• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI PEGAWAI KUA DENGAN MEMPELAI : STUDI DI KUA KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI PEGAWAI KUA DENGAN MEMPELAI : STUDI DI KUA KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PEGAWAI KUA DENGAN MEMPELAI (Studi di KUA Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi ( S.I.Kom ) Dalam Bidang ilmu komunikasi

Oleh :

Achmad Miftachuddin Chaq NIM : B06211001

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Achmad Miftachuddin Chaq, B06211001, 2015. Komunikasi Pegawai dengan Calon Mempelai Studi di KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Pegawai

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

KATA PENGANTAR ...

ABSTRAK ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ... i ii iii iv v vi viii ix xi xii

BAB I : PENDAHULUAN

----A. Latar Belakang ... ----B. Rumusan Masalah ... ----C. Tujuan Penelitian ... ----D. Manfaat Hasil Penelitian ... ----E. Penelitian Terdahulu ... ----F. Definisi Konsep Penelitian ... 1. Komunikasi... 2. Pesan... 3. Proses Komunikasi... 4. Pegawai Kantor Urusan Agama... 5. Calon Mempelai... ----G. Kerangka Pikir Penelitian ... ----H. Metode Penelitian ... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 3. Jenis dan Sumber Data... 4. Tahap-tahap Penelitian ... 5. Teknik Pengumpulan Data... 6. Teknik Analisis Data ... 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... ----I. Sistematika Pembahasan ...

(7)

BAB II : KAJIAN TEORITIS

----A. Kajian Pustaka ... 1. Proses Komunikasi... 2. Pesan Dalam Komunikasi... 3. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal... 4. Pengertian Komunikasi Interpersonal... 5. Faktor Pengaruh Komunikasi Interpersonal…... 6. Pegawai Kantor Urusan Agama... ----B. Kajian Teori Interaksi Simbolik...

23 23 24 27 32 35 38 40

BAB III : PENYAJIAN DATA

----A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 1. Subyek ... 2. Obyek ... 3. Lokasi Penelitian ... a. Sejarah... b. Visi misi... ----B. Deskripsi Data Penelitian ...

1. Deskripsi proses komunikasi Pegawai KUA Kecamatan

Wonokromo dengan mempelai... 2. Deskripsi pesan komunikasi Penghulu KUA kecamatan

Wonokromo... 50 50 53 54 54 59 59 60 66

BAB IV : ANALISIS DATA

----A. Temuan Penelitian ... 1. Kemampuan pegawai dalam menghasilkan komunikasi efektif

dalam Proses Komunikasi pegawai KUA dengan mempelai Kelurahan Ngagelrejo Kecamatan Wonokromo Surabaya... ----B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ...

73

73 83

BAB V : PENUTUP

----A. Simpulan ... ----B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

[image:8.595.137.481.225.563.2]

DAFTAR TABEL

(9)

[image:9.595.137.481.226.563.2]

DAFTAR GAMBAR

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis,yang

bermakna umum atau bersama-sama.1 Dalam melakukan komunikasi, akan ada

gangguan yang terjadi saat komunikasi dilakukan, ketika melakukan komunikasi

ada pihak penerima pesan,umpan balik, dan dampak komunikasi tersebut.

Pihak yang mengawali komunikasi mengirim pesan disebut pengirim

(sender). Pengirim ini menjadi asal atau sumber pesan. Maka dalam bahasa

Inggris disebut source (sumber). Pengirim adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain,

dalam kelompok kecil (small group) maupun kelompok besar (mass).2

Sebelum masuk ke dalam proses komunikasi dengan orang lain, didalam

pikiran pengirim terjadi semacam rangsangan atau stimulus. Rangsangan itu dapat

terjadi karena faktor diluar dirinya maupun karena hasil pengolahan isi pikiran

yang ada di dalam benaknya. Peristiwa rangsangan dan pengolahan isi di dalam

pikiran itu menimbulkan kebutuhan pada diri pengirim dan mendorongnya untuk

menyampaikan perasaan atau gagasannya kepada orang lain. Sebelum mengirim

pesan, terlebih dahulu pengirim mengemasnya dalam bentuk yang dirasa sesuai

dan dapat diterima serta dimengerti oleh penerima.3

1

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta,Grasindo,2004) hal.5 2

Franz-josef eiler, berkomunikasi dalam pelayanan dan misi, (Jogyakarta: Kanisius, 2008), hal.18 3

(11)

2

Faktanya kini peraturan pemerintah telah memudahkan serta mencegah

terjadinya gratifikasi di KUA. Informasi dari KUA menyatakan, dulu saat

keuangan dibawa oleh masing masing KUA, dapat menjadi ancaman bagi

pegawai KUA. Wartawan datang untuk menanyakan keuangan, lalu banyak fitnah

yang berkembang di masyarakat serta benar adanya gratifikasi di beberapa KUA.

Sekarang sudah lebih transparan dan menguntungkan pihak KUA karena langsung

dikirim masing masing mempelai ke bank negara sehingga KUA tidak lagi jadi

sorotan publik maupun wartawan yang memanfaatkan kondisi tersebut.

Pegawai KUA adalah subjek penelitian yang mana pegawai adalah

sumber yang valid dalam menemukan model komunikasi pegawai KUA dengan

para calon mempelai. Disebutkan oleh Yusuf sebagai mempelai bahwa calon

mempelai tidak segera menikah karena tingginya biaya pernikahan sehingga

berdampak pada banyaknya pemuda yang lama berpacaran dari pada segera

melangsungkan pernikahan.

Pegawai KUA di wilayah Kecamatan Wonokromo belum memberikan

suscatin sebagai proses komunikasi ke anak usia SMA harusnya melakukan

sosialisasi tentang pentingnya menikah. Para pegawai juga harus melakukan

pelayanan dengan baik sehingga calon mempelai akan merasa lebih dihargai.

Pendidikan pernikahan SUSCATIN (kursus calon pengantin) ke anak usia

SMA, melalui program “KUA go to School” bertujuan agar jika melakukan

pernikahan, sudah tau banyak tentang tata cara menikah dan juga cara menjalin

hubungan pernikahan dengan lawan jenis yang berhubungan dengan cara

(12)

3

B. Rumusan Masalah dan Fokus penelitian

1. Bagaimana proses komunikasi pegawai KUA dengan calon mempelai?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antara pegawai KUA Kecamatan

Wonokromo dengan calon mempelai.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya. Sebagai bahan referensi

mahasiswa Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

ingin mengetahui Komunikasi Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo

dengan calon mempelai.

2. Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan

bagi pihak KUA Kecamatan Wonokromo untuk meningkatkan pelayanan

bagi masyarakat.

E. Penelitian Terdahulu

Zoeke Setiawan, Skripsi berjudul “Gaya Komunikasi Penghuni Panti

Asuhan Dengan Masyarakat Gogor Wiyung Surabaya. Pada skripsi ini memuat

mengenai gaya komunikasi, sedangkan peneliti sekarang meneliti tentang

komunikasinya saja, bukan terfokus pada gaya. Penelitian terdahulu tentang

penghuni panti asuhan, sedangkan penelitian sekarang tentang pegawai KUA

dengan calon mempelai.

Sama-sama mengenai komunikan dan komunikator tetapi perbedaannya

(13)

4

pada komunikasinya. Bisa pada proses,pesan,media atau yang lainnya. Untuk kali

ini peneliti memfokuskan pada proses komunikasi dan pesan komunikator kepada

komunikan sesuai dengan rumusan masalah yang ada.

F. Definisi Konsep Penelitian

1. Komunikasi

Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi

kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media

tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah

orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.4

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk

gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain.5 Tidak ada kelompok

yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara

anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke

orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu

lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami.6

Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi

kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media

tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah

orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.7 Komunikasi adalah

4

Efendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), hal.29 5

Tommy suprapto, pengantar teori dan manajemen komunikasi, (Jogyakarta: Medpress, 2009), hal.155

6

Widjaja, komunikasi dan humas, (jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.11 7

(14)

5

proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari

seseorang ke orang lain.

Fungsi komunikasi adalah komunikasi bertindak untuk

mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi

mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh

karyawan, komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan

menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana

bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja

jika itu di bawah standar.

Pengungkapan emosional bagi banyak karyawan kelompok kerja

merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi

di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana

anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas oleh karena itu

komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan

pemenuhan kebutuhan social dan Informasi.8 Dari beberapa literature

dapat digolongkan ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian

secara etimologis, terminologis, dan paradigmatis.9

Dalam komunikasi pegawai dengan calon mempelai peneliti

mencari data tentang proses dan pesan. Sebuah komunikasi mempunyai

beberapa faktor terjadinya komunikasi, sebuah proses komunikasi terdapat

pesan yang disampaikan oleh komunikator dan pesan balik yang

8

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/12/komunikasi-arti-fungsi-dan-bentuk.html (5 juli 2015;12.00)

9

(15)

6

disampaikan oleh komunikan. Setelah proses komunikasi terbangun maka

akan ada hasil atau efek dari komunikasi tersebut.

2. Pesan

Onong Effendy menyatakan bahwa pesan adalah: “suatu komponen

dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan

seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang

lainnya disampaikan kepada orang lain”.

Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu

adalah “produk fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber–encoder”.

Kalau berbicara maka“pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat

maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Pesan dapat dimengerti

dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan.

Pasti dalam sebuah komunikasi akan ada pesan yang disampaikan

oleh komunikan kepada komunikator, kalau dalam penelitian ini pegawai

akan menyampaikan pesan seputar pernikahan yang berguna bagi

mempelai untuk menjalankan proses pernikahan, sebelum menikah

maupun setelah menikah.

3. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan

pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu

persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses

komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif

(16)

7

Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian

informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau beberapa

orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan

menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

Saat mempelai melakukan proses komunikasi dengan pegawai

KUA, disinilah terjadi interaksi komunikasi. Jika tidak ada proses

komunikasi maka hal tersebut belum dapat dinyatakan sebagai

komunikasi. Setelah melakukan proses komunikasi maka akan ada hasil

komunikasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mempelai dan

pegawai dalam menentukan yang akan dilakukan dalam pernikahan.

4. Pegawai Kantor Urusan Agama

Pihak yang melaksanakan tugas sebagai perangkat organisasi10 dan

bekerja untuk melayani masyarakat di Kantor Urusan Agama kecamatan

setempat. Berdasarkan pasal 3 PMA No. 11 Th. 2007 dapat diambil

pengertian bahwa tugas Penghulu dan Pembantu PPN: Mewakili PPN

dalam pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa

nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan

bimbingan perkawinan, setelah mendapat mandat dari PPN.

Namun terdapat perbedaan yang tegas antara Pembantu PPN di

Jawa dan Luar Jawa dalam pelaksanaan kewenangannya.Pembantu PPN di

Jawa hanya menerima dan memeriksa persyaratan peristiwa Nikah tanpa

memiliki kewenangan untuk mengawasi jalannya peristiwa perkawinan

yang menjadi kewenangan Penghulu. Sedangkan Pembantu PPN di luar

10

(17)

8

Jawa memiliki kewenangan menerima, memeriksa persyaratan dan

mengawasi jalannya peristiwa perkawinan.11

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU. No.22 Th. 1946 jo. UU.

No. 32 Th. 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi

umat Islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh

pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis

pelaksanaannya, maka:

a. Berdasarkan Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep.

Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka PPN

diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

b. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Bersama Kepala BKN dan Menteri

Agama R.I. No. 20 Th. 2005/No. 14 A Th. 2005 jo. pasal 21 Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.:PER/62/M.PAN/6/2005

jo. Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen

Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka Penghulu

diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

c. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) dan (3) jo. Instruksi Dirjen Bimas Islam

No.: DJ.II/1133 Th. 2009, maka Pembantu PPN diangkat oleh Kepala

Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berdasarkan:

1) Usul Kepala KUA Kecamatan.

11

(18)

9

2) Rekomendasi tertulis dari Kepala Seksi Urusan Agama Islam

Kantor Kementerian Agama/Kota.

3) Izin tertulis dari Dirjen Bimas Islam Kementerian R.I.

Dalam pasal 2 dan 3 PMA No. 11 Th. 2007, disebutkan tentang

PPN:

a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu: pejabat yang melakukan

pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa

nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan

bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan.

b. Penghulu, yaitu: pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi

tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan

nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.

c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu PPN/P3N, yaitu

anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor

Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas

PPN di desa tertentu.12

5. Calon Mempelai

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, mempelai adalah orang

yang sedang menjadi pengantin.13 Dari buku pintar menikah, mempelai

berhubungan dengan pernikahan, dalam bahasa Arab, kata zauj (pasangan) berarti suami (ba’l) dan juga istri (zaujah); yang merupakan kebalikan dari

kata fard (seorang diri tanpa yang lain). Zauj berarti dua pasang, baik laki-laki maupun perempuan.

12

http://hendra-umar-penghulu.blogspot.com/2012/11/pegawai-pencatat-nikah-dan-kewenangannya.html(10juli2015)20.00

13

(19)

10

Zawaj (perkawinan atau pernikahan) adalah penyatuan suami

dengan istri, atau laki-laki dengan perempuan. Sedangkan zauj adalah setiap orang yang didampingi oleh yang lain dari sejenisnya. Juga bisa

berarti sesuatu dan lawannya; siang dan malam, manis dan pahit, basah

dan kering, dan seterusnya.

Dalam maknah syar’iyah, zawaj (perkawinan) adalah akad yang

menyebabkan bolehnya sesorang laki-laki dan wanita saling memadu

kasih sesuai dengan aturan syariat. Pernikahan adalah sebuah konsepsi

insani yang bersifat sosial dan kejiwaan, sedangkan kawin adalah konsepsi

hewani (hubungan biologis semata). Nikah merupakan sistem sosial yang

memiliki sifat langgeng serta berpegang pada neraca sosial untuk

mengatur masalah seksual dan mengatur tanggung jawab bagi yang sudah

sampai kesana. Dipandang sebagai “fenomena suci” atau tatanan ilahi

yang dikuatkan oleh syariat langit dan kitab suci sebagai asas bagi kehidupan insani.14

Sebuah pernikahan dibangun dalam sebuah ikatan yang suci. Ia

tidak hanya sekedar menyatukan dua insan yang berbeda, tapi juga

menyatukan dua keluarga besar yang berbeda kultur dan budaya.

Mempelai pada umumnya juga melakukan adat kebiasaan daerahnya

masing-masing, contohnya: lamaran, tahlilan sebelum proses pernikahan

atau adat yang lainnya. sebelum kekantor KUA, juga melalui RT, RW dan

Kelurahan guna kelangkapan administrasi.15

14

Muhammad nabil, buku pintar nikah (solo, samudera, 2007), hal.25 15

(20)

11

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini menggunakan kerangka pikir yakni komunikasi

merupakan suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang

mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama (2)

melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang

lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.16

Sedangkan komunikasi interpersonal mempunyai arti sebagai komunikasi

antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka maka dari sinilah

terbentuknya komunikasi kelompok mempelajari pola-pola interaksi antar

individu dalam suatu kelompok sosial yang mana membentuk sebuah kumpulan

16

Elvinaro Ardianto, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hlm.73

PRILAKU VERBAL KOM UNIKASI INTERPERSONAL

KOM UNIKASI

KOM UNIKASI INTERPERSONAL

PRILAKU NON VERBAL TEORI KOM UNIKASI

INTERAKSI SIM BOLIK

GAYA KOM UNIKASI

(21)

12

perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi

dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima.17

Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi

verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan

menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan

komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik,

gambar, lambang, mimik muka, dan lain sebagainya.18 Maka dari itu komunikasi

adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan

dalam penyampaian pesan untuk berkomunikasi. Komunikasi terdiri dari

sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapat respon atau

tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.

Dari kerangka pikir yang ada diatas sesuai dengan Teori Interaksi

Simbolik, Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia

ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku

tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi, bisa merupakan

intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam diri sebagai tanda

setuju dalam situasi tersebut.

Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan makna

subjektifnya yang diberikan oleh individu atau individu-individu, tindakan itu

mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya diorientasikan dalam

penampilannya. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan manusia pada dasarnya

bermakna, melibatkan penafsiran, berpikir, dan kesengajaan. Tindakan sosial

baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja bagi orang lain dan bagi sang

17

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, ( yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara,2008), hlm. 6 18

(22)

13

aktor sendiri, yang pikiran-pikirannya aktif saling menafsirkan perilaku orang

lainnya, berkomunikasi satu sama kain, dan mengendalikan perilaku dirinya

masing-masing sesuai dengan maksud komunikasinya. Jadi saling mengarahkan

perilaku mitra interaksi dihadapannya.

Karena itu, bagi Weber, masyarakat adalah suatu entitas aktif yang terdiri

dari komunikasi orang-orang yang berpikir dan melakukan tindakan-tindakan

sosial yang bermakna. Perilaku yang tampak hanyalah sebagian saja dari

keseluruhan perilaku. Konsekuensinya adalah pendekatan ilmu alam tidak sesuai

untuk menelaah perilaku individu yang bermakna sosial, karena pendekatan ilmu

alam hanya mempertimbangkan gejalagejala yang tampak, tetapi mengabaikan

kekuatan-kekuatan tersembunyi yang menggerakkan manusia, seperti emosi,

gagasan, maksud, motif, perasaan, tekad, dan sebagainya. Alih-alih memfokuskan

diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial

membentuk atau menyebabkan perilaku individu tertentu, interaksionisme

simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis

manusia.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan,

dan arti penelitian merupakan sarana untuk pemgembangan ilmu. Setiap

pengertian ilmiah di dalamnya mengandung beberapa langkah yang harus

dipertimbangkan secara seksama dan dapat dipertanggungjawabkan secara

(23)

14

Jenis pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah jenis

penelitian deskriptif. Metode deskriptif ialah sebagai titik berat pada

observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan

hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatatnya

dalam buku observasinya.19

Dan jenis penelitian ini adalah kualitatif, yang mana penelitian ini

untuk menggambarkan, melaporkan dan menjelaskan realitas yang terjadi

dengan dan pengukurannya. selain itu untuk mengetahui sikap, pendapat,

opini, informasi dan keadaan tertentu. Dan bertujuan untuk mendapatkan

pemahaman yang sifatnya umum terhadap pernyataan orang dan pelaku

yang diamati untuk diarahkan pada latar dan individu secara holistic

kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan

tersebut.20

2. Subyek, Objek dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian dalam hal ini adalah pegawai KUA yaitu

penghulu yang terkait dengan lingkungan sekitar latar penelitian dan

orang–orang yang ditunjuk oleh peneliti dan dianggap memiliki

pengetahuan luas dan memadai terkait dengan objek penelitian dan

berhubungan dengan calon mempelai yang sedang melaksanakan prosedur

pranikah di KUA Kecamatan Wonokromo.

Dalam penelitian, hanya ada dua orang yang mempunyai SK

sebagai penghulu. Meskipun dalam pelaksanaannya penghulu dibantu oleh

19

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung: rosdakarya, 1991), hlm. 25 20

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers,

(24)

15

beberapa staf dan pembantu yaitu modin yang ada disetiap RW dalam

wilayah masing-masing. Ternyata modin juga masuk dalam jajaran

pegawai KUA secara tidak langsung. Terbukti modin yang ada juga

mendapatkan tunjangan dari pemerintah dengan syarat mempunyai

sertifikat modin yang dikeluarkan oleh dinsos terkait tugasnya sebagai

pembantu penghulu. Meskipun secara SK belum mendapatkan, pada

penelitian wawancara modin juga penguat dari wawancara dengan

[image:24.595.110.507.241.587.2]

penghulu.

Tabel 1.1 Informan

NO NAMA KETERANGAN

1 Drs. H. Marfa’i Kepala KUA (Penghulu)

2 A. Faisol S.Ag Penghulu

3 Ario Paundra Permana Mempelai

4 Muhammad Yusuf Mempelai

5 Mianto Modin

6 Heri Burhanuddin Modin

7 Jalil Modin

8 Asrul Syah Hidayat Modin

Keterangan : Data pokok penelitian pada nomor 1-4, untuk 5-8 sebagai data Tambahan.

Objek penelitian ini tentang Komunikasi Pegawai KUA

Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai. Tentang proses pranikah

dan pesan apa yang diberikan kepada calon mempelai oleh pegawai KUA.

(25)

16

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Wonokromo Surabaya. Lokasi penelitian ini berada dekat

dengan Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dan tempat ini merupakan

lingkungan kota sehingga masyarakat mudah mengetahuinya.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Jenis data pada penelitian ini menggunakan jenis data primer dan

data sekunder. Data primer meliputi segala informasi yang berkaitan

dengan penelitian, berupa wawancara dengan informan terkait yang teliti.

Data sekunder yaitu segala data yang mendukung hasil penelitian berupa

(dokumen instansi dan alat pengumuman publik).

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi sumber data

primer dan sumber data sekunder. Dalam penelitian ini yang dimaksud

sumber data primer adalah informan yang sudah dipilih karena dapat

memberikan data terkait tujuan penelitian. Dalam memilih informan

wawancara, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam

sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sampel tersebut

representatif atau mewakili populasi.

Sering disebut judgment sampling.21 Informannya yaitu :

1) Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo yang menangani masalah

pernikahan.

21

(26)

17

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data

primer. Sumber data ini dipilih dengan tujuan dapat menjadi pelengkap

dan pendukung sumber data primer. Data yang dicari adalah data pegawai

KUA Kecamatan Wonokromo dan dokumentasi resmi lain meliputi

arsip-arsip penting mengenai proses pranikah di KUA Kecamatan Wonokromo

Surabaya.

4. Tahap – tahap penelitian

a. Tahap pra lapangan.

Tahap ini merupakan tahapan penjajakan penelitian

lapangan yang mana Langkah–langkahnya adalah :

1) Menyusun rancangan penelitian.

Pada tahap ini peneliti membuat usulan berbentuk proposal

penelitian dan juga menentukan planning ke depan.

2) Memilih lapangan penelitian.

Lapangan penelitian pada penelitian ini adalah lingkup

KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.

3) Mengurus perizinan.

Setelah melaksanakan seminar proposal. Kemudian

dilanjutkan dengan mengumpulkan proposal penelitian kepada

program studi ilmu komunikasi dan mendapat draft ijin

penelitian yang ditulis kembali sebagai syarat ijin penelitian,

setelah mendapat surat ijin penelitian dari pihak fakultas

dakwah, peneliti menyerahkan kepada KUA Kecamatan

(27)

18

4) Menentukan informan.

Pada tahap ini peneliti harus bisa menentukan kira-kira

siapa saja yang dijadikan informan (orang-orang yang

sekiranya berkompetensi untuk memberikan informasi dan

faham tentang situasi dan kondisi latar penelitian).

5) Menyiapkan perlengkapan penelitian.

Hal ini penting ketika ingin melakukan wawancara,

pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Peneliti

menyiapkan bulpoin, book note, tape recorder , video dan kaset recorder dan kamera supaya hasil wawancara tercatat dengan baik dan untuk memudahkan peneliti dalam mengingat atau

ulang hasil wawancara.

b. Tahap lapangan.

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah : persiapan

diri yang dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data yakni

dengan wawancara.

c. Penulisan laporan.

Penulisan laporan dilakukan sebagai hasil dari penelitian

yang disusun secara sistematik dan dapat dipertanggung jawabkan.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview atau Wawancara Mendalam

Suatu proses memperoleh keterangan-keterangan secara mendalam

mengenai suatu kejadian yang berkaitan dengan tema yang diteliti dan

(28)

19

dengan narasumber, atau informan bisa juga disebut bentuk

komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh

dan menghasilkan informasi, namun demikian melakukan wawancara

menjadi sebuah seni dan ilmu yang membutuhkan kecakapan,

kepekaan, konsentrasi, pemahaman interpersonal, wawasan, ketajaman

mental, dan disiplin22. Pada penelitian ini peneliti memperoleh

keterangan secara mendalam mengenai fokus penelitian yaitu tentang

komunikasi pegawai KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.

Penelitian mewawancarai informan yang telah dipilih dan

mewawancarai secara mendalam. Sebelum mewawancarai informan

secara mendalam maka peneliti harus mempersiapkan pertanyaan yang

harus diajukan kepada informan

b. Observasi

Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan mencatat dengan

sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.23.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Sugiono adalah menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dengan

cara menjabarkan, mengorganisasikan data kedalam kategori,

mengorganisasikan, menyusun pola, memilih dan membuat kesimpulan.24

Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknis analisis

deskriptif kualitatif. Dalam menganalisa data ini digunakan teknik yang

22

Michael Quinn patton, metode evaluasi kualitatif, (yogyakarta:pustaka pelajar, 2009),hal. 182-184

23

Marzuki, Metode Riset (Yogyakarta: BPFE-UUI, 2000), hlm. 58. 24

(29)

20

sesuai dengan data yaitu data deskriptif. Adapun yang dimaksud deskriptif

menurut pendapat Winartio Surakmat, adalah menentukan dan

menjabarkan data yang ada. Misalnya tentang situasi yang dialami,

kegiatan, pandangan, sikapyang nampak atau tentang satu proses yang

sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang

meruncing dan sebagainya.

Dengan demikian data yang terkumpul, kemudian disimpulkan dan

ditafsirkan, sehingga terdapat berbagai masalah yang timbul dapat

diartikan dengan tepat dan jelas.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

a. Perpanjangan masa penelitian

Penelitian kualitatif membutuhkan waktu yang relative

lama, jika kebutuhan data dirasa kurang maka peneliti

memperpanjang keterlibatannya dalam latar penelitian untuk

melengkapi data dan kroscek data.

b. Diskusi dengan teman sejawat

Diskusi ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal (data) yang

belum diteliti oleh peneliti, bisa juga dijadikan sebagai tambahan

tentang penjabaran data di lapangan dan sebagai pembanding

antara data yang satu dengan yang lain.

c. Triangulasi

Dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan

perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks

(30)

21

berbagai pandangan, dengan kata lain peneliti dapat melakukan “

chek and recheck” temuan dengan cara membandingkan yaitu dengan :

1) Konfirmasi dengan sumber, yang mana membandingkan

dengan crosscheck derajat kepercayaan.

2) Triangulasi dengan teori, sebagai penjelasan banding (rival

explanations) apakah teori yang digunakan sudah cocok atau tidak dan Teori ini juga dapat diketahui apa kelebihan

dan kekurangannya.25

Inilah Uraian pendekatan, bahan dan cara yang akan digunakan dalam

melaksanakan penelitian, termasuk langkah-langkah yang dilakukan untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sesuaikan dengan jadwal penelitian.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penelitian ini dan guna sistematisasi dalam

pembahasannya, berikut ini adalah estimasi sistematika pembahasannya, yang

terdiri dari :

Bab I PENDAHULUAN.

Pendahuluan diatas meliputi: Latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, serta sistematika

pembahasan dalam penelitian ini.

25

(31)

22

Bab II KERANGKA TEORETIK.

Kerangka teori diatas terdiri dari: Kajian pustaka, meliputi: Komunikasi,

pesan, proses komunikasi, pegawai KUA, calon mempelai. Kajian teoretik

berserta penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III METODE PENELITIAN.

Membahas secara detail mengenai metode yang digunakan dalam upaya

penelitian ini yang terdiri dari: pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian,

jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik

analisa data dan tehnik pemeriksaan keabsahan data.

Bab IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA.

Disajikan pembahasan mengenai setting penelitian, penyajian data tentang

pesan tentang pernikahan serta administrasi pegawai KUA Kecamatan

Wonokromo kepada calon mempelai dan juga disajikan proses komunikasi antara

pegawai KUA Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai.

Bab V PENUTUP.

Pembahasan terakhir dalam penelitian ini. Didalamnya berisi pembahasan

mengenai simpulan dari keseluruhan proses penelitian. Disamping itu, dalam bab

ini juga disajikan saran yang ditujukan bagi para peneliti selanjutnya berkaitan

(32)

BAB II

KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan

pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu

persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses

komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.26

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan

secara sekunder.

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media

primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,ipenulisrat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu

“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada

komunikan.

Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam

komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu

“menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu bentuk

berbentuk idea, informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret

maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi

26

(33)

24

pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang

akan datang.

2. Pesan Dalam Komunikasi

Seperti dikatakan Watzlawiek, Beavin dan Jackson dalam

Littlejohn, bahwa setiap komunikasi mempunyai aspek isi dan aspek

hubungan. Aspek isi pesan berisikan apa yang dikatakan (verbal), sedang

aspek hubungan berisikan bagaimana pesan diucapkan atau dikatakan

melalui komunikasi non verbal. Memahami isi pesan adalah tujuan dari

semua proses komunikasi. Melalui komunikasi dengan orang lain,

mendapatkan pengertian yang lebih baik akan pesan-pesan yang orang lain

kirim dan terima.

Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting,

karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang

akan disampaikan seseorang. Dalam setiap melakukan komunikasi unsur

penting diantaranya adalah pesan, karena pesan disampaikan melalui

media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang sederhana dan

sesuai dengan maksud, serta tujuan pesan itu akan disampaikan dan mudah

dicerna oleh komunikan.

Adapun pesan itu menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa

pesan adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan

dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang,

bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.

Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu

(34)

25

Kalau berbicara maka“pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat

maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan.

Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa

sehingga bermakna bagi orang lain.

Isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang

ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.Wujud

pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri,

komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi pesan

didalamnya.

Selain hal tersebut di atas, pesan juga dapat dilihat dari segi

bentuknya. Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat tiga

bentuk

a. Informatif

Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian

komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam

situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan

persuasif.

b. Persuasif

Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan

kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan

(35)

26

perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima

dengan keterbukaan dari penerima.

c. Koersif

Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan

menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian

secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan

tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target.

Terhadap suatu pesan yang dikomunikasikan ingin mempunyai

kemampuan untuk meramalkan efek yang timbul pada komunikan. Maka

tidaklah mengherankan apabila dalam setiap melaksanakan penyampaian

pesan tidak terlepas dari keinginan untuk menjadikan pesan itu diterima

oleh komunikan. Tetapi untuk menjadikan pesan itu dapat diterima maka

harus memperhatikan berbagai macam kondisi cara penyampaian dan

memenuhi syarat dari suatu pesan. Wilbur Schramm menampilkan apa

yang disebut “TheCondition Of Succes In Communication” yakni kondisi

yang harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan

tanggapan yang dikehendaki.

Dengan demikian berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan

bahwa pesan yang disiarkan media massa bersifat umum, karena memang

demi kepentingan umum, maka penataan pesannya bergantung pada media

yang bersangkutan

(36)

27

3. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal

Seperti dikatakan Watzlawiek, Beavin dan Jackson dalam

Littlejohn, bahwa setiap komunikasi mempunyai aspek isi dan aspek

hubungan. Aspek isi pesan berisikan apa yang dikatakan (verbal), sedang

aspek hubungan berisikan bagaimana pesan diucapkan atau dikatakan

melalui komunikasi non verbal. Memahami isi pesan adalah tujuan dari

semua proses komunikasi. Melalui komunikasi dengan orang lain,

mendapatkan pengertian yang lebih baik akan pesan-pesan yang orang lain

kirim dan terima.

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan

simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian

manusia yang paling impresif. Setiap bahasa memiliki aturan-aturan

yaitu:

1) Fonologi: cara bagaimana suara dikombinasikan untuk

membentuk kata.

2) Sintaksis: cara bagaimana kata dikombinasikan hingga membentuk

kalimat.

3) Semantik: arti kata.

4) Pragmatis: cara bagaimana bahasa digunakan.

Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa

melalui tiga proses yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Bahasa

menampilkan elemen-elemen di dunia secara simbolis, ada yang konkret

(37)

28

Bahasa menyebabkan seseorang memandang realitas sosial dengan cara

tertentu.

Secara singkat, teori Whorf mengatakan bahwa pandangan tentang

dunia dibentuk oleh bahasa, karena bahasa berbeda, pandangan tentang

dunia pun berbeda. Whorf juga menjelaskan kategori gramatikal dari suatu

bahasa menunjukkan kategori kognitif dari pemakai bahasa tersebut.

Artinya seseorang memberikan makna pada apa yang seseorang lihat, yang

didengar atau yang dirasa sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam

bahasa.

Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep suatu bahasa

cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu.

Meskipun dapat berpikir tanpa bahasa, bahasa terbukti mempermudah

kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan menarik

kesimpulan. Dengan bahasa seseorang mengkomunikasikan pemikiran

kepada oang lain dan menerima pikiran orang lain. Singkatnya, seseorang

tidak selalu berpikir dengan kata-kata tetapi sedikit sekali seseorang dapat

berpikir tanpa kata-kata.

Kata-kata tidaklah bermakna. Manusialah yang memberikan

makna. Dalam psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata tetapi pada

pikiran orang dan persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman

individu.

Beberapa ahli menemukan bahwa kata-kata yang dipergunakan

oleh individu mengalami perluasan makna yang negatif atau positif tanpa

(38)

29

tertentu pada diri pelaku komunikasi akibat pengalaman hidupnya. Jadi,

karena pengalaman hidup yang berbeda, orang mempunyai makna

masing-masing untuk kata-kata tertentu.

Seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain karena ada

makna yang dimiliki bersama. Makna yang sama hanya terbentuk bila

seseorang memiliki pengalaman yang sama. Komunikasi akan berhasil

apabila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti dan dapat diterima

oleh komunikan. Seperti dikatakan Jalaluddin Rakhmat bahwa

keberhasilan komunikasi sangat ditentukan kekuatan pesan.27 Pesan yang

disampaikan atau diorganisasikan secara baik, lebih berpeluang untuk

keberhasilan perubahan, pengertian karena ada kesamaan makna yang

dipahami oleh komunikator dan komunikan dalam sebuah pesan dan juga

sikap dari komunikaan itu sendiri. Sikap atau perilaku seseorang juga

ditentukan oleh kepercayaan, yang pda gilirannya menentukan sikap lalu

memengaruhi niat.28

b. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi nonverbal adalah semua bentuk komunikasi yang

tidak menggunakan pesan berupa kata-kata. Para ahli dibidang

komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi “tidak

menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi

nonverbal dengan komunikasi nonlisan.

Berikut adalah bagian-bagian dari pesan nonverbal, yaitu:

27

Suranto, Komunikasi interpersonal, (Jogyakarta : Penerbit Kanisius. 2011) hlm. 122

28

(39)

30

1) Paralanguage

Apa yang seseorang katakan menggunakan kata, frase atau

kalimat penting dalam proses komunikasi. Namun seringkali cara

seseorang menggunakan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber

informasi daripada kata-kata itu sendiri. Inilah yang dikenal

dengan paralanguage (paralinguistik) yaitu cara seseorang

menggunakan bahasa. Paralanguage dapat terbagi dua yaitu bentuk

vokalik dan bentuk tertulis.

2) Penampilan (appearance)

Dalam komunikasi manusia, penampilan memegang

peranan penting. Kesan pertama tentang orang lain umumnya

dibentuk dari penmpilan orang tersebut. Kesan awal ini

menentukan proses komunikasi selanjutnya. Sejumlah faktor yang

menyumbang penampilan adalah wajah, mata, rambut, bentuk

fisik tubuh, pakaian, perlengkapan dan artifak (objek di luar

individu yang dapat menjadi sumber informasi lain tentang

individu tersebut, seperti mobil dan rumah).

3) Gestura (kinesik)

Gestura adalah gerakan anggota tubuh. Gestura dapat

disengaja (purpose-ful) dikirimkan dengan tujuan tertentu dan tidak disengaja (incidental atau unintended). Sejumlah gestura

dapat merupakan pelengkap bagi sinyal-sinyal verbal.

(40)

31

Alat penerima sentuhan ialah kulit. Kulit mampu menerima

dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui

sentuhan. Sentuhan merupakan ungkapan seperti perhatian, rasa

sayang, rasa takut, marah, kebahagiaan dan keakraban. Sentuhan

dapat menunjukkan tingkat keakraban hubungan seseorang dengan

orang lain, budaya, dan suku bangsa seseorang.

5) Ruang dan Jarak (proksemik)

Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan

ruang. Umumnya dengan mengatur jarak seseorang

mengungkapkan tingkat keakraban seseorang dengan orang lain.

Edward T. Hall menyebutkan ada empat macam jarak dalam

interaksi antarmanusia, yaitu jarak akrab / intim, jarak personal,

jarak sosial, dan jarak publik.

6) Waktu (kronemik)

Penggunan waktu juga penting dalam komunikasi manusia.

Konsep waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya

yang lainnya.

Mark L. Knapp menyebutkan lima fungsi komunikasi

nonverbal, yaitu:

a) Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah

disajikan secara verbal.

b) Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.

c) Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan

(41)

32

d) Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan

nonverbal.

e) Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau

menggarisbawahi.

4. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar, satu lawan

satu, disebut komunikasi antar personal (interpersonal communication). Komunikasi interpersonal adalah “interaksi tatap muka antar dua atau

beberapa orang, dimaa pengirim dapat menyampaikan pesan secara

langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menaggapi secara

langsung pula.” Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal

disertai ungkapan-ungkapan non verbal dan dilakuan secara lisan.29

Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari

yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak

bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar

dari waktu seseorang digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia

yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu

kemampuan yang paling dasar.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering

mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan

terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman

dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan

29

(42)

33

menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara

berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.

Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut

sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan

komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi

penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal.

Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan

penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut, maka tidaklah

mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau

mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima

mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun

komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.

Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif

sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua

aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan

aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih

penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung

dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan

komunikasi interpersonal.

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaina informasi

antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang

vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas

kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan ,

(43)

34

Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi

dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung

pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat

melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi dengan

banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu seseorang memahami

bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan

cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial .

Sementara komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area

sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan

organisasi.

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan

penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup

semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan,

komunikasi nonverbal, dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi

interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang

terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti hubungan dalam

kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat

dalam tindak komunikatif. Deddy Mulyana menyatakan: “komunikasi

antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.”30

30

(44)

35

5. Faktor Pengaruh Komunikasi Interpersonal

Jalaludin Rakhmat meyakini bahwa komunikasi antarpribadi

dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal;

dan hubungan interpersonal.

a) Persepsi interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau

menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah

memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari

seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.

Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap

keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah

memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan

komunikasi.

b) Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang

dirinya. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku

yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek

kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep

diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi

(45)

36

1) Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah

laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

2) Membuka diri. Pengetahuan tentang diri seseorang akan

meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,

berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan

tentang diri seseorang. Dengan membuka diri, konsep diri

menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan

pengalaman, akan lebih terbuka untuk menerima

pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

3) Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal

sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif

dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya

diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep

diri yang sehat menjadi perlu.

4) Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi

karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan dan membuka

diri (terpaan selektif), bagaimana mempersepsi pesan (persepsi

selektif), dan apa yang diingat (ingatan selektif). Selain itu

konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan

(penyandian selektif).

c) Atraksi interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif

dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi

(46)

37

1) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian

terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan

pertimbangan rasional, juga makhluk emosional. Karena itu,

ketika menyenangi seseorang, juga cenderung melihat segala

hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika

membencinya, cenderung melihat karakteristiknya secara

negatif.

2) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan

efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang

menyenangkan bagi komunikan. Bila berkumpul dalam satu

kelompok yang memiliki kesamaan, seseorang akan gembira

dan terbuka. Bila berkumpul dengan dengan orang-orang yang

dibenci akan membuat tegang, resah, dan tidak enak. Akan

menutup diri dan menghindari komunikasi.

d) Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara

seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan

menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan

dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi

dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara

peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in

(47)

38

(secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat

komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.” Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan

bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang

menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a.Percaya; b.

sikap suportif; dan c. sikap terbuka.

1. Pegawai Kantor Urusan Agama

Pihak yang melaksanakan tugas sebagai perangkat organisasi31 dan

bekerja untuk melayani masyarakat di Kantor Urusan Agama kecamatan

setempat. Berdasarkan pasal 3 PMA No. 11 Th. 2007 dapat diambil

pengertian bahwa tugas Penghulu dan Pembantu PPN: Mewakili PPN

dalam pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa

nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan

bimbingan perkawinan, setelah mendapat mandat dari PPN.

Namun terdapat perbedaan yang tegas antara Pembantu PPN di

Jawa dan Luar Jawa dalam pelaksanaan kewenangannya.Pembantu PPN di

Jawa hanya menerima dan memeriksa persyaratan peristiwa Nikah tanpa

memiliki kewenangan untuk mengawasi jalannya peristiwa perkawinan

yang menjadi kewenangan Penghulu. Sedangkan Pembantu PPN di luar

Jawa memiliki kewenangan menerima, memeriksa persyaratan dan

mengawasi jalannya peristiwa perkawinan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU. No.22 Th. 1946 jo. UU.

No. 32 Th. 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi

31

(48)

39

umat Islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh

pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis

pelaksanaannya, maka:

a. Berdasarkan Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep.

Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka PPN

diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

b. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Bersama Kepala BKN dan Menteri

Agama R.I. No. 20 Th. 2005/No. 14 A Th. 2005 jo. pasal 21 Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.:PER/62/M.PAN/6/2005

jo. Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen

Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka Penghulu

diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

c. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) dan (3) jo. Instruksi Dirjen Bimas Islam

No.: DJ.II/1133 Th. 2009, maka Pembantu PPN diangkat oleh Kepala

Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berdasarkan:

1) Usul Kepala KUA Kecamatan.

2) Rekomendasi tertulis dari Kepala Seksi Urusan Agama Islam

Kantor Kementerian Agama/Kota.

3) Izin tertulis dari Dirjen Bimas Islam Kementerian R.I.

Dalam pasal 2 dan 3 PMA No. 11 Th. 2007, disebutkan tentang

(49)

40

a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu: pejabat yang melakukan

pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa

nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan

bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan.

b. Penghulu, yaitu: pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi

tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan

nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.

c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu PPN/P3N, yaitu

anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor

Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas

PPN di desa tertentu.32

B. Kajian Teori

1. Interaksi Simbolik

Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku

manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif

terhadap perilaku tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi,

bisa merupakan intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam

diri sebagai tanda setuju dalam situasi tersebut.

Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan

makna subyektifnya yang diberikan oleh individu atau individu-individu,

tindakan itu mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya

diorientasikan dalam penampilannya. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan

32

(50)

41

manusia pada dasarnya bermakna, melibatkan penafsiran, berpikir, dan

kesengajaan.

Tindakan sosial baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja

bagi orang lain dan bagi sang aktor sendiri, yang pikiran-pikirannya aktif

saling menafsirkan perilaku orang lainnya, berkomunikasi satu sama kain,

dan mengendalikan perilaku dirinya masing-masing sesuai dengan maksud

komunikasinya. Jadi saling mengarahkan perilaku mitra interaksi

dihadapannya. Karena itu, bagi Weber, masyarakat adalah suatu entitas

aktif yang terdiri dari Menghindari komunikasi orang-orang berpikir dan

melakukan tindakan-tindakan sosial yang bermakna. Perilaku yang tampak

hanyalah sebagian saja dari keseluruhan perilaku. Konsekuensinya adalah

pendekatan ilmu alam tidak sesuai untuk menelaah perilaku individu yang

bermakna sosial, karena pendekatan ilmu alam hanya mempertimbangkan

gejala-gejala yang tampak, tetapi mengabaikan kekuatan-kekuatan

tersembunyi yang menggerakkan manusia, seperti emosi, gagasan,

maksud, motif, perasaan, tekad, dan sebagainya.

Alih-alih memfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri

kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial membentuk atau

menyebabkan perilaku individu tertentu, interaksionisme simbolik

mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis

manusia. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflective dan kreatif,

menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan.

Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang

(51)

42

diluar dirinya. Oleh karena individu terus berubah maka masyarakat pun

berubah melalui interaksi. jadi interaksilah yang dianggap variabel penting

yang menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat. Struktur

itu sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika

individu-individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat

objek yang sama.

Ralph Larosso dan Donald C. Reitzes (1993) mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah pada intinya sebuah kerangka referensi untuk

memahami bagaimana manusia, bersama membentuk perilaku manusia”.

Dalam pernyataan ini, dapat melihat argument Mead mengenai saling

ketergantungan antara individu dan masyarakat.33

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan

ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi

makna. Blumer mengintegrasikan gagasan-gagasan tentang interaksi

simbolik lewat tulisan-tulisannya, terutama pada tahun 1950-an dan

1960-an, diperkaya dengan gagasan-gagasan dari John Dewey, William I.

Thomas, dan Charles H. Cooley. Selain Blumer terdapat ilmuwan-ilmuwan lain yang memberi andil pada pengembangan teori interaksi

simbolik, seperti Manford H. Kuhn, Howard S. Becker, Norman K.

Denzin, Arnold Rose, gregory Stone, Anselm Strauss, Jerome Manis,

Benard Meltzer, Alfred Lindesmith, dan Tamotsu Shibutani, seraya

memanfaatkan pemikiran ilmuwan lain yang relevan, seperti Georg

Simmel atau Kenneth Burke. Hal itu lakukan lewat inteprestasi dan

33

(52)

43

penelitian-penelitian untuk menerapkan konsep-konsep dalam teori Mead

tertentu.

Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada

dasarnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”.

Tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang

merepresentasikan apa yang maksudkan untuk ditimbulkan penafsiran atas

simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam

interaksi sosial. Penganut interaksionisme simbolik berpandangan,

perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interprestasi atas dunia

disekeliling, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau

ditentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural.

Alih-alih, perilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan

cara individu mendefinisikan situasi yang ada. Secara ringkas,

interaksionisme simbolik didasarkan premispremis berikut. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Merespon lingkungan, termasuk

objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna

yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi obyek.

Ketika menghadapi suatu situasi, respons tidak bersifat mekanis,

tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal; alih-alih, respon

bergantung pada bagaimana mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam

interaksi sosial. Jadi, individulah yang dipandang aktif untuk menentukan

lingkungan sendiri.

Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna

(53)

44

bahasa. Negoisasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai

segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan

tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun juga

gagasan yang abstrak. Akan tetapi, nama atau simbol yang digunakan

untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat

arbitrer (sembarang). Artinya apa saja bias dijadikan simbol karena itu

tidak ada hubungan logis antara nama atau simbol dengan objek yang

dirujuknya, meskipun terkadang sulit untuk memisahkan kedua hal itu.

Melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan

pengetahuan tentang dunia.

Bahwa makna bersifat subjektif dan sangat cair, dapat terlihat dari

teka teki berikut ini; Ketiga, makna yang diinterprestasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang

ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interprestasi dimungkinkan

karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi

dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa

yang akan lakukan. Dalam proses ini, individu mengantisipasi reaksi orang

lain, mencari alternatif-alternatif ucapan atau tindakan yang akan ia

lakukan. Individu membayangkan bagaimana orang lain akan merespons

ucapan atau tindakan. Proses pengambilan peran tertutup (covert role

Gambar

Tabel 1.1 : Informan......................................................................................
Gambar 1.1 Kerangka Pikir............................................................................
Tabel 1.1 Informan

Referensi

Dokumen terkait

According to the results of analysis, the score r observation> r table at significant level of 5% or 1% (0.232<0.514>0.302) this indicated that there

Tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang baik bersumber dari proses pendidikan yang baik, maka untuk membangun, memelihara, dan memastikan kompetensi bagi peserta

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai homogenitas yang sama atau tidak. Adapun langkah-langkah pada uji homogenitas data

Kesimpulan penelitian adalah impregnasi glass fiber non dental menggunakan resin bis-GMA dan TEGDMA dapat meningkatkan kekuatan fleksural FRC dan FRC dengan glass fiber non

Untuk menjamin keberlangsungan perpustakaan, maka SDM perpustakaan sekolah harus; (1) mengembangkan kemampuan professionalnya; (2) memperhatikan kemampuan yang diperlukan dan

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara rata-rata trading volume activity 10 hari sebelum dan rata-rata trading

Siswa melakukan aktivitas mengamati bagaimana proses terjadinya daur biogeokimia serta komponen-komponen yang berperan di dalamnya, menyusun pertanyaan atau rumusan

Secara umum karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya menginginkan penghargaan atas hasil performa kinerja baik yang dilakukannya, memiliki hubungan yang baik dengan rekan