• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alam yang kasat mata (Sunaryo, 2009: 14). Motif banyak digunakan pada tekstil,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alam yang kasat mata (Sunaryo, 2009: 14). Motif banyak digunakan pada tekstil,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motif merupakan unsur pokok sebuah ornamen.Perwujudan motif umumnya merupakan gubahan atas bentuk-bentuk alam atau sebuah representasi alam yang kasat mata (Sunaryo, 2009: 14). Motif banyak digunakan pada tekstil, antara lain motif flora, motif fauna, motif pewayangan yang masuk ke dalam motif hias sosok manusia.

Banyak penggambaran diri manusia dijadikan sebagai motif. Hal tersebut bisa merupakan rekaman atau dari suatu rentetan kejadian. Motif hias manusia seperti motif wayang yang telah ada sejak kebudayaan prasejarah. Wayang pada mulanya merupakan penggambaran roh nenek moyang.Perkembangannya, wayang dikenal sebagai bentuk karya seni yang mewarnai kekayaan budaya Indonesia.

Istilah wayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2005: 205) adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional, biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.

Wayang di Indonesia adalah hasil dari kreasi seni yang menggambarkan berbagai tokoh dalam kisah tertentu (Santosa, 2011:11). Wayang diolah, dicipta, serta berkembang terutama di daerah Jawa dan Bali.

(2)

Dapat disimpulkan wayang adalah perwujudan dari berbagai tokoh yang dimainkan oleh dalang dalam berbagai cerita.

Wiracarita Ramayana dan Mahabharata yang datang dari India memasuki Nusantara bersamaan dengan pengaruh Hindu, tokoh-tokoh dalam Ramayana dan Mahabharata kemudian semakin menggeser tokoh nenek moyang lokal beserta cerita kepahlawanannya. Perkembangan tokoh-tokoh dalam wiracarita Mahabharata dan Ramayana bercampur dengan mitos-mitos setempat dan dipandang sebagai leluhur bagi orang Jawa (Sunaryo, 2009:56).

Pada wiracarita Ramayana terdapat satu tokoh bernama Dewi Sinta, isteri Prabu Rama Wijaya yang menjadi pewaris tahta Ayodya. Menceritakan bahwa Dewi Sinta yang sedang melakukan perjalanan diculik oleh Rahwana Raja Alengka.

Dewi Sinta digambarkan sebagai sosok yang tidak mudah goyah oleh godaan dan tantangan,bahkan sebagai sosok wanita yang setia, taat dan berbakti kepada suami, membuat Rahwana kesulitan untuk mewujudkan keinginannya untuk memperisteri Dewi Sinta. Ia tidak termakan oleh godaan Rahwana serta selalu setia terhadap Rama dengan membakar diri sebagai wujud pembuktian bahwa dirinya masih suci selama diculik oleh Rahwana.

Penggambaran Dewi Sinta dalam cerita pewayangan Ramayana dapat divisualisasikan sebagai motif tekstil melalui teknik batik tulis. Teknik batik tulis diyakini dapat memunculkan setiap motif Dewi Sinta melalui goresan canting dengan malam yang ditorehkan pada kain. Membatik tulis sama halnya dengan menggambar diatas kain. Banyak macam motif tekstil yang digambarkan melalui teknik batik tulis.

(3)

Batik sendiri merupakan suatu proses pemberian motif pada kain dengan caramemberikan malam pada kain dengan menggunakan canting, seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang. Batik merupakan seni kebudayaan Indonesia yang tinggi akan nilainya dan telah tumbuh berabad-abad lalu serta berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusianya.

Pembuatan batik tulis dapat diterapkan pada beberapa jenis kain yang tahan terhadap malam batik.Salah satu contohnya adalah jenis kain sutera.

Sutera merupakan jenis serat yang dihasilkan dari ulat sutera. Berdasarkan pada kebiasaan hidupnya kokon ulat sutera di Indonesia, dibagi dalam dua kelompok, kelompok pertama merupakan ulat sutera yang dipelihara, contohnya adalah ulat sutera murbei (Bombix mori) yang bisa di olah sebagai bahan baku berupa kain sutera. Kelompok kedua merupakan ulat sutera liar atau wild silk, biasanya hidup di alam bebas dan hasilnya adalah sutera tussah dengan karakter yang kaku, kotor, dan kurang berkilau.

Pembuatan motif dengan gambaran Dewi Sinta dapat dituangkan melalui bentuk dari teknik batik tulis serta dapat digambarkan melalui beragam warnanya. Bentuk dan warna yang tercipta merupakan kombinasi yang dapat memvisualkan karakter tersebut. Pentingnya mengangkat Dewi Sinta untuk mengembangkan kebudayaan Pariwisata Jawa Tengah agar lebih dikenal dan dibudidayakan pada masyarakat khususnya Indonesia. Berdasarkan peluang yang ada, maka proyek Tugas Akhir ini mengupayakan perancangan motif dengan sumber ide Dewi Sinta yang menggambarkan

(4)

sosoknya dalam cerita pewayangan Ramayana melalui teknik batik tulis serta menampilkan warna-warna yang selaras dengan penggambaran karakternya sehingga dapat dijadikan sebagai tambahan ide untuk pengrajin batik tulis dalam membuat motif.

`

B. Studi Pustaka 1. Motif

Motif merupakan pangkal atau dasar dari terbentuknya sebuah pola apabila motif tersebut mengalami pengulangan secara simetris atau pengulangan non simetris. Sebuah goresan garis, titik, dan lainnya dapat disebut sebagai sebuah motif. Perwujudan motif umumnya merupakan gubahan atas bentuk-bentuk alam atau sebuah representasi alam yang kasatmata, namun ada pula yang merupakan hasil khayalan semata karena bersifat imajinatif, bahkan karena tidak dapat dikenali kembali, gubahan-gubahan motif kemudian disebut bentuk abstrak. Motif gubahan-gubahan bentuk alam contohnya motif gunung, awan, dan pohon, sedangkan motif imajinatif misalnya motif singa bersayap dan buroq, karena keduanya merupakan makhluk khayal yang bentuknya merupakan hasil rekaan (Sunaryo, 2009:14).

Penggambaran motif dapat dilakukan dengan berbagai gaya, antara lain gaya naturalis, stilasi, abstraksi, distorsi, dan dekoratif.

a. Naturalis merupakan penggambaranmotif dengan cara meniru bentuk aslinya. Antara obyek dan hasil penggambaran hamper sama.

(5)

b. Gaya stilasi merupakan cara penggambaran motif dengan melakukan penyederhanaan bentuk dari obyeknya yang kemudian dilakukan penggayaan.

c. Abstraksi cara penggambaran motifnya dengan mengadakan perubahan dari bentuk aslinya sehingga bentuk asli obyek dalam penggambaran sudah tidak nampak lagi, namun karakter obyek masih tetap nampak.

d. Distorsi menggambarkan motif dengan melakukan perubahan bentuk obyeknya dengan melakukan penyimpangan-penyimpangan yaitu keadaan yang dilebih-lebihkan baik dari sisi ukuran maupun bentuknya pada bagian tertentu (Willson, 2001). Yang harus diperhatikan dalam distorsi adalah proporsi, keharmonisan, keseimbangan dan kesatuan (Sunaryo, 2009: 17).

e. Dekoratif cenderung pada isian untuk menghias motif.Perancangan motif bertujuan untuk pencapaian bentuk-bentuk yang indah, menyampaikan suatu gambaran tertentu.

2. Dewi Sinta

Dunia Internasional mengakui wayang sebagai produk budaya dan kesenian asli Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas tinggi, tetapi juga menghadirkan muatan-muatan moralitas yang bermanfaat untuk pendidikan budi pekerti.

(6)

Cerita wayang bersumber dari karya sastra kelas dunia yang sangat terkenal yaitu Ramayana dan Mahabharata yang keduanya berasal dari India. Berdasarkan catatan sejarah buku-buku sastra di Nusantara, ceritanya digubah oleh para pujangga dan empu. Diperkirakan karya sastra ini sampai di Nusantara pada awal abad masehi. Khusus mengenai Ramayana ditulis oleh seorang Adi Kawi penyair utama, Walmiki atau Balmiki.Istilah Ramayana berasal dari bahasa Sansekerta yang secara etimologis terdiri dari dua kata, yaitu Rama dan Ayana yang berarti “Perjalanan Rama” (Yasasusastra, 2011:3).

Ramayana mengisahkan tentang perjuangan Rama dalam merebut kembali isterinya bernama Dewi Sinta. Perebutan tersebut terjadi karena Sinta telah diculik oleh Rahwana, raja Alengkadiraja yang mempunyai maksud ingin menikahi perempuan titisan Dewi Widowati. Dalam merebut Sinta, Rama dibantu oleh Prabu Sugriwa dengan bala tentara wanara Negeri Kiskenda serta senapati wanara yang sakti seperti Anoman, Anila, Anggada, dan lain-lain. Adik Rahwana yang bernama Arya Wibisana tidak menyetujui perbuatan kakaknya dan memilih bergabung dengan Rama untuk menjadi penasihatnya. Perang besar merebut kembali Dewi Sinta berhasil dimenangkan oleh Rama berkat strategi dari Arya Wibisana.Seluruh senapati Alengkadiraja tidak ada yang selamat termasuk Rahwana (Santosa, 2011:95).

Dewi Sinta adalah putri Prabu Janaka dari Negara Mantili. Menurut Serat Purwacarita, kisah kelahiran Dewi Sinta memiliki hubungan erat

(7)

dengan Rahwana. Saat permaisuri Dewi tari sedang hamil besar, Rahwana pergi bersemadi, sebelumnya ia memerintahkan Arya Wibisana untuk menuggui Dewi Tari bersama dayang-dayang kepercayaan lainnya. Konon, Dewi Tari melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, bahkan menurut Arya Wibisana, wajah bayi tersebut sangat mirip dengan Dewi Widowati atau Dewi Sri, seorang wanita yang sangat didambakan oleh Rahwana. Arya Wibisana khawatir dengan tabiat buruk Rahwana, tidak mustahil jika bayi tersebut setelah dewasa akan dikawini ayahnya sendiri. Untuk menghindari kemungkinan tersebut, Arya Wibisana mengambil keputusan untuk menciptakan bayi laki-laki yang berasal dari awan dan diberi nama Megananda. Sedangkan bayi perempuan yang lahir dari Dewi Tari segera dimasukkan kedalam kotak, dibalut “kupat sinta” dan dilarung di Bengawan Silugangga dan ditemukan oleh Prabu Janaka (raja Mantili), lalu dijadikan anak sendiri dan diberi nama Dewi Sinta. Setelah dewasa, Prabu Janaka memperoleh wangsit dewa bahwa Dewi Sinta adalah titisan dari Dewi Widowati atau Dewi Sri, dan atas petunjuk dewa pula, jodohnya kelak harus titisan Batara Wisnu. Untuk menemukannya, Prabu Janaka diminta untuk mengadakan sayembara yang intinya siapa yang dapat merentangkan busur pusaka Mantili dan melepaskan panah hingga menembus tujuh pohon tal yang berjajar sekaligus, dialah titisan Wisnu yang sesungguhnya. Ketika sayembara diadakan, Raden Rama beserta Raden Leksmana mengikuti sayembara tersebut, dan putra mahkota Ayudya inilah yang berhasil memenangkan

(8)

sayembara. Akhirnya segeralah Prabu Janaka menikahkan Raden Rama dengan Dewi Sinta di Mantili (Santosa, 2011:134).

Sosok Dewi Sinta digambarkan sangat menarik, ia cantik, serasi tinggi dan besarnya badan, berwatak sabar, setia, dan taat kepada suami. Memiliki suami bernama Prabu Rama dan melahirkan dua anak kembar bernama Ramabatlawa dan Ramabatkusya (Yasasusastra, 2011:64).

Berikut beberapa contoh gambar perwujudan Dewi Sinta:

Gambar 1. Contoh Gambar Wayang Dewi Sinta gagrak Surakarta Sumber: wayang.wordpress.com

(9)

Gambar 2. Contoh Gambar Wayang Dewi Sinta gagrak Yogyakarta Sumber: ebilawa.blogspot.com

3. Batik Tulis

Batik adalah salah satu cara dalam pembuatan motif pada kain dengan menorehkan malam melalui canting. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non bendawi sejak 2 Oktober 2009. Kata batik berasal dari bahasa Jawa, namun kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka (Prasetyo, 2010:2).

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Surakarta dan Yogyakarta.

(10)

Kesenian batik merupakan kesenian gambar diatas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.

Jenis batik sendiri ada 2 macam, yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting, yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk dapat menampung malam atau lilin batik dengan memiliki ujung berupa saluran pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Bentuk gambar atau desain pada batik tulis tidak terdapat pengulang yang jelas, sehingga gambar nampak dapat lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bias lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Batik cap dikerjakan dengan menggunakan cap, yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki. Bentuk gambar atau desain pada batik cap selalu terdapat pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis (Prasetyo, 2010:8).

Menurut tekniknya, batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan

(11)

waktu kurang lebih 1-3 bulan. Sedangkan batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap. Proses pembuatannya lebih cepat dengan memerlukan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Menurut asal pembuatannya, Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia khususnya daerah Jawa. Batik Jawa memiliki motif-motif yang berbeda. Perbedaan motif ini dapat terjadi karena motif-motif tersebut memiliki makna masing-masing, bukan hanya sebuah gambar saja namun mengandung makna yang didapat dari para leluhur, yaitu penganut agama animisme, dinamisme, atau Hindu dan Buddha. Batik Jawa banyak dikembangkan di daerah Surakarta atau yang biasa disebut dengan batik Surakarta.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Pada sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralif pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya (Prasetyo, 2010:10).

Kain batik tulis merupakan sebuah hasil karya seni terpadu yang indah dan unik, yang menjadikannya bagian dari warisan leluhur. Motif-motif yang dilukispun mempunyai bentuk-bentuk dan gaya yang khas, yang membedakan kain batik dengan kain bergambar lainnya. Semua motif

(12)

tersebut disusun menjadi sebuah lukisan yang utuh, yang memenuhi seluruh lebar kain, yang selanjutnya disebut dengan pola (Siswomihardjo, 2011;2).

Ragam motif dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam motif dan warna yang terbatas, dan beberapa motif hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu, namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan motif phoenix. Bangsa Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah motif bunga yang sebelumnya tidak dikenal, dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah seperti gedung atau kereta kuda, termasuk warna kesukaan para penjajah yaitu warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan motifnya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena masing-masing motif memiliki perlambang masing-masing (Prasetyo, 2010:6).

4. Kain Sutera

Sutera berperan besar dalam peradaban manusia. Cerita legenda menjelaskan bahwa seorang puteri bernama Hsi Ling Chi, pada 2640 Sebelum Masehi secara tidak sengaja menjatuhkan kokon ulat sutera ke air tehnya yang panas. Saat itu, tampak serat sutera terurai. Diketahui selanjutnya bahwa serat yang berasal dari kupu-kupu tersebut memakan daun murbai (Abdullah, 2011:3). Puteri Hsi Ling Chi membantu

(13)

pengembangan industri sutera dengan mendorong penanaman pohon murbai, meningkatkan produksi kokon dan pemintalan benang sutera. Sebelum Masehi, seorang jederal dan seorang anggota dewan pertama Roma telah kembali dari Cina dengan membawa kain-kain sutera yang indah. Selama masa ini, kain sutera menjadi bahan pakaian utama di Kekaisaran Roma. Diperkirakan telah terjadi banyak dilakukan barter antara Roma dan Cina, dimana kain sutera merupakan satu kain yang banyak dipertukarkan. Sutera mula diperebutkan oleh bangsa Romawi melalui Perang Parthian, yaitu perang yang dialami oleh bangsa Romawi dengan Persia yang dilakukan di Cina. Kaisar Marcus Antonius mengirim utusan ke Seres untuk mengatur pengiriman sutera ke Roma, namun misi ini tidak berhasil dan Persia tetap menjadi tempat persediaan utama sutera (Abdullah, 2011:9)

Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepydoptera. Serat sutera berbentuk filamen yang dihasilkan dari larva ulat sutera waktu membentuk kepompong.Spesies utama dari ulat sutera yang dipelihara untuk menghasilkan serat sutera alam adalah bombyx mori.

Jenis serat sutera ada dua macam, yaitu cultivated silk dan wild silk.

Cultivated silk adalah serat sutera yang dihasilkan dari ulat sutera yang dipelihara. Pemeliharaan dilakukan dari mulai telur ulat menetas sampai dengan masa pembuatan kokon. Wild silkadalah serat sutera yang dihasilkan dari ulat sutera yang tidak dipelihara, yaitu yang memakan daun pohon oak (Subagja, 1988).

(14)

Ulat sutera bombyx mori bukanlah sumber daya hayati asli Indonesia, tetapi diimpor dari Cina dan Jepang, namun telah hadir ulat sutera asli Indonesia, yaitu ulat sutera Cricula dan Attacus, sehingga juga disebut ulat sutera alam lokal (Kaleka,2010:7 ). Ulat sutera alam lokal atau sering dinamakan ulat sutera emas, ulat kipat, ulat kenari atau ulat jambu mete ini mampu menghasilkan kokon sutera emas.

Adapun bahan baku yang sering digunakan untuk produksi seperti di pasaran antara lain Cricula, Attacus, dan Bombix mori. Pengembangbiakan cricula tergantung pada alam bebas dan tumbuh di pepohonan liar tanpa di ternak. Ciri dari kokon ini berwarna kuning keemasan dan berfilamen saling silang. Kokon sutera ini memiliki kelebihan antara lain mengandung salur-salur halus, lembut, tidak mudah busuk dan tahan panas, serta pori-pori permukaannya yang unik. Attacus akan berkembang biak dan menghasilkan kokon lebih banyak apabila berada di pohon sirsak. Warnanya coklat dan bersifat individual sehingga dalam satu pohon hanya terdapat sekitar 5 kokon. Bombix mori atau sutera putih adalah sutera yang bisa dikembang biakan di dalam ruangan dengan memberi makan daun murbei. Sutera tersebut akan membuat kepompong berwarna putih.

B. Fokus Permasalahan

Bagaimana merancang motif dengan sumber ide cerita Dewi Sinta dalam pewayangan melalui teknik batik tulis pada kain sutera?

Gambar

Gambar 1. Contoh Gambar Wayang Dewi Sinta gagrak Surakarta  Sumber: wayang.wordpress.com
Gambar 2. Contoh Gambar Wayang Dewi Sinta gagrak Yogyakarta  Sumber: ebilawa.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait

Dinyatakan dalam Penjelasan UU Nomor 48 Tahun 2009, bahwa pada dasarnya UU Nomor 4 Tahun 2004 telah sesuai dengan perubahan UUD 1945, namun substansi UU tersebut

Sementara itu sequences nomor 25 dipilih sebagian besar responden sebagai suatu yang berbeda, berupa screened vista dalam serial vision faktor yang terlihat beda

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan warna air kaldu daging sapi yang diberi perlakuan gelombang ultrasonik memiliki nilai grayscale lebih besar dari pada air

Faktor internal yang mempengaruhi proses migrasi ikan sidat adalah faktor genetik yaitu ekspresi genetic ikan tergantung ikan tergantung pada lingkungan dan stadia perkembangan ikan

Dalam JPST, proses penembakan mengikuti aturan sebagai berikut (Frey and Schettler, 1998): (1) transisi terpicu seketika jika dan hanya jika transisi tersebut siap dan

Apabila dikaitkan dengan struktur kalimat yang terdapat dalam lagu- lagu karya Ebiet G Ade dapat diketahui bahwa struktur kalimat yang digunakan lebih banyak berupa kalimat

mampu memecahkan masalah ipteks di bidang kimia yang umum dan dalam lingkup sederhana seperti identifikasi, analisis, isolasi, transformasi, dan sintesis mikromolekul

Pengaruh Aplikasi Kultur Kering Dengan Beberapa Kombinasi Mikroba Terhadap Kualitas Fisiko Kimia dan Mikrobiologi Sosis Fermentasi [Tesis]: Institut Pertanian