KOMUNIKASI PEGAWAI KUA DENGAN MEMPELAI (Studi di KUA Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi ( S.I.Kom ) Dalam Bidang ilmu komunikasi
Oleh :
Achmad Miftachuddin Chaq NIM : B06211001
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA
ABSTRAK
Achmad Miftachuddin Chaq, B06211001, 2015. Komunikasi Pegawai dengan Calon Mempelai Studi di KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Pegawai
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...
KATA PENGANTAR ...
ABSTRAK ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ... i ii iii iv v vi viii ix xi xii
BAB I : PENDAHULUAN
----A. Latar Belakang ... ----B. Rumusan Masalah ... ----C. Tujuan Penelitian ... ----D. Manfaat Hasil Penelitian ... ----E. Penelitian Terdahulu ... ----F. Definisi Konsep Penelitian ... 1. Komunikasi... 2. Pesan... 3. Proses Komunikasi... 4. Pegawai Kantor Urusan Agama... 5. Calon Mempelai... ----G. Kerangka Pikir Penelitian ... ----H. Metode Penelitian ... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 3. Jenis dan Sumber Data... 4. Tahap-tahap Penelitian ... 5. Teknik Pengumpulan Data... 6. Teknik Analisis Data ... 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... ----I. Sistematika Pembahasan ...
BAB II : KAJIAN TEORITIS
----A. Kajian Pustaka ... 1. Proses Komunikasi... 2. Pesan Dalam Komunikasi... 3. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal... 4. Pengertian Komunikasi Interpersonal... 5. Faktor Pengaruh Komunikasi Interpersonal…... 6. Pegawai Kantor Urusan Agama... ----B. Kajian Teori Interaksi Simbolik...
23 23 24 27 32 35 38 40
BAB III : PENYAJIAN DATA
----A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 1. Subyek ... 2. Obyek ... 3. Lokasi Penelitian ... a. Sejarah... b. Visi misi... ----B. Deskripsi Data Penelitian ...
1. Deskripsi proses komunikasi Pegawai KUA Kecamatan
Wonokromo dengan mempelai... 2. Deskripsi pesan komunikasi Penghulu KUA kecamatan
Wonokromo... 50 50 53 54 54 59 59 60 66
BAB IV : ANALISIS DATA
----A. Temuan Penelitian ... 1. Kemampuan pegawai dalam menghasilkan komunikasi efektif
dalam Proses Komunikasi pegawai KUA dengan mempelai Kelurahan Ngagelrejo Kecamatan Wonokromo Surabaya... ----B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ...
73
73 83
BAB V : PENUTUP
----A. Simpulan ... ----B. Rekomendasi ...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
[image:8.595.137.481.225.563.2]
DAFTAR TABEL
[image:9.595.137.481.226.563.2]
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis,yang
bermakna umum atau bersama-sama.1 Dalam melakukan komunikasi, akan ada
gangguan yang terjadi saat komunikasi dilakukan, ketika melakukan komunikasi
ada pihak penerima pesan,umpan balik, dan dampak komunikasi tersebut.
Pihak yang mengawali komunikasi mengirim pesan disebut pengirim
(sender). Pengirim ini menjadi asal atau sumber pesan. Maka dalam bahasa
Inggris disebut source (sumber). Pengirim adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain,
dalam kelompok kecil (small group) maupun kelompok besar (mass).2
Sebelum masuk ke dalam proses komunikasi dengan orang lain, didalam
pikiran pengirim terjadi semacam rangsangan atau stimulus. Rangsangan itu dapat
terjadi karena faktor diluar dirinya maupun karena hasil pengolahan isi pikiran
yang ada di dalam benaknya. Peristiwa rangsangan dan pengolahan isi di dalam
pikiran itu menimbulkan kebutuhan pada diri pengirim dan mendorongnya untuk
menyampaikan perasaan atau gagasannya kepada orang lain. Sebelum mengirim
pesan, terlebih dahulu pengirim mengemasnya dalam bentuk yang dirasa sesuai
dan dapat diterima serta dimengerti oleh penerima.3
1
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta,Grasindo,2004) hal.5 2
Franz-josef eiler, berkomunikasi dalam pelayanan dan misi, (Jogyakarta: Kanisius, 2008), hal.18 3
2
Faktanya kini peraturan pemerintah telah memudahkan serta mencegah
terjadinya gratifikasi di KUA. Informasi dari KUA menyatakan, dulu saat
keuangan dibawa oleh masing masing KUA, dapat menjadi ancaman bagi
pegawai KUA. Wartawan datang untuk menanyakan keuangan, lalu banyak fitnah
yang berkembang di masyarakat serta benar adanya gratifikasi di beberapa KUA.
Sekarang sudah lebih transparan dan menguntungkan pihak KUA karena langsung
dikirim masing masing mempelai ke bank negara sehingga KUA tidak lagi jadi
sorotan publik maupun wartawan yang memanfaatkan kondisi tersebut.
Pegawai KUA adalah subjek penelitian yang mana pegawai adalah
sumber yang valid dalam menemukan model komunikasi pegawai KUA dengan
para calon mempelai. Disebutkan oleh Yusuf sebagai mempelai bahwa calon
mempelai tidak segera menikah karena tingginya biaya pernikahan sehingga
berdampak pada banyaknya pemuda yang lama berpacaran dari pada segera
melangsungkan pernikahan.
Pegawai KUA di wilayah Kecamatan Wonokromo belum memberikan
suscatin sebagai proses komunikasi ke anak usia SMA harusnya melakukan
sosialisasi tentang pentingnya menikah. Para pegawai juga harus melakukan
pelayanan dengan baik sehingga calon mempelai akan merasa lebih dihargai.
Pendidikan pernikahan SUSCATIN (kursus calon pengantin) ke anak usia
SMA, melalui program “KUA go to School” bertujuan agar jika melakukan
pernikahan, sudah tau banyak tentang tata cara menikah dan juga cara menjalin
hubungan pernikahan dengan lawan jenis yang berhubungan dengan cara
3
B. Rumusan Masalah dan Fokus penelitian
1. Bagaimana proses komunikasi pegawai KUA dengan calon mempelai?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses komunikasi antara pegawai KUA Kecamatan
Wonokromo dengan calon mempelai.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya. Sebagai bahan referensi
mahasiswa Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
ingin mengetahui Komunikasi Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo
dengan calon mempelai.
2. Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan
bagi pihak KUA Kecamatan Wonokromo untuk meningkatkan pelayanan
bagi masyarakat.
E. Penelitian Terdahulu
Zoeke Setiawan, Skripsi berjudul “Gaya Komunikasi Penghuni Panti
Asuhan Dengan Masyarakat Gogor Wiyung Surabaya. Pada skripsi ini memuat
mengenai gaya komunikasi, sedangkan peneliti sekarang meneliti tentang
komunikasinya saja, bukan terfokus pada gaya. Penelitian terdahulu tentang
penghuni panti asuhan, sedangkan penelitian sekarang tentang pegawai KUA
dengan calon mempelai.
Sama-sama mengenai komunikan dan komunikator tetapi perbedaannya
4
pada komunikasinya. Bisa pada proses,pesan,media atau yang lainnya. Untuk kali
ini peneliti memfokuskan pada proses komunikasi dan pesan komunikator kepada
komunikan sesuai dengan rumusan masalah yang ada.
F. Definisi Konsep Penelitian
1. Komunikasi
Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi
kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media
tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah
orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.4
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk
gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain.5 Tidak ada kelompok
yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara
anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke
orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu
lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami.6
Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi
kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media
tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah
orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.7 Komunikasi adalah
4
Efendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), hal.29 5
Tommy suprapto, pengantar teori dan manajemen komunikasi, (Jogyakarta: Medpress, 2009), hal.155
6
Widjaja, komunikasi dan humas, (jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.11 7
5
proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari
seseorang ke orang lain.
Fungsi komunikasi adalah komunikasi bertindak untuk
mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi
mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh
karyawan, komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan
menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana
bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja
jika itu di bawah standar.
Pengungkapan emosional bagi banyak karyawan kelompok kerja
merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi
di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana
anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas oleh karena itu
komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan
pemenuhan kebutuhan social dan Informasi.8 Dari beberapa literature
dapat digolongkan ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian
secara etimologis, terminologis, dan paradigmatis.9
Dalam komunikasi pegawai dengan calon mempelai peneliti
mencari data tentang proses dan pesan. Sebuah komunikasi mempunyai
beberapa faktor terjadinya komunikasi, sebuah proses komunikasi terdapat
pesan yang disampaikan oleh komunikator dan pesan balik yang
8
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/12/komunikasi-arti-fungsi-dan-bentuk.html (5 juli 2015;12.00)
9
6
disampaikan oleh komunikan. Setelah proses komunikasi terbangun maka
akan ada hasil atau efek dari komunikasi tersebut.
2. Pesan
Onong Effendy menyatakan bahwa pesan adalah: “suatu komponen
dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan
seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang
lainnya disampaikan kepada orang lain”.
Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu
adalah “produk fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber–encoder”.
Kalau berbicara maka“pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat
maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Pesan dapat dimengerti
dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan.
Pasti dalam sebuah komunikasi akan ada pesan yang disampaikan
oleh komunikan kepada komunikator, kalau dalam penelitian ini pegawai
akan menyampaikan pesan seputar pernikahan yang berguna bagi
mempelai untuk menjalankan proses pernikahan, sebelum menikah
maupun setelah menikah.
3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan
pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses
komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif
7
Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian
informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau beberapa
orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
Saat mempelai melakukan proses komunikasi dengan pegawai
KUA, disinilah terjadi interaksi komunikasi. Jika tidak ada proses
komunikasi maka hal tersebut belum dapat dinyatakan sebagai
komunikasi. Setelah melakukan proses komunikasi maka akan ada hasil
komunikasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mempelai dan
pegawai dalam menentukan yang akan dilakukan dalam pernikahan.
4. Pegawai Kantor Urusan Agama
Pihak yang melaksanakan tugas sebagai perangkat organisasi10 dan
bekerja untuk melayani masyarakat di Kantor Urusan Agama kecamatan
setempat. Berdasarkan pasal 3 PMA No. 11 Th. 2007 dapat diambil
pengertian bahwa tugas Penghulu dan Pembantu PPN: Mewakili PPN
dalam pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa
nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan
bimbingan perkawinan, setelah mendapat mandat dari PPN.
Namun terdapat perbedaan yang tegas antara Pembantu PPN di
Jawa dan Luar Jawa dalam pelaksanaan kewenangannya.Pembantu PPN di
Jawa hanya menerima dan memeriksa persyaratan peristiwa Nikah tanpa
memiliki kewenangan untuk mengawasi jalannya peristiwa perkawinan
yang menjadi kewenangan Penghulu. Sedangkan Pembantu PPN di luar
10
8
Jawa memiliki kewenangan menerima, memeriksa persyaratan dan
mengawasi jalannya peristiwa perkawinan.11
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU. No.22 Th. 1946 jo. UU.
No. 32 Th. 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi
umat Islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh
pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis
pelaksanaannya, maka:
a. Berdasarkan Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep.
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka PPN
diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
b. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Bersama Kepala BKN dan Menteri
Agama R.I. No. 20 Th. 2005/No. 14 A Th. 2005 jo. pasal 21 Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.:PER/62/M.PAN/6/2005
jo. Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka Penghulu
diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
c. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) dan (3) jo. Instruksi Dirjen Bimas Islam
No.: DJ.II/1133 Th. 2009, maka Pembantu PPN diangkat oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berdasarkan:
1) Usul Kepala KUA Kecamatan.
11
9
2) Rekomendasi tertulis dari Kepala Seksi Urusan Agama Islam
Kantor Kementerian Agama/Kota.
3) Izin tertulis dari Dirjen Bimas Islam Kementerian R.I.
Dalam pasal 2 dan 3 PMA No. 11 Th. 2007, disebutkan tentang
PPN:
a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu: pejabat yang melakukan
pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa
nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan
bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan.
b. Penghulu, yaitu: pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan
nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.
c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu PPN/P3N, yaitu
anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas
PPN di desa tertentu.12
5. Calon Mempelai
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, mempelai adalah orang
yang sedang menjadi pengantin.13 Dari buku pintar menikah, mempelai
berhubungan dengan pernikahan, dalam bahasa Arab, kata zauj (pasangan) berarti suami (ba’l) dan juga istri (zaujah); yang merupakan kebalikan dari
kata fard (seorang diri tanpa yang lain). Zauj berarti dua pasang, baik laki-laki maupun perempuan.
12
http://hendra-umar-penghulu.blogspot.com/2012/11/pegawai-pencatat-nikah-dan-kewenangannya.html(10juli2015)20.00
13
10
Zawaj (perkawinan atau pernikahan) adalah penyatuan suami
dengan istri, atau laki-laki dengan perempuan. Sedangkan zauj adalah setiap orang yang didampingi oleh yang lain dari sejenisnya. Juga bisa
berarti sesuatu dan lawannya; siang dan malam, manis dan pahit, basah
dan kering, dan seterusnya.
Dalam maknah syar’iyah, zawaj (perkawinan) adalah akad yang
menyebabkan bolehnya sesorang laki-laki dan wanita saling memadu
kasih sesuai dengan aturan syariat. Pernikahan adalah sebuah konsepsi
insani yang bersifat sosial dan kejiwaan, sedangkan kawin adalah konsepsi
hewani (hubungan biologis semata). Nikah merupakan sistem sosial yang
memiliki sifat langgeng serta berpegang pada neraca sosial untuk
mengatur masalah seksual dan mengatur tanggung jawab bagi yang sudah
sampai kesana. Dipandang sebagai “fenomena suci” atau tatanan ilahi
yang dikuatkan oleh syariat langit dan kitab suci sebagai asas bagi kehidupan insani.14
Sebuah pernikahan dibangun dalam sebuah ikatan yang suci. Ia
tidak hanya sekedar menyatukan dua insan yang berbeda, tapi juga
menyatukan dua keluarga besar yang berbeda kultur dan budaya.
Mempelai pada umumnya juga melakukan adat kebiasaan daerahnya
masing-masing, contohnya: lamaran, tahlilan sebelum proses pernikahan
atau adat yang lainnya. sebelum kekantor KUA, juga melalui RT, RW dan
Kelurahan guna kelangkapan administrasi.15
14
Muhammad nabil, buku pintar nikah (solo, samudera, 2007), hal.25 15
11
G. Kerangka Pikir Penelitian
Bagan 1.1 Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini menggunakan kerangka pikir yakni komunikasi
merupakan suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama (2)
melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang
lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.16
Sedangkan komunikasi interpersonal mempunyai arti sebagai komunikasi
antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka maka dari sinilah
terbentuknya komunikasi kelompok mempelajari pola-pola interaksi antar
individu dalam suatu kelompok sosial yang mana membentuk sebuah kumpulan
16
Elvinaro Ardianto, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hlm.73
PRILAKU VERBAL KOM UNIKASI INTERPERSONAL
KOM UNIKASI
KOM UNIKASI INTERPERSONAL
PRILAKU NON VERBAL TEORI KOM UNIKASI
INTERAKSI SIM BOLIK
GAYA KOM UNIKASI
12
perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi
dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima.17
Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi
verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan
komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik,
gambar, lambang, mimik muka, dan lain sebagainya.18 Maka dari itu komunikasi
adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan
dalam penyampaian pesan untuk berkomunikasi. Komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapat respon atau
tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Dari kerangka pikir yang ada diatas sesuai dengan Teori Interaksi
Simbolik, Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia
ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku
tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi, bisa merupakan
intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam diri sebagai tanda
setuju dalam situasi tersebut.
Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan makna
subjektifnya yang diberikan oleh individu atau individu-individu, tindakan itu
mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya diorientasikan dalam
penampilannya. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan manusia pada dasarnya
bermakna, melibatkan penafsiran, berpikir, dan kesengajaan. Tindakan sosial
baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja bagi orang lain dan bagi sang
17
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, ( yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara,2008), hlm. 6 18
13
aktor sendiri, yang pikiran-pikirannya aktif saling menafsirkan perilaku orang
lainnya, berkomunikasi satu sama kain, dan mengendalikan perilaku dirinya
masing-masing sesuai dengan maksud komunikasinya. Jadi saling mengarahkan
perilaku mitra interaksi dihadapannya.
Karena itu, bagi Weber, masyarakat adalah suatu entitas aktif yang terdiri
dari komunikasi orang-orang yang berpikir dan melakukan tindakan-tindakan
sosial yang bermakna. Perilaku yang tampak hanyalah sebagian saja dari
keseluruhan perilaku. Konsekuensinya adalah pendekatan ilmu alam tidak sesuai
untuk menelaah perilaku individu yang bermakna sosial, karena pendekatan ilmu
alam hanya mempertimbangkan gejalagejala yang tampak, tetapi mengabaikan
kekuatan-kekuatan tersembunyi yang menggerakkan manusia, seperti emosi,
gagasan, maksud, motif, perasaan, tekad, dan sebagainya. Alih-alih memfokuskan
diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial
membentuk atau menyebabkan perilaku individu tertentu, interaksionisme
simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis
manusia.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan,
dan arti penelitian merupakan sarana untuk pemgembangan ilmu. Setiap
pengertian ilmiah di dalamnya mengandung beberapa langkah yang harus
dipertimbangkan secara seksama dan dapat dipertanggungjawabkan secara
14
Jenis pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah jenis
penelitian deskriptif. Metode deskriptif ialah sebagai titik berat pada
observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan
hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatatnya
dalam buku observasinya.19
Dan jenis penelitian ini adalah kualitatif, yang mana penelitian ini
untuk menggambarkan, melaporkan dan menjelaskan realitas yang terjadi
dengan dan pengukurannya. selain itu untuk mengetahui sikap, pendapat,
opini, informasi dan keadaan tertentu. Dan bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang sifatnya umum terhadap pernyataan orang dan pelaku
yang diamati untuk diarahkan pada latar dan individu secara holistic
kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan
tersebut.20
2. Subyek, Objek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian dalam hal ini adalah pegawai KUA yaitu
penghulu yang terkait dengan lingkungan sekitar latar penelitian dan
orang–orang yang ditunjuk oleh peneliti dan dianggap memiliki
pengetahuan luas dan memadai terkait dengan objek penelitian dan
berhubungan dengan calon mempelai yang sedang melaksanakan prosedur
pranikah di KUA Kecamatan Wonokromo.
Dalam penelitian, hanya ada dua orang yang mempunyai SK
sebagai penghulu. Meskipun dalam pelaksanaannya penghulu dibantu oleh
19
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung: rosdakarya, 1991), hlm. 25 20
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers,
15
beberapa staf dan pembantu yaitu modin yang ada disetiap RW dalam
wilayah masing-masing. Ternyata modin juga masuk dalam jajaran
pegawai KUA secara tidak langsung. Terbukti modin yang ada juga
mendapatkan tunjangan dari pemerintah dengan syarat mempunyai
sertifikat modin yang dikeluarkan oleh dinsos terkait tugasnya sebagai
pembantu penghulu. Meskipun secara SK belum mendapatkan, pada
penelitian wawancara modin juga penguat dari wawancara dengan
[image:24.595.110.507.241.587.2]penghulu.
Tabel 1.1 Informan
NO NAMA KETERANGAN
1 Drs. H. Marfa’i Kepala KUA (Penghulu)
2 A. Faisol S.Ag Penghulu
3 Ario Paundra Permana Mempelai
4 Muhammad Yusuf Mempelai
5 Mianto Modin
6 Heri Burhanuddin Modin
7 Jalil Modin
8 Asrul Syah Hidayat Modin
Keterangan : Data pokok penelitian pada nomor 1-4, untuk 5-8 sebagai data Tambahan.
Objek penelitian ini tentang Komunikasi Pegawai KUA
Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai. Tentang proses pranikah
dan pesan apa yang diberikan kepada calon mempelai oleh pegawai KUA.
16
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Wonokromo Surabaya. Lokasi penelitian ini berada dekat
dengan Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dan tempat ini merupakan
lingkungan kota sehingga masyarakat mudah mengetahuinya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data pada penelitian ini menggunakan jenis data primer dan
data sekunder. Data primer meliputi segala informasi yang berkaitan
dengan penelitian, berupa wawancara dengan informan terkait yang teliti.
Data sekunder yaitu segala data yang mendukung hasil penelitian berupa
(dokumen instansi dan alat pengumuman publik).
b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi sumber data
primer dan sumber data sekunder. Dalam penelitian ini yang dimaksud
sumber data primer adalah informan yang sudah dipilih karena dapat
memberikan data terkait tujuan penelitian. Dalam memilih informan
wawancara, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam
sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sampel tersebut
representatif atau mewakili populasi.
Sering disebut judgment sampling.21 Informannya yaitu :
1) Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo yang menangani masalah
pernikahan.
21
17
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data
primer. Sumber data ini dipilih dengan tujuan dapat menjadi pelengkap
dan pendukung sumber data primer. Data yang dicari adalah data pegawai
KUA Kecamatan Wonokromo dan dokumentasi resmi lain meliputi
arsip-arsip penting mengenai proses pranikah di KUA Kecamatan Wonokromo
Surabaya.
4. Tahap – tahap penelitian
a. Tahap pra lapangan.
Tahap ini merupakan tahapan penjajakan penelitian
lapangan yang mana Langkah–langkahnya adalah :
1) Menyusun rancangan penelitian.
Pada tahap ini peneliti membuat usulan berbentuk proposal
penelitian dan juga menentukan planning ke depan.
2) Memilih lapangan penelitian.
Lapangan penelitian pada penelitian ini adalah lingkup
KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.
3) Mengurus perizinan.
Setelah melaksanakan seminar proposal. Kemudian
dilanjutkan dengan mengumpulkan proposal penelitian kepada
program studi ilmu komunikasi dan mendapat draft ijin
penelitian yang ditulis kembali sebagai syarat ijin penelitian,
setelah mendapat surat ijin penelitian dari pihak fakultas
dakwah, peneliti menyerahkan kepada KUA Kecamatan
18
4) Menentukan informan.
Pada tahap ini peneliti harus bisa menentukan kira-kira
siapa saja yang dijadikan informan (orang-orang yang
sekiranya berkompetensi untuk memberikan informasi dan
faham tentang situasi dan kondisi latar penelitian).
5) Menyiapkan perlengkapan penelitian.
Hal ini penting ketika ingin melakukan wawancara,
pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Peneliti
menyiapkan bulpoin, book note, tape recorder , video dan kaset recorder dan kamera supaya hasil wawancara tercatat dengan baik dan untuk memudahkan peneliti dalam mengingat atau
ulang hasil wawancara.
b. Tahap lapangan.
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah : persiapan
diri yang dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data yakni
dengan wawancara.
c. Penulisan laporan.
Penulisan laporan dilakukan sebagai hasil dari penelitian
yang disusun secara sistematik dan dapat dipertanggung jawabkan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview atau Wawancara Mendalam
Suatu proses memperoleh keterangan-keterangan secara mendalam
mengenai suatu kejadian yang berkaitan dengan tema yang diteliti dan
19
dengan narasumber, atau informan bisa juga disebut bentuk
komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
dan menghasilkan informasi, namun demikian melakukan wawancara
menjadi sebuah seni dan ilmu yang membutuhkan kecakapan,
kepekaan, konsentrasi, pemahaman interpersonal, wawasan, ketajaman
mental, dan disiplin22. Pada penelitian ini peneliti memperoleh
keterangan secara mendalam mengenai fokus penelitian yaitu tentang
komunikasi pegawai KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Penelitian mewawancarai informan yang telah dipilih dan
mewawancarai secara mendalam. Sebelum mewawancarai informan
secara mendalam maka peneliti harus mempersiapkan pertanyaan yang
harus diajukan kepada informan
b. Observasi
Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan mencatat dengan
sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.23.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiono adalah menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dengan
cara menjabarkan, mengorganisasikan data kedalam kategori,
mengorganisasikan, menyusun pola, memilih dan membuat kesimpulan.24
Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknis analisis
deskriptif kualitatif. Dalam menganalisa data ini digunakan teknik yang
22
Michael Quinn patton, metode evaluasi kualitatif, (yogyakarta:pustaka pelajar, 2009),hal. 182-184
23
Marzuki, Metode Riset (Yogyakarta: BPFE-UUI, 2000), hlm. 58. 24
20
sesuai dengan data yaitu data deskriptif. Adapun yang dimaksud deskriptif
menurut pendapat Winartio Surakmat, adalah menentukan dan
menjabarkan data yang ada. Misalnya tentang situasi yang dialami,
kegiatan, pandangan, sikapyang nampak atau tentang satu proses yang
sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang
meruncing dan sebagainya.
Dengan demikian data yang terkumpul, kemudian disimpulkan dan
ditafsirkan, sehingga terdapat berbagai masalah yang timbul dapat
diartikan dengan tepat dan jelas.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
a. Perpanjangan masa penelitian
Penelitian kualitatif membutuhkan waktu yang relative
lama, jika kebutuhan data dirasa kurang maka peneliti
memperpanjang keterlibatannya dalam latar penelitian untuk
melengkapi data dan kroscek data.
b. Diskusi dengan teman sejawat
Diskusi ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal (data) yang
belum diteliti oleh peneliti, bisa juga dijadikan sebagai tambahan
tentang penjabaran data di lapangan dan sebagai pembanding
antara data yang satu dengan yang lain.
c. Triangulasi
Dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks
21
berbagai pandangan, dengan kata lain peneliti dapat melakukan “
chek and recheck” temuan dengan cara membandingkan yaitu dengan :
1) Konfirmasi dengan sumber, yang mana membandingkan
dengan crosscheck derajat kepercayaan.
2) Triangulasi dengan teori, sebagai penjelasan banding (rival
explanations) apakah teori yang digunakan sudah cocok atau tidak dan Teori ini juga dapat diketahui apa kelebihan
dan kekurangannya.25
Inilah Uraian pendekatan, bahan dan cara yang akan digunakan dalam
melaksanakan penelitian, termasuk langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sesuaikan dengan jadwal penelitian.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penelitian ini dan guna sistematisasi dalam
pembahasannya, berikut ini adalah estimasi sistematika pembahasannya, yang
terdiri dari :
Bab I PENDAHULUAN.
Pendahuluan diatas meliputi: Latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, serta sistematika
pembahasan dalam penelitian ini.
25
22
Bab II KERANGKA TEORETIK.
Kerangka teori diatas terdiri dari: Kajian pustaka, meliputi: Komunikasi,
pesan, proses komunikasi, pegawai KUA, calon mempelai. Kajian teoretik
berserta penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III METODE PENELITIAN.
Membahas secara detail mengenai metode yang digunakan dalam upaya
penelitian ini yang terdiri dari: pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian,
jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik
analisa data dan tehnik pemeriksaan keabsahan data.
Bab IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA.
Disajikan pembahasan mengenai setting penelitian, penyajian data tentang
pesan tentang pernikahan serta administrasi pegawai KUA Kecamatan
Wonokromo kepada calon mempelai dan juga disajikan proses komunikasi antara
pegawai KUA Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai.
Bab V PENUTUP.
Pembahasan terakhir dalam penelitian ini. Didalamnya berisi pembahasan
mengenai simpulan dari keseluruhan proses penelitian. Disamping itu, dalam bab
ini juga disajikan saran yang ditujukan bagi para peneliti selanjutnya berkaitan
BAB II
KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka
1. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan
pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses
komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.26
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan
secara sekunder.
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,ipenulisrat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam
komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu
“menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu bentuk
berbentuk idea, informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret
maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi
26
24
pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang
akan datang.
2. Pesan Dalam Komunikasi
Seperti dikatakan Watzlawiek, Beavin dan Jackson dalam
Littlejohn, bahwa setiap komunikasi mempunyai aspek isi dan aspek
hubungan. Aspek isi pesan berisikan apa yang dikatakan (verbal), sedang
aspek hubungan berisikan bagaimana pesan diucapkan atau dikatakan
melalui komunikasi non verbal. Memahami isi pesan adalah tujuan dari
semua proses komunikasi. Melalui komunikasi dengan orang lain,
mendapatkan pengertian yang lebih baik akan pesan-pesan yang orang lain
kirim dan terima.
Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting,
karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang
akan disampaikan seseorang. Dalam setiap melakukan komunikasi unsur
penting diantaranya adalah pesan, karena pesan disampaikan melalui
media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang sederhana dan
sesuai dengan maksud, serta tujuan pesan itu akan disampaikan dan mudah
dicerna oleh komunikan.
Adapun pesan itu menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa
pesan adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan
dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang,
bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.
Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu
25
Kalau berbicara maka“pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat
maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan.
Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa
sehingga bermakna bagi orang lain.
Isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang
ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.Wujud
pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri,
komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi pesan
didalamnya.
Selain hal tersebut di atas, pesan juga dapat dilihat dari segi
bentuknya. Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat tiga
bentuk
a. Informatif
Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian
komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam
situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan
persuasif.
b. Persuasif
Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan
kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan
26
perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima
dengan keterbukaan dari penerima.
c. Koersif
Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian
secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan
tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target.
Terhadap suatu pesan yang dikomunikasikan ingin mempunyai
kemampuan untuk meramalkan efek yang timbul pada komunikan. Maka
tidaklah mengherankan apabila dalam setiap melaksanakan penyampaian
pesan tidak terlepas dari keinginan untuk menjadikan pesan itu diterima
oleh komunikan. Tetapi untuk menjadikan pesan itu dapat diterima maka
harus memperhatikan berbagai macam kondisi cara penyampaian dan
memenuhi syarat dari suatu pesan. Wilbur Schramm menampilkan apa
yang disebut “TheCondition Of Succes In Communication” yakni kondisi
yang harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan
tanggapan yang dikehendaki.
Dengan demikian berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan
bahwa pesan yang disiarkan media massa bersifat umum, karena memang
demi kepentingan umum, maka penataan pesannya bergantung pada media
yang bersangkutan
27
3. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal
Seperti dikatakan Watzlawiek, Beavin dan Jackson dalam
Littlejohn, bahwa setiap komunikasi mempunyai aspek isi dan aspek
hubungan. Aspek isi pesan berisikan apa yang dikatakan (verbal), sedang
aspek hubungan berisikan bagaimana pesan diucapkan atau dikatakan
melalui komunikasi non verbal. Memahami isi pesan adalah tujuan dari
semua proses komunikasi. Melalui komunikasi dengan orang lain,
mendapatkan pengertian yang lebih baik akan pesan-pesan yang orang lain
kirim dan terima.
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian
manusia yang paling impresif. Setiap bahasa memiliki aturan-aturan
yaitu:
1) Fonologi: cara bagaimana suara dikombinasikan untuk
membentuk kata.
2) Sintaksis: cara bagaimana kata dikombinasikan hingga membentuk
kalimat.
3) Semantik: arti kata.
4) Pragmatis: cara bagaimana bahasa digunakan.
Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa
melalui tiga proses yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Bahasa
menampilkan elemen-elemen di dunia secara simbolis, ada yang konkret
28
Bahasa menyebabkan seseorang memandang realitas sosial dengan cara
tertentu.
Secara singkat, teori Whorf mengatakan bahwa pandangan tentang
dunia dibentuk oleh bahasa, karena bahasa berbeda, pandangan tentang
dunia pun berbeda. Whorf juga menjelaskan kategori gramatikal dari suatu
bahasa menunjukkan kategori kognitif dari pemakai bahasa tersebut.
Artinya seseorang memberikan makna pada apa yang seseorang lihat, yang
didengar atau yang dirasa sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam
bahasa.
Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep suatu bahasa
cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu.
Meskipun dapat berpikir tanpa bahasa, bahasa terbukti mempermudah
kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan menarik
kesimpulan. Dengan bahasa seseorang mengkomunikasikan pemikiran
kepada oang lain dan menerima pikiran orang lain. Singkatnya, seseorang
tidak selalu berpikir dengan kata-kata tetapi sedikit sekali seseorang dapat
berpikir tanpa kata-kata.
Kata-kata tidaklah bermakna. Manusialah yang memberikan
makna. Dalam psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata tetapi pada
pikiran orang dan persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman
individu.
Beberapa ahli menemukan bahwa kata-kata yang dipergunakan
oleh individu mengalami perluasan makna yang negatif atau positif tanpa
29
tertentu pada diri pelaku komunikasi akibat pengalaman hidupnya. Jadi,
karena pengalaman hidup yang berbeda, orang mempunyai makna
masing-masing untuk kata-kata tertentu.
Seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain karena ada
makna yang dimiliki bersama. Makna yang sama hanya terbentuk bila
seseorang memiliki pengalaman yang sama. Komunikasi akan berhasil
apabila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti dan dapat diterima
oleh komunikan. Seperti dikatakan Jalaluddin Rakhmat bahwa
keberhasilan komunikasi sangat ditentukan kekuatan pesan.27 Pesan yang
disampaikan atau diorganisasikan secara baik, lebih berpeluang untuk
keberhasilan perubahan, pengertian karena ada kesamaan makna yang
dipahami oleh komunikator dan komunikan dalam sebuah pesan dan juga
sikap dari komunikaan itu sendiri. Sikap atau perilaku seseorang juga
ditentukan oleh kepercayaan, yang pda gilirannya menentukan sikap lalu
memengaruhi niat.28
b. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi nonverbal adalah semua bentuk komunikasi yang
tidak menggunakan pesan berupa kata-kata. Para ahli dibidang
komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi “tidak
menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi
nonverbal dengan komunikasi nonlisan.
Berikut adalah bagian-bagian dari pesan nonverbal, yaitu:
27
Suranto, Komunikasi interpersonal, (Jogyakarta : Penerbit Kanisius. 2011) hlm. 122
28
30
1) Paralanguage
Apa yang seseorang katakan menggunakan kata, frase atau
kalimat penting dalam proses komunikasi. Namun seringkali cara
seseorang menggunakan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber
informasi daripada kata-kata itu sendiri. Inilah yang dikenal
dengan paralanguage (paralinguistik) yaitu cara seseorang
menggunakan bahasa. Paralanguage dapat terbagi dua yaitu bentuk
vokalik dan bentuk tertulis.
2) Penampilan (appearance)
Dalam komunikasi manusia, penampilan memegang
peranan penting. Kesan pertama tentang orang lain umumnya
dibentuk dari penmpilan orang tersebut. Kesan awal ini
menentukan proses komunikasi selanjutnya. Sejumlah faktor yang
menyumbang penampilan adalah wajah, mata, rambut, bentuk
fisik tubuh, pakaian, perlengkapan dan artifak (objek di luar
individu yang dapat menjadi sumber informasi lain tentang
individu tersebut, seperti mobil dan rumah).
3) Gestura (kinesik)
Gestura adalah gerakan anggota tubuh. Gestura dapat
disengaja (purpose-ful) dikirimkan dengan tujuan tertentu dan tidak disengaja (incidental atau unintended). Sejumlah gestura
dapat merupakan pelengkap bagi sinyal-sinyal verbal.
31
Alat penerima sentuhan ialah kulit. Kulit mampu menerima
dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan ungkapan seperti perhatian, rasa
sayang, rasa takut, marah, kebahagiaan dan keakraban. Sentuhan
dapat menunjukkan tingkat keakraban hubungan seseorang dengan
orang lain, budaya, dan suku bangsa seseorang.
5) Ruang dan Jarak (proksemik)
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan
ruang. Umumnya dengan mengatur jarak seseorang
mengungkapkan tingkat keakraban seseorang dengan orang lain.
Edward T. Hall menyebutkan ada empat macam jarak dalam
interaksi antarmanusia, yaitu jarak akrab / intim, jarak personal,
jarak sosial, dan jarak publik.
6) Waktu (kronemik)
Penggunan waktu juga penting dalam komunikasi manusia.
Konsep waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya
yang lainnya.
Mark L. Knapp menyebutkan lima fungsi komunikasi
nonverbal, yaitu:
a) Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah
disajikan secara verbal.
b) Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
c) Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan
32
d) Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan
nonverbal.
e) Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau
menggarisbawahi.
4. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar, satu lawan
satu, disebut komunikasi antar personal (interpersonal communication). Komunikasi interpersonal adalah “interaksi tatap muka antar dua atau
beberapa orang, dimaa pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menaggapi secara
langsung pula.” Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal
disertai ungkapan-ungkapan non verbal dan dilakuan secara lisan.29
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari
yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak
bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar
dari waktu seseorang digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia
yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu
kemampuan yang paling dasar.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering
mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan
terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman
dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan
29
33
menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut
sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan
komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi
penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal.
Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan
penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut, maka tidaklah
mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau
mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima
mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun
komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif
sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua
aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan
aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih
penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung
dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan
komunikasi interpersonal.
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaina informasi
antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang
vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas
kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan ,
34
Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi
dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung
pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat
melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi dengan
banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu seseorang memahami
bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan
cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial .
Sementara komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area
sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan
organisasi.
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup
semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan,
komunikasi nonverbal, dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi
interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang
terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti hubungan dalam
kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat
dalam tindak komunikatif. Deddy Mulyana menyatakan: “komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.”30
30
35
5. Faktor Pengaruh Komunikasi Interpersonal
Jalaludin Rakhmat meyakini bahwa komunikasi antarpribadi
dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal;
dan hubungan interpersonal.
a) Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau
menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah
memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari
seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.
Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap
keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah
memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan
komunikasi.
b) Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang
dirinya. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku
yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep
diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
36
1) Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah
laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.
2) Membuka diri. Pengetahuan tentang diri seseorang akan
meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan
tentang diri seseorang. Dengan membuka diri, konsep diri
menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan
pengalaman, akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3) Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal
sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif
dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya
diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep
diri yang sehat menjadi perlu.
4) Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan dan membuka
diri (terpaan selektif), bagaimana mempersepsi pesan (persepsi
selektif), dan apa yang diingat (ingatan selektif). Selain itu
konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan
(penyandian selektif).
c) Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif
dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi
37
1) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian
terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan
pertimbangan rasional, juga makhluk emosional. Karena itu,
ketika menyenangi seseorang, juga cenderung melihat segala
hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika
membencinya, cenderung melihat karakteristiknya secara
negatif.
2) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan
efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Bila berkumpul dalam satu
kelompok yang memiliki kesamaan, seseorang akan gembira
dan terbuka. Bila berkumpul dengan dengan orang-orang yang
dibenci akan membuat tegang, resah, dan tidak enak. Akan
menutup diri dan menghindari komunikasi.
d) Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara
seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan
menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara
peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in
38
(secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat
komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.” Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan
bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang
menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a.Percaya; b.
sikap suportif; dan c. sikap terbuka.
1. Pegawai Kantor Urusan Agama
Pihak yang melaksanakan tugas sebagai perangkat organisasi31 dan
bekerja untuk melayani masyarakat di Kantor Urusan Agama kecamatan
setempat. Berdasarkan pasal 3 PMA No. 11 Th. 2007 dapat diambil
pengertian bahwa tugas Penghulu dan Pembantu PPN: Mewakili PPN
dalam pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa
nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan
bimbingan perkawinan, setelah mendapat mandat dari PPN.
Namun terdapat perbedaan yang tegas antara Pembantu PPN di
Jawa dan Luar Jawa dalam pelaksanaan kewenangannya.Pembantu PPN di
Jawa hanya menerima dan memeriksa persyaratan peristiwa Nikah tanpa
memiliki kewenangan untuk mengawasi jalannya peristiwa perkawinan
yang menjadi kewenangan Penghulu. Sedangkan Pembantu PPN di luar
Jawa memiliki kewenangan menerima, memeriksa persyaratan dan
mengawasi jalannya peristiwa perkawinan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU. No.22 Th. 1946 jo. UU.
No. 32 Th. 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi
31
39
umat Islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh
pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis
pelaksanaannya, maka:
a. Berdasarkan Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep.
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka PPN
diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
b. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Bersama Kepala BKN dan Menteri
Agama R.I. No. 20 Th. 2005/No. 14 A Th. 2005 jo. pasal 21 Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.:PER/62/M.PAN/6/2005
jo. Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka Penghulu
diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
c. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) dan (3) jo. Instruksi Dirjen Bimas Islam
No.: DJ.II/1133 Th. 2009, maka Pembantu PPN diangkat oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berdasarkan:
1) Usul Kepala KUA Kecamatan.
2) Rekomendasi tertulis dari Kepala Seksi Urusan Agama Islam
Kantor Kementerian Agama/Kota.
3) Izin tertulis dari Dirjen Bimas Islam Kementerian R.I.
Dalam pasal 2 dan 3 PMA No. 11 Th. 2007, disebutkan tentang
40
a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu: pejabat yang melakukan
pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa
nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan
bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan.
b. Penghulu, yaitu: pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan
nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.
c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu PPN/P3N, yaitu
anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas
PPN di desa tertentu.32
B. Kajian Teori
1. Interaksi Simbolik
Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku
manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif
terhadap perilaku tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi,
bisa merupakan intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam
diri sebagai tanda setuju dalam situasi tersebut.
Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan
makna subyektifnya yang diberikan oleh individu atau individu-individu,
tindakan itu mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya
diorientasikan dalam penampilannya. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan
32
41
manusia pada dasarnya bermakna, melibatkan penafsiran, berpikir, dan
kesengajaan.
Tindakan sosial baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja
bagi orang lain dan bagi sang aktor sendiri, yang pikiran-pikirannya aktif
saling menafsirkan perilaku orang lainnya, berkomunikasi satu sama kain,
dan mengendalikan perilaku dirinya masing-masing sesuai dengan maksud
komunikasinya. Jadi saling mengarahkan perilaku mitra interaksi
dihadapannya. Karena itu, bagi Weber, masyarakat adalah suatu entitas
aktif yang terdiri dari Menghindari komunikasi orang-orang berpikir dan
melakukan tindakan-tindakan sosial yang bermakna. Perilaku yang tampak
hanyalah sebagian saja dari keseluruhan perilaku. Konsekuensinya adalah
pendekatan ilmu alam tidak sesuai untuk menelaah perilaku individu yang
bermakna sosial, karena pendekatan ilmu alam hanya mempertimbangkan
gejala-gejala yang tampak, tetapi mengabaikan kekuatan-kekuatan
tersembunyi yang menggerakkan manusia, seperti emosi, gagasan,
maksud, motif, perasaan, tekad, dan sebagainya.
Alih-alih memfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri
kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial membentuk atau
menyebabkan perilaku individu tertentu, interaksionisme simbolik
mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis
manusia. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflective dan kreatif,
menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan.
Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang
42
diluar dirinya. Oleh karena individu terus berubah maka masyarakat pun
berubah melalui interaksi. jadi interaksilah yang dianggap variabel penting
yang menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat. Struktur
itu sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika
individu-individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat
objek yang sama.
Ralph Larosso dan Donald C. Reitzes (1993) mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah pada intinya sebuah kerangka referensi untuk
memahami bagaimana manusia, bersama membentuk perilaku manusia”.
Dalam pernyataan ini, dapat melihat argument Mead mengenai saling
ketergantungan antara individu dan masyarakat.33
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan
ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi
makna. Blumer mengintegrasikan gagasan-gagasan tentang interaksi
simbolik lewat tulisan-tulisannya, terutama pada tahun 1950-an dan
1960-an, diperkaya dengan gagasan-gagasan dari John Dewey, William I.
Thomas, dan Charles H. Cooley. Selain Blumer terdapat ilmuwan-ilmuwan lain yang memberi andil pada pengembangan teori interaksi
simbolik, seperti Manford H. Kuhn, Howard S. Becker, Norman K.
Denzin, Arnold Rose, gregory Stone, Anselm Strauss, Jerome Manis,
Benard Meltzer, Alfred Lindesmith, dan Tamotsu Shibutani, seraya
memanfaatkan pemikiran ilmuwan lain yang relevan, seperti Georg
Simmel atau Kenneth Burke. Hal itu lakukan lewat inteprestasi dan
33
43
penelitian-penelitian untuk menerapkan konsep-konsep dalam teori Mead
tertentu.
Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada
dasarnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”.
Tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang
merepresentasikan apa yang maksudkan untuk ditimbulkan penafsiran atas
simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam
interaksi sosial. Penganut interaksionisme simbolik berpandangan,
perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interprestasi atas dunia
disekeliling, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau
ditentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural.
Alih-alih, perilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan
cara individu mendefinisikan situasi yang ada. Secara ringkas,
interaksionisme simbolik didasarkan premispremis berikut. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Merespon lingkungan, termasuk
objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna
yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi obyek.
Ketika menghadapi suatu situasi, respons tidak bersifat mekanis,
tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal; alih-alih, respon
bergantung pada bagaimana mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam
interaksi sosial. Jadi, individulah yang dipandang aktif untuk menentukan
lingkungan sendiri.
Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna
44
bahasa. Negoisasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai
segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan
tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun juga
gagasan yang abstrak. Akan tetapi, nama atau simbol yang digunakan
untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat
arbitrer (sembarang). Artinya apa saja bias dijadikan simbol karena itu
tidak ada hubungan logis antara nama atau simbol dengan objek yang
dirujuknya, meskipun terkadang sulit untuk memisahkan kedua hal itu.
Melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan
pengetahuan tentang dunia.
Bahwa makna bersifat subjektif dan sangat cair, dapat terlihat dari
teka teki berikut ini; Ketiga, makna yang diinterprestasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang
ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interprestasi dimungkinkan
karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi
dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa
yang akan lakukan. Dalam proses ini, individu mengantisipasi reaksi orang
lain, mencari alternatif-alternatif ucapan atau tindakan yang akan ia
lakukan. Individu membayangkan bagaimana orang lain akan merespons
ucapan atau tindakan. Proses pengambilan peran tertutup (covert role