Rama ulun sundasewu, 2015
Analisis konstrastif perubahan fonem pada proses afikasi,reduflikasi,dan komposisi dalam bahasa jepang dan bahasa indonesia kajian morfofonemik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada
proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi dalam bahasa Jepang-Indonesia adalah
sebagai berikut. Dalam hal ini penulis menggunakan istilah BJ (bahasa Jepang)
dan BI (bahasa Indonesia).
1. Perbandingan Perubahan Fonem pada Proses Afiksasi Bahasa
Jepang-Indonesia.
a. Prefiks /me/ dan /o/ BJ dan prefik /me-/ dan /ber-/ BI diikuti oleh fonem
vokal.
Persamaannya adalah prefiks /me/ bahasa Jepang dan prefiks /me-/ bahasa
Indonesia, keduanya mengalami penambahan fonem ketika diikuti oleh kata
yang diawali dengan huruf vokal. Secara fonetis, bunyi /me/ dalam bahasa
Jepang merupakan yuusei ryoushin bion ‘bunyi konsonan nasal bilabial yang bersuara’. Sedangkan bunyi vokal dalam bahasa Jepang merupakan bunyi yang tidak hanya ditentukan oleh posisi lidah, tetapi juga ditentukan
dengan bulat-tidaknya bentuk bibir ketika mengucapkan bunyi tersebut. Jika
bunyi /me/ diikuti bunyi vokal, kemudian diucapkan, maka kombinasi bunyi
tidak enak didengar. Oleh karena itu, ditambahkanlah bunyi frikatif /su/
diantara bunyi /me/ dan bunyi vokal, menjadi /mesu/. Akan tetapi, hal ini
tidak terjadi jika bunyi /me/ diikuti oleh kata /ushi/. Bunyi /me/ tidak akan
mengalami penambahan fonem /su/, karena bunyi /mesu/ merupakan suku
kata yang mengandung bunyi /u/. Selain itu, untuk membedakan bunyi
bunyi /su/ pada bunyi /me/ tidak digunakan. Sedangkan bumyi /me/ dalam
bahasa Indonesia terbentuk dari konsonan /m/ yang merupakan bunyi
konsonan sengau dwibibir dan vokal /e/ yang merupakan bunyi vokal
madya/tengah, diucapkan [mə]. Jika bunyi /me/ digabungkan dengan bunyi
vokal, maka akan mengalami penambahan fonem /ng/ yang merupakan bunyi sengau [ŋ], menjadi /meng-/. Penambahan fonem ini terjadi karena kehomorganan artikulasinya atau penyesuaian bentuk alomorf-alomorf yang
bersangkutan secara fonemis. Secara fonetik bunyi [ŋ] merupakan bunyi
sengau, hal ini dapat menjadikan kombinasi bunyi [mə] dengan kata yang
diawali huruf vokal enak didengar.
Perbedaanya adalah sebagai berikut.
1. Secara keseluruhan prefiks /me/ dan prefiks /o/ dalam bahasa Jepang
hanya bisa digabungkan dengan kata benda saja, sedangkan prefiks /me-/
dan prefiks /ber-/dalam bahasa Indonesia dapat digabungkan dengan kata
benda dan kata kerja.
2. Secara keseluruhan penggabungan prefiks /me/ dan /o/ dalam bahasa
Jepang dengan kata benda, tidak mengubah kelas kata pada kata benda
tersebut, sedangkan penggabungan prefiks /me-/ dan /ber-/ dalam bahasa
Indonesia dengan kata benda, mengubah kelas kata pada kata benda
tersebut. akan tetapi jika digabungkan dengan kata kerja, tidak akan
mengubah kelas kata, tetap menjadi kata kerja.
3. Berbeda dengan prefiks /me/ dan /o/ bahasa Jepang dan prefiks /me/
bahasa Indonesia yang mengalami penambahan fonem, prefiks /ber-/
tidak mengalami penambahan fonem maupun perubahan fonem, yang
artinya tidak mengalami proses morfofonemik. Kecuali jika digabungkan
dengan kata /ajar/, maka akan berubah menjadi /bel-/. Selain itu, prefiks
/ber-/ mengalami perubahan bentuk, jika diikuti oleh kata dasar yang
diawali fonem /r/, diikuti oleh kata dasar yang suku pertamanya
berakhiran /er/, dan diikuti oleh kata dasar tertentu, yaitu /ajar/, diluar itu
/ajar/ merupakan konsonan gesek pasca-rongga-gigi bersuara. Jika
diucapkan tanpa mengalami perubahan, menjadi /berajar/ kombinasi
bunyi terdengar aneh. Sehingga prefiks /ber-/ apabila digabungkan
dengan kata /ajar/ berubah menjadi /bel-/.
b. Prefiks /me/ dan /o/ BJ vs prefik /me-/ dan /ber-/ BI diikuti oleh fonem
konsonan.
1. Persamaannya adalah prefiks /me/ bahasa Jepang dan prefiks /me-/
bahasa Indonesia, jika digabungkan dengan kata yang diawali konsonan
/k/, /s/, /t/, maka konsonan tersebut akan mengalami perubahan fonem.
2. Prefiks /me/ bahasa Jepang mengalami penambahan fonem /su/, ketika
diikuti oleh nomina yang diawali konsonan /n/, /h/, /r/, dan /m/. Dan juga
mengalami penambahan fonem /n/ ketika diikuti oleh kata /tori/.
Sedangkan prefiks /me-/ bahasa Indonesia mengalami penambahan
fonem /ng/ ketika digabungkan dengan kata yang diawali konsonan /h/.
Perbedaannya adalah sebagai berikut.
1. Secara keseluruhan prefiks /me/ dan prefiks /o/ dalam bahasa Jepang
hanya bisa digabungkan dengan kata benda saja, sedangkan prefiks /me-/
dan prefiks /ber-/dalam bahasa Indonesia dapat digabungkan dengan kata
benda dan kata kerja.
2. Secara keseluruhan penggabungan prefiks /me/ dan /o/ dalam bahasa
Jepang dengan kata benda, tidak mengubah kelas kata pada kata benda
tersebut, sedangkan penggabungan prefiks /me-/ dan /ber-/ dalam bahasa
Indonesia dengan kata benda, mengubah kelas kata pada kata benda
tersebut. akan tetapi jika digabungkan dengan kata kerja, tidak akan
mengubah kelas kata, tetap menjadi kata kerja.
3. Prefiks /o/ bahasa Jepang mengalami penambahan fonem /su/, ketika
diikuti oleh nomina yang diawali konsonan /n/, dan /r/. Dan juga
mengalami penambahan fonem /n/ ketika diikuti oleh kata /tori/.
fonem. Akan tetapi mengalami pelesapan fonem /r/, jika diikuti oleh kata
yang diawali konsonan /r/ dan jika suku kata pertama berupa huruf /r/.
2. Perbandingan Perubahan Fonem pada Proses Reduplikasi Bahasa
Jepang-Indonesia.
a. Reduplikasi BJ dan BI yang mengandung fonem vokal.
Reduplikasi vokal dari BJ dan BI hampir tidak memiliki persamaan. Akan
tetapi memiliki perbedaan sebagai berikut.
1. Secara keseluruhan tidak semua nomina, verba, adjektiva, dan adverbia
dalam bahasa Jepang dapat diulang, sedangakan dalam bahasa Indonesia
dapat diulang dan menyatakan jamak.
2. Reduplikasi kata yang memiliki fonem vokal pada bahasa Jepang tidak
mengalami perubahan fonem, sedangkan dalam bahasa Indonesia
reduplikasi kata yang memiliki fonem vokal mengalami perubahan
fonem, seperti berikut a/→/i/, /a/→/e/, /a/→/u/, /i/→/a/, /u/→/a/, /o/→/a/,
hanya vokal /e/ yang tidak mengalami perubahan fonem. Perubahan
fonem vokal tersebut terikat secara struktural dan semantis pada bentuk
dasarnya.
3. Dalam bahasa Jepang reduplikasi yang diawali fonem vokal tidak
mengalami perubahan fonem, sedangkan dalam bahasa Indonesia
perubahan fonem terjadi pada fonem di awal, tengah, dan akhir.
b. Reduplikasi BJ dan BI yang mengandung fonem konsonan.
Persamaannya adalah sebagai berikut.
1. Perubahan fonem konsonan /k/, /s/, dan /h/ pada bahasa Jepang-Indonesia
secara fonetis sama, berubah menjadi konsonan plosif (letup). Perubahan
fonem konsonan /k/, /s/, dan /h/ pada BJ disebabkan morfem tidak
memiliki bunyi hambat bersuara di bagian tengah. Begitu juga dengan
konsonan tersebut terikat secara struktural dan semantis pada bentuk
dasarnya.
2. Konsonan /n/ dan /m/ pada bahasa Jepang-Indonesia, tidak mengalami
perubahan fonem.
3. Perubahan fonem terjadi di fonem awal dari kata kedua.
Perbedaannya adalah konsonan /r/ pada bahasa Jepang tidak mengalami
perubahan fonem, sedangkan fonem /r/ pada bahasa Indonesia mengalami
perubahan fonem.
3. Perbandingan Komposisi bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.
a. Komposisi BJ dan BI yang mengandung fonem vokal.
Persamaannya adalah komposisi bahasa Jepang-Indonesia secara
keseluruhan terbentuk dari beberapa gabungan kelas kata, seperti gabungan
antara nomina, verba, dan adjektiva.
Perbedaannya adalah sebagai berikut.
1. Komposisi vokal bahasa Jepang mengalami perubahan fonem pada
fonem terakhir pada kata pertama, sedangkan dalam komposisi vokal
bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan fonem.
2. Komposisi vokal bahasa Jepang mengalami penambahan fonem /s/ ketika
digabungkan dengan kata yang diawali vokal /a/ pada kata kedua. Kata
same yang berasal dari kata ame merupakan pergeseran bunyi yang
terjadi atas dasar derivatif, dan selalu berada pada bagian akhir dari
bentuk gabungan. Sedangkan komposisi vokal bahasa Indonesia tidak
b. Komposisi BJ dan BI yang mengandung fonem konsonan.
Persamaannya adalah komposisi konsonan bahasa Jepang-Indonesia secara
keseluruhan terbentuk dari beberapa gabungan kelas kata, seperti gabungan
antara nomina, verba, dan adjektiva. Sedangkan perbedaannya adalah
komposisi konsonan bahasa Jepang mengalami perubahan fonem pada
fonem awal pada kata kedua, sedangkan dalam komposisi bahasa Indonesia
tidak mengalami perubahan fonem.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan mengenai persamaan dan
perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses morfologi seperti pada
afiksasi (prefiks), reduplikasi, dan komposisi dalam bahasa Jepang-Indonesia.
Penulis beranggapan bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan
dan perlu ditindaklanjuti. Penulis berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai perubahan-perubahan fonem lainnya, seperti yang terjadi pada proses
infiks, sufiks bahasa Jepang-Indonesia. Berikut adalah kekurangan dalam
penelitian ini dan dapat menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.
1. Penelitian ini tidak membahas tentang perubahan fonem yang terjadi pada
proses infiks, sufiks, dan konfiks. Selain itu tidak semua fonem pada bahasa
Indonesia dibahas dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini hanya membahas satu bidang morfofonemik, yaitu perubahan
fonem saja. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti bidang
morfofonemik lainnya seperti pergesaran fonem, pelesapan fonem, dan lain
sebagainya.
3. Menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengkaji lebih dalam lagi
pengontrasan perubahan-perubahan fonem yang terjadi selain pada proses
morfologi lainnya.
4. Disarankan untuk penelitian selanjutnya, agar dapat menemukan perubahan