• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi kelompok dalam kampanye sosial komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi kelompok dalam kampanye sosial komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

DiajukanKepadaUniversitas Islam

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratandalam GelarSarjanaIlmuKomunikasi (S.I.Kom.)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI

KepadaUniversitas IslamNegeriSunanAmpel Surabaya UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratandalamMemperoleh

GelarSarjanaIlmuKomunikasi (S.I.Kom.)

Oleh:

M. Eko Nur Syaifudin NIM. B76213071

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

X

ABSTRAK

M. Eko Nur Syaifudin, B76213071, 2017. Komunikasi Kelompok Dalam Kampanye Sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi Kelompok, Kampanye Sosial, Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana bentuk kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik dalam memotivasi kerja masyarakat di Kabupaten Gresik, (2) Apa faktor pendukung dan penghambat dari kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik dalam memotivasi kerja masyarakkat di Kabupaten Gresik.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berguna memberikan fakta dan data mengenai kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik , kemudian data tersebut dianalisis dengan teori prestasi kelompok dari Stogdill.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) media sosial Instagram sebagai cara menyebarluaskan kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik, (2) Menerapkan sistem musyawarah mufakat bagi anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik, (3) Tahapan-tahapan dalam proses menyebarluaskan pesan kampanye sosial, (4)Faktor pendukung dan penghambat kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik menggunakan media sosial Instagram sebagai alat menyebarluaskan pesan kampanye sosial mereka. Sistem musyawarah masih berlaku di Komunitas ini. Ada 4 tahapan dalam proses penyebarluasan pesan kampanye sosial yang pertama mencari sosok mulia, pembagian jobdesc tiap divisi, apresiasi sosok mulia, dan

follow up sosok mulia. Faktor pendukung dari kampanye sosial ini adalah SDM (pengurus, anggota, dan netizen), Donasi, dan Media sosial Instagram. untuk faktor penghambat dari kampanye sosial ini adalah kesibukan masing-masing anggota, dan donasi yang kurang.

Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik adalah (1) Komunitas Ketimbang Ngemis Gresik bisa mengajak instansi pemerintah yang dalam hal ini dinas sosial untuk menjadi rekan kerja guna ikut membantu memotivasi para pengemis yang terjaring razia agar mereka bisa mencontoh rekan-rekannya seumuran dengan lebih memilih kerja daripada mengemis, (2) mencari media lain dalam hal mencari donasi. Mereka bisa

(7)

I

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... I

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... II

PENGESAHAN TIM PENGUJI ……….. III

MOTTO……….….………. IV

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Definisi Konsep Kampanye Sosial 6

F. Definisi Konsep 7

G. Kerangka Pikir Penelitian 10

H. Metode Penelitian 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 11

2. Subyek, Obyek 13

3. Jenis dan Sumber Data 13

4. Tahap-tahap Penelitian 14

5. Teknik Pengumpulan Data 15

6. Teknik Analisis Data 17

7. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data 22

(8)

II

BAB II: KOMUNITAS SEBAGAI KELOMPOK SOSIAL DALAM KAMPANYE SOSIAL

A. Komunikasi Kelompok 26

1. Pengertian Komunikasi Kelompok 26

2. Karakteristik Komunikasi Kelompok 26

3. Klasifikasi Kelompok 29

B. Komunitas 32

1. Definisi Komunitas 32

2. Bentuk-bentuk Komunitas 36

3. Komunitas Sebagai Kelompok Sosial

a. Pengertian Kelompok Sosial 37

b. Klasifikasi Kelompok Sosial 38

c. Fungsi Kelompok Sosial 41

C. Kampanye ……… ……….. 42

a. Pengertian Kampanye 42

b. Dua Tipe Kampanye 43

c. Jenis-jenis Kampanye 45

d. Model-model Kampanye 47

e. Kampanye dan Manajemen Kampanye 63

f. Efektivitas Pesan Kampanye 64

g. Saluran Kampanye 68

h. Perencanaan Kampanye 69

D. Teori Prestasi Kelompok Dalam Kampanye Komunitas 74

a. Teori Prestasi Kelompok 74

BAB III: PENYAJIAN DATA KAMPANYE SOSIAL KOMUNITAS KETIMBANG NGEMIS REGIONAL GRESIK

A. Deskripsi Subyek Penelitian 79

1. Subyek Penelitian 79

a. Profil Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik 79

b. Visi dan Misi. 80

c. Tujuan Organisasi Komunitas Ketimbang Ngemis Regional

Gresik 80

d. Struktur Kepengurusan Komunitas Ketimbang Ngemis

(9)

III

B. Deskripsi Informan 83

C. Deskripsi Data Penelitian 85

1. Kampanye Sosial Terkait Nilai-Nilai Kemasyarakatan 86

2. Keterlibatan Anggota Komunitas Dalam Kampanye Sosial 89

3. Penyelesaian Konflik di Komunitas Terkait Kampanye Sosial 90

4. Penggunaan Media Sosial Dalam Kampanye Sosial 90

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam

Kampanye Sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik 95

BAB IV : ANALISIS KAMPANYE SOSIAL KOMUNITAS KETIMBANG

NGEMIS REGIONAL GRESIK

A. Temuan Penelitian 101

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori 112

BAB V : PENUTUP

1. Simpulan 119

2. Rekomendasi 120

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR

(10)

IV

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pikir Penelitian 10

Bagan 2.1. Model Kompensional Kampanye 48

Bagan 2.2. Model Kampanye Ostergaard 50

Bagan 2.3. Model Perkembangan Lima Tahap Fungsional I Larson 53

Bagan 2.4. Model Perkembangan Lima Tahap Fungsional II Judith

Trent dan Robert Frienberg 57

Bagan 2.5. Model Kampanye Nowak dan Warneryd 58

Bagan 2.6. Model Difusi Inovasi Everett M. Roggers 62

Bagan 2.7. Model Proses Komunikasi Umum 63

(11)

V

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Bentuk Kampanye Sosial KNG di Instagram 94

Gambar 4.2. Contoh Quotes Dari Sosok Mulia 95

(12)

VI

DAFTAR TABEL

(13)

1

A. Latar Belakang

Kampanye merupakan sebuah gerakan yang di dasarkan dari

sebuah perilaku. Perilaku itu cenderung sejalan dengan norma dan nilai

yang ada. Apabila sebuah kampanye tersebut bertentangan dengan norma

dan nilai yang ada di khawatirkan akan terjadi salah paham antara subyek

(penyebar kampanye) dengan obyek (penerima atau target dari kampanye

tersebut). Kampanye biasanya pengarah dan pemerkuat dari

kecenderungan yang ada ke arah tujuan yang diharapkan secara sosial

seperti pemungutan suara, pengumpulan dana, dan lain sebagainya.

Dalam arti lebih umum atau lebih luas, kampanye tersebut

memberikan penerangan secara terus menerus serta pengertian dan

motivasi terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan

teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai

publisitas dan citra yang positif.1

Proses kampanye melalui komunikasi tersebut, antara lain

merupakan penyebaran informasi, pengetahuan, gagasan, kesadaran dan

ide untuk membangun atau menciptakan kesadaran dan pengertian melalui

teknik komunikasi. Sedangkan bentuk dan komunikasi dalam melakukan

kampanye adalah komunikasi interpersonal, komunikasi antarpersonal

(face to face), komunikasi kelompok (group communication), komunikasi

1

(14)

2

massa (mass communication), komunikasi melalui media massa dan media

nirmassa.2

Pengemis sudah menjadi masalah klasik yang sering di jumpai

dalam kota-kota besar tidak terkecuali di kota Gresik. Karena terlalu

banyak menjadi masalah, sampai-sampai banyak sekali peneliti yang ingin

membahas masalah tersebut guna untuk menemukan formulasi yang tepat

untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Semua manusia tidak menginginkan untuk hidup berkekurangan,

akan tetepi keadaanlah yang memaksa mereka untuk hidup seperti itu.

Keadaan yang dimaksud ialah kurangnya lapangan pekerjaan yang

mengakomodir masyarakat untuk bisa bekerja mencari nafkah untuk

keluarganya. Akibatnya, banyak sekali diluar sana

pengangguran-pengangguran. Dampak dari banyaknya pengangguran ini salah satunya

adalah munculnya para pengais rezeki atau yang biasa disebut pengemis.

Banyaknya pengemis yang ada di Kota Gresik merupakan

fenomena sosial yang masih kurang mendapat perhatian serius dari

pemerintah Gresik maupun masyarakat. hampir di setiap jalan-jalan,

perkampungan, objek wisata, pasti menemui mereka. Mereka terkadang

menyusuri jalanan guna mencari belas kasihan orang-orang dengan

menggunakan berbagai macam atribut mulai dari pakaian yang

compang-camping, memasang wajah penuh kesedihan dan lain sebagainya.

Dalam proses menangani pengemis yang ada dalam sebuah

wilayah pastilah ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan salah

2

(15)

satunya adalah menggunakan kampanye sosial. Kampanye sosial

merupakan sebuah proses komunikasi yang dilakukan untuk

menyebarluaskan pesan-pesan yang diperlukan masyarakat. Dalam

prosesnya sendiri kampanye sosial memiliki banyak sekali inovasi, ide,

gagasan yang bersifat sosial, dan penting untuk diketahui publik. Salah

satu yang menggunakan metode kampanye sosial ini adalah sebuah

komunitas yang bernama “Ketimbang Ngemis”.

Ketimbang Ngemis merupakan sebuah komunitas yang memiliki

tagline “Say NO to ‘Mengemis : Belilah Walau Tidak Butuh Sekalipun”.

Komunitas ini terbentuk awalnya dari kegelisahan seorang pemuda yang

bernama Rizky dari Yogyakarta. Pada awalnya ia sekedar memposting di

akun instagram pribadinya karena haru melihat perjuangan dari seorang

nenek dan kakek dalam menjalani hidup. Akan tetapi, dia tidak

menyangka kalau postingannya di instagram pribadinya tersebut banyak

yang antusias dan memberikan respon positif. Hingga akhirnya Rizky

membuat akun @ketimbang.ngemis agar makin banyak orang yang sadar

untuk membantu para manula dan penyandang cacat di kota

masing-masing.3

Ketimbang Ngemis adalah satu dari sekian banyak komunitas yang

bergerak dalam mengkampanyekan bahwasanya keadaan dan usia tidak

boleh dijadikan alasan untuk tidak bekerja. Walaupun usia sudah tidak

muda lagi dan keadaan tubuh sudah melemah jangan terlalu mudah untuk

menengadahkan tangan dengan meminta belas kasihan orang lain.

3

(16)

4

Alangkah lebih baik jika mencari pekerjaan yang ringan dan sesuai dengan

kemampuan tubuhnya.

Pada beberapa tahun belakangan komunitas Ketimbang Ngemis

sudah tersebar di berbagai Regional. Setidaknya dilihat dari akun

instagram resmi @data.Regional.ketimbangngemis dapat diketahui bahwa

sudah ada sekitar 50 Regional yang sudah bergabung dan menjadi bagian

dari komunitas Ketimbang Ngemis. Dan salah satu nya adalah Gresik.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih objek komunitas Ketimbang

Ngemis Regional Gresik. Alasan peneliti memilih daerah Gresik, karena

Ketimbang Ngemis Regional Gresik sedikit banyak dianggap mampu

memberikan motivasi serta mampu memberikan efek positif kepada

masyarakat terutama untuk mengkampanyekan “SAY NO to Mengemis”.

Berdasarkan latar belakang di atas, oleh karena itu peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Komunikasi Kelompok Dalam Kampanye Sosial

KomunitasKetimbang Ngemis Regional Gresik”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan penulis tersebut di atas,

maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut ;

1. Bagaimana bentuk komunikasi kelompok dalam kampanye sosial

yang digunakan Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik ?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dari kampanye sosial yang

(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang di

kemukakan di atas, maka tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi dalam kampanye sosial

Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kampanye

sosial Komunitas Ketimbang Ngemis dalam memotivasi kerja

masyarakat di Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini berguna dan memberikan manfaat yang

besar baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis

1. Memberikan informasi tentang bagaimana penggunaan media

Instagram sebagai media kampanye sosial Komunitas

Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

2. Sebagai acuan dalam sumber referensi terkait kampanye sosial

komunitas yang bergerak di bidang sosial lainnya.

2. Secara praktis

1. Sebagai media edukasi masyarakat untuk meninggalkan budaya

mengemis

2. Sebagai contoh untuk mempublikasikan contoh kampanye yang

(18)

6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai panduan peneliti untuk melakukan penelitian, maka

peneliti memiliki rujukan pada kajian hasil penelitian terdahulu, yang

fungsinya bisa digunakan sebagai referensi.

Tabel 1.1 tabel kajian penelitian terdahulu

Sasaran Penelitian Penelitian Terdahulu

Sosial Media Pada

Masyarakat Dewasa

Dini Di Bandung

Kampanye Sosial

Drive Smart” Bagi

Pengemudi Mobil

Pemula Dalam Upaya Meningkatkan

Hasil Penelitian ini

menunjukkan bahwa

pengguna sosial media

yang tidak beretika

dapat dipidanakan

dengan UU ITE 2008, selain sanksi pidana

pelaku juga dapat

sanksi sosial yaitu

dibully oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dari tahun ke tahun kasus karena UU ITE

semakin meningkat.

Pengguna yang terjerat

disebabkan karena

tidak bijak dalam

membuat status atau komentar,menggunakan kata-kata mencela dan

(19)

menghina. Dari hasil

analisis dirancang

sebuah kampanye yang

mengajak pemuda

untuk bijak, ramah,

santun di sosial media dengan media utama

website yang bertujuan membangun kesadaran pemuda untuk beretika

di sosial media.

Perbedaan Aditiyo Dwi Putro

menggunakan

Gresik sebagai objek penelitian

pemula sebagai objek penelitian. Sedangkan, peneliti menggunakan Komunitas Ketimbang

Ngemis Regional

Gresik sebagai objek penelitian

F. Definisi Konsep

1. Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua

(20)

8

yang diperjuangkan bersama. Sehingga kehadiran setiap orang dalam

kelompok dikuti dengan tujuan-tujuan pribadinya.4

Dalam konteks penelitian ini Komunikasi Kelompok yang

dimaksud adalah komunikasi di dalam Komunitas Ketimbang Ngemis

Regional Gresik dalam lingkup proses dan faktor pendukung serta

faktor penghambat komunikasi kelompok

2. Kampanye Sosial

a. Kampanye merupakan serangkaian tindakan komunikasi yang

terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada se besar

khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan secara kurun waktu

tertentu, Rogers dan Storey dalam Venus. Pada definisi ini maka

aktifitas kampanye mengandung empat hal yakni :

1) Kampanye bertujuan menciptakan efek atau dampak

tertentu,

2) Khalayak sasaran yang benar,

3) Dipusatkan dalam kurun waktu tertentu,

4) Melalui serangkaian komunikasi terorganisir.

Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan

dari pengirim kepada khalayak melalui media saluran dengan

menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal yang

bertujuan dapat memancing respon khalayak.5

4Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008), hlm 271

5

(21)

Jika dikaitkan dengan penelitian ini kampanye adalah

serangkaian tindakan yang terencana dalam proses penyampaian

pesan, gagasan, ide, untuk menyebarluaskannya di masyarakat.

b. Sosial

Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu ‘socius’ yang

berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam

kehidupan bersama. Sudarno menekankan pengertian sosial pada

strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial

dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu

(individu, keluarga, kelompok, kelas) di dalam posisi-posisi sosial

tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku

pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.6

Jika dikaitkan dengan penelitian ini sosial adalah

masyarakat yang terdiri dari individu, keluarga, kelompok dengan

struktur sosial tertentu.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini kampanye sosial adalah

serangkaian tindakan yang terencana dengan tujuan tertentu dengan

sasaran masyarakat luas dalam usaha menyebarluaskan ide,

gagasan, serta pikiran untuk mengedukasi masyarakat.

3. Komunitas

Komunitas sebagai kelompok sosial dari beberapa

organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki

ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia

(22)

10

individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,

kepercayaan, sumber daya, prefensi, kebutuhan, resiko, dan

sejumlah kondisi lain yang serupa.7

Dalam penelitian ini yang dimaksud Komunitas Ketimbang

Ngemis Regional Gresik adalah komunitas yang terdiri dari

beberapa orang yang memiliki kesamaan dalam mencapai tujuan

membantu sosok mulia yang lebih memilih bekerja daripada

mengharapkan belas kasihan orang lain atau mengemis.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

7http://djepok.blogspot.com/2011/09/arti-komunitas.html Komunikasi

Persuasi

Bentuk

Kampanye PenghambatFaktor PendukungFaktor

Teori Prestasi Kelompok

Komunitas Ketimbang

(23)

Dalam kerangka pikir ini, kampanye sosial yang dilakukan

oleh Komunitas Ketimbang Ngemis adalah Komunikasi kelompok

yang dalam hal ini Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik

melakukan sebuah persuasi atau semacam komunikasi yang

tujuannya untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain untuk

ikut serta dalam melakukan kampanye sosial. Dalam proses

persuasi tersebut akan terdapat sebuah bentuk dari kampanye sosial

yang diharapkan. Setelah mendapatkan bentuk dari kampanye

sosial yang diharapkan pastilah ada faktor pendukung dan

penghambat dalam proses kampanye sosial tersebut. Setelah itu

dari bentuk, faktor pendukung dan penghambat tadi dihubungkan

dengan teori prestasi kelompok. Akhirnya akan didapatkan sebuah

kampanye sosial untuk segera di sampaikan kepada masyarakat.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada umumnya sebuah penelitian menggunakan dua model

metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode

penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian Kualitatif (qualitative research).

Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan

Bogdan dan Taylor8 sebagai prosedur penelitian yang

8

(24)

12

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah

dan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini dilakukan

dengan pendekatan studi analisis diskriptif. Menurut Sugiyono9

bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya

digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah

dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

Sedangkan untuk mengkaji lebih dalam peneliti

menggunakan pendekatan Fenomenologi. Alasan digunakan

pendekatan ini karena fenomenologi merupakan kajian mengenai

fenomena yang terjadi, yaitu dengan cara menerapkan metodologi

ilmiah dan penelitian fakta-fakta yang bersifat subyektif, yaitu

berkaitan dengan perasaan, tindakan, ide, dan sebagainya yang

diungkapkan dalam bentuk tindakan luar yang berupa perkataan

atau perbuatan seputar kampanye sosial Komunitas Ketimbang

Ngemis Regional Gresik dalam mengangani pengemis di

Kabupaten Gresik. Dalam jenis fenomenologi partisipasi dari

peneliti sangat diperlukan, sehingga dapat memahami segala

macam tindakan dari dalam maupun luar.

Penelitian ini memfokuskan pada komunikasi kelompok

yang dilakukan dalam kampanye sosial Komunitas Ketimbang

9

(25)

Ngemis Regional Gresik. Penelitian ini diarahkan pada pesan dan

bentuk kampanye sosial yang dilakukan oleh Komunitas

Ketimbang Ngemis sehingga bisa mencapai tujuan tersebut.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pengurus serta anggota

dari Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

Obyek yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah

komunikasi kelompok dalam kampanye sosial serta faktor

pendukung dan penghambat dari kampanye sosial yang dilakukan

oleh Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dicari dalam penelitian ini akan

dibedakan menjadi dua macam. Yang pertama adalah data primer.

Data primer adalah data pokok yang diperoleh secara langsung dari

penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi.10

Data primer dalam penelitian ini merupakan data utama

yang diperoleh informan. Informan dalam penelitian ini adalah

pengurus serta anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional

Gresik yang masih aktif.

Sedangkan, data sekunder dari penelitian ini nantinya akan

dikumpulkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan informan

di dalam prosesnya, seperti : dokumentasi bisa berupa foto maupun

transkrip wawancara.

(26)

14

Sumber data dalam penelitian ini adalah pengurus dan

anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

4. Tahap-tahap Penelitian

Ada 3 tahap yang akan dikerjakan dalam penelitian ini, yaitu pra

lapangan, lapangan, dan pasca lapangan.

a. Tahap Pra Lapangan adalah langkah-langkah yang dilakukan

sebelum melakukan penelitian langsung di lapangan atau

sebelum peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah :

1) Menyusun rancangan penelitian

2) Menentukan sumber data

3) Memilih dan memanfaatkan informan

4) Mempersiapkan perlengkapan seperti alat tulis

5) Persiapan diri

Pada Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala

sesuatu yang diperlukan dalam penelitian, yaitu menyusun

rancangan penelitian, mempersiapkan data yang dibutuhkan

dalam penelitian, membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai

pedoman wawancara kepada informan

b. Lapangan

Pada tahap ini, peneliti dapat melakukan observasi dan

wawancara kepada informan. Peneliti mengumpulkan data-data

(27)

Ini dilakukan untuk mendapatkan semua data atau

informasi yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini.

Pada tahap ini peneliti sudah terjun langsung dilapangan untuk

mendapatkankan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Setelah itu mengumpulkan data yang telah diperoleh dan di kaji

ulang untuk dapat dianalisis pada tahapan berikutnya.

c. Penulisan Laporan

Peneliti akan memulai menulis dan menyusun laporan

yang telah didapatkan dan telah diverifikasi ulang.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau

hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik

sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung

penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data.11

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

kualitatif ini adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi, focus

group discusion,dan analisis dokumen.12

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik:

a. Wawancara

Adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

11Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 100.

12

(28)

16

Untuk penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik

wawancara secara mendalam berupa pengumpulan data

dengan meminta tanggapan langsung dari responden secara

lebih terperinci. Responden diberikan waktu untuk berpikir

selama beberapa saat sampai diperoleh jawaban rinci dari

pernyataan yang diajukan oleh pewawancara.13 Peneliti lebih

memilih wawancara secara langsung dengan pengurus serta

anggota dari Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

Melalui wawancara diharapkan peneliti dapat menemukan

latar belakang penerapan blog secara langsung dari

responden, serta strategi yang mungkin digunakan dalam

proses kampanye sosial yang mereka lakukan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata Dokumen, yang artinya

barang-barang tertulis. Untuk mendapatkan data yang akurat,

selain diperoleh dari sumber manusia, data juga diperoleh

dari dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa

lampau. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif. Pada tahap ini peneliti berusaha

mendapatkan literasi terkait kegiatan kampanye sosial

Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik karena

13

(29)

mereka menggunakan instagram sebagai media utama

mereka, maka akan dokumentasi yang digunakan adalah dari

media instagram mereka yakni @ketimbang.ngemis.gresik.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif proses analisis data berlangsung

sebelum peneliti ke lapangan, kemudian selama di lapangan dan

setelah di lapangan, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono.14

bahwa analisis telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan

masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai

penulisan hasil penelitian. Sementara itu, analisis data menurut

Bogdan dan Biklen25 adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa

yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.

Oleh karena itu, analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini yakni proses mengumpulkan dan menyusun secara baik data-data

yang didapatkan melalui observasi, wawancara, dan dokumenter serta

berbagai bahan lain yang tentunya berkaitan dengan kampanye sosial

Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik. Untuk

mempermudah dalam proses menganalisis berbagai data penelitian

ini, maka peneliti menggunakan dua pendekatan, yakni :

14

(30)

18

a. Analisis sebelum di lapangan

Sebelum terjun ke lapangan peneliti melakukan

analisis terhadap berbagai data yang berkaitan dengan

kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional

Gresik melalui media sosial. Karena komunitas ini

menggunakan media sosial instagram maka peneliti

menggunakan media ini untuk menganalisis kegiatan-kegiatan

mereka.

Untuk memperoleh makna yang berarti maka proses

analisis dilakukan secara terus menerus, proses dimaksud

untuk menemukan hal-hal penting untuk membantu

mempermudah dalam mengkaji proses kampanye sosial

komunitas ini. Akan tetapi analisis ini masih dalam tahap

sementara dan akan berkembang setelah berada di lapangan

dan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah

penelitian.

b. Analisis di lapangan dengan menggunakan model Miles dan

Huberman

Miles dan Huberman15 menyatakan bahwa aktifitas

dalam analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas analisis data

sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi tiga unsur

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

15

(31)

1) Reduksi Data(Reduksi Data)

Reduksi data merupakan langkah awal dalam

menganalisis data dalam penelitian ini. Kegiatan reduksi

data bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam

memahami data yang telah dikumpulkan. Data yang telah

dikumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara

direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang

pokok dan penting, mengklarifikasikan sesuai fokus yang

ada pada masalah dalam penelitian ini. Proses mereduksi

data merupakam bagian dari analisis untuk mempertajam,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasi data dengan baik sehingga

proses kesimpulan akhir nanti terlaksana dengan baik.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi

adalah hasil observasi maupun wawancara yang

menyangkut kampanye sosial yang berupa bentuk

kampanye sosial serta faktor pendukung dan penghambat

dalam kegiatan kampanye tersebut.

2) Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data merupakan tahapan kedua dalam

aktivitas menganalisa data seperti yang dikemukakan oleh

Miles dan Huberman. Dalam proses penyajian data peneliti

menyajikan data secara jelas dan singkat untuk

memudahkan dalam memahami masalah yang diteliti, baik

(32)

20

menurut Nasution16 bahwa data yang bertumpuk dan

laporan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu

agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu

dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai

macam matriks, uraian singkat, networks, chart, dan

grafik. Sementara itu Miles dan Huberman

mengungkapkan bahwa yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

Sebagaimana dengan proses reduksi data,

penyajian data dalam penelitian ini tidaklah terpisah dari

analisis data. Hal pertama yang dilakukan dalam proses

penyajian data pada penelitian ini adalah menggambar

secara umum hasil penelitian ini dimulai dari menjelaskan

kegiatan mereka dalam melakukan kampanye sosial

melalui media sosial instagram serta kegiatan-kegiatan

lainnya. Setelah penyajian gambaran umum mengenai

aktivitas dalam kampanye sosial tersebut selanjutnya

menyajikan atau mendeskripsikan bentuk serta faktor

pendukung dan penghambat dari kegiatan kampanye

sosial tersebut.

16

(33)

3) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah tahapan

terakhir dalam teknik analisis data pada penelitian

kualitatif sebagaimana model interaktif yang dikemukakan

oleh Miles dan Huberman.17 Dari proses pengumpulan

data, peneliti mulai mencatat semua fenomena yang

muncul dalam kehidupan pengemis dan melihat sebab

akibat yang terjadi sesuai dengan masalah penelitian ini.

Dari berbagai aktifitas dimaksud maka, peneliti membuat

kesimpulan berdasarkan data-data awal yang ditemukan itu,

data-data dimaksud masih bersifat sementara. Penarikan

kesimpulan ini berubah menjadi kesimpulan akhir yang

akurat dan kredibel karena proses pengumpulan data oleh

peneliti menemukan bukti-bukti yang kuat, valid dan

konsisten dalam mendukung data-data yang dimaksud.

Kesimpulan-kesimpulan yang ada kemudian

diverifikasi selama penelitian ini berlangsung. Verifikasi

in berupa pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran

peneliti selama masa penulisan (penyusunan dan

pengolahan data), tinjauan ulang pada catatan- catatan

selama masa penelitian di lapangan, tinjauan kembali

dengan seksama berupa tukar pikiran dengan para ahli

(pembimbing) untuk mengembangkan kesepakatan

17

(34)

22

intersubjektif, serta membandingkan dengan temuan-temua

data lain yang berkaitan dengan kampanye sosial.

Dengan demikian reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan atau

unsur penting dalam analisis hasil sebuah penelitian

kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman. Maka dari itu analisis data dalam penelitian

ini merupakan sebuah proses untuk mencari serta

menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil

observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga berakhir

dengan kesimpulan yang mudah dipahami.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif,

sehingga data yang ada valid dan dapat dipertanggungjawabkan,

peneliti akan melakukan triangulasi (check dan recheck). Metode

triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Dalam penelitian ini, triangulasi yang dianggap relevan untuk

menguji keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi sumber

dan teknik. Triangulasi teknik berarti untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan

(35)

dicek dengan observasi, dan dokumentasi. Pada triangulasi teknik,

menurut Patton terdapat dua strategi yaitu :18

1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data.

2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan metode yang sama.

Menurut Patton, dalam triangulasi sumber, peneliti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda,

dalam penelitian kualitatif hal itu dapat dicapai dengan jalan

(Moleong. 2005):

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di tempat

umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya

sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti

rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

18

(36)

24

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik

triangulasi. Karena ingin menunjukkan keobjektifan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini pertama-tama peneliti akan mengamati proses

kampanye sosial yang dilakukan oleh Komunitas Ketimbang Ngemis

Regional Gresik. Peneliti melakukan wawancara dengan pengurus

dan anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

Pengamatan terhadap kegiatan kampanye sosial yang

dilakukan Komunitas ini dapat dilihat dari respon netizen yang

menggunakan instagram untuk ikut serta mengkampanyekan budaya

anti mengemis dapat dijadikan triangulasi untuk menguji keabsahan

data, karena dapat menjadi sumber informasi dalam melakukan cross

check atas data yang didapatkan peneliti dari dari pengurus dan

(37)

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam pembahasan lainnya maka laporan

penelitian ini dibagi kedalam lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Kajian Hasil Penelitian Terdahulu, Definisi

Konsep, Kerangka Pikir Penelitian, Metode penelitian, Dan

Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORETIS

Meliputi : Kajian Pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk

menelaan obyek kajian) dan Kajian Teori (teori yang digunakan untuk

menganalisis masalah penelitian).

BAB III : PENYAJIAN DATA

Meliputi Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian dan Deskripsi Data

Penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Meliputi : Temuan Penelitian dan Konfirmasi Temuan dengan Teori.

BAB V : PENUTUP

(38)

6

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari

kegiatan keseharian. Sejak lahir sudah mulai bergabung dengan

kelompok primer yang paling dekat, yaitu keluarga. Kemudian

seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektualitas,

masuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti

sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok sekunder

lainnya yang sesuai dengan minat ketertarikan.1

Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat

sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi diantara mereka.

Sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk

karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.2

2. Karakteristik Komunikasi Kelompok :

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan

melalui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah persetujuan

atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu

kelompok berperilaku satu sama lainnya.3

Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan „hukum

(law) ataupun „aturan (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang

1

Sasa Djuarsa Sendjaja,Teori Komunikasi,(Universitas Terbuka,1994), hlm 89 2

Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2009), hlm 270 3

(39)

pantas dan tidak pantas dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga

kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, procedural, dan

tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota

kelompok. Sedangkan norma procedural menguraikan dengan lebih

rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana

suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara

mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai

kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan perhatian bagaimana

suatu pekerjaan harus dilakukan.4

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannnya sesuai

dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran

dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif, dan peran

pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota

kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai

aktivis kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya. Peran

partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok

pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi anggota macam

ini akan member sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok

itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota

kelompok yang bersifat pasif, di mana anggota kelompok menahan

diri agar member kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam

kelompok dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi

(40)

28

pertentangan dalam kelompok karena adanya peran-peran yang

kontradiktif.5

Komunikasi kelompok (group communication) termasuk

komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada

dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. Komunikasi

kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah komunikasi.

Karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini

diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan

kelompok komunikasi besar.6

a. Komunikasi Kelompok Kecil

Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi

kelompok kecil apabila situasi komunikasi seperti itu dapat

diubah menjadi komunikasi antarpesona dengan setiap

komunikan.

b. Komunikasi Kelompok Besar

Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi

kelompok besar jika antara komunikator dan komunikan sukar

terjadi komunikasi antarpersona. Kecil kemungkinan untuk

terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil.

Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat

sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi diantara mereka.

5Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 274 6

(41)

Sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk

karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.7

Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang

anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan

tidak menyentuh hati. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok

ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut.8

3. Klasifikasi Kelompok

1) Kelompok Primer dan Sekunder

Kelompok primer adalah suatu kelompok yang

anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati

dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan, kelompok sekunder

adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak

akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati. Jalaludin

Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik

komunikasinya, sebagai berikut9:

a) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat

dalam dan meluas, pada kelompok sekunder

komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

b) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal,

sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

7

Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 270.

8Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi :Teori & Praktik, (Universitas Mercu Buana 2009),

hlm. 68

9

(42)

30

c) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek

hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok

sekunder adalah sebaliknya.

d) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif,

sedangkan kelompok sekunder formal.

e) Komunikasi kelompok cenderung informal, sedangkan

kelompok sekunder formal.

2) Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan

a) Kelompok Keanggotaan

Kelompok yang anggota-anggotanya secara

administrastratif dan fisik menjadi anggota kelompok

itu.

b) Kelompok Rujukan

Kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar)

untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

3) Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif

Berdasarkan tujuan, ukuran dan pola komunikasi,

kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga :

a) Kelompok Tugas : kelompok tugas bertujuan memecahkan

masalah

b) Kelompok pertemuan : adalah kelompok orang yang

menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui

diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih tentang

(43)

c) Kelompok penyandar: mempunyai tugas utama

menciptakan identitas sosial politik yang baru.

Kelompok Peskriptif, mengacu pada langkah-langkah

yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai

tujuan kelompok.

Adapun pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi,

antara lain :

a) Konformitas

Adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju

(norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang

real atau dibayangkan.

b) Fasilitas Sosial

Fasilitasi (dari kata prancis facile, artinya mudah)

menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja

karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi

pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah.

c) Polarisasi

Adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila

sebelum diskusi kelompok para anggota mempunya sikap

agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka

(44)

32

B. Komunitas

1. Definisi Komunitas

Istilah kata komunitas berasal dari bahasa latincommunitas

yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat,

publik atau banyak orang. Wikipedia Bahasa Indonesia

menjelaskan pengertian komunitas sebagai sebuah kelompok sosial

dari beberapa orgnisme yang berbagai lingkungan, umumnya

memeliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas

manusia, individu-individu didalamnya dapat memiliki maksud,

kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, dan

sejumlah kondisi lain yang serupa.10

Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi

yang menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya

definisi komunitas dapat didekati melalui;pertama, terbentuk dari

sekelompok orang; kedua, saling berinteraksi secara sosial

diantara anggota kelompok itu; ketiga, berdasarkan adanya

kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau diantara

anggota kelompok yang lain; keempat, adanya wilayah- wilayah

individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain,

misalnya waktu.11

10

Agoes Patub B.N,Modul Seminar “Peran Komunitas Musik Etnik dalam Kebangkitan

Budaya Bangsa.(Yogyakarta: Komunitas Suling Bambu Nusantara.

11 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber (Jakarta: kencana,

(45)

Menurut Mac Iver community diistilahkan sebagai

persekutuan hidup atau paguyuban dan dimaknai sebagai suatu

daerah masyarakat yang ditandai dengan beberapa tingkatan

pertalian kelompok sosial satu sama lain. Keberadaan komunitas

biasanya didasari oleh beberapa hal yaitu :12

a. Lokalitas,

b. Sentiment Community.

Menurut Mac Iver, unsur-unsur dalam sentiment

community, adalah:

a. Seperasaan

Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota

dalam komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan

kelompok dikarenakan adanya kesamaan kepentingan.

b. Sepenanggungan

Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan

dan tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya.

c. Saling memerlukan

Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan

ketergantungan terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik

maupun psikis.

12

(46)

34

Menurut Montagu dan Matson, terdapat sembilan konsep

komunitas yang baik dan empat kompetensi masyarakat, yakni13:

a) Setiap anggota komunitas berinteraksi berdasar hubungan

pribadi dan hubungan kelompok.

b) Komunitas memiliki kewenangan dan kemampuan mengelola

kepentingannya secara bertanggung jawab.

c) Memiliki visibilitas, yaitu kemampuan memecahkan masalah

sendiri.

d) Pemerataan distribusi kekuasaan.

e) Setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk

berpartisipasi demi kepentingan bersama.

f) Komunitas memberi makna pada anggota.

g) Adanya heterogenitas dan beda pendapat.

h) Pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat

kepada yang berkepentingan.

i) Adanya konflik danmanaging conflict.

Sedang untuk melengkapi sebuah komunitas yang baik

perlu ditambahkan kompetensi sebagai berikut :

a) Kemampuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan

komunitas.

b) Menentukan tujuan yang hendak dicapai dan skala prioritas.

13

(47)

c) Kemampuan menemukan dan menyepakati cara dan alat

mencapai tujuan.

d) Kemampuan bekerjasama secara rasional dalam mencapai

tujuan.

Komunitas dapat didefinisikan sebagai kelompok

khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu,

memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar

sebagai satu kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif

dalam usaha mereka dalam mencapai tujuan.14

Koentjaraningrat berpendapat bahwa suatu komunitas kecil

apabila :15

a. Komunitas kecil adalah kelompok-kelompok dimana

warga-warganya masih saling kenal mengenal dan saling bergaul

dalam frekuensi kurang atau lebih besar.

b. Karena sifatnya kecil itu juga, maka antara bagian-bagian dan

kelompok-kelompok khusus di dalamnya tidak ada aneka

warna yang besar.

c. Komunitas kecil adalah pula kelompok dimana manusia dapat

menghayati sebagian besar dari lapangan kehidupan secara

bulat.

14Bruce J. Cohen.Sosiologi Suatu Pengantar.(Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), hlm. 315. 15

(48)

36

2. Bentuk-Bentuk Komunitas

Dalam kaitan komutas yang diartikan sebagai paguyuban atau

gemeinschaft, paguyuban dimaknai sebagai suatu bentuk

kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin

yang murni, alamiah, dan kekal, biasanya dijumpai dalam keluarga,

kelompok kekerabatan, rukun tetangga, rukun warga dan lain

sebagainya.16

Ciri-ciri gemeinschaft menurut Tonnies, yaitu17 : 1) hubungan

yang intim; 2) privat; 3) ekslusif. Sedang tipe gemeinschaft sendiri

ada tiga, yaitu :

a. Gemeinschaft by blood, hubungannya didasarkan pada ikatan

darah atau keturunan.

b. Gemeinschaft of place, hubungannya didasarkan pada

kedekatan tempat atau kesamaan lokasi.

c. Gemeinschaft of mind, hubungannya didasarkan pada

kesamaan ideologi meskipun tidak memiliki ikatan darah

maupun tempat tinggal yang berdekatan.

Menurut Mac Iver keberadaan communal code (keberagaman

aturan dalam kelompok) mengakibatkan komunitas terbagi menjadi

dua, yaitu :18

16

Soerjono Soekanto. Sosiologi: Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Press,1983), hlm.128-129.

17Ibid,130-131. 18

(49)

a. Primary Group,hubungan antar anggota komunitas lebih intim

dalam jumlah anggota terbatas dan berlangsung dalam jangka

waktu relatif lama.

Contoh : keluarga, suami-istri, pertemuan, guru-murid, dan

lain-lain.

b. Secondary Group, hubungan antar anggota tidak intim dalam

jumlah anggota yang banyak dan dalam jangka waktu yang

relatif singkat.

Contoh : perkumpulan profesi, atasan-bawahan, perkumpulan

minat/hobis, dan lain-lain.

Komunitas dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai

kelompok sosial yang mempunyai arti perkumpulan beberapa

individu. Komunitas atau kelompok sosial.19

3. Komunitas Sebagai Kelompok Sosial

A. Pengertian Kelompok Sosial

Robert K. Merton (1965) mendefinisikan kelompok

sosial sebagai berikut : “a number of people who interact with

one another in accord with estabilished patters” ialah

sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola

yang telah mapan.

Dengan kalimat yang sederhana dapat didefinisikan

kelompok sosial sebagai wahana interaksi antar anggotanya

19

(50)

38

untuk maksud atau tujuan tertentu. Kelompok sosial relatif

mudah terbentuk, disebabkan oleh kodrat manusia itu sendiri

sebagai makhluk sosial. Manusia harus saling berinteraksi,

berorganisasi, membentuk paguyuban, yang kesemuanya

memiliki tujuan tertentu mulai dari tujuan yang bersifat sekedar

ungkapan solidaritas sosial, sampai kepada tujuan untuk

memperoleh suatu keuntungan yang direncanakan seperti

keuntungan ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya.20

B. Klasifikasi Kelompok Sosial

Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menurut berbagai

sudut pandang. Berikut ini dapat diuraikan pengklasifikasian

dimaksud.

1. Klasifikasi menurut Robert Bierstedt (1948)

Bierstedt menggunakan tiga kriteria untuk mengklasifikasikan

jenis kelompok sosial, yaitu ada tidaknya : (a) organisasi, (b)

hubungan sosial diantara anggota kelompok, dan (c) persamaan

kepentingan.

2. Klasifikasi kelompok menurut Robert K. Merton (1965) dibuat

berdasarkan tingkat intensitas interaksi antaranggotanya :

a. Kelompok dengan intensitas interaksi kuat. Jadi ciri

kelompok ini adalah terdapatnya interaksi antaranggotanya

yang dominan. Apabila anggota sudah sekian lama tidak

(51)

berinteraksi, maka dapat dikatakan keanggotaaanya mulai

melemah.

b. Kelompok dengan intensitas interaksi lemah. Kriteria yang

ditonjolkan dalam kelompok ini adalah solidaritas atas

dasar nilai kebersamaan serta kewajiban moral

melaksanakan peran yang diharapkan.

3. In GroupdanOut Group

Dilihat dari keberadaann individu, kelompok sosial

digolongkan menjadi dua, ialah : (1) in group, dan (2) out

group.

In group adalah kelompok kita, dimana kita menjadi

anggota dari kelompok sosial itu. Sesama anggota dalam in

group bukan saja saling mengenal, tetapi terikat dengan norma

yang berlaku, saling bekerja sama, rasa tanggung jawab, dan

rasa persahabatan.

Out group (kelompok luar atau kelompok mereka), jadi

kita sebagai individu tidak menjadi anggota dari kelompok

sosial tersebut. Misalnya kelompok pendukung kesebelasan

sepakbola A adalah out group bagi kelompok pendukung

kesebelasan sepakbola B.

4. Kelompok Mayoritas dan Minoritas

Berdasarkan jumlah orang yang menjadi anggota,

kelompok sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1)

(52)

40

minoritas atau kelompok kecil, ialah suatu kelompok sosial

dimana anggotanya hanyalah terdiri sebagian kecil dari anggota

komunitas tertentu. Dengan demikian, kelompok mayoritas

atau kelompok besar ialah suatu kelompok sosial dimana

anggotanya mencakup sebagian besar anggota kelompok.

5. Kelompok yang Dibangun Berdasar Pertimbangan Fungsional

Kelompok sosial juga dapat dibedakan atas dasar

pertimbangan fungsional, sebagai berikut :

a. Kelompok persamaan darah (blood group), ialah suatu

kelompok yang terbentuk karena adanya pertalian darah

atau garis keturunan. Contohnya : keluarga, dan “trah”.

b. Kelompok yang terbentuk atas dasar kesamaan karakteristik

jasmaniah, seperti kelompok sesama jenis kelaminya,

seusia, kesamaan warna kulit, dan sebagainya.

c. Kelompok yang terbentuk berdasarkan kesamaan interes

atau hobi, misalnya perkumpulan pecinta alam, peminat

sastra, paguyuban sepeda gembira.

d. Kelompok yang terbentuk berdasarkan kesamaan profesi,

seperti misalnya asosiasi profesi kedokteran, peradilan,

pendidikan, dan sebagainya.

6. Kelompok Terbuka dan Tertutup

Dilihat dari sifatnya apakah untuk menjadi anggota

dipersyarakatkan aturan yang ketat ataukah longgar, kelompok

(53)

a. Kelompok terbuka, dimana individu secara leluasa dapat

keluar masuk menjadi anggota kelompok.

b. Kelompok tertutup, dimana anggota memiliki ikatan

hubungan yang sangat kuat, individu di luar kelompok akan

sangat sulit terlibat akses dalam kepentingan kelompok.

C. Fungsi Kelompok Sosial

Fungsi kelompok sosial bagi setiap orang sudah barang

tentu saling berbeda, tergantung intensitas keikut sertaannya

dalam kelompok maupun sifat kelompok itu sendiri. Berikut ini

dipaparkan fungsi kelompok sosial bagi individu atau anggota.

1. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu. Dalam hal

ini kebutuhan individu saling berbeda. Dalam kelompok

sosial individu dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya

kebutuhan akan kecakapan sosial, pengalaman,

pendewasaan, kerja sama, dan sebagainya.

2. Untuk melembagakan suatu norma atau nilai sosial tertentu.

Dengan adanya kelompok sosial, maka dapat disepakati

berlakunya suatu norma sosial tertentu. Misalnya di

kalangan Orang Jawa melarang anak duduk di atas bantal,

duduk di depan pintu di waktu senja, dan lain-lain.

3. Untuk mengorganisir suatu peran sosial. Bahwa dengan

adanya kelompok sosial, masing-masing individu dapat

memainkan peran sosial sesuai dengan kapasitas yang

(54)

42

4. Untuk membangun konformitas. Konformitas ialah

keseragaman sikap dan perilaku para anggota kelompok.

Setiap anggota kelompok merasa nyaman apabila

melakukan sesuatu sesuai dengan yang dilakukan oleh

orang-orang lain dalam kelompoknya. Misalnya dalam

suatu acara hajatan, sebagian besar tamu mengenakan

pakaian batik, maka apabila kita pada saat itu juga

menggunakan batik, akan ada perasaan nyaman karena kita

bersikapconformdengan orang lain.

Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan teori

komunikasi kelompok untuk membahas teori prestasi

kelompok di dalam komunitas. Bahwa komunitas adalah sama

pengertiannya dengan kelompok, karena komunitas dan

kelompok adalah sebuah bagian yang sama.

C. Kampanye

A. Pengertian Kampanye

Mendengarkan radio, membaca surat kabar, majalah,

menonton televisi, melakukan kegiatan menyebarkan

informasi tentang mencuci tangan sebelum makan, cara

makan yang benar, menghindari mengkonsumsi dari alkohol

dan rokok, memanfaatkan kertas daur ulang, cara menyusui

bayi, meningkatkan minat baca anak-anak, dan tata cara

(55)

berkomunikasi dengan kampanye inilah yang disebut dengan

public communication campaign.21

Pada umumnya semua jenis atau bentuk kampanye

komunikasi selalu menggunakan media sebagai saluran

pengirim pesan yang telah ditata dengan baik kepada

audience yang telah direncanakan sebelumnya. Menurut

Weiss & Tschirhart (1994) dalam Venus, tujuan kampanye

tidak dapat tidak jika ingin mencapai perubahan tertentu,

perubahan tertentu, perubahan sikap dan perilaku dari

sejumlah besar individu yang akan dijadikan sasaran

kampanye.22

B. Dua Tipe Utama Kampanye

Sangat banyak variasi tipe kampanye, yang biasa saja

antara satu tipe kampanye dan tipe kampanye lain sangat

eksklusif dan bahkan mungkin tumpang-tindih. Berbagai

pustaka menulis dan membahas beragam pendapat tentang

tipe, jenis, bentuk, dan metode kampanye komunikasi publik.

Meskipun ada begitu banyak versi namun sekurang-kurangnya

dikenal dua kampanye berdasarkan tujuan, yaitu : (1)

Individual behavior change campaigns atau kampanye

perubahan perilaku individu; dan (2) Public will campaigns

21Alo Liliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna.(Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2011), hlm. 672

(56)

44

atau yang sering disebut value atau attitude campaigns.

(Dungan & Seaver, 1999; Henry & Rivera,1998.)23

a) Individual Behavior Change Campaigns

Atau kampanye perubahan perilaku individu. Sering

disebut public information (informasi publik) atau public

education campaigns (kampanye pendidikan publik). Tujuan

kampanye ini adalah mengubah perilaku individu yang

“kurang berkenan” dan menganjurkan perilaku baru yang

dianjurkan.

Contoh tipe kampanye ini adalah kampanye pencegahan

merokok, minuman alkohol, pemakaian obat aditif atau

narkoba, seks bebas, penularan HIV/AIDS, dan penyakit

menular. Kampanye juga menganjurkan alternatif perilaku

individu agar hidup menurut tatanan “kesehatan” sosial dari

suatu masyarakat. Kebanyakan kampanye ini juga

menggunakan pendekatan dan teknik pemasaran sosial yang

difokuskan kepada individu pelanggan.24

b) Public Will Campaigns

Atau yang sering disebut value atau attitude campaigns

adalah kampanye yang bertujuan untuk mengubah kebijakan

publik yang menekankan pada mobilisasi tindakan publik

dalam rangka mengubah kebijakan umum. Sering kampanye

ini bertujuan menciptakan kemauan publik untuk menolak atau

23Alo Liliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna.(Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2011), hlm. 683.

(57)

menerima suatu kebijakan yang merugikan kepentingan

publik. (Weiss & Tschirhart, 1994; Dungan & Seaver, 1999;

Coffmanm,2002b; Dorfmanet al.,2002.)25

C. Jenis-jenis Kampanye

Membicarakan jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah

membicarakan motivasi yang melatarbelakangi

diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut

pada gilirannnya akan menentukan ke arah mana kampanye akan

digerakkan dan tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inheren ada

keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye.26

Bertolak dari keterkaitan tersebut, menurut Charles U.

Larson (1992)27 membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori

yakni : product-oriented campaigns, candidate-oriented

campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns.

Product-oriented campaigns atau kampanye yang

berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis.

Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini

adalahcommercial campaignsatau corporate campaign.Motivasi

yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial.

Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang

berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk

meraih kekuasaan politik. karena itu jenis kampanye ini

25

Alo Liliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011), hlm. 684.

26

Antar Venus, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi), (Bandung:Simbiosa Rekatama Media,2009), hlm 10-11.

(58)

46

dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye

politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan

dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan

partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik

yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.

Ideologically or caused oriented campaigns adalah jenis

kampaye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat

khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu

kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social

change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk

menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan

perilaku publik yang terkait.

Pada dasarnya berbagai jenis kampanye yang tidak termasuk

dalam kategori kampanye politik atau kampanye produk dapat

dimasukkan ke dalam kampanye perubahan sosial. Dengan

demikian cakupan jenis kampanye ini sangat mulai dari kampanye

dibidang kesehatan (misalnya AIDS, menyusui dengan ASI,

Keluarga Berencana dan donor darah), kampanye lingkungan

(misalnya air bersih), kampanye pendidikan (misalnya

meningkatkan minat baca), kampanye lalu lintas ( misalnya

pemakaian helm dan sabuk pengaman), kampanye ekonomi

(misalnya bagaimana menarik minat investor asing), atau

kampanye kemanusian (misalnya pengumpulan dana untuk korban

(59)

Terlepas dari perbedaan yang ada di antara jenis-jenis

kampanye diatas, dalam praktiknya ketiga macam kampanye

tersebut hampir tidak berbeda. Ketiga dapat menggunakan strategi

komunikasi yang sama untuk menjual produk, kandidat atau

gagasan mereka kepada khalayak.

D. Model-Model Kampanye28

Model-model kampanye yang dibahas dalam literatur

komunikasi umumnya memusatkan perhatian pada penggambaran

tahapan proses kegiatan kampanye. Boleh dikatakan tidak ada

model yang berupaya menggambarkan proses kampanye

berdasarkan proses komunikasi. Karena itu menampilkan model

kampanye dengan menggambarkan unsur-unsur yang terdapat

didalamnya menjadi penting. Tujuannya adalah agar dapat

memahami fenomena kampanye bukan hanya dari tahapan

kegiatannya, tetapi juga dari interaksi antar komponen yang

terdapat didalamnya.

Berbicara mengenai model kampanye, beberapa model

kampanye antara lain meliputi :

a. Model Komponensial Kampanye

Model ini mengambil komponen-komponen pokok yang

terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan

pesan-pesan kampanye. Unsur-unsur yang terdapat di

28

(60)

48

dalamnya meliputi : sumber kampanye, saluran, pesan,

penerima kampanye, efek dan umpan balik. Unsur-unsur ini

harus dipandang sebagai satu kesatuan yang mendeskripsikan

dinamika proses kampanye. Model tersebut digambarkan sbb :

Umpan Balik

Model ini dapat dengan mudah diidentifikasi

menggunakan pendekatan transmisi (transmission approach)

ketimbang interaction approach. Alasan yang mendasarinya

adalah bahwa kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang

direncanakan, bersifat purposif (bertujuan), dan sedikit

membuka peluang untuk saling bertukar informasi dengan

khalayak (interactive). Lebih dari itu kampanye merupakan

kegiatan yang bersifat persuasif dimana sumber

(campaigner) secara aktif berupaya mempengaruhi penerima

(campaignee) yang berada dalam posisi pasif. Karena

Sumber

Kampanye

Pesan Penerima

Kampanye

Efek

Saluran

Bagan 2.1 Model Komponensial Kampanye

Gambar

Gambar 4.3. Perekrutan anggota baru Komunitas Ketimbang Ngemis Gresik
Tabel 1.1. Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1 tabel kajian penelitian terdahulu
grafik. Sementara
+4

Referensi

Dokumen terkait