• Tidak ada hasil yang ditemukan

upload dokumen BAB II FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "upload dokumen BAB II FINAL"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 9 BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

A.Karakteristik Lokasi Dan Wilayah

A.1 Luas Dan Batas Wilayah Administrasi

Secara administratif, Kabupaten Maros terdiri atas 14

Kecamatan, 80 desa dan 23 kelurahan. Pembagian wilayah menurut

kecamatan, ibukota kecamatan dan jumlah desa / kelurahan adalah

sebagai berikut :

Tabel. 2.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan

Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Km²)

% Terhadap Luas Kecamatan Kabupaten

MANDAI 49,11 3,03

Pattontongan 11,47 23,36 0,71

Baji Mangai 9,98 20,32 0,62

Tenrigangkae 6,43 13,09 0,40

Bonto Matene 12,69 25,84 0,78

Bontoa 4,38 8,92 0,27

Hasanuddin 4,16 8,47 0,26

MONCONGLOE 46,87 2,89

Moncongloe Lappara 9,73 20,76 0,60

Moncongloe Bulu 12,76 27,22 0,79

Moncongloe 6,58 14,04 0,41

Bonto Bunga 10,02 21,38 0,62

Bonto Marannu 7,78 16,60 0,48

MAROS BARU 53,76 3,32

Pallantikang 6,26 11,64 0,39

Baju Bodoa 3,76 6,99 0,23

Baji Pamai 4,46 8,30 0,28

Borikamase 5,24 9,75 0,32

Bori Masunggu 23,57 43,84 1,46

Majannang 3,84 7,14 0,24

Mattirotasi 6,63 12,33 0,41

(2)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 10 Kecamatan Desa/Kelurahan Luas

(Km²)

% Terhadap Luas Kecamatan Kabupaten

Pa'bentengan 21,41 29,00 1,32

Temmapaduae 7,54 10,21 0,47

Marumpa 3,71 5,03 0,23

Tellumpocoe 6,79 9,20 0,42

Bontomatene 4,67 6,33 0,29

A'bulosibatang 4,28 5,80 0,26

Nisombalia 25,43 34,44 1,57

TURIKALE 29,93 1,85

Taroada 7,06 23,59 0,44

Adatongeng 3,09 10,32 0,19

Pettuadae 4,68 15,64 0,29

Boribellaya 8,60 28,73 0,53

Raya 2,06 6,88 0,13

Turikale 2,71 9,05 0,17

Alliritengae 1,73 5,78 0,11

LAU 53,73 3,32

Allepolea 5,19 9,66 0,32

Soreang 5,17 9,62 0,32

Marannu 21,8 40,57 1,35

Bonto Marannu 7,8 14,52 0,48

Maccini Baji 9,48 17,64 0,59

Mattiro Deceng 4,29 7,98 0,26

BONTOA 93,52 5,78

Bonto Bahari 15,71 16,8 0,97

Pajukukang 15,11 16,16 0,93

Tunikamaseang 6,24 6,67 0,39

Bontoa 2,91 3,11 0,18

Salenrang 9,6 10,27 0,59

Bonto Lempangan 12,59 13,46 0,78

Minasa Upa 8,6 9,2 0,53

Tupabiring 7,69 8,22 0,47

Ampekale 15,07 16,11 0,93

BANTIMURUNG 173,7 10,73

Kalabbirang 45,47 26,18 2,81

Minasa Baji 5,23 3,01 0,32

Allatengae 7,25 4,17 0,45

Mattoangin 8,72 5,02 0,54

Mangeloreng 10,7 6,16 0,66

Leang-Leang 52,51 30,23 3,24

Tukamasea 20,14 11,59 1,24

Baruga 23,68 13,63 1,46

SIMBANG 105,31 6,50

(3)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 11 Kecamatan Desa/Kelurahan Luas

(Km²)

% Terhadap Luas Kecamatan Kabupaten

Tanete 12,02 11,41 0,74

Simbang 12,36 11,74 0,76

Jenetaesa 10,08 9,57 0,62

Sambueja 19,67 18,68 1,21

Samangki 43,62 41,42 2,69

TANRALILI 89,45 5,52

Purna Karya 5,34 5,97 0,33

Lekopancing 13,17 14,72 0,81

Kurusumange 15,52 17,35 0,96

Sudirman 4,35 4,86 0,27

Damai 8,3 9,28 0,51

Allaere 6,16 6,89 0,38

Borong 4,49 5,02 0,28

Toddo Pulia 32,12 35,91 1,98

TOMPOBULU 287,66 17,77

Benteng Gajah 24,03 8,35 1,48

Pucak 17,76 6,17 1,10

Tompo Bulu 91,98 31,98 5,68

Toddolimae 45,54 15,83 2,81

Bontomanai 12,00 4,17 0,74

Bonto Matinggi 23,67 8,23 1,46

Bonto Manurung 40,55 14,10 2,50

Bonto Somba 32,13 11,17 1,98

CAMBA 145,36 8,98

Cenrana 41,97 28,87 2,59

Timpuseng 10,75 7,4 0,66

Pattiro Deceng 13,47 9,27 0,83

Cempaniga 6,34 4,36 0,39

Sawaru 13,13 9,03 0,81

Benteng Gajah 15,09 10,38 0,93

Mario Pulana 16,7 11,49 1,03

Pattanyamang 27,91 19,2 1,72

CENRANA 180,97 11,18

Labuaja 21,45 11,85 1,32

Lebbotengae 15,67 8,66 0,97

Laiya 63,83 35,27 3,94

Cenrana Baru 31,13 17,20 1,92

Limampoccoe 23,37 12,91 1,44

Rompegading 17,97 9,93 1,11

Baji Pamai 7,55 4,17 0,47

MALLAWA 235,92 14,57

(4)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 12 Kecamatan Desa/Kelurahan Luas

(Km²)

% Terhadap Luas Kecamatan Kabupaten

Barugae 18,11 7,68 1,12

Bentenge 23,84 10,11 1,47

Tellupanuae 13,52 5,73 0,84

Sabila 15,26 6,47 0,94

Mattampapole 11,61 4,92 0,72

Batuputih 24,61 10,43 1,52

Ulu Daya 11,3 4,79 0,7

Samaenre 42,25 17,91 2,61

Gattareng Matinggi 33,34 14,13 2,06

Wanua Waru 21,22 8,99 1,31

Total Luas Kabupaten 1619,12 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros

Dengan batas-batas, yaitu :

-Sebelah utara adalah Kabupaten Pangkep -Sebelah Selatan adalah Kota Makassar -Sebelah Timur adalah Kabupaten Bone - Sebelah Barat adalah Selat Makassar

Ibukota Kabupaten Maros terletak tiga puluh kilometer arah Utara Kota

Makassar Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Bandar Udara Internasional

Sultan Hasanuddin terletak di Kabupaten Maros, yang merupakan bandar udara

terbesar di kawasan timur Indonesia. Letak Kabupaten Maros yang berdekatan

dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan berbagai

kegiatan produksi dan ekonomi di Kabupaten Maros.

A.2 Letak Dan Kondisi Geografis

Kabupaten Maros secara geografis terletak di bagian barat Sulawesi Selatan yaitu

pada 4°45’ hingga 5°12’ Lintang Selatan, dan 119°25’ hingga 119°58’ Bujur Timur.

Luas Kabupaten Maros adalah 1.619,12 km2 atau 2.3 persen dari luas Wilayah Provinsi

Sulawesi Selatan.

A.3 Topografi

Kondisi topografi kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah yang

(5)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 13 daerah dataran dengan luas keseluruhan sekitar 70.882 Ha atau sebesar 43.8 persen dari

total wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang mempunyai kemiringan lereng

diatas 40 persen atau wilayah yang bergunung-gunung mempunyai luas 49.869 Ha atau

sebesar 30,8 persen dari luas wilayah Kabupaten Maros.

A.4. Geologi

Kabupaten Maros terbagi kedalam 4 (empat) satuan batuan penyusunnya, yaitu:

a. Satuan Pegunungan Vulkanik, Menempati bagian utara, tengah, dan timur puncak tertinggi Bulu Lekke (1.361 m dpl) yang menempati luas 30% dari

luas daerah Kabupaten Maros. Hal ini dinampakkan dengan relief Topografi

yang tinggi, kemiringan terjal, tekstur topografi yang kasar dan batuan

penyusunnya dari batuan gunung api (Vulkanik)

b. Satuan Perbukitan Vulkanik, Intrusi dan sedimen menempati daerah perbukitan yang menyebar secara setempat-setempat sekitar 15% dari luas

Kabupaten Maros. Hal ini dapat dilihat dari kenampakan topografi berbukit

dengan batuan penyusun adalah: batuan Vulkanik, batuan intrusi (batuan

beku), dan batuan sedimen.

c. Satuan Perbukitan Karst, Satuan perbukitan ini tersebar cukup luas pada bagian tengah, timur laut daerah Kabupaten Maros yang meliputi

Kecamatan Bontoa, Bantimurung, Simbang, Tanralili, Mallawa dan

Camba. Ciri khas pada satuan morfologi ini adalah kenampakan

Topografi berbukit-bukit karst dengan tekstur sangat kasar dengan batu

gamping sebagai batuan penyusunnya.

d. Satuan Pedataran Alluvium, Terletak di bagian barat yang tersebar dengan arah utara – selatan yang menempati sekitar 25% dari luas Daerah

Kabupaten Maros. Hal ini Nampak dari ciri khas bentuk morfologi

topografi datar, relief rendah, tekstur halus dengan batuan dasar endapan

alluvium.

A.5. Hidrologi

Keadaan hidrologi di Kabupaten Maros dapat diamati dengan adanya air

tanah yang bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan (run

off) dan sebagian lagi meresap ke bumi dan sampai ke tempat–tempat yang

(6)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 14 dikategorikan sebagai air tanah tertekan yang dapat diperoleh dari pengeboran

dengan kedalaman 75-100 meter.

Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Maros

berasal dari sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, yaitu sungai Maros,

Parangpakku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Bantimurung, Marana,

Cambaya, Pattunuang-Asue, Bontotangnga dan Sabantang, Leko Pancing, pattene.

Untuk Jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan pertanian,

sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan

kedalaman sekitar 10 – 15 meter dengan kualitas airnya cukup memenuhi

syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air sumur ini dipergunakan oleh sebagian besar

masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga.

A.6. Klimatologi

Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya

yang dekat dengan khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60 – 82 %,

curah hujan bulanan rata-rata 347 mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16

hari. Temperatur udara rata-rata 29°C. Kecepatan angin rata-rata 2–3 knot/jam.

Daerah Kabupaten Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim,

berdasarkan curah hujan yakni:

a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret

b. Musim kemarau pada periode bulan April sampai September

Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu

bulan basah (200 mm) selama 2–3 bulan berturut-turut dan bulan kering (100

mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut. Beberapa desa di Kecamatan Camba

dan Mallawa yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim

seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dari periode

bulan April sampai September dan Oktober sampai Maret musim kemarau.

A.7. Penggunaan Lahan

Kondisi tata guna lahan Kabupaten Maros secara umum terdiri dari:

Perkampungan, tambak, tegalan, sawah, kebun campuran, semak belukar,

hutan lebat, hutan belukar, lahan terbangun dan lain-lain. Pergeseran

(7)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 15 perubahan yang cukup drastis akibat terjadinya peningkatan pembangunan

serta aktivitas ekonomi.

Tabel. 2.2

Penggunaan Lahan Di Kabupaten Maros

NO PENGGUNAAN JUMLAH

(Ha) PERSENTASE(%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kampung

Tambak

Tegalan

Sawah

Kebun Campuran

Semak, Rumput alang-alang

Hutan lebat

Hutan belukar

Lahan terbangun

Hutan Sejenis

Kebun Sejenis

3.420.481

8.018.885

2.662.311

35.146.802

30.063.912

17.472.039

37.185.559

17.746.132

333.872

5.564.755

3.922.949

2,12

4,96

1,65

21,76

18,61

10,82

23,02

10,99

0,21

3,44

2,42

JUMLAH 161.537,70 100,0

Sumber: BPN Kabupaten Maros,2010

a. Kawasan Budidaya

Berdasarkan Rencana pola ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Maros yang

tertuang di dalam RTRW Kabupaten Maros maka Kawasan Budidayadapat diartikan

sebagai wilayah yang dapat dibudidayakan dan difungsikan untuk kepentingan

pembangunan dalam bentuk kegiatan usaha berbagai sektor atau sub sektor

pembangunan yang terkait. Termasuk didalamnya adalah kawasan kehutanan, kawasan

pertanian, kawasan permukiman, zona industri, kawasan pertambangan, dan kawasan

pariwisata.

a.1 Kawasan Hutan

Sebaran luasan hutan untuk budidaya di Kabupaten Maros terdiri atas:

(8)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 16 Luas kawasan hutan pruduksi terbatas adalah kurang lebih 6.434,13 Ha yang

tersebar di 4 Kecamatan, yaitu: Camba seluas kurang lebih 1.283,13 hektar,

Cenrana seluas kurang lebih 2.243,75 hektar, Mallawa seluas kurang lebih

1.586,11 hektar dan Tompobulu seluas kurang lebih 1.321,14 hektar.

Tabel. 2.3.

Sebaran Kawasan hutan produksi terbatas

NO. KECAMATAN LUAS (Ha) %

1 Camba 1.283,13 19,94

2 Cenrana 2.243,75 34,87

3 Mallawa 1.586,11 24,65

4 Tompobulu 1.321,14 20,53

JUMLAH 6.434,13 100,0

Sumber: BPS Kabupaten Maros, 2013

- Kawasan peruntukan hutan produksi tetap

Kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Maros seluas kurang lebih

15.364,49 hektar yang tersebar pada 6 (enam) wilayah kecamatan, yaitu

kecamatan , Bantimurung, Simbang, Cenrana, Mallawa, Tanralili dan

Tompobulu. sebagaimana pada tabel berikut ini:

Tabel. 2.4

Sebaran & luas Hutan produksi tetap

NO KECAMATAN LUAS (ha) PERSENTASE

(%) 1

2

3

4

5

6

BANTIMURUNG

SIMBANG

CENRANA

MALLAWA

TANRALILI

TOMPOBULU

93,82

561,14

1.672,14

2.472,53

542,68

10.022,18

0,61

3,65

10,88

16,09

3,53

65,23

JUMLAH 15.364,49 100,0

(9)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 17 a.2 Kawasan Pertanian

Pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian di Kabupaten Maros di

kelompokkan pada Pertanian lahan basah (Padi Sawah dan Perikanan) serta

pertanian lahan kering (Tanaman pangan lahan kering, tanaman keras tahunan,

hutan produksi dan peternakan). Luas kawasan budidaya pertanian di Kabupaten

Maros adalah seluas ± 58,032 Ha.

Luas kawasan pertanian lahan basah di kabupaten Maros adalah 28.688 Ha.

Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

tanaman pertanian lahan basah, dimana pengairannya dapat diperoleh secara

alamiah maupun teknis.

Tabel 2.5

Sebaran Kawasan Pertanian Tanaman Lahan Basah

di Kabupaten Maros Dirinci Menurut Kecamatan

No Kawasan Pertanian Lahan Basah Luas (Ha) Persentase

1 2 3 4

1 Bantimurung 4.358 15,19

2 Bontoa 966 3,37

3 Camba 927 3,23

4 Cenrana 2.022 7,05

5 Lau 2.223 7,75

6 Mallawa 417 1,45

7 Mandai 2.158 7,52

8 Maros Baru 985 3,43

9 Marusu 1.594 5,55

10 Moncongloe 3.652 12,73

11 Simbang 3.367 11,74

12 Tanralili 2.920 10,18

13 Tompobulu 1.743 6,08

14 Turikale 1.357 4,73

Jumlah 28.688 100,00

(10)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 18 Luas kawasan budidaya pertanian lahan kering di Kabupaten Maros adalah

29.344 Ha. Kawasan pertanian lahan kering dipergunakan untuk tanaman

palawija, holtikultura dan lain-lain.

Tabel 2.6

Sebaran Kawasan Pertanian Tanaman Lahan Kering di Kabupaten Maros Dirinci Menurut Kecamatan

No Kawasan Pertanian Lahan Kering Luas (Ha) Persentase

1 2 3 4

1 Bantimurung 735 2,50

2 Bontoa 539 1,84

3 Camba 4.349 14,82

4 Cenrana 5.364 18,28

5 Lau 144 0,49

6 Mallawa 5.293 18,04

7 Mandai 845 2,88

8 Maros Baru 361 1,23

9 Marusu 575 1,96

10 Moncongloe 1.060 3,61

11 Simbang 1.007 3,43

12 Tanralili 4.382 14,93

13 Tompobulu 4.375 14,91

14 Turikale 315 1,07

Jumlah 29.344 100,00

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

a.3 Kawasan Permukiman

Pada umumnya kawasan permukiman di Kabupaten Maros adalah berupa

pemanfaatan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan permukiman

dengan penyediaan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat

memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat dengan

(11)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 19 Pola atau bentuk permukiman yang terjadi di Kabupaten Maros adalah bentuk

permukaan lahan yang relative rendah dan datar dengan kemiringan lereng antara 0 –

15% yang keberadaannya mengikuti pola pembentukan jaringan secara linier. Pola

permukiman tersebut merupakan bentukan dari awal oleh sekelompok perumahan yang

berada dalam satu kesatuan batas tertentu yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas

pendukung lingkungan guna mempermudah tingkat pelayanan dan kesejahteraan

penduduk yang mendiaminya. Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Maros

terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:

- Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawsan yang memiliki cirri utama adalah kegiatan/aktivitas non pertanian,

seperti: perdagangan, jasa, industri dan lain-lain. Kawasan tersebut juga

merupakan tempat konsentrasi penduduk dengan kepadatan tinggi, pusat

pelayanan sosial ekonomi serta merupakan pusat pemerintahan. Di Kabupaten

Maros hal ini di indikasikan adanya 14 (empat belas) kawasan perkotaan yang

terdiri dari 1 (satu) ibukota Kabupaten dan 13 (tiga belas) ibukota Kecamatan.

- Kawasan Permukiman Perdesaan

Pusat permukiman perdesaan di Kabupaten Maros adalah suatu wilayah yang

merupakan pusat-pusat terkonsentrasinya penduduk dan kelengkapan fasilitas

dengan dominasi kegiatan utama pada sektor pertanian. Adapun kriteria dalam

penentuan pusat permukiman perdesaan adalah:

 Wilayah Desa yang mempunyai potensi cepat berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan Desa sekitarnya;

 Desa-Desa yang memiliki potensi untuk tumbuhnya investasi;

 Berfungsi sebagai pusat perantara wilayah;

 Berfungsi sebagai tempat penyediaan pelayanan pada Desa-Desa sekitarnya;

 Ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang lebih lengkap disbanding Desa-Desa sekitarnya.

a.4 Kawasan Industri

Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Maros cukup besar mengingat

wilayah ini masih memiliki ketersediaan lahan untuk pengembangan kawasan industri,

saat ini kawasan industri yang ada secara umum menyatu dengan kawasan industri

(12)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 20 memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, begitu pula dengan pengembangan

Kawasan industri Maros yang berlokasi di Kecamatan Bantimurung. Hal ini terlihat

dari intensitas pengembangan industri mulai bergeser ke wilayah ini akibat

keterbatasan lahan di kota Makassar.

a.5 Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan Kabupaten Maros memiliki beberapa jenis bahan

tambang/galian yang dapat dikembangkan seperti :

 Komoditas emas tersebar disebagian wilayah kecamatan Tompobulu, Cenrana dan sebagian kecamatan Mallawa.

 Komoditas marmer disebagian wilayah kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Cenrana, sebagian wilayah Simbang, sebagian wilayah Lau, sebagian

Wilayah Bontoa dan sebagian wilayah Camba.

 Komoditas Lempung disebagian wilayah kecamatan Mandai,

Camba,Bantimurung, Maros Baru, Bontoa,Mallawa, Tanralili, dan Turikale.

 Komoditas batu gamping disebagian wilayah kecamatan Bantimurung, Bontoa, Mallawa, Tanralili, Tompobulu, Simbang dan Moncongloe.

 Komoditas pasir kuarsa disebagian wilayah kecamatan Mallawa dan Bantimurung.

 Komoditas basalt disebagian wilayah kecamatan Mandai, Tanralili, Simbang, Cenrana, Moncongloe dan Tompobulu.

 Komoditas andesit disebagian wilayah kecamatan Bantimurung, Simbang dan Cenrana.

 Komoditas diorite disebagian wilayah kecamatan Bantimurung, Simbang dan Cenrana.

 Komoditas granodiorit disebagian wilayah kecamatan Camba dan Mallawa.

 Komoditas trakhit disebagian wilayah kecamatan Bontoa.

 Komoditas krikil galian dari bukit disebagian wilayah kecamatan Marusu.

 Komoditas batubara tersebar disebagian wilayah kecamatan Bantimurung, Mallawa, Tanralili, Moncongloe, Camba, Tompobulu dan Simbang.

Potensi tambang yang saat ini telah dieksplorasi adalah semen yang dikelolah oleh

investor dalam negeri (Bosowa) yang berlokasi di Desa Barugae Kecamatan

(13)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 21 a.6 Kawasan Pariwisata

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan manfaat

ekonomi yang cukup besar baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Pengembangan

sektor pariwisata terkait erat dengan potensi wisata yang ada. Manajemen pengelolaan

serta promosi wisata.

Selain objek wisata alam maka ada pula objek wisata yang berbasis sejarah,

adapun objek wisata yang terdapat di Kabupaten Maros beberapa diantaranya adalah:

- Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN-Babul) - Sumber air panas di Dusun Reatoa Desa Samaenre Kecamatan Mallawa - Air terjun Bontosomba di Kecamatan Tompobulu

- Air terjun Lacolla’ di Kecamatan Camba - Sungai Pute/Rammang-Rammang - Pantai Kuri di Kecamatan Marusu

- Taman Prasejarah Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung - Situs Prasejarah Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa - Situs Prasejarah Bulusipong

b. Kawasan Lindung

Adalah Kawasan yang fungsinya tidak diperkenankan adanya aktivitas/kegiatan

manusia, yang termasuk Kawasan lindung di Kabupaten Maros terbagi atas:

i) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan yang ada dibawahnya.

Kawasan tersebut meliputi: Kawasan hutan lindung dan kawasan perlindungan

margasatwa.

Kawasan Hutan Lindung: Kawasan ini adalah kawasan yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya maka perlu dibina dan dipertahankan ssebagai hutan dengan

vegetasi tertutup yang bersifat permanen/tetap. Sebaran luas Kawasan hutan lindung

di Kabupaten Maros terdapat di 6 (enam) wilayah Kecamatan, antara lain:

Kecamatan Bantimurung, Simbang, Camba, Cenrana, Bontoa, dan Tompobulu.

Kawasan perlindungan margasatwa/suaka alam margasatwa: Kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberikan

perlindungan bagi perkembangan Flora dan utamanya fauna yang khas dan

beraneka ragam. Kawasan tersebut tersebar di Kecamatan Camba, Cenrana,

(14)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 22 ii) Kawasan perlindungan setempat, dimanfaatkan sebagai kawasan lindung yang

melindungi daerah setempat dimana kawasan tersebut berada. Pada kawasan tersebut

tidak diperkenankan melakukan kegiatan budidaya Kawasan perlindungan setempat

terdiri dari: Daerah manfaat sungai dan manfaat pantai.

Sempadan Sungai, Kawasan sungai yang perlu mendapat perlindungan sepanjang kiri kanan sungai, yang bermanfaat untuk mempertahankan

kelestarian lingkungan. Sempadan sungai ditetapkan di Sungai Lekopancing,

Sungai Bantimurung dan Sungai Maros.

Sempadan pantai, Kawasan sepanjang pantai yang bermanfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kawasan hutan bakau (mangrove)

yang merupakan sempadan pantai terdapat di Kecamatan Maros Baru seluas

kurang lebih 56 hektar, Kecamatan Marusu seluas kurang lebih 60 hektar,

Kecamatan Lau seluas kurang lebih 14 hektar dan Kecamatan Bontoa seluas

kurang lebih 5 hektar.

Kawasan Sekitar Danau atau Waduk, Kawasan sekitar danau di Kabupaten Maros, meliputi waduk Lekopancing Kecamatan Tanralili dan Bendung

Bontosunggu Kecamatan Tompobulu

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Kawasan RTHKP Kabupaten Maros menyebar dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis, sosial

budaya, estetika dan ekonomi dengan ketentuan RTH Publik paling sedikit 20

% (dua puluh persen) dan RTH Privat paling sedikit 10 % (sepuluh persen)

dari luar kawasan perkotaan.

iii) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, Cagar Budaya.

Kawasan Suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya di Kabupaten Maros,

meliputi Kawasan Taman Nasional, Kawasan Pantai Berhutan Bakau dan

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Kawasan konservasi di

Kabupaten Maros, adalah kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

seluas kurang lebih 28.610 hektar. Selain hal tersebut Kabupaten Maros juga

memiliki cagar budaya yang patut untuk mendapatkan perlindungan dari aktivitas

manusia demi kelestariannya serta memiliki nilai sejarah sehingga dapat diarahkan

sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa

(15)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 23 situs Leang Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa , situs Bulu Sipong di

Kecamatan Bontoa.

iv) Kawasan Rawan Bencana Alam

Sebagai kawasan yang didefinisikan sering atau berpotensi rawan bencana alam

seperti gempa bumi, kebakaran hutan, pergeseran lapisan tanah (longsor) dan

banjir. Hal tersebut teridentifikasi berada pada wilayah Kecamatan Camba,

Cenrana, Tompobulu, Bantimurung dan Bontoa.

Sementara untuk rawan banjir hal ini teridentifikasi berada pada wilayah

Kecamatan Maros Baru, Lau, Marusu, Bontoa, Turikale, Simbang dan

Bantimurung, di Kabupaten Maros juga sering mengalami sedimentasi, seperti

Kecamatan Marusu, Maros Baru, Bontoa dan Kecamatan Lau.

v) Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi bertujuan untuk memberikan perlindungan semaksimal

mungkin atas kemungkinan bencana alam geologi dan perlindungan terhadap air

tanah. Kawasan lindung geologi di Kabupaten Maros, terdiri atas:

- Kawasan karst disebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, Camba, Cenrana, Simbang dan Mallawa.

- Kawasan rawan abrasi ditetapkan disebagian wilayah Kecamatan Bontoa, Lau, Maros Baru dan Kecamatan Marusu. Sedangkan kawasan rawan tsunami yakni

sebagian Kecamatan Bontoa, Lau, Maros Baru dan Kecamatan Marusu.

- Kawasan sempadan mata air yakni disebagian wilayah Kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Cenrana.

vi) Kawasan Hutan lindung Mangrove

Wilayah pesisir adalah merupakan wilayah tempat berkembangnya tanaman

mangrove sehingga wilayah pesisir di Kabupaten Maros yang mendapatkan status

Kawasan hutan lindung Hutan Mangrove berada pada 4 (empat) wilayah

Kecamatan yang terbentang pada wilayah pesisir pantai barat, yaitu: Kecamatan

Marusu, Maros Baru, Lau, dan Bontoa.

B.Potensi Pengembangan Wilayah

Sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Maros adalah wilayah dataran

(16)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 24 peternakan dan perikanan. Kawasan pantai sepanjang ± 31 Km sangat sesuai dengan

kegiatan pengelolaan peningkatan produksi air payau dan mangrove.

Potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Maros pada dasarnya

adalah potensi yang terkandung di dalam wilayah Kabupaten Maros sehingga hal

tersebut sangat memungkinkan untuk dilakukan pengembangan dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Maros. Adapun potensi sumber

daya alam yang dimaksud adalah Sumber daya lahan, sumber daya air, sumber daya

hutan dan sumber daya mineral.

B.1 Potensi Sumber Daya Lahan

a) Potensi Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan

Kabupaten Maros merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang memiliki

pengusahaan pertanian tanaman pangan yang strategis di Provinsi Sulawesi

Selatan. Padi merupakan mata niaga unggulan di sektor pertanian, hal tersebut

sangat mendukung peluang pengembangan tanaman pangan di Kabupaten

Maros. Salah satu hal yang mendukung peluang untuk menjadikan padi

sebagai produk unggulan di Kabupaten Maros adalah potensi lahan yang

masih cukup luas sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.7

Luas Lahan Sawah Dirinci menurut Jenis Pengairan dan Kecamatan (ha) Kabupaten Maros, 2012

KECAMATAN

LUAS LAHAN SAWAH MENURUT JENIS PENGAIRAN

(Ha) TADAH

Maros Baru

(17)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 25 KECAMATAN

LUAS LAHAN SAWAH MENURUT JENIS PENGAIRAN

(Ha) TADAH

Sumber: BPS Kabupaten Maros 2013

Sedangkan luas panen sawah dan ladang pada tahun 2012

sebesar 49,073,00 Ha, sebagaimana yang terlihat pada tabel

berikut ini:

Tabel. 2.8

Luas panen sawah dan ladang tahun 2008 – 2012

JENIS

Padi Sawah Luas Panen

Produksi

Padi Ladang Luas Panen

Produksi

Jagung Luas Panen

Produksi

Kacang Kedelai Luas Panen

(18)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 26 Sumber: BPS Kabupaten Maros 2013

a) Potensi Sub Sektor Tanaman Hortikultura

Jenis komoditi yang dikembangkan di Kabupaten Maros untuk sub sektor

tanaman Hortikultura adalah:

 Sayuran, antara lain: Cabe, Petsai/Sawi dan Lainnya.

 Buah-buahan, antara lain: Mangga, Durian, Jeruk, Pisang, Pepaya, Nenas dan lain-lain.

Jumlah produksi sayur-sayuran pada tahun 2012 adalah sebesar 24.640 kuintal

dengan luas areal tanam 569 Ha. Penyebaran tanaman ini meliputi hampir seluruh

wilayah Kecamatan kecuali Kecamatan Simbang dan Bontoa. Sedangkan

Kecamatan yang memiliki kontribusi terbesar pada jenis tanaman sayur-sayuran

adalah Kecamatan Camba dan Cenrana. Sedangkan untuk tanaman buah-buahan

pada tahun 2012 hasil produksinya adalah 103.515 kuintal, jumlah produk

terbanyak adalah tanaman pisang sebanyak 44.406 kuintal dan yang terendah adalah

tanaman petai yaitu sebanyak 5 kuintal. Penghasil buah-buahan terbesar adalah

Kecamatan Tanralili sebanyak 34.103 kuintal.

Produktifitas Kuintal/Ha. 12.20 13.45 15.66 16.45 16.51

Kacang Tanah Luas Panen

(19)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 27 Hasil produksi dari masing-masing komoditas tanaman hortikultura dapat dilihat

pada tabel berikut ini

Tabel. 2.9

Luas panen Tanaman Sayuran menurut Kecamatan dan Jenis Sayuran Tahun 2012 (ha)

NO KECAMATAN TOMAT CABE KACANG

Maros baru

Marusu

Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

Tabel. 2.10

Produksi Tanaman Sayuran menurut Kecamatan dan Jenis Sayuran Tahun 2012 (Kuintal) NO KECAMATAN TOMAT CABE KACANG

Maros baru

(20)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 28

Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

Tabel 2.11

Produksi Buah-Buahan menurut Kecamatan

dan Jenis Buah Tahun 2012 (kuintal)

NO KECAMATAN MANGGA DURIAN JERUK PISANG PEPAYA NANAS

Maros baru

Marusu

Maros baru

(21)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 29

Maros baru

Marusu

Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

b) Potensi Sub Sektor Perkebunan

(22)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 30 Tabel 2.12

Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kecamatan dan jenis Tanaman Tahun 2012 (ton).

KECAMATAN KELA

Maros baru

Marusu

Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

c) Potensi Sub Sektor Kehutanan

Potensi produksi kehutanan di Kabupaten Maros berdasarkan data yang diperoleh

memiliki potensi yang cukup besar dan menghasilkan berbagai produk. Kawasan hutan

di Kabupaten Maros tersebar di 9 (sembilan) Kecamatan, yaitu:

Lau, Bontoa, Bantimurung, Simbang, Tanralili, Tompobulu, Camba, Cenrana dan

Mallawa. Luas kawasan hutan di Kabupaten Maros pada tahun 2012 adalah 65,020.24

Ha. Yang terdiri atas hutan Lindung seluas 14,610.68 Ha, hutan suaka alam dan

pelestarian alam seluas 28,610.94 Ha, Hutan produksi tetap 15,364.49 Ha, dan hutan

produksi terbatas 6,434.13 Ha. Kawasan hutan terbesar terdapat di Kecamatan

Tompobulu sebesar 28,87 % kemudian Kecamatan Mallawa 22,54% serta Kecamatan

(23)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 31 d) Potensi Sub Sektor Peternakan

Sub sektor peternakan di Kabupaten Maros pada umumnya masih diusahakan atau

dikembangkan oleh masyarakat (peternak) terutama yang meliputi jenis ternak

besar/kecil dan ternak unggas. Jenis ternak besar/kecil meliputi: sapi, kerbau, kuda,

kambing, dan babi. Sedangkan umtuk ternak unggas meliputi: ayam kampung, ayam ras

dan itik.

Perkembangan jumlah populasi ternak di Kabupaten Maros sampai dengan tahun 2012

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.13

Populasi Ternak menurut Kecamatan dan Jenis Ternak Tahun 2012 (ribu ekor)

KECAMATAN SAPI KERBAU KUDA KAMBING BABI MANDAI

MONCONGLOE

MAROS BARU

MARUSU

(24)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 32 Tabel 2.14

Populasi Ternak unggas menurut Kecamatan dan jenis unggas Tahun 2012 (ribu ekor)

KECAMATAN Ayam Kampung MAROS BARU MARUSU JUMLAH TOTAL 763.344 265.646 9.987.823 283.984 17.295

Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

e) Potensi Sub Sektor Perikanan

Sebagai daerah yang memiliki pesisir pantai dan laut Kabupaten Maros memiliki

potensi pengembangan perikanan darat dan laut yang cukup besar. Secara umum,

pengusahaan jenis perikanan di Kabupaten Maros adalah perikanan laut, perikanan

umum, Budidaya air tawar dan budidaya air payau. Pada tahun 2012 total produksi

perikanan Kabupaten Maros mencapai 23,639.9 ton, dengan jenis produksi yang

dihasilkan terbanyak adalah yang bersumber dari laut yakni mencapai 14,501.2 ton,

sedangkan yang di budidayakan mencapai 8,586.10 ton. Untuk lebih jelasnya dapat

di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 2.15

Jumlah Produksi Perikanan Menurut Kecamatan Tahun 2012 (ton)

KECAMATAN PERIKANAN

(25)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 33

KECAMATAN PERIKANAN

LAUT MAROS BARU MARUSU Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

Tabel .2.16

Jumlah Produksi Perikanan Darat Menurut Kecamatan

KECAMATAN SUNGAI KOLAM SAWAH TAMBAK

Tahun 2012 (ton)MANDAI

(26)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 34 CENRANA

MALLAWA

-

-

1,10

3,80

-

-

JUMLAH 552,60 113,50 10,10 8.462,50 Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

B.2 Potensi Sumber Daya Air

Potensi sumber daya air di wilayah Kabupaten Maros secara konvensional dapat

dikelompokan sebagai air permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan di

Kabupaten Maros berasal dari beberapa sungai yang ada di masing-masing wilayah

Kecamatan yang ada di Kabupaten Maros. Keberadaan beberapa sungai di

kelompokkan menurut DAS (Daerah Aliran Sungai), yaitu: Sungai Maros, Sungai

Parangpakku, Sungai Marusu, Sungai Pute, Sungai Borongkaluku, Sungai Batu

Pute, Sungai Matturungngeng, Sungai Marana, Sungai Campayya, Sungai

Pattunuangasue, Sungai Bontotangnga, dan Sungai Tanralili.

Salah satu pemanfaatan potensi sumber air di Kabupaten Maros adalah dengan

dimanfaatkannya guna pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Maros.

Sumber air baku yang dimanfaatkan adalah yang berasal IPA Bantimurung dan

bendungan Carangki, dimana kedua sumber air tersebut masing-masing memiliki

kapasitas debit air, yaitu: 500 liter per detik untuk IPA Bantimurung, sedangkan

untuk yang berasal dari Bendungan Carangki sebesar > 1000 liter per detik.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam hal pengelolaan sumber air tersebut adalah

Investasi yang tinggi, sementara untuk potensi sumber air baku masih cukup

banyak dan belum termanfaatkan sebagaiman pada sumber air Pattontongan yang

juga berlokasi di Kecamatan Bantimurung.

B.3 Potensi Sumber Daya Hutan

Sumber daya hutan yang dimiliki oleh Kabupaten Maros antara lain: hutan lindung,

hutan suaka alam dan pelestarian alam, hutan produksi tetap, dan hutan produksi

terbatas. Sumber daya hutan tersebut merupakan potensi sektor kehutanan

Kabupaten Maros yang memerlukan penanganan dan pengendalian untuk

kelangsungan pelestariannya. Penyebaran dan luas kawasan hutan di Kabupaten

(27)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 35 Tabel. 2.17

Luas Kawasan hutan menurut Kecamatan Tahun 2012 (Ha)

KECAMATAN HUTAN LINDUNG MAROS BARU MARUSU

JUMLAH 14.610,68 28.610,94 6.434,13 15.364,49 65.020,24 Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2013

Adapun produksi hasil hutan di wilayah Kabupaten Maros terbatas pada

beberapa jenis hasil hutan, yaitu: Kayu bulat dan kayu gergajian. Jumlah hasil produksi

hutan yang ada di kawasan hutan Kabupaten Maros pada tahun 2011 sekitar 5669 M³.

Hasil – hasil hutan tersebut juga merupakan bahan baku utama dari beberapa industri

kayu yang ada di Kawasan Industri Makassar/Maros.

B.4 Potensi Sumber Daya Mineral

Pertambangan di wilayah Kabupaten Maros memiliki potensi yang besar untuk

menghasilkan berbagai produk unggulan Daerah, hal tersebut disebabkan oleh

(28)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 36 hingga saat ini belum dilakukan pengeksplotasian yang terkelola secara baik dan

optimal padahal upaya pengelolaan barang tambang tersebut dapat membuka

peluang lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat yang

pada akhirnya akan membawa dampak pada peningkatan perekonomian Daerah

secara keseluruhan.

Potensi tambang yang dimiliki oleh Kabupaten Maros adalah: potensi bahan galian

yang terdiri dari bahan galian gol. A dan bahan galian gol. C .

Untuk bahan galian golongan A meliputi batu bara dan emas yang terdapat di

wilayah Kecamatan Mallawa, Camba, Cenrana, Tanralili dan Tompobulu.

Sedangkan untuk bahan galian golongan C yang meliputi lempung, batu gamping,

marmer, pasir kuarsa, oker, basal, andesit, diorite, granodiorit, trakit, batu sungai,

dan pasir sungai terdapat di wilayah Kecamatan Bontoa, Bantimurung, Turikale,

Maros Baru, Simbang, Tanralili, Moncongloe, Mandai, lau, Cenrana, Camba dan

Mallawa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.18

Potensi Pertambangan menurut Bahan Galian dan Lokasi Tahun 2011

BAHAN

GALIAN

LOKASI DAN SEBARAN

(KECAMATAN)

POTENSI TAMBANG

LUAS (Km²) VOLUME

(JUTA TON)

1 2 3 4

Lempung Hitam

Lempung

Merah

Batu Gamping

Marmer

Pasir Kuarsa

Oker

Andesit

Bontoa, Lau, Maros Baru

Mallawa, Camba, Cenrana,

Moncongloe, Tompobulu

Bantimurung, Tanralili,

Simbang, Mallawa

Camba, Bantimurung

Mallawa

Tanralili, Moncongloe,

Simbang, Mandai

Cenrana

Mallawa, Camba

149,09

676,61

153,48

60,13

25,78

201,94

64,00

32,98

372,75

1.691,52

1.534,86

601,30

64,44

504,86

160,00

(29)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 37 BAHAN

GALIAN

LOKASI DAN SEBARAN

(KECAMATAN)

POTENSI TAMBANG

LUAS (Km²) VOLUME

(JUTA TON)

1 2 3 4

Diorit

Granodiorit

Trakit

Batu Sungai

Pasir Sungai

Basalt Piroksin

Batubara

Logam mulia

(Galena,

Mangan,

Tembaga)

Mallawa

Simbang, Bantimurung

Camba, Tompobulu

Tanralili, Turikale

Tompobulu, Mallawa

Mallawa, Tompobulu, Tanralili

Mallawa, Tompobulu, Camba,

Cenrana

17,37

17,37

16,74

2,84

90,40

120,00

60,00

43,43

43,43

50,22

8,52

226,00

144,00

150,00

Sumber: BPS KABUPATEN MAROS TAHUN 2012

C. Wilayah Rawan Bencana

Karakteristik wilayah Kabupaten Maros yang terdiri dari wilayah dataran

tinggi (gunung) dataran rendah (pesisir) memiliki potensi terjadinya bencana

alam (rawan bencana). Untuk menghindari dampak keruskan yang timbul akibat

bencana alam tentunya di butuhkan perencanaan yang mampu memberikan

perlindungan terhadap ekosistem sekitarnya dan aktifitas masyarakat.

Wilayah Kabupaten Maros yang diidentifikasi sering dan berpotensi

tinggi mengalami bencana alam seperti gempa bumi, kebakaran hutan, longsor,

banjir berada pada wilayah Kecamatan Turikale, sebagian wilayah Bantimurung,

Maros Baru, Bontoa, Camba, Cenrana, Lau, Marusu, Tompobulu, dan Simbang.

Selain itu terdapat juga beberapa wilayah di Kabupaten Maros yang rawan

terjadinya sedimentasi, seperti: Kecamatan Marusu, Maros Baru, Bontoa, dan

Lau.

Sedangkan wilayah Kabupaten Maros yang berkarakteristik wilayah

pantai/pesisir juga memiliki kerawanan akan terjadinya bencana abrasi pantai,

(30)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 38 karena wilayah Kecamatan tersebut tepat berada pada selat Makassar/pantai

barat.

D. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Maros berdasarkan sensus Penduduk

tahun 2012 adalah 325,401 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak

159,235 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 166,166 jiwa. Jumlah

penduduk terbanyak untuk wilayah perbatasan adalah di Kecamatan Mandai

sebanyak 36,606 jiwa yang letaknya berbatasan dengan kota Makassar,

sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Mallawa sebanyak

10.804 jiwa yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Bone.

Rasio Jenis Kelamin 96 yang artinya diantara 100 penduduk wanita

terdapat sekitar 96 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk terbanyak berada di

Kecamatan Turikale (26,18 %), Kecamatan Mandai (22,61 %) dan Bantimurung

(17,47 %). Rata-rata kepadatan penduduk adalah 201 jiwa/km² dengan kepadatan

tertinggi di Kecamatan Turikale, yaitu 1.416 jiwa/km² dan terendah adalah

Kecamatan Mallawa yaitu 46 jiwa/km², sebagaimana tampak pada Tabel berikut:

Tabel.2.19

Jumlah penduduk Kabupaten Maros menurut Kecamatan dan jenis kelamin (jiwa) Tahun 2012

KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK SEX

RATIO

LAKI-LAKI

PEREMPUAN JUMLAH

MANDAI

MONCONGLOE

MAROS BARU

(31)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 39

KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK SEX

RATIO

LAKI-LAKI

PEREMPUAN JUMLAH

TANRALILI

Sumber: BPS Kabupaten Maros, 2013

Tabel 2.20

Tingkat Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2012

KECAMATAN LUAS (km²) MAROS BARU MARUSU

(32)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 40 Jumlah Penduduk miskin Kabupaten Maros terus mengalami penurunan sejak

tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Maros berjumlah 56.000 atau 18,55% dari jumlah total penduduk Kabupaten

Maros. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Maros adalah 33.112

orang atau 12,69% dari jumlah total penduduk Kabupaten Maros, yang artinya

mengalami penurunan sebesar 28,17% dari tahun sebelumnya, sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 2.21

Jumlah & persentase penduduk miskin di Kabupaten Maros.

TAHUN

GARIS KEMISKINAN

(Rp/Kapita/Bulan)

JUMLAH PENDUDUK

MISKIN

(000 Jiwa)

% PENURU

NAN

%

PENURU

NAN

2008

2009

2010

2011

2012

173.632

212.544

237.119

245.473

254.121

56,00

49,78

46,60

42,44

33,11

18,55

16,35

14,62

13,17

12,69

-

6.220

3.180

4.160

9.328

-

12,49

6,82

9,80

28,17

Sumber: BPS Kabupaten Maros, 2013

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Maros selama kurun waktu 2008 sampai

2012 mengalami pertumbuhan 2,75% lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan

penduduk sekitar 1,75% pada tahun yang sama, begitu juga dengan persentase

angkatan kerja terhadap jumlah penduduk yang mengalami fluktuasi dari angka

persentase 42,86% pada tahun 2008 naik menjadi 44,32% pada tahun 2011 dan pada

(33)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 41 Tabel. 2.22

Jumlah angkatan kerja dan penduduk Kabupaten Maros

TAHUN

PENDIDIKAN

JUMLAH

ANGKATAN

KERJA

JUMLAH

PENDUDUK

% ANGK. KERJA

TERHADAP

PENDUDUK

2008

2009

2010

2011

2012

129.943

121.851

140.270

142.789

143.000

303.211

305.546

319.002

322.212

325.401

42,86

39,88

43,97

44,32

43,95

Pertumbuhan 2,75 1,75

Sumber: BPS Kabupaten Maros, 2013

II.1.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

A. Fokus Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi A.1 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Maros

Kegiatan perekonomian pada suatu Daerah secara umum dapat di

gambarkan melalui kemampuan Daerah tersebut menghasilkan produk baik

itu berupa barang maupun jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup

masyarakat khususnya di Daerah tersebut. Hal tersebut dapat di

indikasikan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), jadi

PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang sangat penting guna

mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah.

Berdasarkan cara penghitungannya PDRB terdiri atas dua jenis, yaitu: harga

berlaku dan harga konstan. PDRB harga berlaku adalah menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pada tahun yang berkenaan,

sedangkan PDRB harga konstan adalah merupakan pencerminan perkembangan

ekonomi suatu wilayah secara riil dan bersifat menyeluruh serta berlangsung dari tahun

(34)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 42 Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas

perekonomian di Kabupaten Maros telah memperlihatkan angka pertumbuhan yang

cukup menggembirakan, indikator tersebut dapat terlihat dari meningkatnya income

per kapita masyarakat, hal ini berimplikasi pada peningkatan pembangunan sarana dan

prasarana serta infrastruktur lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.23

Nilai dan Kontribusi sektor dalam PDRB Tahun 2009 s/d 2012 Atas dasar harga berlaku Kabupaten Maros (x juta rupiah)

N

O SEKTOR

2009 2010 2011 2012*)

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 758.355,39 35,22 890.948,67 34,29 1.063.845,62 35,00 1.165.390,26 33,34

2

Pertamb &

Penggalian 29.453,15 1,37 33.044,85 1,27 38.733,47 1,27 44.978,79 1,29

3

Industri

Pengolahan 427.698,69 19,87 519.514,66 20,00 602.726,26 19,83 719.589,69 20,58

4

Listrik, Gas &

Air Bersih 18.045,70 0,84 20.393,72 0,78 22.723,49 0,75 26.813,75 0,77

5 Bangunan 32.534,47 1,51 40.147,88 1,55 46.215,03 1,52 54.375,53 1,56

6

Perdag, Hotel &

Rest 162.900,02 7,57 209.963,64 8,08 238.616,29 7,85 273.815,20 7,83

7

Angkutan &

Komunikasi 102.403,40 4,76 118.427,05 4,56 136.905,47 4,50 157.822,88 4,51

8

Keuangan, Persewaan &JS

Peru 124.509,23 5,78 137.222,82 5,28 172.520,84 5,68 214.317,77 6,13 9 Jasa-Jasa 497.106,92 23,09 628.404,01 24,19 716.904,46 23,59 838.853,35 23,99 PDRB 2.153.006,97 2.598.067,30 3.039.190,93 3.495.957,21

Sumber: BPS Kabupaten Maros, 2013

*) Angka Sementara

Tabel 2.24

Nilai dan Kontribusi sektor dalam PDRB Tahun 2009 s/d 2012 Atas dasar harga konstan Kabupaten Maros (x juta rupiah)

N

Pertamb & Penggalian

Listrik, Gas & Air Bersih

(35)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 43

Perdag, Hotel & Rest

Angkutan & Komunikasi Persewaan &JS Peru

Sumber: BPS Kabupaten Maros, 2013 *) Angka Sementara

Tabel 2.25

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Maros Tahun 2009 – 2012 (dalam persen)

Sumber: BPS Kabupaten Maros, 2013 *) Angka Sementara

No Lapangan Usaha

2009 2010 2011 2012*)

6 Perdagangan,Hotel,& Restoran 8,1 9,72 10,35 11,07

7 Pengangkutan & Konsumsi 8,58 9,85 8,97 9,08

8 Keuangan,sewa,& Js. Perusahaan

6,48 4,56 14,38 16,63

9 Jasa-Jasa 8,39 5,05 1,78 2,69

(36)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 44 A.2 Laju Inflasi Kabupaten Maros

Laju inflasi di Kabupaten Maros pada tahun 2012 menunjukan angka

sebesar 6,51, nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan angka inflasi

pada tahun 2011, yaitu sebesar 8,75. Hal ini berarti bahwa kondisi

perekonomian Kabupaten Maros secara makro lebih baik jika dibandingkan

pada Tahun 2011. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.26

Inflasi PDRB Kabupaten Maros menurut Lapangan usaha

Kabupaten Maros Tahun 2012*)

NO .

LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012*)

1 Pertanian 9,04 8,48 11,19 12,56 4,44

2 Pertambangan & Penggalian 5,00 4,40 5,47 8,26 5,21

3 Industri Pengolahan 7,48 7,83 11,19 5,43 6,88

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,51 3,80 3,41 2,05 7,54

5 Bangunan 6,98 9,91 11,07 2,73 3,93

6 Perdagangan, Hotel & Restoran

9,90 6,50 17,47 2,99 3,31

7 Angkutan & Komunikasi 6,53 4,95 5,27 6,08 5,69

8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan

8,00 7,11 5,40 9,92 6,52

9 Jasa-jasa 32,56 36,96 20,34 12,09 13,95

PDRB 12,15 13,39 12,75 8,75 6,51 Sumber: BPS kabupaten Maros, 2012

*) Angka sementara

B. Fokus Kesejahteraan Sosial B.1 Pendidikan

B.1.1 Angka Melek Huruf

Walaupun mengalami peningkatan namun secara regional (Sulawesi

Selatan) progress peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten

Maros tergolong masih rendah. Hal ini terlihat pada Tahun 2009

penduduk yang bisa baca tulis sekitar 82,90 persen dari total penduduk

umur 10 tahun keatas, kemudian pada Tahun 2010 meningkat menjadi

82,97 persen, pada tahun 2011 naik menjadi 83,10 persen demikian juga

(37)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 45 Angka Melek Huruf di Kabupaten Maros perlu mendapat perhatian

karena kemampuan membaca penduduk masih rendah. Untuk Sulawesi

Selatan pada Tahun 2012 AMH sekitar 88,73 persen. Kalau diurutkan,

Kabupaten Maros berada pada urutan 20 dari 24 Kabupaten/Kota di

Sulawesi Selatan pada Tahun 2012.

B.1.3 Angka Partispasi Murni

Angka partisipasi murni adalah persentase siswa dengan usia yang

berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia

yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Berikut ini:

Tabel 2.27

Angka Partisipasi Murni Kabupaten Maros Tahun 2011

NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI 1.1

.

jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI

36.611 37.582 38.016 42.909 38.697

1.2 .

jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

40.693 37.930 38.809 38.809 41.079

1.3 .

APM SD/MI 111 101 102 90 94

2 SMP/MTs 2.1

.

jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs

11.513 11.525 11.782 15.263 12.209

2.2 .

jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

19.029 20.712 19.120 19.120 19.397

2.3 .

APM SMP/MTs 61 56 62 80 63

3 SMA/MA/SMK 3.1

.

jumlah siswa kelompok usia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK

6.482 7.053 7.322 7.142 7.804

3.2 .

jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

18.073 24.305 24.008 24.008 18.094

3.3 .

APM SMA/MA/SMK 36 29 30 30 43

(38)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 46 B.1.4 Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar adalah angka yang menunjukkan tingkat partisipasi

penduduk secara umum pada tingkatan pendidikan tertentu terhadap jumlah

penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.

Perkembangan APK untuk Kabupaten Maros mulai Tahun 2007 – 2011 dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 2.28

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Maros,2007 – 2011

NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI

1.1. jumlah siswa yang bersekolah di

jenjang pendidikan SD/MI 43.695 44.459 44.644 44.866 44.968

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12

tahun 40.693 37.930 38.809 38.809 41.079 1.3. APK SD/MI 107,38 117,21 115,04 115,61 109

2 SMP/MTs

2.1. jumlah siswa yang bersekolah di

jenjang pendidikan SMP/MTs 15.610 16.014 16.761 16.982 17.411

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15

tahun 19 20.712 19.120 19.120 19.397

2.3. APK SMP/MTs 82 77 88 89 90

3 SMA/MA/SMK

3.1. jumlah siswa yang bersekolah di

jenjang pendidikan SMA/MA/SMK 9.307 9.836 10.379 10.878 11.811

3.2. jumlah penduduk kelompok usia 16-18

tahun 18.073 24.305 24.008 24.008 18.094

3.3. APK SMA/MA/SMK 51 40 43 45 65

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, 2012

B.2 Kesehatan

Sampai dengan Tahun 2012 Perkembangan kesehatan di Kabupaten Maros

Mengalami perkembangan yang bervariatif. Hal ini dapat terlihat dari

perkembangan beberapa indikator kesehatan, misalnya: Angka Kematian bayi

(AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), Prevalensi Balita Kekurangan Gizi,

Angka Kematian Ibu Melahirkan dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat

(39)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 47 Grafik. 2.1

Perkembangan AKB Kabupaten Maros

Sumber Data: Bappeda Maros 2012

Grafik. 2.2

Perkembangan AKBA Kabupaten Maros 2012

(40)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 48 Grafik. 2.3

Perkembangan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Kab. Maros Tahun 2010

Sumber data: Bappeda Maros 2010

Grafik. 2.4

Perkembangan Angka Kematian Ibu melahirkan kab. Maros 2011

(41)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 49 Grafik. 2.5

Perkembangan Rasio Bidan Kabupaten Maros 2010

Sumber Data: Bappeda Maros 2010

Grafik. 2.6

Perkembangan Angka Morbiditas (%) di Kab. Maros 2010

Sumber Data: Bappeda Maros 2010

B.3 Sosial

Permasalahan Kemiskinan adalah merupakan salah satu masalah yang perlu

(42)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 50 menuju kepada yang lebih baik. Jumlah penduduk miskin baik di wilayah

perkotaan maupun di wilayah Perdesaan pada Tahun 2011 mengalami penurunan

bila dibandingkan pada Tahun 2008 – 2011. Adapun perkembangannya

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel. 2.29

Tabel Perkembangan Kondisi Kemiskinan di Kab. Maros, 2008- 2012

TAHUN GARIS KEMISKINAN

(Rp./Kapita/Bln)

PENDUDUK MISKIN

Jumlah (000 Jiwa)

Persentase

(%)

2008 173.632 56,00 18,55

2009 212.544 49,78 16,35

2010 237.119 46,60 14,62

2011 245.473 42,44 13,17

2012 282.595 33,11 12,69

Sumber Data: BPS Kab. Maros 2013

II.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI TAHUN BERJALAN DAN REALISASI RPJMD

Peningkatan pencapaian target dan sasaran RKPD Kabupaten Maros

empat tahun terakhir (2010 hingga 2013) memperlihatkan kemajuan yang

signifikan terhadap pencapaian sasaran agenda dan kebijakan pembangunan

yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Maros Tahun 2010-2015.

Sasaran agenda dan kebijakan merupakan penjabaran dari Visi dan Misi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Maros serta

merupakan gambaran kesuksesan yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima

Tahun kedepan. Hal ini mengandung pengertian yang luas dan menggambarkan

(43)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 51 dan sasaran tersebut merupakan posisi relatif yang ingin dicapai hingga tahun

2015. Dengan demikian Kabupaten Maros kedepan akan lebih baik dari kondisi

saat ini yang antara lain diukur dari pergeseran data dan informasi terkait

dengan indikator-indikator makro khususnya terkait dengan komponen

indikator Indeks Pembangunan Manusia, Penanggulangan kemiskinan, Produk

Domestik Regional Bruto, Investasi, dan pendapatan perkapita, dengan

memperkuat sinergitas dan kebersamaan antar pemerintah, dunia usaha, dan

masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

Tabel. 2.30

Tabel Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Kab. Maros

NO.

INDIKATOR KINERJA PEMBANGUN

AN DAERAH

SATUAN CAPAIAN KINERJA

2010 2011 2012* 2013* 2014* 2015*

1.

Indeks Pembangunan

Manusia 71,12 71,67 72,26 72,87 73,49 74,11

a. Angka

Harapan Hidup Tahun 72,30 72.76 72,83 73,26 73,69 74,12

b. Rata-rata

Lama Sekolah Tahun 6,62 6,90 7,51 7,79 8,08 8,39

c. Tingkat Melek

Huruf % 82,97 83,10 83,30 83,40 83,50 83,60

d. Daya Beli

(Rupiah) Rp(ribu) 639.120 640.040 681.677 719.025 799.972,58 843.801,99

2. Angkatan Kerja Jiwa 140.270 142.789 125.436 132.278 139.493 147.102

3. Bekerja Jiwa 126.605 132.850 123.543 124.428 125.319 126.216

4.

Pengangguran

Terbuka Jiwa 13.665 9.937 8.656 7.380 6.292 5.365

Angka

Pengangguran % 9,74 6,96 5,42

5.

Penduduk

Miskin Jiwa 46.622 42.440 43.366 40.465 38.111 35.727

Penduduk

Miskin % 14,62 13,14

6. PDRB Berlaku Trilyun 2,60 3,04 3,50 3,90 4,53 5,26

PDRB Konstan Trilyun 1,15 1,24 1,34

7.

Pertumbuhan

Ekonomi % 7,03 7,57 8,00 7,64 7,68 7,72

8.

Pendapatan

(44)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 52 NO.

INDIKATOR KINERJA PEMBANGUN

AN DAERAH

SATUAN CAPAIAN KINERJA

2010 2011 2012* 2013* 2014* 2015*

(Berlaku)

9. Inflasi % 12,75 8,75 11,48 10,91 10,36 9,84

10 PAD * Milyar 24,84 45,35 60,36 102,73 90,77 99,85

Sumber:: BPS Kabupaten Maros *) RPJMD Kab. Maros

Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya pemberian

fasilitas pelayanan kepada masyarakat pada bidang sosial meliputi pendidikan dan

kesehatan, kemudian pada bidang ekonomi meliputi peningkatan produksi dan

produktifitas pertanian, serta sarana dan prasarana wilayah yang disertai dukungan

pemerintahan yang profesional dan terpercaya. Upaya pencapaian target dan sasaran

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2013 dikaitkan dengan target dan

sasaran yang ingin dicapai dalam RPJMD yaitu dibagi kedalam 7 prioritas

pembangunan dan dijabarkan kedalam kebijakan dan sasaran pokok yang ingin dicapai

diuraikan sebagai berikut :

1. Pengembangan Sektor-Sektor Penggerak Utama Perekonomian.

Arah kebijakan agenda ini hingga pada tahun 2013 menitik beratkan pada

bagaimana meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat melalui

pengembangan ekonomi masyarakat, pengembangan industri pengolahan

berbasis pertanian, pengembangan pariwisata daerah serta peningkatan daya

tarik investasi. Adapun sasaran yang ingin dicapai pada kebijakan ini adalah

Peningkatan produksi dan produktifitas sektor pertanian, pengembangan sektor

pariwisata, pengembangan industri pengolahan dan industri rumah tangga serta

meningkatnya usaha sektor jasa. Pada tahun 2012 pendapatan perkapita sebesar

Rp. 10.743.536. Dengan pertumbuhan sebesar 13,90 %, maka dapat melampaui

pendapatan perkapita sebagaimana target indikator kinerja RPJMD Kabupaten

Maros sebesar Rp. 10.695.125.

Membangun struktur ekonomi yang kompetitif dan berbasis pada

(45)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 53 kerakyatan yang tangguh dan mandiri dalam menjalankan seluruh aktifitas

perekonomiannya yang pada gilirannya secara mandiri dan kreatif dapat

mendorong kemampuannya dalam menjalankan aktifitasnya pada semua sektor

pembangunan. Upaya dalam mewujudkan pergeseran struktur ekonomi khusunya

pada sektor pertanian ke sektor industri merupakan strategi dasar untuk

meningkatkan tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Hal ini dapat dilihat

pada pergeseran distribusi persentase PDRB ADHB dari Tahun 2011 ke 2012

untuk pertanian 35,00 menjadi 33,34 persen , Industri pengolahan 19,83 menjadi

20,58 persen dan Jasa dari 23,59 persen menjadi 23,99 persen. Oleh karena itu,

kontribusi yang sangat signifikan terhadap pencapaian sasaran Tahun selanjutnya

tercermin dari besaran indikator makro pendapatan sektor pertanian, peningkatan

kuantitas dan kualitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Kebijakan dan program prioritas terkait pada sektor pertanian menitik

beratkan pada peningkatan produksi, pemasaran dan pengolahan hasil pertanian,

serta perluasan kesempatan kerja. Kondisi terakhir yang telah dicapai hingga

tahun 2012 produksi padi sebesar 327,365.98 ton, produksi jagung sebesar

35.849,22 ton, populasi sapi potong 65,771 ribu ekor, produksi perikanan laut

sebesar 14,501.2 ton, produksi tambak sebesar 8,586.10 ton. Intensifikasi

terhadap program tersebut diharapkan keterlibatan usaha ekonomi menengah

keatas, dan industri pengolahan untuk membangun kerjasama dengan usaha

mikro kecil dan menengah.

Untuk mencapai target sasaran , maka kegiatan prioritas tahun 2013

diarahkan untuk mendukung berkembangnya usaha pertanian yang produktif dan

efisien dengan nilai tambah dan daya saing yang tinggi, tercipta kedaulatan

pangan dan produksi pangan hasil pertanian organik, dan berkembangnya

penerapan iptek pada agro-industri pertanian, peternakan dan perikanan di

kawasan andalan, serta pengembangan peluang pasar yang lebih

menguntungkan.

2. Pengembangan Ketersediaan Bahan Pangan, Distribusi, Akses, Data/Informasi, Mutu & Keamanan Pangan.

Agenda pembangunan ini diarahkan untuk mewujudkan peningkatan

ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan serta percepatan

(46)

RKPD Kab. Maros Tahun 2015 54 kedalam kebijakan dan program prioritas disertai sasaran pokok yang ingin

dicapai.

Adapun sasaran yang ingin dicapai pada kebijakan ini adalah peningkatan

akses permodalan, informasi dan transportasi masyarakat terhadap sumber daya

produktif, peningkatan kapasitas pelaku pada sektor pertanian, peningkatan pola

penganekaragaman pangan yang bergizi, peningkatan jaminan keamanan pangan

hewani dan nabati, peningkatan sarana dan prasarana produksi sektor pertanian,

meningkatnya usaha pengendalian hama/penyakit pada sektor pertanian,

peningkatan pemanfaatan/pengelolaan lahan secara optimal.

Perkembangan sub sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Maros

mengalami kenaikan. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2012

komoditi yang dominan dikembangankan meliputi: padi sawah menempati areal

dengan jumlah produksi 322,429.44 ton. Sedangkan komoditi yang paling

rendah produksinya adalah kacang hijau dengan jumlah produksi sebesar 653.40

ton.

3. Peningkatan Infrastruktur Pendukung Laju Pertumbuhan Ekonomi

Indikator capaian khususnya pada pembangunan sarana dan prasarana

wilayah yang berkualitas dan berdaya saing, serta penataan ruang. Sasaran

program tahun 2013 meliputi peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan

sumber daya air, peningkatan sarana dan prasarana transportasi, permukiman,

komunikasi dan informatika, pengembangan kawasan strategis dan cepat

tumbuh, peningkatan prasarana dan sarana pemerintahan, fasilitas sosial dan

fasilitas umum serta peningkatan sarana dan prasarana pendukung sektor

pertanian, pariwisata dan industri.

Dikabupaten Maros, jumlah sarana dan prasarana transportasi darat

menjadi faktor dominan dalam menunjang mobilitas penduduk dan gerak roda

perekonomian. Dengan demikian peningkatan kualitas sarana dan prasarana

serta fasilitas penunjang lainnya menjadi faktor penentu bagi peningkatan

perekonomian dan kesejahteraan penduduk. Panjang jalan di Kabupaten Maros

pada tahun 2013 terdiri dari jalan negara 87,960 km dan jalan kabupaten

1.273,20 km. Jalan dalam kondisi baik sekitar 35,5 %, kondisi sedang 9,7 %,

Gambar

Tabel. 2.1
Tabel. 2.2
Tabel 2.6 Sebaran Kawasan Pertanian Tanaman Lahan Kering
Tabel 2.7 Luas Lahan Sawah Dirinci menurut Jenis Pengairan dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti apa Keadaan emosional anak yang baik antara lain: Mengutarakan perasaan mereka dengan jelas dan langsung, lebih bisa mengendalikan dorongan- dorongan dan keinginan

selaku Kepala Perpustakaan IAIN Antasari beserta staf serta Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari dan Perpustakaan Nasional Kalimantan Selatan

Sampel bijih besi bisa dijadikan sebagai bahan baku magnetit nanopartikel dengan unsur pengotor kurang dari 1%. UCAPAN

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui informasi mengenai jenis dan struktur komunitas fitoplankton pada siang dan malam

Pada realitanya suatu pemilihan umum di suatu Negara tidak luput dari peran agama, entah itu agama sebagai dasar dari suatu partai atau bahkan suatu partai lain yang berkoalisi

DAFTAR NAMA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KABUPATEN SAROLANGUN DI LINGKUNGAN KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAMBI.. SEMESTER

Dari hasil uji statistik non parametrik dua sampel tidak berpasangan dengan Mann-Whitney dida- patkan nilai p<0,05, dari hasil ini dapat disimpul- kan hasil data penelitian

Pernyataan di atas memberi gambaran seberapa ketatnya konstitusi Kerajaan Aceh memberlakukan hukum Islam di wilayahnya. Hal ini mengantar pada pertanyaan berikutnya tentang