BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu karena dilakukan dalam seting
sosial, dengan memberikan suatu perlakuan kepada sekelompok sampel dan
mengkaji dampak dari perlakuan tersebut. Adapun perlakuan yang diberikan
adalah pembelajaran generatif. Agar dampak perlakuan yang diberikan tidak bias,
peneliti berupaya semaksimal mungkin mengontrol variabel-variabel luar yang
tidak menjadi fokus kajian dalam penelitian.
Dampak dari pemberian perlakuan yang menjadi fokus kajian dalam
penelitian ini adalah kemampuan penalaran matematis (KPM), kemampuan
komunikasi matematis (KKM) dan kemandirian belajar siswa dalam matematika
(KBS) yang disebut sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan
perlakuan yang diberikan kepada kelompok sampel penelitian disebut variabel
bebas (dependent variable), yaitu pembelajaran generatif.
Untuk melihat dampak dari perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen, dampak tersebut perlu dibandingkan dengan kelompok yang tidak
dikenakan perlakuan (kelompok kontrol). Dalam penelitian ini kelompok kontrol
tidak diberikan perlakuan khusus, sehingga siswa yang termasuk ke dalam
kelompok ini hanya mendapat pembelajaran biasa (konvensional).
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest and Postest Control
Group Design (Tuckman, 1978; Ruseffendi, 2005). Secara singkat, desain
O X O
O O (Ruseffendi, 2005)
Keterangan:
O : Pretes dan Postes (tes KPM dan KKM)
X : Perlakuan berupa pembelajaran generatif.
Dalam implementasinya, peneliti menggunakan tiga level sekolah, yaitu
level sekolah atas, level sekolah tengah, dan level sekolah bawah. Dari
masing-masing sekolah dipilih dua kelas, satu kelas untuk eksperimen dan satu kelas lagi
untuk kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) yaitu pembelajaran
generatif, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan khusus.
Penetapan kelompok sampel penelitian atas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempertimbangkan pengelompokan siswa dalam rombongan
belajar yang ada di sekolah. Setiap kelas penelitian diberikan pretes dan postes
untuk mengukur KPM, KKM dan KBS. Skor hasil pretes dan postes merupakan
data penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
B. Variabel Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, variabel
penelitian yang menjadi pokok kajian terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran generatif (PG) dan variabel terikat
adalah KPM, KKM dan KBS. Selain itu penelitian ini juga melibatkan level
sekolah (atas, tengah, bawah) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang,
rendah) sebagai variabel kontrol.
Keterkaitan antar variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol
Tabel 3.1
Keterkaitan antar KPM, Pembelajaran, Level Sekolah, dan Kemampuan Awal Matematis Level
Sekolah (LS)
Penalaran Matematis (P)
Pembelajaran Generatif (PG) Pembelajaran Konvensional (PKV)
Kemampuan Awal Matematis (K) Kemampuan Awal Matematis (K)
Tinggi Level Sekolah, dan Kemampuan Awal Matematis Level
Sekolah (LS)
Komunikasi Matematis (K)
Pembelajaran Generatif (PG) Pembelajaran Konvensional (PKV)
Kemampuan Awal Matematis (K) Kemampuan Awal Matematis (K)
K - PG (LA) : KKM siswa pada LS atas yang memperoleh PG Level Sekolah, dan Kemampuan Awal Matematis
Level Sekolah
(LS)
Kemandirian Belajar Siswa (KBS)
Pembelajaran Generatif (PG) Pembelajaran Konvensional (PKV)
Kemampuan Awal Matematis (K) Kemampuan Awal Matematis (K)
Tinggi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Kota Pekanbaru
tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan siswa SMA sebagai populasi penelitian
didasarkan pada pertimbangan:
(1) Perkembangan intelektual siswa kelas X secara umum masih belum formal
(2) Pada umumnya KBS SMA lebih tinggi daripada siswa SMP.
(3) Berdasarkan studi terdahulu, penerapan model pembelajaran generatif di
jenjang sekolah menengah (SMP dan SMA) memberikan dampak positif
terhadap keaktifan siswa, sikap, dan hasil belajar siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ditentukan berdasarkan teknik strata (stratified
sampling). Teknik ini dipilih karena sampel yang terambil dari
kelompok-kelompok yang berbeda akan mewakili karakteristik masing-masing kelompok-kelompok
populasi. Sampel penelitian adalah siswa SMA kelas X pada level sekolah atas,
tengah, dan bawah di Kota Pekanbaru. Dalam menetapkan sampel penelitian,
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meminta daftar sekolah dari Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru berdasarkan
jumlah nilai ujian nasional SMA tahun pelajaran 2009/2010 kelompok IPA
(Bahasa Indonesia, Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi) dan IPS
(Bahasa Indonesia, Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, Geografi).
b. Menetapkan ranking SMA Kota Pekanbaru berdasarkan nilai rata-rata dari total
kelompok (IPA, IPS), yang didasarkan pada hasil UN 2009/2010.
c. Menentukan pengkategorian level sekolah dengan menggunakan kriteria:
(1) level sekolah atas : skor total nilai UN > X + SD
(2) level sekolah tengah : X – SD  skor total nilai UN ≤ X + SD
(3) level sekolah bawah : skor total nilai UN < X – SD
d. Setelah pengkategorian level sekolah ditentukan, maka berdasarkan
pertimbangan diperoleh 3 sekolah, yakni: satu level sekolah atas, satu level
e. Dari setiap sekolah yang dipilih menjadi sampel, berdasarkan pertimbangan
diambil dua kelas dengan asumsi kemampuannya sama.
f. Dari dua kelas yang dipilih sebagai sampel, ditetapkan satu kelas kontrol dan
satu kelas eksperimen berdasarkan pertimbangan.
Berdasarkan data UN SMA tahun pelajaran 2009/2010 diperoleh bahwa
rata-rata total nilai (X) mata pelajaran yang diujikan untuk kelompok (IPA, IPS)
sebesar 49,21 dengan simpangan baku 1,78 (Adaptasi dari Diknas Kota
Pekanbaru, 2011). Dengan menggunakan aturan di atas, maka kategori level
sekolah yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1) level sekolah atas : skor total nilai UN > 50,98
(2) level sekolah tengah : 47,43  skor total nilai UN ≤ 50,98
(3) level sekolah bawah : skor total nilai UN < 47,43
Pada level sekolah atas, sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian
adalah SMAN 5 Pekanbaru dari lima sekolah yang ada (SMA Plus Provinsi Riau,
SMAN 8, SMAN 1, SMAN 5, dan SMAN 4 Pekanbaru), dengan siswa kelas X.10
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X.8 sebagai kelas kontrol. Level
sekolah tengah dipilih SMAN 7 Pekanbaru dari dua puluh empat sekolah yang ada
(SMAN 3, SMAN 7, ... , SMAN 11), dengan siswa kelas X.7 sebagai kelas
eksperimen dan siswa kelas X.6 sebagai kelas kontrol. Pada level sekolah bawah,
dipilih SMA Nurul Falah Pekanbaru dari tujuh sekolah yang ada (SMA Datuk
Batu Hampar, SMAN 13, SMA An-Nur, SMA Taruna Mandiri, SMA Widya
Graha, SMA Insan Terpuji, dan SMA Nurul Falah Pekanbaru), dengan siswa
kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X.3 sebagai kelas kontrol.
Tabel 3.4.
Sampel Penelitian berdasarkan Level Sekolah
Level Sekolah Sekolah Kelompok Subjek Ukuran Sampel
Atas SMAN 5
Siswa Kelas X.10
(Kelompok Generatif) 32
Siswa Kelas X.8
(Kelomp. Konvensional) 30
Tengah SMAN 7
Siswa Kelas X.7
(Kelompok Generatif) 30
Siswa Kelas X.6
(Kelomp. Konvensional) 30
Bawah SMA Nurul
Falah
Siswa Kelas X.1
(Kelompok Generatif) 35
Siswa Kelas X.3
(Kelomp. Konvensional) 35
Jumlah 192
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
digunakan dua jenis instrumen, yaitu tes dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes
terdiri dari seperangkat tes untuk mengukur kemampuan awal matematis,
kemampuan penalaran dan komunikasi matematis, sedangkan instrumen dalam
bentuk non-tes terdiri dari skala kemandirian belajar siswa dalam matematika,
lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, dan pedoman
wawancara siswa.
Langkah awal yang dilakukan adalah membuat kisi-kisi dan merancang
instrumen penelitian yang selanjutnya divalidasi (muka dan isi) oleh penimbang
atau validator yang berlatar belakang mahasiswa S3 pendidikan matematika yang
dianggap ahli. Pertimbangan validitas muka didasarkan pada kejelasan soal dari
segi bahasa atau redaksional dan dari segi gambar atau representasi. Pertimbangan
diberikan, indikator pencapaian hasil belajar, aspek kemampuan awal matematis
siswa yang diukur dan tingkat kesukaran siswa SMA kelas X. Setelah instrumen
direvisi berdasarkan masukan para ahli, kemudian diujicobakan kepada siswa
yang sudah mempelajari materi itu.
Ujicoba instrumen tes bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
tes, sementara ujicoba instrumen non tes, dilakukan untuk pembobotan pada tiap
butir skala kemandirian belajar. Kemudian dilakukan analisis instrumen untuk
mengetahui apakah perangkat tes sudah memenuhi syarat untuk penelitian atau
belum. Apabila perangkat tes sudah memenuhi syarat, maka instrumen tersebut
dapat diterapkan di lapangan.
Berikut ini merupakan uraian dari masing-masing instrumen yang
digunakan.
1. Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM)
Tes KAM digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa
sebelum diberikan pembelajaran (perlakuan). Pemberian tes KAM dimaksudkan
untuk pengelompokan siswa berdasarkan kategori KAM ke dalam tiga kelompok
kemampuan, yaitu kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Pengelompokan siswa didasarkan pada kriteria seperti terlihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Kriteria Pengelompokan Siswa berdasarkan KAM Interval Skor Tes KAM Kategori
xi ≥ 18 Tinggi
13 < xi < 18 Sedang
xi ≤ 13 Rendah
Keterangan: Skor ideal adalah 24
Tes KAM menggunakan bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan.
Jumlah butir soal pada awalnya 32, tetapi setelah melalui tahap ujicoba ada 8 butir
soal yang tidak valid sehingga jumlah soal yang digunakan sebanyak 24 butir
soal. Uji validitas setiap butir tes KAM dilakukan melalui pertimbangan para ahli
tentang validitas muka dan isi dari butir tes KAM. Penskoran terhadap jawaban
siswa untuk setiap butir soal dilakukan dengan aturan bahwa untuk setiap jawaban
benar diberi skor 1, dan untuk setiap jawaban salah atau tidak menjawab diberi
skor 0.
Hasil pertimbangan validitas muka dan isi oleh lima penimbang secara
lengkap disajikan pada lampiran C-1 halaman 473 dan 474. Hipotesis yang diuji:
Ho : Para penimbang memberikan pertimbangan yang sama
H1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak sama
Untuk menguji keseragaman hasil pertimbangan validitas muka dan isi
kelima penimbang, dianalisis dengan menggunakan ststistik Q-Cochran. Analisis
statistik ini bertujuan untuk mengetahui apakah para penimbang memberikan
pertimbangan terhadap setiap butir tes KAM secara sama atau tidak. Kriteria
pengujiannya: jika nilai probabilitas (sig.) lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima
dan dalam keadaan lainnya Ho ditolak. Hasil uji statistik hasil pertimbangan
terhadap validitas muka dan isi disajikan pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7.
Tabel 3.6
Uji Q-Cochran tentang Validitas Muka Tes KAM
Test Statistics
N 32
Cochran's Q 2.333a
df 4
Tabel 3.7
Uji Q-Cochran tentang Validitas Isi Tes KAM
Test Statistics
N 32
Cochran's Q 2.333a
df 4
Asymp. Sig. .675 a. 1 is treated as a success.
Berdasarkan Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa harga statistik
Q-Cochran untuk validitas muka dan isi adalah 2,33 dengan angka signifikansi
asimtotis 0,68 lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima. Dengan demikian, para
penimbang memberikan pertimbangan yang sama terhadap validitas muka dan isi
setiap buitr tes KAM. Selanjutnya soal diujicobakan kepada 32 siswa untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal. Validitas butir soal dihitung
menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Reliabilitas tes KAM
dihitung menggunakan rumus KR-21. Analisis validitas dan reliabilitas tes KAM
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-1 halaman 328. Hasil perhitungan
reliabilitas dan validitas tes KAM disajikan pada Tabel 3.8.
Dari Tabel 3.8 terlihat bahwa besarnya koefisien reliabilitas adalah 0,62.
Menurut Guildford (Ruseffendi, 2005), suatu tes dengan koefisien reliabilitas
sebesar 0,62 tergolong sedang. Dari Tabel 3.8 terlihat juga bahwa 24 butir soal
koefisien rhitung (rxy) lebih besar dari rtabel (0,349) berarti Ho ditolak, sehingga
terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir soal dengan skor total
untuk 24 butir soal tersebut. Dengan demikian, untuk 24 butir tes KAM
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Reliabiltas dan Validitas Tes KAM Reliabiltas No
Soal
Validitas No
Soal
Validitas
rxy Kriteria rxy Kriteria
0,62
1 0,510 Valid 17 0,540 Valid
2 0,504 Valid 18 -0,273 Tidak Valid
3 0,489 Valid 19 0,430 Valid
4 0,352 Valid 20 0,131 Tidak Valid
5 0,480 Valid 21 0,436 Valid
6 0,351 Valid 22 0,466 Valid
7 0,455 Valid 23 0,467 Valid
8 0,484 Valid 24 0,482 Valid
9 0,464 Valid 25 0,408 Valid
10 0,123 Tidak Valid 26 0,296 Tidak Valid 11 0,408 Valid 27 0,256 Tidak Valid
12 0,368 Valid 28 0,543 Valid
13 -0,193 Tidak Valid 29 0,379 Valid 14 0,569 Valid 30 0,252 Tidak Valid 15 0,490 Valid 31 0,286 Tidak Valid
16 0,378 Valid 32 0,444 Valid
2. Tes Kemampuan Penalaran Matematis (KPM)
Dalam penelitian ini, tes KPM digunakan untuk mengukur kemampuan
penalaran matematis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan, baik
untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Materi pokok yang diujikan adalah
sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel (SPLDV, SPLTV,
SPLK, PtK, PtL). Tes kemampuan ini berbentuk uraian yang terdiri dari enam
butir soal.
Tes KPM disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan prosedur
penyusunan instrumen yang baik dan benar. Penyusunan tes diawali dengan
pembuatan kisi-kisi tes yang mencakup kompetensi dasar, indikator yang diukur,
Indikator yang diukur dalam tes KPM adalah (1) kemampuan menyatakan
situasi masalah dengan menggunakan gambar dan fakta dalam menyelesaikan
soal; (2) kemampuan menyelesaikan situasi masalah dengan mengikuti
argumen-argumen logis; dan (3) kemampuan menyelesaikan situasi masalah dengan
mengikuti argumen-argumen logis dan menarik kesimpulan logis dari
penyelesaian yang diperoleh. Kemudian menyusun tes beserta kunci jawaban.
Aturan pemberian skor untuk setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan
pedoman penskoran seperti terlihat pada Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9
Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Penalaran Matematis Menggunakan Holistic Scoring Rubrics
Skor Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Kemampuan konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
Tes KPM, terlebih dahulu divalidasi oleh lima orang penimbang berlatar
belakang S3 pendidikan matematika yang dianggap ahli dalam pendidikan
matematika. Para penimbang diminta untuk menilai atau mempertimbangkan dan
memberikan saran atau masukan mengenai validitas muka dan isi dari tes tersebut.
Pertimbangan validitas muka didasarkan pada kejelasan soal dari segi
bahasa atau redaksional dan kejelasan soal dari segi gambar atau representasi.
Pertimbangan vaditas isi didasarkan pada kesesuaian butir soal dengan materi
pokok yang diberikan, indikator pencapaian hasil belajar, aspek KPM yang diukur
dan tingkat kesukaran untuk siswa SMA kelas X. Hasil pertimbangan validitas
muka dan isi dari lima penimbang disajikan pada lampiran C-2 halaman 479.
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
Ho : Para penimbang memberikan pertimbangan yang sama
H1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak sama
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai probabilitas (sig.) lebih
besar dari α = 0,05, maka Ho diterima dan dalam keadaan lainnya Ho ditolak.
Hasil perhitungan validitas muka dan isi tes KPM dengan menggunakan
statistik Q-Cochran disajikan pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11.
Tabel 3.10
Uji Hasil Pertimbangan Validitas Muka Tes KPM
Test Statistics
N 6
Cochran's Q 3.000a
df 4
Tabel 3.11
Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi Tes KPM Test Statistics
N 6
Cochran's Q 3.000a
df 4
Asymp. Sig. .558
a. 1 is treated as a success.
Berdasarkan Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 di atas terlihat bahwa harga
ststistik Q-Cochran untuk validitas muka dan isi adalah 3 dengan angka
signifikansi asimtotis 0,56 lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima. Jadi para
penimbang memberikan pertimbangan yang sama terhadap validitas muka dan isi
setiap butir tes KPM.
Setelah tes diperbaiki berdasarkan masukan para penimbang, dilakukan uji
coba pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Pekanbaru sebanyak 40 siswa. Data hasil
uji coba tes KPM serta perhitungan reliabilitas instrumen dan validitas butir soal
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-2 halaman 482.
Selanjutnya untuk menguji validitas butir soal, skor setiap butir soal
dikorelasikan dengan skor total. Hipotesis diajukan sebagai berikut.
Ho : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir soal dan skor
total.
H1 : Terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir soal dan skor total.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan rumus product moment dari Karl Pearson.
Kriteria pengujian yang digunakan, yakni: jika rhitung (rxy) ≥ rtabel, maka Ho ditolak,
dalam keadaan lainnya Ho diterima. Pada taraf α = 0,05 dengan N = 40
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dan koefisien korelasi setiap butir
soal tes KPM disajikan pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12
Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Butir Tes KPM Reliabilitas Nomor Butir
Tes
Validitas
Koefisien Korelasi (rxy) Kriteria
0,81
1 0,685 Valid
2 0,294 Tidak Valid
3 0,855 Valid
4 0,821 Valid
5 0,288 Tidak Valid
6 0,870 Valid
Dari Tabel 3.12 terlihat 4 butir soal (nomor 1, 3, 4 dan 6) koefisien rhitung
(rxy) lebih besar dari rtabel (0,31) sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian,
terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dengan skor total
untuk 4 butir tes KPM dan dinyatakan valid. Nilai reliabilitas tes 0,81 tergolong
tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tes KPM dapat digunakan untuk
penelitian. Setelah dilakukan beberapa penyempurnaan, perangkat tes tersebut
siap dipergunakan sebagai salah satu instrumen penelitian. Kisi-kisi dan perangkat
tes selengkapnya disajikan pada lampiran B-5 halaman 445.
3. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (KKM)
Dalam penelitian ini, tes KKM digunakan untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan,
baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Materi pokok yang diujikan
adalah sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel (SPLDV,
SPLTV, SPLK, PtK, PtL). Tes kemampuan ini berbentuk uraian yang terdiri dari
Tes KKM disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan prosedur
penyusunan instrumen yang baik dan benar. Penyusunan tes diawali dengan
pembuatan kisi-kisi tes yang mencakup kompetensi dasar, indikator yang diukur,
aspek yang diukur, dan tes.
Indikator yang diukur dalam tes KKM adalah (1) kemampuan menyatakan
situasi masalah ke dalam model matematika dan menyelesaikannya secara tertulis
ke dalam gambar atau grafik (menggambar); (2) kemampuan menyatakan situasi
masalah ke dalam model matematika dan menyelesaikannya (ekspresi matematis);
dan (3) kemampuan menjelaskan konsep dan ide dari suatu gambar yang
diberikan ke dalam model matematika secara tertulis dan menyelesaikannya
(menulis). Kemudian menyusun tes beserta kunci jawaban. Aturan pemberian
skor untuk setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran
seperti terlihat pada Tabel 3.13.
Sebelum digunakan, tes KKM terlebih dahulu divalidasi oleh lima
penimbang berlatar belakang S3 pendidikan matematika yang dianggap ahli
dalam pendidikan matematika. Para penimbang diminta untuk menilai atau
mempertimbangkan dan memberikan saran atau masukan mengenai validitas
muka dan isi dari tes tersebut.
Pertimbangan validitas muka didasarkan pada kejelasan soal dari segi
bahasa atau redaksional dan kejelasan soal dari segi gambar atau representasi.
Pertimbangan vaditas isi didasarkan pada kesesuaian butir soal dengan materi
pokok yang diberikan, indikator pencapaian hasil belajar, aspek KKM yang
Tabel 3.13
Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Holistic Scoring Rubrics
Skor Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
Kemampuan menyatakan konsep dan ide dari suatu gambar yang diberikan ke konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
1 konsep dan ide dari suatu
gambar yang diberikan,
3 Dapat menggambar grafik dengan benar
Skor maksimal = 6 Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 4
Diadaptasi dari Cai, Lane, Jacabscin (1996), Ansari (2003), dan Wihatma (2004)
Hasil pertimbangan validitas muka dan isi dari lima penimbang disajikan
pada lampiran C-3 halaman 483. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
Ho : Para penimbang memberikan pertimbangan yang sama
H1 : Para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak sama
Untuk menguji keseragaman hasil pertimbangan validitas muka dan isi oleh lima
penimbang, dianalisis dengan menggunakan ststistik Q-Cochran. Kriteria
pengujian yang digunakan, yakni: jika nilai probabilitas (sig.) lebih besar dari
Hasil perhitungan validitas muka dan isi tes KKM menggunakan statistik
Q-Cochran disajikan pada Tabel 3.14 dan Tabel 3.15.
Tabel 3.14
Uji Hasil Pertimbangan Validitas Muka Tes KKM Test Statistics
N 6
Cochran's Q 3.000a
df 4
Asymp. Sig. .558
a. 1 is treated as a success.
Tabel 3.15
Uji Hasil Pertimbangan Validitas Isi Tes KKM Test Statistics
N 6
Cochran's Q 3.000a
df 4
Asymp. Sig. .558
a. 1 is treated as a success.
Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 menunjukkan bahwa harga statistik Q-Cochran
untuk validitas muka dan isi adalah 3 dengan nilai asymp. sig. 0,56 lebih besar
dari 0,05, sehingga Ho diterima. Dengan demikian, para penimbang memberikan
pertimbangan yang sama terhadap validitas muka dan isi setiap buitr tes KKM.
Setelah tes diperbaiki berdasarkan masukan para penimbang, dilakukan
ujicoba pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Pekanbaru sebanyak 40 siswa. Data
hasil ujicoba tes KKM, perhitungan reliabilitas instrumen dan validitas butir tes
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C-3 halaman 486. Selanjutnya untuk
menguji validitas butir tes, skor setiap butir tes dikorelasikan dengan skor total.
Ho : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dan skor total.
H1 : Ada korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dan skor total.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan rumus product moment dari Karl
Pearson. Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika rhitung (rxy) ≥ rtabel,
maka Ho ditolak; dalam keadaan lainnya Ho diterima. Pada taraf α = 0,05 dengan
N = 40 diperoleh rtabel = 0,31. Dalam perhitungan reliabilitas tes digunakan
Cronbach-Alpha. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dan koefisien korelasi
setiap butir tes KKM disajikan pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16
Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Butir Tes KKM
Reliabilitas Nomor Butir Tes
Validitas
Koefisien Korelasi (rxy) Kriteria
0,66
1 0,468 Valid
2 0,696 Valid
3 0,844 Valid
4 0,823 Valid
5 0,298 Tidak Valid
6 0,610 Valid
Pada Tabel 3.16 dapat dilihat bahwa pada lima butir tes (butir nomor 1,
2, 3, 4, dan 6) koefisien rhitung (rxy) lebih besar dari rtabel (0,31) sehingga Ho ditolak.
Jadi, ada korelasi positif yang signifikan antara skor butir tes dengan skor total
untuk lima butir tes tersebut. Dengan demikian, lima butir tes KKM dinyatakan
valid. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tes KKM dapat digunakan
untuk penelitian. Setelah dilakukan beberapa penyempurnaan, perangkat tes
KKM siap dipergunakan sebagai salah satu instrumen penelitian. Kisi-kisi dan
4. Skala Kemandirian Belajar Siswa dalam Matematika
Skala kemandirian belajar siswa (KBS) dalam matematika digunakan
untuk mengetahui tingkatan kemandirian belajar siswa dalam matematika. Skala
ini dijaring melalui angket tertutup, disusun dan dikembangkan berdasarkan
sepuluh aspek kemandirian belajar, yakni: (1) inisiatif belajar; (2) mendiagnosis
kebutuhan belajar; (3) menetapkan tujuan belajar; (4) mengatur dan mengontrol
belajar; (5) mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi, perilaku (diri); (6)
memandang kesulitan sebagai tantangan; (7) mencari dan memanfaatkan sumber
belajar yang relevan; (8) memilih dan menerapkan strategi belajar; (9)
mengevaluasi proses dan hasil belajar; dan (10) self-efficacy (konsep diri).
Skala KBS dalam matematika terdiri dari 74 item pernyataan dengan
empat pilihan jawaban, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju),
dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pilihan jawaban N (Netral) tidak digunakan untuk
menghindari keraguan siswa. Penyusunan skala KBS diawali dengan membuat
kisi-kisi skala tersebut mencakup aspek yang diukur dan pernyataan positif dan
negatif.
Sebelum skala ini digunakan dalam penelitian, dilakukan ujicoba terbatas
pada 5 siswa SMA diluar sampel tetapi setaraf. Tujuan ujicoba adalah untuk
mengetahui tingkat keterbacaan bahasa dan sekaligus memperoleh gambaran
apakah pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket kemandirian belajar
dapat dipahami oleh siswa SMA kelas X dengan baik (sudah layak digunakan).
Setelah dilakukan perbaikan berdasarkan hasil ujicoba terbatas,
selanjutnya skala KBS dalam matematika diujicobakan pada siswa kelas X SMA
validitas setiap item pernyataan dan sekaligus untuk menghitung skor setiap
pilihan (SS, S, TS, STS) dari setiap pernyataan. Pemberian skor setiap pilihan dari
pernyataan skala KBS ditentukan berdasarkan distribusi jawaban responden atau
dengan kata lain menentukan nilai skala dengan deviasi normal. Dengan
menggunakan cara ini, skor SS, S, TS, dan STS dari setiap pernyataan dapat
berbeda-beda, tergantung pada sebaran respon siswa terhadap masing-masing
pernyataan.
Proses perhitungan skor setiap pilihan (SS, S, TS, STS) dari
masing-masing pernyataan pada skala kemandirian, data hasil ujicoba dan perhitungan
reliabilitas dan validitas butir skala secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C
halaman 491. Untuk menguji validitas butir pernyataan, skor setiap butir
pernyataan dikorelasikan dengan skor total. Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir pernyataan
dan skor total.
H1 : Terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir pernyataan dan
skor total.
Selanjutnya mengukur koefisien korelasi antara skor butir pernyataan
dengan skor total dengan menggunakan rumus product moment dari Karl Pearson.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika thitung (txy) ≥ ttabel, maka Ho
ditolak; dalam keadaan lainnya Ho diterima. Pada taraf α = 0,05 dengan N = 40
dan dk = 38 diperoleh ttabel = 1,68, sedangkan untuk menghitung reliabilitas tes
digunakan Cronbach-Alpha. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dan koefisien
Tabel 3.17
Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Skala KBS Reliabilitas Nomor
Dari Tabel 3.17 terlihat bahwa besarnya koefisien reliabilitas adalah 0,88.
Menurut Guildford (Ruseffendi, 2006), koefisien reliabilitas sebesar 0,88
tergolong tinggi. Dari tabel itu juga terlihat bahwa setiap butir skala kemandirian
60, 64, 68, 70, dan 74, koefisien thitung (txy) lebih besar dari ttabel (1,68) sehingga Ho
ditolak. Jadi, terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir pernyataan
dan skor total. Dengan demikian untuk setiap butir skala kemandirian belajar,
kecuali butir 3, 8, 9, 14, 20, 23, 28, 29, 36, 37, 41, 42, 46, 49, 55, 56, 57, 60, 64,
68, 70, dan 74, dinyatakan valid. Selanjutnya untuk butir pernyataan yang tidak
valid tidak dipakai dalam penelitian.
5. Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran
Lembar observasi digunakan untuk mengamati situasi didaktis dan
pedagogis yang terjadi selama proses pembelajaran. Lembar ini juga digunakan
untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas proses pembelajaran guru dan
aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini dipandang
perlu untuk dideskripsikan secara rinci untuk memperkuat pembahasan hasil
penelitian yang akan diperoleh nantinya.
Lembar observasi yang dimaksud yaitu lembar observasi aktivitas guru
dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi guru bertujuan untuk
memeriksa apakah prosedur pembelajaran sudah sesuai dengan teorinya; dalam
hal ini sudah sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran generatif, yaitu tahap
orientasi, tahap pengungkapan ide, tahap tantangan dan restrukturisasi, tahap
penerapan, dan tahap memeriksa kembali. Lembar observasi aktivitas siswa
berfungsi untuk mengumpulkan data kemampuan siswa dalam bernalar dan
berkomunikasi sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran generatif.
Lembar observasi pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) berupa daftar
cek dengan lima pilihan dimulai dari sangat kurang (1) sampai ke sangat baik (5)
-putus, jika pada proses pembelajaran berlangsung (guru dan siswa) tidak
melakukan/memunculkan aktivitas sesuai dengan tahap-tahap yang ada. Kedua
lembar observasi tersebut harus diisi oleh observer sesuai dengan pembelajaran
yang sedang berlangsung di kelas. Observasi dilakukan oleh dua orang yang
dianggap telah memahami dengan baik cara dan objek yang akan diobservasi.
Lembar observasi (pedoman observasi) aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada
Lampiran B-1 halaman 427.
6. Pedoman Wawancara
Wawancara berfungsi untuk menggali permasalahan yang ditemui siswa
pada pembelajaran generatif dan dilakukan pada beberapa siswa yang dianggap
dapat membantu mengungkapkan sikap maupun apresiasi mereka terhadap
peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran generatif. Wawancara dilakukan dengan beberapa siswa yang
mewakili kelas eksperimen dan mempertimbangkan kegagalan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang
dianggap kurang. Setiap kelas dipilih 3 sampai 5 siswa pada masing-masing kelas
eksperimen dan level sekolah.
Pemilihan siswa yang diwawancarai berdasarkan pertimbangan berikut.
a. Memilih siswa berdasarkan tingkat kemampuan mereka dalam menjawab
soal-soal yang diujikan (tinggi, sedang, rendah).
b. Memperhatikan jawaban siswa terhadap tes yang diujikan.
c. Meminta siswa untuk mencermati kembali soal-soal yang tidak tuntas dijawab,
salah menggunakan konsep dan operasi atau jawaban akhir yang salah.
1) Apa yang membuat kamu salah dalam menjawab soal itu?
2) Apa yang membuat kamu tidak tuntas dalam menjawab soal itu?
3) Mengapa menggunakan cara itu? Apa ada cara lain?
4) Mengapa mengambil sikap “seperti itu” ketika berinteraksi dengan siswa
lain atau guru di kelas pada pelajaran matematika?
Bentuk pertanyaan bisa berkembang selama wawancara sesuai dengan
temuan di lapangan ketika melakukan diskusi dengan siswa.
e. Mencatat hasil wawancara dalam format wawancara.
Hasil wawancara dengan siswa ditriangulasi melalui wawancara dengan
siswa lainnya dan guru yang mengetahui karakteristik siswa yang diteliti.
Wawancara dengan guru juga dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih lanjut
tentang pelaksanaan proses pembelajaran dalam mengungkap kemampuan
penalaran dan komunikasi matematis siswa yang diteliti.
Selain itu, wawancara dilakukan untuk menggali pandangan siswa
terhadap pembelajaran generatif dalam pembelajaran matematika. Item-item yang
terdapat pada pedoman wawancara merupakan modifikasi dari pedoman
wawancara yang dikembangkan Hulukati (2005), dan jawaban yang dikehendaki
adalah jawaban secara bebas dari siswa.
Adapun hal-hal yang diwawancarai adalah sebagai berikut.
(1) Setelah mengikuti pembelajaran yang diberikan guru, bagaimana pandangan
anda tentang pembelajaran generatif dalam pembelajaran matematika, jika
dibandingkan dengan pendekatan lain?
(2) Apakah dalam pembelajaran ini, anda termotivasi mempelajari materi yang
(3) Apakah dalam pembelajaran ini, guru memberikan kesempatan kepada anda
untuk mengajukan ide atau gagasan secara bebas?
(4) Adakah anda menyadari ada gagasan dan pendapat anda yang berbeda dengan
teman lain?
(5) Apakah anda mempunyai keberanian mengajukan pendapat dan
berargumentasi dengan teman, jika ada jawaban yang tidak sesuai dengan
pendapat anda?
(6) Adakah anda menyadari dalam pembelajaran ini, anda terdorong untuk
meningkatkan kemampuan anda dalam bernalar dan mengkomunikasikan
konsep-konsep matematika?
(7) Adakah kesulitan yang anda temui dalam meningkatkan kemampuan
penalaran dan komunikasi pada pembelajaran yang telah dilakukan guru?
(8) Apa kelebihan dan kekurangan yang anda rasakan dalam pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran generatif dalam matematika?
(9) Apa saran anda terhadap pembelajaran generatif dalam matematika?
E. Perangkat Pembelajaran dan Pengembangannya
Perangkat pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran
yang turut menentukan keberhasilan implementasi suatu model pembelajaran.
Penelitian ini mengimplementasikan pembelajaran generatif. Oleh karena itu
perangkat pembelajaran yang digunakan, dirancang dan dikembangkan sesuai
dengan karakteristik dari pembelajaran generatif dan kemampuan siswa yang akan
dicapai, yaitu kemampuan penalaran dan komunikasi matematis. Selain itu,
tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) supaya siswa mencapai
kompetensi matematis yang relevan dengan tuntutan kurikulum.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti adalah perangkat
pembelajaran untuk siswa SMA kelas X yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), lembar aktivitas siswa (LAS). Perangkat pembelajaran meliputi dua materi
pokok yaitu sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel (SPLDV,
SPLTV, SPLK, PtK, PtL), disampaikan selama 20 jam pelajaran atau sepuluh kali
tatap muka (satu kali tatap muka dua jam pelajaran).
Sebelum digunakan, perangkat pembelajaran terlebih dahulu divalidasi
oleh lima penimbang berlatar belakang mahasiswa S3 pendidikan matematika
yang dianggap ahli dalam pendidikan matematika. Para penimbang diminta untuk
menilai atau menimbang dan memberikan saran atau masukan mengenai format,
(sistemmatematika penyajian, kejelasan bahasa yang digunakan, kejelasan
ilustrasi atau gambar); baik untuk RPP maupun LAS; isi (keseseuaian dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa, keruntutan penyajian, kesesuaian dengan alokasi waktu) dan
proses (tahap orientasi, pengungkapan ide, penerapan, melihat kembali) untuk
RPP. Untuk LAS, isi (kesesuaian dengan uraian materi pokok, kesesuaian dengan
tingkat perkembangan siswa, keruntutan penyajian, kesesuaian dengan alokasi
waktu) dan proses (tahap tantangan dan restrukturisasi).
Selain itu juga kesesuaian masalah dan tugas yang terdapat pada LAS
dengan tujuan yang akan dicapai pada RPP, peran LAS untuk membantu siswa
untuk membantu siswa membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika
dengan kemampuan mereka sendiri.
Setelah perangkat pembelajaran diperbaiki berdasarkan masukan para
penimbang, kemudian dilakukan ujicoba pada siswa SMA kelas X. Dalam ujicoba
diamati situasi didaktis dan pedagogis yang terjadi selama proses ujicoba
berlangsung. Hal ini bermanfaat untuk memperbaiki prediksi respon yang terdapat
dalam skenario pembelajaran karena mungkin saja prediksi respon yang disusun
peneliti pada draf awal belum lengkap sehingga akan membingungkan guru dalam
melakukan antisipasi didaktis untuk memperlancar proses pembelajaran melalui
pembelajaran generatif.
Selain itu, ujicoba dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keterbacaan
LAS dan sekaligus untuk memperoleh gambaran apakah LAS dapat dipahami
siswa dengan baik. Perbaikan perangkat pembelajaran setelah ujicoba diharapkan
akan menghasilkan suatu perangkat pembelajaran yang baik sehingga akan
memperlancar jalannya proses pembelajaran pada saat eksperimen dilakukan.
Pembelajaran generatif dikembangkan melalui RPP dan LAS dalam
meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis. Di dalam RPP,
untuk setiap materi baru, guru memberikan gambar (berupa media) dari situasi
dan kondisi (permasalahan yang diberikan) yang dapat menghubungkan atau
mengaitkan materi dengan pengalaman siswa sehari-hari, sehingga mempermudah
siswa untuk memahami materi yang akan dipelajari. Demikian juga dengan
kemampuan awal (KAM) yang dimiliki siswa sangat membantu untuk memahami
materi yang dipelajari; seperti memahami konsep fungsi, menggambar grafik
pertidaksamaan kuadrat, melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang
berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, merancang model
matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan/atau fungsi
kuadrat, dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan/atau fungsi kuadrat dan penafsirannya. Semuanya ini
merupakan prasyarat untuk memahami materi SPLPtSV.
Pada RPP-01 (tahap orientasi) siswa diberi kesempatan untuk membangun
kesan mengenai topik atau konsep yang akan dibahas dengan mengaitkan materi
dan pengalaman mereka sehari-hari. Kegiatan dilakukan dengan tanya jawab.
Guru memberikan masalah dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
SPLDV. Untuk jelasnya, berikut diberikan gambar situasi orang yang sedang
berbelanja buah-buahan di Pasar Buah Pekanbaru dengan permasalahan yang
diberikan.
Gambar 3.1: Situasi Orang yang sedang Berbelanja
Pernahkah kalian pergi ke Pasar Buah Pekanbaru? Jika pernah, apakah
kalian memperhatikan harga dari beberapa barang tertentu yang ada di
pasar tersebut? Misalkan kalian tidak mengetahui harga dari suatu
barang, tetapi kalian mengetahui berapa banyak dua orang pembeli
membeli dua jenis barang yang jumlahnya berbeda dan total uang yang
harus dibayarkan atas barang itu. Apakah kalian dapat mengetahui tiap
harga dari kedua jenis barang tersebut?
Siswa diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang dipahami
mengenai masalah di atas. Setelah siswa memahami permasalahan yang
diberikan, siswa diharapkan dapat menggali kemampuan penalaran dan
komunikasi matematis.
Pada RPP-02 (tahap orientasi) siswa diberi kesempatan untuk membangun
kesan mengenai topik atau konsep yang akan dibahas dengan mengaitkan materi
dan pengalaman mereka sehari-hari. Kegiatan dilakukan dengan tanya jawab.
Guru memberikan masalah dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
SPLTV. Untuk jelasnya, berikut diberikan gambar situasi orang yang sedang
membeli kebutuhan sekolah sehari-hari untuk anak-anak mereka di Toko Buku
Budi Pekanbaru dengan permasalahan yang diberikan; disajikan pada Gambar 3.2.
Pernahkah kalian pergi ke Toko Buku Budi Pekanbaru? Jika pernah,
apakah kalian memperhatikan harga dari beberapa barang tertentu yang
ada di Toko Buku itu? Misalkan kalian tidak mengetahui harga dari suatu
barang, tetapi kalian mengetahui berapa banyak tiga orang pembeli
membeli tiga jenis barang yang jumlahnya berbeda dan total uang yang
harus dibayarkan atas barang itu. Apakah kalian dapat mengetahui tiap
Siswa diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang dipahami
mengenai masalah di atas. Setelah siswa memahami permasalahan yang
diberikan, siswa diharapkan dapat menggali KPM dan KKM.
Gambar 3.2: Situasi Orang yang sedang Membeli Kebutuhan Sekolah
Sehari-hari untuk Anak-anak di Toko Budi Pekanbaru
Pada RPP-03 (tahap orientasi) siswa diberi kesempatan untuk membangun
kesan mengenai topik atau konsep yang akan dibahas dengan mengaitkan materi
dan pengalaman mereka sehari-hari. Kegiatan dilakukan dengan tanya jawab.
Guru memberikan masalah dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
Gambar 3.3: Mobil Patroli Polisi yang sedang parkir di kawasan pertokoan di
Pekanbaru
Gambar 3.4: Mobil Patroli Polisi yang sedang mengejar mobil Pengebut Pernahkah kalian melihat peristiwa yang terjadi seperti pada gambar di
atas? Jika pernah, apakah kalian memperhatikan mobil patroli polisi
mengejar mobil pengebut itut? Misalkan kalian tidak mengetahui waktu
yang diperlukan mobil patroli polisi untuk menangkap mobil pengebut itu,
percepatan konstan mobil patroli polisi tepat setelah mobil pengebut itu
melewatinya. Apakah kalian dapat menentukan waktu yang diperlukan
mobil patroli polisi untuk menangkap mobil pengebut itu? Berapa jarak
yang ditempuh mobil patroli polisi saat mobil pengebut tertangkap?
Siswa diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang dipahami
mengenai masalah di atas. Setelah siswa memahami permasalahan yang
diberikan, siswa diharapkan dapat menggali kemampuan penalaran dan
komunikasi matematis.
Pada RPP-04 (tahap orientasi) siswa diberi kesempatan untuk membangun
kesan mengenai topik atau konsep yang akan dibahas dengan mengaitkan materi
dan pengalaman mereka sehari-hari. Kegiatan dilakukan dengan tanya jawab.
Guru memberikan masalah dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
pertidaksamaan satu variabel (PtSV). Untuk jelasnya, berikut diberikan gambar
pertandingan bola basket di suatu sekolah; ketika seorang pemain basket sedang
melempar masuk bola ke dalam jaring basket.
Pernahkah kalian menonton pertandingan bola basket di sekolah? Jika
pernah, apakah kalian memperhatikan seorang pemain basket melempar
masuk bola ke dalam jaring basket? Bagaimana bentuk lintasan bola itu?
Misalkan kalian tidak mengetahui lamanya waktu yang diperlukan
seorang pemain basket melempar masuk bola ke dalam jaring basket,
tetapi kalian mengetahui posisi bola itu pada ketinggian tertentu. Apakah
kalian dapat menghitung waktu yang diperlukan pemain basket melempar
masuk bola itu ke dalam jaring basket?
Siswa diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang dipahami
mengenai masalah di atas. Setelah siswa memahami permasalahan yang
diberikan, siswa diharapkan dapat menggali kemampuan penalaran dan
komunikasi matematis.
Dalam lembar aktivitas siswa (LAS) untuk beberapa permasalahan,
diberikan petunjuk atau langkah-langkah yang dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan (tidak semua informasi yang dibutuhkan
ada pada buku paket); sehingga mempermudah siswa memperoleh informasi
(konsep) yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Pada tahap ini (tahap tantangan dan restrukturisasi), semua siswa telah
dikondisikan dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari beberapa
siswa yang mempunyai KAM tinggi, sedang dan rendah) dengan tujuan agar
siswa yang pandai dapat membantu siswa yang lemah, sehingga diskusi dapat
berjalan secara efektif. Dalam diskusi (baik diskusi kelompok maupun diskusi
kelas) diharapkan terjadi konflik kognitif, sehingga dimungkinkan siswa dapat
Pada LAS-01 siswa diberi permasalahan atau soal sebagai berikut.
Daniel membeli 2 buah kue A dan 3 buah kue B dengan harga Rp 14.000,00. Pada
tempat yang sama, Giok membeli 3 buah kue A dan 4 buah kue B dengan harga
Rp 19.500,00.
a. Buatlah model matematika dari pernyataan di atas!
b. Selidiki apakah sistem persamaan linear yang diperoleh mempunyai solusi
tunggal! Jelaskan jawaban anda!
c. Hitunglah harga 1 buah dari masing-masing jenis kue!
d. Gambarlah grafiknya untuk menunjukkan bahwa kesimpulan yang diberikan
pada (b) benar!
Untuk menyelesaikan permasalahan (a), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Model matematika adalah hasil penerjemahan kasus-kasus yang umum terjadi
dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematika (sistem persamaan),
sehingga dapat diperoleh formulasi untuk mendapatkan solusi atas kasus yang
terjadi. Untuk membuat model matematika yang berkaitan dengan sistem
persamaan (SPLDV, SPLTV, atau SPLK), ada beberapa langkah:
1. Identifikasi karakteristik masalah yang akan diselesaikan berkaitan dengan
sistem persamaan.
2. Nyatakan besaran yang ada dalam masalah sebagai variabel (dilambangkan
dengan huruf-huruf) sistem persamaan.
3. Rumuskan sistem persamaan yang merupakan model matematika dari
masalah.
4. Tentukan penyelesaian dari model matematika sistem persamaan yang
diperoleh pada langkah 2.
Untuk menyelesaikan permasalahan (b), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Untuk menyelesaikan permasalahan (c), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Beberapa jenis penyelesaian SPLDV di atas, dibedakan menjadi 3 kelompok:
1. Jika ≠ dengan a2 ≠ 0 dan b2≠ 0, maka SPL ini mempunyai tepat satu
pasang anggota dalam himpunan penyelesaiannya (solusi tunggal). Dalam
hal ini grafik persamaan a1x +b1y = c1 berpotongan dengan grafik a2x + b2y = c2 . SPL ini dikatakan konsisten (bergantung linear).
2. Jika = ≠ dengan a2 ≠ 0, b2 ≠ 0, dan c2 ≠ 0, maka SPL ini tidak
mempunyai anggota dalam himpunan penyelesaiannya. Himpunan
penyelesaiannya dikatakan himpunan kosong, ditulis dengan Ø atau { }.
Dalam hal ini grafik a1x +b1y = c1 sejajar dengan grafik a2x + b2y = c2 dan SPL ini dikatakan tidakkonsisten.
3. Jika = = dengan a2 ≠ 0, b2 ≠ 0, dan c2 ≠ 0, maka SPL ini
mempunyai tak terhingga banyaknya penyelesaian. Dalam hal ini
grafik a1x + b1y = c1 berimpit dengan grafik a2x + b2y = c2 atau (a1x +b1y– c1) – k(a2x + b2y– c2) = 0, k € R,dan SPL ini dikatakan sangat
konsisten (bergantungan).
Metode Eliminasi
Mengubah SPLDV menjadi sebuah persamaan linear satu variabel dapat juga
dilakukan dengan mengeliminir (menghilangkan) satu variabel untuk
menentukan nilai variabel yang lainnya.
Langkah-langkah menyelesaikan sistem persamaan menggunakan metode
eliminasi:
1. Perhatikan koefisien x (atau y). Jika sama, kurangi persamaan yang satu
oleh persamaan yang lain. Jika angkanya sama tetapi tandanya berbeda,
jumlahkan kedua persamaan itu.
2. Jika koefisiennya berbeda, samakan koefisiennya dengan mengalikan kedua
persamaan dengan bilangan yang sesuai, kemudian jumlahkan atau
Untuk menyelesaikan permasalahan (d), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Pada LAS-02 siswa diberi permasalahan atau soal sebagai berikut.
Kadir, Nikolas, dan Ikhsan berbelanja di sebuah toko buku. Kadir membeli 2 lusin
buku tebal, 3 lusin pena faster, dan 4 lusin pensil warna dengan membayar
Rp 270.000,00. Nikolas membeli 1 lusin buku tebal, 2 lusin pena faster, dan 1
lusin pensil warna dengan membayar Rp 130.000,00. Ikhsan membeli 2 lusin
buku tebal, dan 1 lusin pena faster dengan membayar Rp 130.000,00.
a. Buatlah model matematika dari pernyataan di atas!
b. Hitung harga 1 lusin buku tebal, 1 lusin pena faster dan 1 lusin pensil warna!
c. Bagaimana bentuk umum model matematika di atas dan tentukan
penyelesaiannya!
Untuk menyelesaikan permasalahan (a), siswa dapat melihat petunjuk
seperti soal nomor (1a) pada LAS-01; hanya saja disini persamaannya berbentuk
tiga variabel (SPLTV).
Langkah-langkah untuk menggambar grafik fungsi linear:
1. Tentukan titik potong dengan sumbu-x, syaratnya: y = 0, sehingga
diperoleh koordinat titik potong dengan sumbu-x.
2. Tentukan titik potong dengan sumbu-y, syaratnya: x = 0, sehingga
diperoleh koordinat titik potong dengan sumbu-y.
3. Gambarlah kedua koordinat titik potong itu pada bidang kartesius.
4. Hubungkan kedua koordinat titik potong itu dengan garis lurus.
Cara lain untuk menentukan penyelesaian SPLDV adalah dengan metode
grafik. Langkahnya: Lakukan langkah 1 sampai 4 pada kedua persamaan
linear yang diberikan. Titik potong kedua garis dari persamaan-persamaan
Untuk menyelesaikan permasalahan (b), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Untuk menyelesaikan permasalahan (c), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Metode Eliminasi-Substitusi (Gabungan)
Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLTV:
1. Eliminasikan sebuah variabel dari dua persamaan.
2. Selesaikan hasil yang diperoleh, yaitu SPLDV dengan metode substitusi
atau eliminasi atau eliminasi-substitusi.
3. Substitusikan variabel-variabel yang diperoleh pada langkah 2 ke
persamaan awal untuk memperoleh nilai variabel lainnya.
Sistem persamaan linear dengan tiga variabel (SPLTV) adalah sistem
persamaan yang mempunyai bentuk:
Pertama ax + by + cz = d atau Kedua a1x + b1y + c1z = d1
ex + fy + gz = h a2x + b2y + c2z = d2
ix + jy + kz = l a3x + b3y + c3z = d3
dengan a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, dan l atau a1, b1, c1, d1, a2, b2, c2, d2, a3, b3,
c3, dan d3 merupakan konstanta real. Untuk selanjutnya digunakan bentuk
umum SPLDV yang kedua.
Jika nilai x = x0, y = y0, z = z0, ditulis sebagai pasangan terurut (x0, y0, z0),
memenuhi SPLTV tersebut, maka haruslah berlaku hubungan:
a1x0 + b1y0 + c1z0 = d1
a2x0 + b2y0+ c2z0 = d2
a3x0 + b3y0+ c3z0 = d3
Dalam hal demikian, (x0, y0, z0) disebut penyelesaian SPLTV itu dan
himpunan penyelesaiannya ditulis sebagai {(x0, y0, z0)}. SPLTV dapat
diselesaikan dengan metode substitusi, eliminasi dan gabungan eliminasi
substitusi. Metode grafik tidak digunakan karena keterbatasan dalam
menentukan titik persekutuan antara tiga bidang datar, sedangkan metode
Pada LAS-03 siswa diberi permasalahan atau soal sebagai berikut.
1. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 20 m/dtk. Mobil lain
bergerak dengan arah yang sama dari keadaan diam dengan percepatan konstan
10 m/dtk2 tepat setelah mobil pertama melewatinya.
a. Buatlah model matematika dari pernyataan di atas!
b. Hitunglah waktu yang diperlukan mobil kedua untuk mendapatkan mobil
pertama!
c. Hitunglah jarak yang ditempuh mobil kedua untuk mendapatkan mobil
pertama!
d. Gambarlah grafiknya untuk menunjukkan posisi mobil kedua mendapatkan
mobil pertama!
Untuk menyelesaikan permasalahan (a, b, dan c), siswa diberi petunjuk
atau langkah-langkah sebagai berikut.
Gerak lurus beraturan (GLB) didefinisikan sebagai gerak suatu benda pada
lintasan lurus dengan kecepatan tetap (konstan), yang artinya baik besar
maupun arahnya tetap. Formula yang dipakai adalah s = so + v.t atau
x = xo + v.t dengan s = x adalah jarak yang ditempuh, so =xo adalah jarak
awal sebelum bergerak, v adalah kecepatan, dan t adalah waktu yang
diperlukan. Karena jarak awal atau so = 0, maka formulanya berubah menjadi
s = v. t atau s = vo. t. Demikian juga dengan xo = 0, maka formulanya berubah menjadi x = v. t atau x = vo. t.
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) didefinisikan sebagai gerak suatu
benda pada lintasan lurus dengan percepatan tetap. Formula yang dipakai
adalah s = vo. t + ½ .a .t 2
, dengan s adalah jarak yang ditempuh, vo adalah kecepatan awal, t adalah waktu yang diperlukan dan a adalah percepatan.
Untuk menyelesaikan permasalahan (d), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
2. Diberikan sistem persamaan linear dan kuadrat (SPLK), 2x + y + 1 = 0 dan
y =
a. Selidiki apakah SPLK tepat mempunyai satu anggota dalam himpunan
penyelesaiannya! Jelaskan jawaban anda!
b. Tentukan himpunan penyelesaiannya (HP)!
c. Gambarlah grafiknya!
Untuk menyelesaikan permasalahan (a), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah-langkah untuk menggambar grafik fungsi linear:
1. Tentukan titik potong dengan sumbu-x, syaratnya: y = 0, sehingga diperoleh koordinat titik potong dengan sumbu-x.
2. Tentukan titik potong dengan sumbu-y, syaratnya: x = 0, sehingga diperoleh koordinat titik potong dengan sumbu-y.
3. Gambarlah kedua koordinat titik potong itu pada bidang kartesius. 4. Hubungkan kedua koordinat titik potong itu dengan garis lurus. Langkah-langkah untuk menggambar grafik fungsi kuadrat: 1. Ikuti langkah 1 sampai 3.
2. Tentukan koordinat titik puncak, P (�= − 2 , y =
�
−4 ) dengan D = b
2– 4ac. 3. Gambarlah koordinat titik puncak itu pada bidang kartesius.
Sistem persamaan linear dan kuadrat (SPLK) adalah sistem persamaan yang terdiri dari sebuah persamaan linear dan sebuah persamaan berbentuk kuadrat yang masing-masing memuat dua variabel. Berdasarkan karakteristik dari bentuk bagian kuadratnya, SPLK dapat dikelompokkan menjadi:
1. SPLK dengan bagian kuadrat berbentuk eksplisit. 2. SPLK dengan bagian kuadrat berbentuk implisit.
Persamaan dua variabel x dan y disebut berbentuk eksplisit, jika persamaan itu dapat dinyatakan dalam bentuk y = f(x) atau x = f(y). Bentuk umum SPLK dengan bagian kuadrat berbentuk eksplisit dinyatakan sebagai:
y = ax + b ... (bagian linear)
Untuk menyelesaikan permasalahan (b), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Pada LAS-04 siswa diberi permasalahan atau soal sebagai berikut.
Pak Anwar akan membuat kolam renang berbentuk persegi panjang dengan
keliling 140 m dan luasnya minimal 1.200 m2.
a. Buatlah model matematika dari pernyataan di atas!
b. Hitunglah batasan untuk kolam renang tersebut!
c. Bagaimana bentuk umum model matematika di atas?
Untuk menyelesaikan permasalahan (a), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah-langkah penyelesaian atau HP dari SPLK, y = ax + b dan
y = px2 + qx + r, adalah sebagai berikut:
1. Substitusikan bagian linear y = ax + b ke bagian kuadrat y = px2 + qx + r, sehingga diperoleh: ax + b = px2 + qx + r
px2 + qx –ax + r –b = 0
px2 + (q–a)x + (r –b) = 0, merupakan persamaan kuadrat dalam x. 2. Tentukan akar-akar persamaan kuadrat yang terbentuk, yakni x1 dan x2.
3. Substitusikan nilai-nilai x1 dan x2 ke persamaan bentuk linear untuk mendapatkan nilai-nilai y1 dan y2, sehingga diperoleh himpunan penyelesaian {(x1, y1), (,x2, y2)}.
Model matematika adalah hasil penerjemahan kasus-kasus yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematika (sistem pertidaksamaan), sehingga dapat diperoleh formulasi untuk mendapatkan solusi atas kasus yang terjadi. Untuk membuat model matematika yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel (berbentuk kuadrat atau linear), ada beberapa langkah:
1. Identifikasi karakteristik masalah yang akan diselesaikan berkaitan dengan
pertidaksamaan kuadrat atau linear. 2. Nyatakan besaran yang ada dalam masalah sebagai variabel (dilambangkan
dengan huruf-huruf) sistem pertidaksamaan.
3. Rumuskan sistem pertidaksamaan yang merupakan model matematika dari masalah.
Untuk menyelesaikan permasalahan (b), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat (menentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan kuadrat) dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan sketsa grafik fungsi kuadrat dan garis bilangan. A.Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat dengan menggunakan Sketsa
Grafik Fungsi Kuadrat.
Langkah-langkah untuk menentukan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan sketsa grafik fungsi kuadrat:
1. Gambarlah sketsa grafik fungsi kuadrat f(x) = ax2 + bx + c atau parabola
y = ax2 + bx + c. Jika ada, carilah titik-titik potong dengan sumbu X.
2. Berdasarkan sketsa grafik yang diperoleh pada langkah 1, tetapkan selang atau interval yang memenuhi pertidaksamaan kuadrat ax2 + bx + c 0, ax 2+ bx + c ≤ 0, ax2 + bx + c 0, atau ax2 + bx+ c ≥ 0.
B.Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat dengan menggunakan Garis Bilangan.
Mencari penyelesaian pertidaksamaan kuadrat f(x) 0 artinya mencari interval nilai x yang mengakibatkan f(x) bernilai 0 (positif). Karena negatif dan positif dibatasi angka nol maka lebih dahulu dicari pembuat nol f(x).
Pembuat nol ini (x1 dan x2) biasanya menghasilkan tiga interval.
x1 x2
x x1 x1 x x2 x x2
Selanjutnya tentukan nilai f(x) di setiap interval dengan cara mensubstitusikan sembarang nilai x yang termuat dalam interval tersebut.
Langkah-langkah untuk menentukan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan garis bilangan:
1. Jika ruas kanan tidak nol maka pindahkan semua suku ke ruas kiri sehingga pertidaksamaan menjadi f(x) 0, f(x) 0, f(x) ≤ 0, atau f(x) ≥ 0.
2. Tentukan pembuat nol f(x) dan gambar pada garis bilangan. Pembuat nol itu akan membagi garis bilangan menjadi tiga interval.
3. Substitusikan sembarang nilai x ke f(x) untuk menentukan tanda f(x) pada setiap interval.
4. Arsir garis bilangan yang sesuai sebagai penyelesaian. Sesuai artinya, jika f(x) 0 maka yang diarsir interval bertanda positif. Jika f(x) 0 maka yang
Untuk menyelesaikan permasalahan (c), siswa diberi petunjuk atau
langkah-langkah sebagai berikut.
Pada kegiatan akhir dari pembelajaran generatif, guru tidak hanya
melakukan tahap melihat kembali dan memberi PR; tetapi juga melakukan
generalisasi. Dengan bimbingan guru, siswa membuat generalisasi dari materi
yang sudah dipelajari selama pembelajaran dan mengelaborasi pemahaman dan
penguasaan siswa terhadap materi-materi yang telah dipelajari.
Apabila dibandingkan dengan pembelajaran generatif yang telah dilakukan
oleh Hulukati (2005) dapat dijelaskan bahwa dalam RPP (tahap orientasi), guru
langsung memberikan permasalahan atau soal-soal yang harus dikerjakan;
sedangkan pada RPP yang peneliti lakukan; untuk setiap materi baru, guru
memberikan gambar (berupa media) dari situasi dan kondisi (permasalahan yang
diberikan) yang dapat menghubungkan atau mengaitkan materi dengan
pengalaman siswa sehari-hari, sehingga mempermudah siswa untuk memahami
materi yang akan dipelajari.
Dalam LKS pada penelitian Hulukati, guru hanya memberikan soal-soal
saja tanpa ada petunjuk atau langkah-langkah yang dapat membantu siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pada LAS yang peneliti lakukan; untuk Pertidaksamaan kuadrat adalah pertidaksamaan yang variabelnya paling tinggi
berderajat dua. Pertidaksamaan kuadrat dalam variabel x dapat berbentuk
(Bentuk Umum):
1. ax2 + bx+ c 0,
2. ax2 + bx+ c 0,
3. ax2 + bx+ c ≥ 0, dengan a, b, c konstata real dan a ≠ 0.
beberapa permasalahan, diberikan petunjuk atau langkah-langkah yang dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan (tidak semua
informasi yang dibutuhkan ada pada buku paket); sehingga mempermudah siswa
memperoleh informasi atau konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
Pada kegiatan akhir dari pembelajaran generatif yang dilakukan oleh
Hulukati, guru hanya melakukan tahap melihat kembali dan memberi PR,
sedangkan yang peneliti lakukan; guru tidak hanya melakukan tahap melihat
kembali dan memberi PR saja; tetapi juga melakukan generalisasi, yakni dengan
bimbingan guru, siswa membuat generalisasi dari materi yang sudah dipelajari
selama pembelajaran dan mengelaborasi pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi-materi yang telah dipelajari. Sampel yang diambil pada penelitian
yang dilakukan oleh Hulukati adalah siswa kelas 8 SMP negeri Gorontalo dengan
level sekolah tinggi dan rendah, sedangkan sampel yang peneliti ambil adalah
siswa SMA kelas X pada level sekolah atas dan tengah dan bawah di Kota
Pekanbaru.
Apabila dibandingkan dengan pembelajaran generatif yang telah dilakukan
oleh Fahinu (2007) dapat dijelaskan bahwa dalam RPP (tahap orientasi), dosen
memberikan kesempatan kepada mahasiswa (1) untuk mengenali topik atau
materi melalui observasi secara induktif sehingga menemukan generalisasinya
secara umum dan (2) untuk mengemukakan gagasannya secara tertulis tentang
aksioma lapangan bilangan real dan sifat-sifat (teorema) aljabar bilangan real.
mahasiswa memahami topik atau materi yang akan (sedang) dipelajari; sedangkan
pada RPP yang peneliti lakukan; untuk setiap materi baru, guru memberikan
gambar (berupa media) dari situasi dan kondisi (permasalahan yang diberikan)
yang dapat menghubungkan atau mengaitkan materi dengan pengalaman siswa
sehari-hari, sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi yang akan
dipelajari.
Dalam LKM pada penelitian Fahinu, dosen hanya memberikan soal-soal
saja tanpa ada petunjuk atau langkah-langkah yang dapat membantu mahasiswa
dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pada LAS yang peneliti lakukan;
untuk beberapa permasalahan, diberikan petunjuk atau langkah-langkah yang
dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan (tidak
semua informasi yang dibutuhkan ada pada buku paket); sehingga mempermudah
siswa memperoleh informasi atau konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi
perbedaan pembelajaran generatif yang peneliti lakukan dengan pembelajaran
generatif yang dilakukan oleh Hulukati dan Fahinu adalah sebagai berikut.
1. Dalam RPP, untuk setiap materi baru, guru memberikan gambar (berupa
media) dari situasi dan kondisi (permasalahan yang diberikan) yang dapat
menghubungkan atau mengaitkan materi dengan pengalaman siswa sehari-hari,
sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi yang akan dipelajari.
2. Dalam LAS untuk beberapa permasalahan, diberikan petunjuk atau