINISI

1. Anggota IDI adalah warga negara Indonesia (WNI) atau warga negara asing (WNA) yang teregistrasi sebagai anggota IDI dan diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia. 2. Anggota Biasa adalah dokter WNI yang terigistrasi sebagai

dokter dokter dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

3. Anggota Luar Biasa yaitu WNA yang teregistrasi sebagai dokter dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

B. PENERIMAAN ANGGOTA

1. Penerimaan Anggota Biasa dilakukan oleh IDI Cabang setempat di mana praktik kedokteran diselenggarakan melalui pendaftaran dengan syarat sebagai berikut :

a. Mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran anggota baru (F1) (lampiran 1).

b. Melampirkan beberapa dokumen yang terdiri dari: 1) Fotokopi ijazah dokter yang dilegalisir asli rangkap

tiga;

2) Fotokopi KTP/Surat Keterangan Domisili rangkap tiga;

KEANGGOTAAN

(29)

3) Pas foto warna terbaru ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar dan ukuran 3x4 sebanyak 1 lembar;

4) Membayar iuran anggota sebesar (besaran ditentukan berdasarkan surat keputusan PB IDI) yang dibayarkan sekaligus untuk 3 (tiga) tahun dan uang pencetakan Kartu Tanda Anggota (KTA) IDI yang besarannya ditetapkan dengan surat keputusan tersendiri;

5) Khusus untuk dokter internsip, iuran anggota hanya wajib dibayarkan untuk 1 satu) tahun;

6) Fotokopi surat keterangan/surat tugas dari instansi; dan

7) Lembar pernyataan persetujuan terhadap AD/ART IDI dan kode Etik Kedokteran Indonesia (lampiran 2) c. Selanjutnya IDI Cabang mengirim berkas ke PB IDI yang

terdiri dari:

1) Formulir pendaftaran asli;

2) Satu rangkap fotokopi Ijazah dokter yang dilegalisir asli;

3) Satu rangkap fotokopi KTP/Surat Keterangan Domisili;

4) Pas foto warna terbaru ukuran 2x3 sebanyak 1 lembar;

5) Bukti pelunasan Iuran anggota ke PB IDI; dan 6) Bukti pembayaran biaya cetak KTA IDI.

(30)

d. Bila belum ada Cabang IDI ditempat calon anggota akan melakukan praktik pendaftan dilakukan melalui Pengurus Cabang IDI terdekat.

e. Pendaftaran melalui online akan diterbitkan melalui aturan tersendiri.

2. Penerimaan Anggota Luar Biasa dilakukan oleh Pengurus Besar melalui pendaftaran dengan syarat sebagai berikut : a. Mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran

anggota baru (F1) (lampiran 1).

b. Melampirkan beberapa dokumen yang terdiri dari:

1) Fotokopi ijazah dokter yang divalidasi oleh Kementerian terkait;

2) Fotokopi Paspor dan Visa yang divalidasi oleh Kementerian terkait;

3) Foto kopi kartu identitas lainnya;

4) Pas foto warna terbaru ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar dan ukuran 3x4 sebanyak 1 lembar;

5) Membayar iuran anggota (besaran ditentukan berdasarkan surat keputusan PB IDI) yang dibayarkan sekaligus untuk 3 (tiga) tahun dan uang pencetakan Kartu Tanda Anggota (KTA) IDI yang besarannya ditetapkan dengan surat keputusan tersendiri;

6) Surat keterangan/surat tugas dari instansi asal; 7) Surat undangan dari institusi dari Indonesia; dan

(31)

8) Lembar pernyataan persetujuan terhadap AD/ART IDI dan kode Etik Kedokteran Indonesia. (lampiran 2)

c. Pendaftaran melalui online akan diterbitkan melalui aturan tersendiri.

3. Setiap Anggota yang telah dinyatakan diterima, selanjutnya dilakukan pelantikan anggota dengan tata cara sebagai berikut :

a. Pelantikan Anggota Biasa dilakukan di IDI Cabang di mana yang bersangkutan melakukan pendaftaran setelah menerima KTA dari PB IDI;

b. Pelantikan Anggota Biasa dilakukan minimal dua kali dalam setahun dan dihadiri oleh minimal Ketua dan Sekretaris IDI Cabang;

c. Pelantikan Anggota Luar Biasa dilakukan di PB IDI yang dihadiri oleh minimal Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal;

d. Susunan acara pelantikan sebagai berikut : 1) Pembukaan oleh protokol;

2) Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne IDI; 3) Pengucapan Janji Anggota; (lampiran 6)

4) Penandatanganan naskah janji anggota; 5) Penyerahan KTA IDI;

(32)

7) Doa; dan 8) Penutup.

C. KARTU TANDA ANGGOTA (KTA IDI)

Kartu Tanda Anggota (KTA) IDI adalah kartu keanggotaan IDI yang memuat Nomor Pokok Anggota (NPA) IDI, asal IDI Wilayah dan asal IDI Cabang dengan ketentuan sebagai berikut :

1. KTA IDI hanya diterbitkan oleh Pengurus Besar IDI.

2. KTA IDI wajib dimiliki oleh setiap anggota IDI dan wajib diperpanjang setiap 3 (tiga) tahun sekali.

3. KTA IDI hanya dapat dicetak untuk: a. Pembuatan KTA anggota IDI baru; b. Perpanjangan KTA;

c. Mutasi keanggotaan;dan d. Kehilangan.

4. Persyaratan memperoleh KTA bagi anggota IDI baru jika telah memenuhi persyaratan pendaftran anggota.

5. IDI cabang dapat menerbitkan KTA Sementara (KTAS) IDI yang berlaku hingga terbit KTA IDI yang diterbitkan oleh PB IDI. KTA Sementara (KTAS) IDI hanya beirisi:

a. Nama lengkap; b. IDI wilayah; c. IDI cabang;

(33)

d. Nomor registrasi keanggotaan cabang; dan e. Masa berlaku KTAS selama 6 (enam) bulan.

6. KTAS hanya berlaku selama 6 (enam) bulan dan tidak bisa di perpanjang.

7. Pemegang KTAS tidak memiliki hak untuk dipilih dan memilih dalam forum pengambilan keputusan.

D. REGISTRASI ULANG

Dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan menjelang KTA berakhir. 1. Mengisi formulir registrasi ulang (F2). (lampiran 3)

2. Melampirkan:

a. Fotokopi KTA IDI lama;

b. Bukti pelunasan iuran anggota IDI selama 3 (tiga) tahun; c. Bukti bayar biaya pencetakan KTA (besaran ditetapkan

dengan surat keputusan PB IDI); dan

d. Pas foto warna terbatu 2x3 sebanyak 1 lembar dan ukuran 4x6 sebanyak 1 lembar.

3. seluruh berkas diserahkan melalui IDI Cabang untuk selanjutnya diajukan ke PB IDI.

4. Mekanisme online terlampir (lampiran 8)

E. REGISTRASI MUTASI ANGOOTA

1. Mengisi formulir registrasi mutasi (F3) (lampiran 4) 2. Melampirkan:

(34)

a. Surat keterangan pindah anggota IDI yang telah disetujui Ketua IDI cabang asal

b. Fotokopi KTA IDI lama

c. Bukti bayar biaya pengadaan KTA (besaran ditetapkan dengan surat keputusan IDI)

d. Pas foto warna terbaru ukuran 2x3 sebanyak 1 lembar dan ukuan 4x6 sebanyak 1 lembar.

3. Bagi Anggota yang akan mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di kota lain diwajibkan melakukan mutasi keanggotan ke IDI Cabang di mana Program Pendidikan Spesialis berada. Hal ini ditujukkan dalam proses penerbitan rekomendasi izin praktik, serta pembinaan dan pengawasan praktik kedokteran.

F. KEHILANGAN KTA IDI

Pengadaan KTA IDI karena kehilangan

1. Mengisi formulir pengadaan KTA karena hilang (F4) (lampiran 5)

2. Melampirkan:

a. Surat kehilangan dari kepolisian;

b. Bukti bayar biaya pengadaan KTA (besaran ditetapkan dengan surat keputusan PB IDI; dan

c. Pas foto warna terbaru ukuran 2x3 sebnayak 1 lembar dan 4x6 sebanyak 1 lembar.

(35)

G. BUKU INDUK ANGGOTA

1. Setiap cabang dapat mempunyai buku induk anggota yang berisi:

a. Nomor urut registrasi.

b. Nama anggota dan identitas lain: 1) Laki/Perempuan;

2) Tempat dan tanggal lahir; 3) Agama;

4) Alamat rumah/No telepon/Handphone/E-mail; 5) Alamat praktik; dan

6) Alamat instansi tempat kerja. c. Nomor Pokok Anggota (NPA) IDI

d. Asal Universitas (FK dimana yang bersangkutan lulus dokter) dan tahun lulus

e. Keterangan mutasi

f. Pas foto warna ukuran 3x4 1 lembar

2. Untuk menyamakan data keanggotaan IDI Cabang dapat mengakses database keanggotaan IDI berupa sistem Informasi berbasis web yang dibangun oleh PB IDI. selanjutnya akan diterbitkan petunjuk teknis.

(36)

H. HAK DAN KEWAJIBAN

1. Hak Anggota

a. Setiap anggota biasa berhak mngeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pertanyaan dengan lisan, dan/atau tertulis kepada pengurus, mengikuti semua kegiatan organisasi dan memiliki hak memilih dan dipilih.

b. Setiap anggota luar biasa berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul pertanyaan lisan dan/atau tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi tetapi tidak mempunyai hak memilih dan dipilih.

c. Setiap anggota yang melaksanakan tugas Ikatan Kedokteran Indonesia dan/atau pekerjaan sebagai dokter berhak mendapat perlindungan dan pembelaan organisasi. Perlindungan dan pembelaan organisasi dilaksanakan oleh Biro Hukum, Pembinaan, dan Pembelaan Anggota (BHP2A). BHP2A berada disemua tingkatan IDI.

d. Setiap anggota berhak mendapatkan manfaat dari upaya organisasi. Upaya-upaya organisasi yang bertujuan untuk menambah kekayaan atau aset digunakan sepenuhnya untuk kepentingan organisasi dan anggota serta wajib dilaporkan pada forum-forum

2. Kewajiban Anggota

a. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi kode etik kedokteran Indonesia.

(37)

b. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban mematuhi anggaran rumah tangga, mematuhi peraturan dan keputusan organisasi, serta menjaga dan mempertahankan Ikatan Dokter Indonesia.

c. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban membayar iuran anggota.

d. Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia dianggap telah mengetahui Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia:

1) Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi, mematuhi dan mengamalkan sumpah dokter dan kode etik kedokteran Indonesia. AD/ART, segala peraturan dan keputusan IDI

2) Wajib membayar iuran setiap bulan serta kewajiban lainnya

3) Wajib:

a) Mengikuti kegiatan organisasi secara aktif; b) Meningkatkan pengetahuan;

c) Memperhatikan kesejahteraan individu dan keluarga baik fisik maupun spiritual; dan

d) Meningkatkan rasa kesejawatan sesama anggota IDI.

3. Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan

a. Anggota Ikatan Dokter Indonesia dapat merangkap anggota dan/atau merangkap jabatan organisasi di

(38)

lingkungan IDI dan/atau organisasi, tidak terdapat konflik kepentingan dan tidak bertentangan secara fungsional, serta tidak melanggar kehormatan dan/atau tradisi luhur kedokteran;

b. Jabatan di IDI (PB IDI, IDI Wilayah, dan IDI Cabang) berpotensi menimbulkan konflik kepentingan dan bertentang secara fungsional untuk jabatan pada pengurus IDI (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara); dan

c. Penilaian terhadap anggota IDI yang merangkap anggota dan/atau merangkap jabatan dilakukan oleh Pengurus Ikatan Dokter Indonesia ditiap tingkat masing-masing.

I. SANKSI ADMINISTRATIF

1. Anggota dapat diberikan sanksi berupa teguran tertulis/ lisan, pencabutan sementara atau diberhentikan karena: a. Bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan Ikatan Dokter Indonesia.

b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik Ikatan Dokter Indonesia.

2. Anggota yang melakukan pelanggaran atau diduga melakukan pelanggaran dapat dilaporkan oleh anggota lain atau secara aktif di panggil oleh IDI sesuai tingkatan.

3. Untuk pelanggaran oleh anggota yang berdampak luas (tindakan merugikan atau mencemarkan organisasi melalui

(39)

langsung dipanggil oleh PB IDI.

4. Persidangan termasuk pemeriksaan terhadap pelanggaran anggota dilakukan oleh tim khusus yang dibentuk oleh IDI di tiap tingkatan.

5. Kategori berat ringannya pelanggaran didasarkan atas kriteria sebagai berikut:

a) Akibat yang ditimbulkan terhadap nama baik organisasi; b) Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum; c) Motivasi yang mendasari timbulnya pelanggaran;

d) Itikad baik anggota dalam turut menyelesaikan kasus; dan

e) Pendapat dan pandangan BHP2A.

6. Anggota yang diskors dan diberhentikan dapat melakukan pembelaan dalam forum yang ditunjuk untuk itu. Anggota yang diberi sanksi berupa teguran/lisan, pecabutan sementara atau diberhentikan diberi kesempatan meminta bantuan hukum dalam rangka pembelaan kepada Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A).

7. Pemberian sanksi ringan berupa peringatan lisan di sampaikan kepada anggota pelanggar dalam persidangan oleh tim khusus.

8. Apabila sanksi ringan sebagaimana dimaskud poin 7 diatas telah disampaikan sebanyaj 3 (tiga) kali kepada dokter pelanggar, tetapi tidak ada perbaikan sikap dilanjut dengan pringatan tertulis dan/atau pembinaan organisasi.

(40)

9. Apabila peringatan tertulis dan/atau pembinaan organisasi sebagaimana poin 8 diatas telah disampaikan 3 (tiga) kali tetapi tidak ada perbaikan sikap dilanjutkan dengan pemberhentian sementara sebagai anggota IDI. Pemberhentian sementara dibarengi dengan pemberitahuan tertulis kepada dinas kesehatan kabupaten-kota untuk mencabut izin praktik dokter yang diberikan sanksi.

10. Pemberhentian anggota Ikatan Dokter Indonesia direkomendasikan oleh Pengurus Besar IDI untuk selanjutnya diputuskan di dalam forum Muktamar.

11. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan surat keputusan PB IDI.

J. REKOMENDASI

1. Rekomendasi Izin Praktik

a. Anggota biasa memperoleh rekomendasi dari IDI Cabang dengan persyaratan sebagai berikut:

1) Ijazah legalisir asli;

2) Surat Tanda Registrasi (STR); 3) Lunas iuran anggota;

4) Membayar biaya rekomendasi;

5) Mengikuti pembekalan dan pemeriksaan oleh komite rekomendasi izin praktik (KRIP) berupa materi organisasi, regulasi bidang kesehatan, dan aspek etik-disiplin-hukum kedokteran untuk memperoleh rekomendasi izin praktik yang pertama. Untuk rekomendasi izin praktik selanjutnya tidak di wajibkan ikut pembekalan.

(41)

6) Bagi anggota yang menjadi pengurus PB IDI, IDI Wilayah, dan IDI Cabang tidak diwajibkan mengikuti pembekalan oleh KRIP.

b. Anggota luar biasa memperoleh rekomendasi dari PB IDI dengan persyaratan sebagai berikut:

1) Ijazah legalisir asli;

2) Surat Tanda Registrasi (STR); 3) Lunas iuran anggota;

4) Membayar biaya rekomendasi; dan

5) Khusus dokter spesialis WNA mendapatkan surat pengantar rekomendasi dari perhimpunan pusat. c. IDI Wilayah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan

setempat, IDI Cabang dan Perhimpunan Cabang untuk menetapkan kuota kebutuhan dan persebaran dokter spesialis per-Kabupaten/Kota;

d. Khusus untuk rekomendasi ijin praktik bagi Anggota Luar Biasa hanya diperuntukkan untuk Alih Teknologi yang sifatnya sementara berdasarkan STR Sementara yang diterbitkan oleh KKI.

e. Biaya rekomendasi ditetapkan dengan surat keputusan PB IDI;

f. Penerbitan rekomendasi izin praktik paling lambat 14 hari kerja setelah persyaratan lengkap;

g. Permasalahan penerbitan rekomendasi izin praktik di IDI cabang dapat diadukan oleh anggota ke tingkat IDI Wilayah dan/atau Pengurus Besar;

(42)

h. Rekomendasi yang terbit tidak sesuai dengan aturan pada poin-poin di atas dapat dibatalkan oleh Pengurus Besar IDI; dan

i. Peraturan dan perundang-undangan lain terkait dengan praktik kedokteran tetap menjadi rujukan dalam penerbitan rekomendasi izin praktik.

j. Format Rekomendasi Ijin Praktik Terlampir (Lampiran 7) 2. Rekomendasi Izin Belajar

a. Untuk belajar di dalam negeri rekomendasi dari IDI Cabang

b. Untuk belajar keluar negeri rekomendasi dari PB IDI c. Persyaratan:

1) Fotokopi informasi peneriman; 2) Fotokopi formulir pendaftaran; dan 3) Izin atas yang bekerja di Institusi.

(43)

A. MUKTAMAR

1. Status dan Wewenang

a. Muktamar Muktamar merupakan kekuasaan tertinggi organisasi IDI dan merupakan musyawarah nasional dokter Indonesia yang diwakili oleh utusan cabang b. Muktamar mempunyai kekuasaan dan wewenang:

1) Menetapkan AD/ART, pedoman-pedoman pokok serta garis-garis haluan organisasi dan program kerja nasional IDI;

2) Menilai pertanggungjawaban PB IDI Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) mengenai amanat yang diberikan oleh muktamar sebelumnya;

3) Memilih Ketua PB IDI Terpilih;

4) Mengukuhkan Ketua IDI Terpilih pada muktamar sebelumnya menjadi Ketua Umum PB IDI;

5) Apabila ketua terpilih periode sebelumnya tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai ketua umum, maka muktamar memilih ketua umum yang baru;

STRUKTUR KEKUASAN

(44)

6) Memilih Ketua MKEK dalam sidang khusus MKEK, untuk kemudian dikukuhkan sebagai ketua pada sidang pleno muktamar;

7) Memilih Ketua MKKI dalam sidang khusus MKKI, untuk kemudian dikukuhkan sebagai ketua pada sidang pleno muktamar;

8) Memilih Ketua MPPK dalam sidang khusus MPPK, untuk kemudian dikukuhkan sebagai ketua pada sidang pleno muktamar;

9) Menetapkan pedoman-pedoman pokok, kebijakan strategis dan program kerja nasional MKEK, MKKI dan MPPK;

10) Mengukuhkan perhimpunan baru dalam lingkungan IDI;

11) Menetapkan tempat pelaksanaan mukernas dan muktamar IDI berikutnya; dan

12) Mengesahkan anggota kehormatan IDI.

2. Penyelenggaraan Muktamar

a. Muktamar diselenggarakan oleh PB IDI bersama panitia pengarah dan panitia pelaksana muktamar yang dibentuk oleh PB IDI.

b. Panitia pengarah mengarahkan materi pembahasan dalam sidang muktamar

c. Panitia pelaksana muktamar bertanggungjawab atas segi teknis penyelenggara muktamar.

d. Untuk tertibnya penyelenggaraan muktamar disusun tata tertib muktamar yang disahkan oleh sidang pleno

(45)

3. Acara Muktamar

a. Acara muktamar disusun oleh panitia pengarah dan diajukan kepada sidang muktamar untuk pengesahan. b. Acara muktamar mencakup sidang-sidang muktamar

dan acara ilmiah.

4. Sidang-Sidang Muktamar

a. Sidang organisasi muktamar terdiri dari: 1) Sidang pleno

a) Pengurus Besar adalah penanggung jawab penyelenggara Muktamar.

b) Muktamar dihadiri oleh utusan, peninjau dan undangan.

c) Jumlah peninjau ditetapkan oleh Pengurus Besar.

d) Urusan cabang memiliki hak bicara dan hak suara.

e) Peninjau hanya memiliki hak bicara.

f) Undangan tidak mempunyai hak bicara dan hak suara.

g) Mekanisme pengambilan keputusan dalam muktamar dilaksanakan dalam Sidang Pleno. h) Peserta Muktamar adalah utusan cabang

dengan mandat resmi yang mempunyai hak bicara dan hak suara sedangkan peninjau hanya mempunyai hak bicara.

(46)

i) Ketentuan banyaknya suara utusan cabang dalam Muktamar menggunakan acuan sebagai berikut:

(1) Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 suara (2) Sampai dengan 100 anggota biasa : 2 suara (3) Sampai dengan 300 anggota biasa : 3 suara (4) Sampai dengan 500 anggota biasa : 4 suara (5) Samapai dengan 700 anggota biasa : 5

suara

(6) Dan seterusnya, setiap tambahan 200 anggota biasa akan memperoleh tambahan 1 suara dengan jumlah maksimal sebanyak 10 suara

j) Jumlah anggota biasa cabang ditentukan oleh Pengurus Besar berdasarkan iuran anggota yang dibayarkan oleh Pengurus cabang.

k) Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan pengesahan agenda acara, tata tertib sidang, dan pemilihan pemimpin sidang pleno Muktamar dipimpin oleh panitai pengarah Muktamar. l) Muktamar dinyatakan sah bila dihadiri oleh 50

(lima puluh)% tambah 1 (satu) jumlah cabang yang ada.

m) Apabila huruf 12 tidak terpenuhi maka Muktamar diundur paling lama 1x24 jam dan setelah itu Muktamar dianggap sah.

(47)

presidium yang dipilih dari dan oleh utusan cabang.

o) Setelah selesai laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar, maka Pengurus Besar dinyatakan demisioner.

2) Sidang Komisi

a) Panitia Adhoc adalah penanggung jawab masing-masing sidang komisi.

b) Sidang komisi dihadiri oleh utusan cabang dan peninjau yang ditetapkan oleh Pimpinan sidang Pleno.

c) Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak suara.

d) Peninjau hanya memilki hak bicara.

e) Hasil sidang komisi diajukan dalam sidang pleno untuk ditetapkan.

f) Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga) orang pimpinan yang dipilih 2 dari dan oleh utusan cabang dan 1 Panitia Adhoc.

3) Sidang Subkomisi

a) Sidang sub komisi dapat dibentuk berdasarkan kesepakatan dalam sidang komisi.

b) Pimpinan sidang sub komisi ditunjuk dari peserta sidang komisi.

c) Pimpinan sidang sub komisi wajib melaporkan hasil sidang sub komisi kepada pimpinan sidang komisi.

(48)

4) Sidang Khusus Muktamar

a) Presidium Sidang Pleno Muktamar adalah penanggung jawab masing-masing sidang khusus.

b) Sidang Khusus terdiri dari sidang Khusus MKEK, Sidang Khusus MPPK, dan Sidang Khusus MKKI. c) Sidang Khusus MKEK dihadiri oleh utusan

MKEK Wilayah, peninjau dan undangan yang ditetapkan oleh Presidium Sidang Pleno.

d) Sidang Khusus MPPK dihadiri oleh Ketua Pengurus Pusat PDPP, PDSp dan PDSm, serta utusan MPPK Wilayah, peninjau dan undangan yang ditetapkan oleh Presidium Sidang Pleno. e) Sidang Khusus MKKI dihadiri oleh utusan

Kolegium, peninjau dan undangan yang ditetapkan oleh Presidium sidang pleno.

f) Masing-masing utusan memiliki hak bicara dan hak suara.

g) Peninjau dan undangan hanya memiliki hak bicara.

h) Hasil sidang khusus diajukan dalam sidang pleno untuk ditetapkan.

i) Sidang khusus dipimpin oleh 3 (tiga) orang pimpinan yang dipilih dari dan oleh peserta. b. Sidang komisi, sidang subkomisi dan sidang khusus

(49)

5. Peserta

a. Sidang Pleno Muktamar

1) Peserta sidang pleno muktamar adalah wakil lDI Cabang, dan unsur MPP (Pengurus Besar IDI, MKEK, MKKI, MPPK), Pengurus Pusat PDPP, Pengurus Pusat PDSp, Pengurus Pusat PDS, pengurus Wilayah, dan undangan lainnya.

2) Wakil IDI Cabang terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.

3) Pengurus Besar IDI, MKEK, MKKI, MPPK, Pengurus Pusat PDPP, Pengurus Pusat PDSp, Pengurus Pusat PDSm,Pengurus Wilayah adalah peserta peninjau. 4) Peserta Utusan adalah utusan IDI cabang yang

diberi mandat untuk itu, sesuai dengan jumlah suara yang dimiliki oleh cabang bersangkutan. Peserta utusan memiliki hak suara dan hak bicara.

5) Peserta Peninjau adalah unsur-unsur PB IDI, MKEK, MKKI, MPPK, PDPP, PDSp, PDSm, Pengurus Wilayah, dan peserta cabang yang diberi mandat sebagai peninjau. Peserta peninjau hanya memiliki hak bicara.

6) Peserta Undangan ialah pihak lain yang diundang secara khusus oleh pengurus besar dan panitia pelaksana untuk mengikuti muktamar. Peserta undangan tidak mempunyai hak bicara dan hak suara.

(50)

b. Sidang Khusus Majelis

1) Peserta utusan sidang-sidang khusus majelis adalah peserta peninjau muktamar dari unsur majelis dengan mandat resmi. Peserta utusan sidang-sidang khusus majelis mempunyai hak bicara di dalam sidang-sidang khusus majelis.

2) Peserta utusan sebagaimana huruf 1, yang mempunyai mandat khusus dari konstituennya, selain mempunyai hak bicara juga mempunyai hak suara di dalam sidang-sidang khusus majelis.

3) Wakil IDI Cabang, PB IDI, dan Pengurus IDI Wilayah dengan mandat resmi adalah peserta peninjau sidang khusus. Peserta peninjau sidang-sidang khusus majelis hanya mempunyai hak bicara di dalam sidang-sidang khusus majelis.

4) Peserta Undangan ialah pihak lain yang diundang secara khusus oleh pengurus besar dan panitia pelaksana untuk mengikuti sidangsidang khusus majelis. Peserta undangan tidak mempunyai hak bicara dan hak suara.

5) Peserta utusan Sidang Khusus MKKI adalah para ketua Kolegium.

6) Peserta utusan Sidang Khusus MKEK adalah para Ketua MKEK Wilayah.

7) Peserta utusan Sidang Khusus MPPK adalah para ketua Pengurus Pusat PDPP, Pengurus Pusat PDSp, Pengurus Pusat PDSm.

(51)

6. Hak perserta

a. Peserta Utusan memiliki hak bicara dan hak suara. b. Peserta Peninjau hanya memiliki hak bicara.

c. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan hak suara. d. Seluruh Peserta Muktamar memiliki hak untuk

mendapatkan semua fasilitas selama berlangsungnya Muktamar setelah memenuhi kewajiban peserta.

7. Pimpinan Sidang Muktamar

a. PB IDI membentuk panitia pengarah Muktamar. Panitia pengarah Muktamar untuk menjadi pimpinan sidang Pleno Muktamar untuk pengesahan KUORUM, pembahasan dan pengesahan agenda acara, tata tertib sidang dan pemilihan pimpinan sidang Pleno (presidium sidang).

b. Pimpinan Sidang Pleno muktamar dipilih dari dan oleh peserta utusan sebanyak 3 (tiga) orang dan berbentuk presidium.

c. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh peserta utusan di sidang komisi sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri dari atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris.

d. Pimpinan Sidang Sub Komisi dipilih dari dan oleh peserta sidang Sub Komisi sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris.

e. Pimpinan Sidang Khusus dipilih dari dan oleh peserta utusan di sidang khusus sebanyak 3 (tiga) orang, terdiri dari atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan

(52)

8. Tugas-Tugas Pimpinan Sidang Muktamar

a. Panitia pengarah.

1) Memimpin sidang pleno muktamar sampai terpilih pimpinan sidang muktamar yang baru;

2) Membantu tugas-tugas pimpinan sidang muktamar; 3) Membantu tugas-tugas sidang komisi;

4) Membantu tugas-tugas sidang khusus; 5) Membantu tugas-tugas sidang sub komisi; 6) Membantu tugas-tugas tim pengurus; dan

7) Menyiapkan formulir seluruh ketetapan muktamar. b. Pimpinan Sidang Pleno Muktamar (presidium) memimpin

sidang pleno muktamar. Membantu pelaksanaan sidang-sidang komisi. Membantu pelaksanaan sidang-sidang-sidang-sidang khusus muktamar.

c. Pimpinan Sidang Komisi bertugas memimpin sidang komisi. Membantu pelaksanaan sidang-sidang subkomisi.

d. Pimpinan Sidang Subkomisi bertugas memimpin sidang subkomisi.

e. Pimpinan Sidang Khusus bertugas memimpin sidang khusus.

9. KUORUM

a. Sidang Pleno Muktamar dinyatakan sah apabila lebih dari setengah jumlah cabang mengirim utusan dan hadir saat perhitungan.

b. Bila persyaratan pada point (a) tidak terpenuhi, muktamar diundur paling lama 1 x 24 jam setelah itu

(53)

c. Sidang khusus MKEK dinyatakan sah apabila dihadiri lebih setengah jumlah MKEK Wilayah dan apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka sidang khusus MKEK diundur selama 1 x 24 jam dan kemudian dianggap sah. d. Sidang khusus MKKI dinyatakan sah apabila dihadiri

lebih setengah jumlah kolegium dan apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka sidang khusus MKKI diundur selama 1 x 24 jam dan kemudian dianggap sah.

e. Sidang khusus MPPK dinyatakan sah apabila dihadiri lebih setengah jumlah Perhimpunan dan apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka sidang khusus MPPK diundur selama 1 x 24 jam dan kemudian dianggap sah.

10. Keputusan

a. Keputusan dalam sidang-sidang Muktamar diupayakan dengan cara musyawarah untuk mufakat.

b. Apabila point (a) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

B. MUKTAMAR LUAR BIASA (MLB)

1. Dalam keadaan luar biasa Muktamar dapat diselengarakan sewaktu-waktu atas inisiatif satu cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah seluruh cabang.

2. Keadaan luar biasa terdiri dari:

a. PB IDI melakukan pelanggaran AD/ART

b. Ketua Umum PB IDI melakukan pelanggaran Etik, Disiplin, dan Hukum

(54)

3. Mekanisme pengusulan MLB sebagai berikut:

a. IDI Cabang pengusul Muktamar luar biasa bersurat kepada PB IDI disertai bukti dan argumentasi keadaan luar biasa.

b. PB IDI meneruskan surat tersebut ke seluruh IDI Cabang dan meminta respon hingga batas waktu maksimal 30 hari dari tanggal surat. Di dalam surat juga mencantumkan usulan lokasi MLB.

c. Jika sampai dengan batas waktu jumlah IDI Cabang yang merespon (menyetujui) tidak lebih dari dua pertiga jumlah IDI Cabang maka MLB tidak dilaksanakan.

d. Jika sampai dengan batas waktu jumlah IDI Cabang yang merespon (menyetujui) melebihi dua pertiga jumlah IDI Cabang maka PB IDI wajib membentuk panita MLB. Selanjutnya panitia MLB menetukan tanggal pelaksanaan MLB.

C. MUSYAWARAH WILAYAH

1. Status Musyawarah Wilayah

a) Musyawarah Wilayah yang disingkat dengan Muswil merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat wilayah.

b) Muswil adalah musyawarah utusan cabang-cabang dalam satu wilayah.

c) Muswil diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.

d) Di antara Muswil pengurus wilayah melaksanakan Rapat Kerja Wilayah, yang dimaksudkan untuk menilai, memperbaiki dan mengadaptasi pelaksanaan program

(55)

e) Dalam keadaan luar biasa Muswil dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif satu cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah cabang yang ada dalam wilayah tersebut.

2. Wewenang

a) Menilai pertanggung-jawaban Ketua Pengurus Wilayah mengenai amanat yang diberikan oleh Muswil sebelumnya.

b) Menetapkan garis besar program kerja wilayah dengan berpedoman pada hasil-hasil Muktamar.

c) Memilih Ketua Pengurus Wilayah untuk periode berikutnya.

3. Tata tertib

a) Pengurus Wilayah adalah penanggung-jawab penyelenggara Muswil

b) Muswil dihadiri oleh utusan-utusan cabang, peninjau, dan undangan

c) Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia cabang dan diberi mandat resmi berdasarkan proses mekanisme rapat pengurus cabang

d) Peninjau yang terdiri dari utusan cabang dengan mandat resmi sebagai peninjau, Pengurus Wilayah, majelis-majelis dan unsur-unsurnya, dan Pengurus Besar

e) Ketentuan banyaknya suara utusan cabang dalam Muswil menggunakan acuan sebagai berikut:

1) Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 suara 2) Sampai dengan 100 anggota biasa : 2 suara

(56)

3) Sampai dengan 300 anggota biasa : 3 saura 4) Sampai dengan 500 anggota biasa : 4 suara 5) Sampai dengan 700 anggota biasa : 5 suara

6) Dan seterusnya, setiap tambahan 200 anggota baisa akan memperoleh tambahan 1 suara dengan jumlah maksimal sebanyak 10 suara

f) Jumlah anggota biasa cabang ditentukan oleh Pengurus Wilayah berdasarkan iuran anggota yang dibayarkan ke Pengurus Besar

g) Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan oelh Pengurus wilayah

h) Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak suara i) Peninjau hanya memiliki hak bicara

j) Undangan tidak mempunyai hak bicara dan hak suara k) Pengambilan keputusan Muswil dilaksnakan dalam

Sidang Pleno

l) Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan pengesahan agenda acara, tata tertib sidang, dan pemilihan pimpinan sidang pleno Muswil dipimpin oleh panitia pengarah Muswil

m) Muswil dinyatakan sah bila dihadiri oleh 50 (limapuluh)% tambah 1 (satu) jumlah cabang yang ada

n) Apabila huruf m tidak terpenuhi maka Muswil diundur paling lama 1x24 jam dan setelah itu Muswil dianggap sah

(57)

p) Setelah selesai laporan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah, maka Pengurus Wilayah dinyatakan demisioner q) Segera setelah Ketua Pengurus Wilayah terpilih

dan Ketua Pengurus Wilayah yang lama dinyatakan demisioner maka Pengurus Besar menerbitkan surat Keputusan Pengesahan Ketua Pengurus Wilayah

r) Ketua Pengurus Wialyah yang baru segera membentuk kepengurusan selambat-lambatnya 14 hari setealah penerbitan surat keputusan pengesahan ketua pengurus wilayah diajukan ke Pengurus Besar untuk pengesahannya

s) Butir r telah melewati batas waktu maka Pengurus Besar memberikan peringatan tertulis

t) Enam bulan setelah habis masa bakti periode kepengurusan dan telah maksimal 2 (dua) kali diingatkan secara tertulis dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk segera mengadakan Muswil tetapi tidak dilaksanakan maka Pengurus Besar segera menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu orang Pengurus Besar, satu orang dari unsur pengurus wilayah yang telah kadaluarsa dan satu orang dari unsur pengurus cabang di mana wilayah tersebut berkedudukan untuk menyelenggarakan Muswil

4. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswil LB)

a. Dalam keadaan luar biasa Muswil dapat diselengarakan sewaktu-waktu atas inisiatif satu cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah seluruh cabang di wilayah tersebut.

(58)

b. Keadaan luar biasa terdiri dari:

1) IDI Wilayah melakukan pelanggaran AD/ART

2) Ketua IDI Wilayah melakukan pelanggaran Etik, Disiplin, dan Hukum

c. Mekanisme pengusulan Muswil LB sebagai berikut: 1) IDI Cabang pengusul Muswil luar biasa bersurat

kepada IDI Wilayah disertai bukti dan argumentasi keadaan luar biasa.

2) IDI Wilayah meneruskan surat tersebut ke seleruh Cabang dan meminta respon hingga batas waktu maksimal 30 hari dari tanggal surat. Di dalam surat juga mencantumkan usulan lokasi Muswil LB.

d. Jika sampai dengan batas waktu jumlah IDI Cabang yang merespon (menyetujui) tidak lebih dari dua pertiga jumlah IDI Cabang maka Muswil LB tidak dilaksanakan. e. Jika sampai dengan batas waktu jumlah IDI Cabang yang

merespon (menyetujui) melebihi dua pertiga jumlah IDI Cabang maka IDI Wilayah wajib membentuk panita Muswil LB. Selanjutnya panitia Muswil LB menetukan tanggal pelaksanaan Muswil LB.

D. MUSYAWARAH CABANG

1. Status Musyawarah Cabang

a. Musyawarah Cabang yang disingkat dengan Muscab merupakan pengambilan keputusan tertinggi pada tingkat cabang.

b. Muscab adalah musyawarah para anggota Ikatan Dokter Indonesia dalam cabang tersebut.

(59)

c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.

d. Di antara Muscab, Pengurus Cabang melaksanakan Rapat Kerja Cabang.

e. Dalam keadaan luar biasa Muscab dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif tiga orang anggota dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah anggota biasa yang ada.

2. Wewenang

a. Menilai pertanggung jawaban Pengurus Cabang mengenai pelaksanaan amanat Muscab.

b. Menetapkan program kerja cabang dengan tetap berpedoman kepada kebijakan opersaional yang telah ditetapkan dalam Muswil dan hasil-hasil Muktamar.

c. Memilih Ketua Pengurus Cabang untuk periode berikutnya.

3. Tata Tertib

a. Pengurus Cabang adalah penanggung jawab penyelenggaraan Muscab.

b. Muscab dihadiri oleh anggota, peninjau, dan undangan. c. Anggota adalah semua anggota biasa yang ada di

cabang bersangkutan.

d. Peninjau adalah anggota luar biasa Ikatan Dokter Indonesia.

e. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan oleh Pengurus Cabang.

f. Anggota memiliki hak bicara dan hak suara. g. Peninjau memiliki hak bicara.

(60)

h. Undangan tidak memiliki hak bicara dan hak suara. i. Pengambilan keputusan dalam Muscab dilaksanakan

dalam Sidang Pleno.

j. Banyaknya suara Cabang dalam Muscab ditentukan jumlah anggota pada cabang yang bersangkutan.

k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan pengesahan agenda acara, tata tertib sidang, dan pemilihan pimpinan sidang pleno Muscab dipimpin oleh panitia pengarah Muscab.

l. Sidang Muscab dipimpin oleh tiga orang presidium yang dipilih dari anggota dan oleh anggota.

m. Muscab baru dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari 50 (limapuluh) % jumlah anggota dengan melampirkan bukti pengiriman undangan pada seluruh anggota

n. Huruf m tidak terpenuhi maka Muscab paling lama 1x24 jam dan setelah itu Muscab dianggap sah.

o. Setelah selesai laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang maka Pengurus Cabang dinyatakan demisioner. p. Segera setelah Ketua Pengurus Cabang terpilih

sedangkan Ketua Pengurus Cabang yang lama dinyatakan demisioner maka Pengurus Wilayah atas nama Pengurus Besar menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan Sementara Ketua Pengurus Cabang Terpilih. q. Ketua Pengurus Cabang yang baru segera membentuk

kepengurusan selambat-lambatnya 14 hari setelah penerbitan surat keputusan pengesahan sementara ketua pengurus cabang dan diajukan ke Pengurus Besar untuk pengesahannya.

(61)

s. Enam bulan setelah habis masa bakti periode kepengurusan dan telah maksimal 2 (dua) kali diingatkan secara tertulis dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk segera mengadakan Muscab tetapi tidak dilaksanakan maka Pengurus Besar segera menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu orang Pengurus Wilayah, satu orang dari unsur pengurus cabang yang telah kadaluarsa dimana cabang tersebut berkedudukan; untuk menyelenggarakan Muscab.

4. Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscab LB)

a. Dalam keadaan luar biasa Muscab LB dapat diselengarakan sewaktu-waktu atas inisiatif satu anggota cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota cabang. b. Keadaan luar biasa terdiri dari:

1) IDI Cabang melakukan pelanggaran AD/ART

2) Ketua IDI Cabang melakukan pelanggaran Etik, Disiplin, dan Hukum

c. Mekanisme pengusulan Muscab LB sebagai berikut: 1) Anggota pengusul Muscab luar biasa bersurat

kepada IDI Cabang disertai bukti dan argumentasi keadaan luar biasa.

2) IDI Cabang meneruskan surat tersebut ke seluruh Anggota IDI Cabang dan meminta respon hingga batas waktu maksimal 30 hari dari tanggal surat. Di dalam surat juga mencantumkan usulan lokasi Muscab LB.

(62)

d. Jika sampai dengan batas waktu jumlah Anggota Cabang yang merespon (menyetujui) tidak lebih dari dua pertiga jumlah Anggota Cabang maka Muscab LB tidak dilaksanakan.

e. Jika sampai dengan batas waktu jumlah Anggota Cabang yang merespon (menyetujui) melebihi dua pertiga jumlah Anggota Cabang maka IDI Cabang wajib membentuk panita Muscab LB. Selanjutnya panitia Muscab LB menetukan tanggal pelaksanaan Muscab LB.

E. PENJARINGAN CALON KETUA

1. Penjaringan Ketua PB IDI terpilih a. Kriteria Ketua PB IDI

1) Calon ketua PB IDI Terpilih ialah anggota biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku 2) Menyatakan kesediaanya secara lisan dan terbuka,

serta menyampaikan curriculum vitae dan visi-misinya

3) Pernah menjadi Pengurus IDI

4) Tidak sedang dalam permasalahan etika disiplin dan hukum

5) Melewati proses penjaringan yang dilakukan oleh tim seleksi yang dibentuk oleh PB IDI

6) Kriteria tambahan dapat dikeluarkan oleh tim seleksi dan ditetapkan dalam rapat Pleno PB IDI. b. Tahapan pemilihan Ketua PB IDI terpilih

(63)

2) Dinyatakan memenuhi kriteria oleh tim seleksi PB IDI.

3) Pemilihan Ketua PB IDI Terpilih dilakukan pada sidang pleno muktamar dan dilakukan dalam dua tahapan pemilihan

4) Pada pemilihan tahap pertama, setiap cabang mengajukan satu nama calon ketua

5) Calon yang memperoleh dukungan minimal 20 cabang IDI berhak diajukan pada pemilihan tahap berikutnya

6) Calon dinyatakan sah apabila telah diperiksa syarat pencalonannya yaitu keterangan memenuhi kriteria dari tim seleksi ketua PB IDI terpilih, menyatakan kesediaannya secara lisan dan terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan visi misinya di depan sidang muktamar selama waktu yang disediakan oleh pimpinan sidang

7) Calon yang telah dinyatakan sah pada point (5) dan (6) di atas diajukan pada tahap pemilihan selanjutnya

8) Presidium sidang mengajukan mekanisme musyawarah mufakat kepada forum muktamar untuk memilih Ketua PB IDI terpilih secara aklamasi. Jika forum tidak mencapakai kata mufakat maka dilanjutkan dengan mekanisme pemilihan tahap kedua

9) Pemilihan tahap kedua dilakukan secara bebas dan rahasia oleh peserta yang mempunyai hak suara

(64)

10) Calon yang memperoleh suara terbanyak, ditetapkan oleh sidang pleno muktamar menjadi Ketua PB IDI Terpilih (Wakil Ketua Umum PB IDI) pada masa kepengurusan yang sama dan akan menjadi Ketua Umum PB IDI pada masa kepengurusan berikutnya 11) Apabila pada pemilihan tahap pertama hanya satu

orang calon yang mendapat dukungan minimal 20 Cabang, maka calon tersebut langsung ditetapkan sebagai Ketua PB IDI untuk selanjutnya disahkan dalam sidang pleno muktamar

c. Tim seleksi penjaringan Ketua IDI

1) Berjumlah 3-7 (harus ganjil) orang yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) ketua PB IDI 2) Kriteria tim seleksi sebagai berikut:

a) Pengurus IDI yang mempunyai dedikasi dan integritas;

b) Pernah menjadi Pengurus IDI lebih dari 6 (enam) tahun; dan

c) Kriteria lain yang disepakati Pengurus 2. Penjaringan Ketua IDI Wilayah

a. Kriteria Ketua IDI Wilayah

1) Calon ketua IDI Terpilih ialah anggota biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku 2) Menyatakan kesediaanya secara lisan dan terbuka,

serta menyampaikan curriculum vitae dan visi-misinya

(65)

4) Tidak sedang dalam permasalahan etika disiplin dan hukum

5) Melewati proses penjaringan yang dilakukan oleh tim seleksi yang dibentuk oleh IDI Wilayah

6) Kriteria tambahan dapat dikeluarkan oleh tim seleksi dan ditetapkan dalam rapat pleno IDI Wilayah. b. Persyaratan untuk dapat dicalonkan menjadi Ketua IDI

Wilayah

1) Dapat dicalonkan sebagai Ketua IDI Wilayah ialah anggota biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku.

2) Dinyatakan memenuhi kriteria oleh tim seleksi IDI Wilayah.

3) Pemilihan Ketua IDI Wilayah dilakukan pada sidang pleno Muswil dan dilakukan dalam dua tahapan pemilihan

4) Pada pemilihan tahap pertama, setiap Cabang mengajukan satu nama calon ketua

5) Calon yang memperoleh dukungan minimal 1 cabang IDI berhak diajukan pada pemilihan tahap berikutnya

6) Calon dinyatakan sah apabila telah diperiksa syarat pencalonannya yaitu keterangan memenuhi kriteria dari tim seleksi ketua IDI Wilayah, menyatakan kesediaannya secara lisan dan terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan visi misinya di depan sidang pleno Muswil selama waktu yang disediakan oleh pimpinan sidang

(66)

7) Calon yang telah dinyatakan sah pada point (5) dan (6) di atas diajukan pada tahap pemilihan selanjutnya

8) Presidium sidang mengajukan mekanisme musyawarah mufakat kepada forum Muswil untuk memilih Ketua IDI Wilayah secara aklamasi. Jika forum tidak mencapakai kata mufakat maka dilanjutkan dengan mekanisme pemilihan tahap kedua

9) Pemilihan tahap kedua dilakukan secara bebas dan rahasia oleh peserta yang mempunyai hak suara 10) Calon yang memperoleh suara terbanyak, ditetapkan

oleh sidang pleno Muswil menjadi Ketua IDI Wilayah 11) Apabila pada pemilihan tahap pertama hanya satu orang calon yang mendapat dukungan minimal 1 (satu) Cabang, maka calon tersebut langsung ditetapkan sebagai Ketua IDI Wilayah untuk selanjutnya disahkan dalam sidang pleno Muswil c. Tim seleksi penjaringan Ketua IDI Wilayah

1) Berjumlah 3-7 (harus ganjil) orang yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) ketua IDI Wilayah 2) Kriteria tim seleksi sebagai berikut:

a) Pengurus IDI yang mempunyai dedikasi dan integritas;

b) Pernah menjadi Pengurus IDI lebih dari 6 (enam) tahun; dan

(67)

3. Penjaringan Ketua IDI Cabang a. Kriteria Ketua IDI Cabang

1) Calon ketua IDI Cabang ialah anggota biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku 2) Menyatakan kesediaanya secara lisan dan terbuka,

serta menyampaikan curriculum vitae dan visi-misinya

3) Pernah menjadi Pengurus IDI

4) Tidak sedang dalam permasalahan etika disiplin dan hukum

5) Melewati proses penjaringan yang dilakukan oleh tim seleksi yang dibentuk IDI Cabang

6) Kriteria tambahan dapat dikeluarkan oleh tim seleksi dan ditetapkan dalam rapat pleno IDI Cabang. b. Persyaratan untuk dapat dicalonkan menjadi Ketua IDI

Cabang

1) Dapat dicalonkan sebagai Ketua IDI Cabang ialah anggota biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku.

2) Dinyatakan memenuhi kriteria oleh tim seleksi IDI Cabang.

3) Pemilihan Ketua IDI Cabang dilakukan pada sidang pleno Muscab dan dilakukan dalam dua tahapan pemilihan

4) Pada pemilihan tahap pertama, setiap anggota mengajukan satu nama calon ketua

(68)

5) Calon yang memperoleh dukungan minimal 1 anggota berhak diajukan pada pemilihan tahap berikutnya

6) Calon dinyatakan sah apabila telah diperiksa syarat pencalonannya yaitu keterangan memenuhi kriteria dari tim seleksi ketua IDI Cabang, menyatakan kesediaannya secara lisan dan terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan visi misinya di depan sidang Muscab selama waktu yang disediakan oleh pimpinan sidang

7) Calon yang telah dinyatakan sah pada point (5) dan (6) di atas diajukan pada tahap pemilihan selanjutnya

8) Presidium sidang mengajukan mekanisme musyawarah mufakat kepada forum Muscab untuk memilih Ketua IDI Cabang secara aklamasi. Jika forum tidak mencapakai kata mufakat maka dilanjutkan dengan mekanisme pemilihan tahap kedua

9) Pemilihan tahap kedua dilakukan secara bebas dan rahasia oleh peserta yang mempunyai hak suara 10) Calon yang memperoleh suara terbanyak, ditetapkan

oleh sidang pleno Muscab menjadi Ketua IDI Cabang 11) Apabila pada pemilihan tahap pertama hanya satu

orang calon yang mendapat dukungan minimal 1 anggota Cabang, maka calon tersebut langsung ditetapkan sebagai Ketua IDI Cabang untuk selanjutnya disahkan dalam sidang pleno muktamar

(69)

c. Tim seleksi penjaringan Ketua IDI Cabang

1) Berjumlah 3-7 (harus ganjil) orang yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) ketua IDI Cabang 2) Kriteria tim seleksi sebagai berikut:

a) Pengurus IDI yang mempunyai dedikasi dan integritas;

b) Pernah menjadi Pengurus IDI lebih dari 6 (enam) tahun (kecuali untuk IDI Cabang yang baru terbentuk); dan

(70)

A. Hubungan dan Tata Cara Kerja Organisasi

Tata hubungan dan hirarki organisasi IDI pada saat ini tidak secara nyata dideskripsikan dalam Aturan Organisasi dan ini menyebabkan peran dan fungsi menjadi tumpang tindih serta organisasi tidak dapat berjalan secara optimal. Organisasi IDI sebagai satu-satunya Organisasi Profesi Dokter yang diakui Pemerintah dan Undang-Undang, akan semakin berperan dalam kehidupan berbangsa. Oleh karena itu perlu dilakukan konsolidasi internal di seluruh jajaran organisasi struktural dan substruktural di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Kebijakan organisasi IDI merupakan kebijakan seluruh jajaran IDI baik di tingkat struktural (IDI Wilayah/ Cabang dan Perhimpunan-perhimpunan).

Dalam menyelenggarakan tugasnya, kepemimpinan di tingkat pusat berkoordinasi secara terintegrasi melalui musyawarah pimpinan pusat (MPP) yang terdiri dari Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK). MPP dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Besar IDI. Pengurus Besar dibantu oleh majelis-majelis yang terdiri dari Majelis Kehormatan etik Kedokteran (MKEK), Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), dan Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) yang masing-masing memiliki kewenangan secara

MUSYAWARAH

PIMPINAN PUSAT

(71)

B. Pelaksana Musyawarah Pimpinan Pusat

1. Jadwal pelaksanaan pimpinan pusat dapat diajukan oleh Ketua Umum PB IDI atau unsur pimpinan pusat lainnya. 2. MPP dapat melibatkan peserta lain diluar unsur pimpinan

pusat berdasarkan kesepakatan seluruh pimpinan pusat. Namun keputusan dalam MPP tetap hanya diputuskan oleh unsur pimpinan pusat.

3. Dalam situasi mendesak (terkait isu nasional maupun situasi penting lainnya) Ketua Umum dapat mengambil keputusan tanpa melalui forum MPP.

(72)

A. PENGURUS BESAR 1. Status

a) Pengurus besar adalah struktur kepemimpinan tertinggi organisasi yang melaksnakan, dan mengurus kebijakan-kebijakan strategis dan operasional yang bersifat nasional yang diputuskan dalam Muktamar

b) Ketua umum pengurus besar bertanggung jawab untuk dan atas nama organisasi baik ke dalam maupun ke luar organisasi

c) Dalam melaksanakan kebijakan strategis yang bersifat nasional, Ketua Umum Pengurus Besar dibantu oleh Majelis-majelis sesuai dengan tanggung jawab masing-masing melalui Musyawarah Pimpinan Pusat (MPP) d) Tugas pokok dan fungsi ketua Terpilih diakomodir dalam

Pedoman Tatalaksana Organisasi

e) Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih dalam satu Muktamar duduk sebagai Wakli Ketua Umum Pengurus Besar dalam periode setelah Muktamar tersebut. Pada periode berikutnya yang bersangkutan akan dikukuhkan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar

f) Ketua Umum Pengurus Besar bersama-sama dengan Ketua Umum Terpilih menyusun dan menetapkan kebijakan organisasi

TATA KELOLA PENGURUS

(73)

g) Dalam melaksanakan kebijakan operasional, Ketua Umum Pengurus Besar dibantu oleh badan-badan kelengkapan, Badan Data dan Informasi serta Badan Pekerja

h) Dalam mengembangkan dan memformulasikan kebijakan, Pengurus Besar dibantu oleh komite-komite tetap dan ad-hoc, yang dibentuk Pengurus Besar untuk tujuan tersebut

i) Masa jabatan Pengurus Besar adalah 3 (tiga) tahun j) Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia hanya

diperbolehkan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar maksimal dua kali masa kepengurusan dalam periode yang tidak berurutan

k) Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih tidak dapat melaksanakan tugasnya maka jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih dikosongkan dan Muktamar berikutnya memilih Ketua Umum Pengurus Besar dan Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih yang baru

l) Ketua Umum Pengurus Besar tidak dapat menjalankan tugas dan berhalangan tetap, maka Ketua Umum Terpilih langsung menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar, dan dikukuhkan kembali sebagai Ketua Umum Pengurus Besar pada saat Muktamar

2. Personalia

a) Personalia Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal

(74)

b) Dapat menjadi pengurus besar adalah anggota biasa yang memiliki integritas moral, etika, disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi dan memiliki komitmen terhadap tujuan dan upaya Ikatan Dokter Indonesia

3. Tugas dan Wewenang

a) Melaksnakan isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga serta keputusan yang telah ditetapkan Mukatamar

b) Mengumumkan kepada seluruh Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang yang menyangkut pengambilan keputusan organisasi kemudian mempertanggungjawabkan kepada Muktamar berikutnya

c) Melakukan pembinaan dan pengawasan internal organisasi

d) Melakakuan advokasi kebijakan kesehatan kepada pembuat kebijakan

e) Membina hubungan yang baik dengan semua aparat yang ada, pemerintahmaupun swasta didalam ataupun diluar negeri, khusunya dengan aparat yang berhubungan dengan dunia kesehatan

f) Memberikan akreditasi Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan tingkat nasional dan regional

g) Memberikan akreditasi Lembaga Penyelenggara Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan

h) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui forum Muktamar

Referensi

Dokumen terkait

Pertama , untuk menetapkan hukum pada suatu kasus yang padanya terdapat „illat hukum, namun belum ada hukum padanya dengan cara menyamakannya dengan kasus yang

Joomla Modules VirtueMart pada toko Prayoga Sport ini setidaknya dapat membantu penyampaian informasi secara detail produk kepada konsumen secara online dan memudahkan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak

Hal ini disebabkan karena dengan pengetahuan produk kartu CDMA yang tinggi konsumen akan semakin mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh

U RH je upravo za ovo područje razmatranja donesen Zakon o sprječavanju pranja novca i financiranju terorizma koji propisuje mjere, radnje i postupke koje obveznici

pe!utusan ikatan al$a !e!+etuk oFoniu!% pe!utusan gugus alk/l !e!+entu gugus oFoniu!%  pe!utusan gugus alkil !e!+entuk kar+okationd. oFoniu!% pe!utusan gugus alkil

● Antena, kabel yang tepat (koaksial 75 ), dan steker terminasi yang tepat diperlukan untuk mendapatkan gambar dan suara dengan kualitas optimal.. ● Apabila yang digunakan

Karena indera peraba tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan tepat maka dibuat alat yang diberi nama termometer.. Termometer yang paling banyak digunakan adalah termometer