PENDAMPINGAN DALAM PENGUATAN EKONOMI
PADA KOMUNITAS PENGRAJIN KUNINGAN
DI DESA BEJIJONG KEC. TROWULAN KAB. MOJOERTO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
LUQMANUL HAKIM B72211031
PROGRAM STUDY PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
JURUSAN MANAGEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
xiii ABSTRAK
Luqmanul Hakim. NIM: B72211031. Judul Skripsi: Pendampingan dalam Penguatan Ekonomi pada Komunitas Pengrajin Kuningan di Desa Bejijong Kec. Trowulan Kab. Mojokerto
Aset merupakan sebuah modal dasar dalam melakukan pembangunan. Seperti Desa Bejijong. Desa Bejijong yang berada diwilayah strategis dimana desa ini terletak pada kawasan sentra wisata di Kecamatan Trowulan yang didukung oleh keterampilan individu masyarakatnya, untuk penguatan ekonomi masyarakat pengrajin di Bejijong, Dengan berbagai proses pendampingan masyarakat yang dimulai dengan inkulturasi membangun kepercayaan bersama, diteruskan discovery hingga desteny yang biasa disebut Asset Bassed Community Development atau ABCD. Namun dengan perjalanan panjang dari bulan Maret hingga Juli, proses demi proses baik output dan input berhasil dengan baik dan perubahan mindseat atau kebanggaan akan aset yang dimiliki sebagai instrumen penguatan ekonomi masyarakat kedepannya.
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Devinisi Konsep ... 5
F. Agenda Penelitian Pendampingan ... 6
G. Sitematika Pembahasan ... 9
BAB II PRESPEKTIF TEORITIK ... 11
A. Pendampingan dan Pemberdayaan Sosial ... 12
B. Kearifan Lokal ... 14
C. Dakwah Bilkhal ... 17
ix
BAB III METODE RISET PENDAMPINGAN ... 23
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23
B. Subyek Pendampingan ... 25
C. Prinsip-prinsip Pendampingan ... 25
D. Teknik-teknik Pendampingan ... 31
E. Langkah –langkah Pendampingan ... 36
F. Strategi Pendampingan ... 39
BAB IV PROFIL KOMUNITAS PENDAMPINGAN ... 44
A.Letak Goegrafis ... 44
B. Sejarah ... 46
C. Aset Wilayah ... 47
D.Aset Infrastruktur ... 51
E. Aset Perbedaan Agama dan Budaya ... 54
a. Kematian ... 56
b. Tingkeban ... 57
c. Jumat legi ... 57
d. Menyambut Maulid Nabi ... 58
F. Aset Demografi ... 59
G.Aset Kerajinan Kuningan ... 62
H.Sosial Masyarakat ... 65
I. Aset Perekonomian Masyarakat ... 68
BAB V DINAMIKA PROSES RISET PENDAMPINGAN ... 74
A. Inkulturasi ... 75
B. Menjalin kepercayaan dengan Masyarakat (Trust Building) ... 78
C. Menemukenali Kejayaan Masa Lapau (Discovery)... 81
D. Memimpikan Masa Depan (Dream) ... 84
E. Merencanakan Kegiatan Masa Depan Bersama masyarakat (Design) ... 88
F. Membentuk Kekuatan Bersama Komunitas Pengrajin (Define) ... 93
G. Melaksanakan Aksi Bersama Pengrajin (Destiny) ... 96
x
BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN KOMUNITAS PENGRAJIN
KUNINGAN ... 101
A. Hasil Refleksi ... 101
B. Analisis Perubahan ... 103
BAB VII PENUTUP ... 106
A. Kesimpulan ... 106
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community
(AEC)) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi
perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota
ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk
mewujudkan Wawasan ASEAN 2020. Dalam menghadapi persaingan
yang teramat ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah
mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang trampil, cerdas, dan
kompetitif. 1
Penguatan ekonomi berbasis kreatifitas yang dimiliki oleh
masyarakat (skill) dibidang pembuatan buah tangan dengan berbagai
macam jenis harus didahului dengan pemaparan akan skill itu seperti apa,
realiatas perekonomian di masyarakat dan lain sebagainya. Tahun 2015
kita memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), disadari atau tidak
dan siap atau tidak perekonomian bebas tingkat negara ASEAN dibuka.
Oleh karena itu sumberdaya manusia adalah sebuah keniscayaan dan
segera digalakkan. Di Indonesia sendiri dalam 8 tahun terakhir sudah
1
2
menyiapkan betul semua yang dibutuhkan dalam menghadapi MEA.2
Dengan bekal skill yang dimiliki oleh masyarakat Bejijong diupayakan
mampu bersaing dan bertahan dalam arus pasar global.
Faktor kurangnya pemanfaatan aset yang dimilikinya membuat
para pengrajin sulit dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan
perekonomian masyarakat. Maka dibutuhkan pengorganisasian masyarakat
untuk membongkar kesadaran palsu dari masyarakat menjadi kesadaran
kritis. Masyarakat yang selama ini dikungkung kesadarannya, perlu
ditingkatkan kesadaranya dengan cara meningkatkan wawasan, sikap dan
mengontrol hak-hak yang dimilikinya. Upaya penyadaran ini juga
dilakukan untuk membebaskan belenggu hegemoni ideologi dominan yang
mungkin selama ini digunakan penguasa untuk menjamin kepemimpinan
kepentingan dan kelanggengan posisi politiknya3. Maka dalam
pembangunan suatu komunitas dibutuhkan partisipasi yang kuat dari
masyarakat untuk lebih megeluarkan gagasan, idea, atau pemikiran mereka
yang selama ini mungkin menghambat kemajuan.
Selama ini masyarakat membuat hasil kerajinanya dengan bentuk
dan model yang tergolong masih dalam ruang lingkup yang kecil jika
dilihat dari lingkungan yang memiliki aset dan potensi yang sangat besar.
Bagaimana tidak Bejijong adalah sebuah Desa dengan banyak masyarakat
yang mempunyai kemampuan tidak seperti masyarakat pada umumnya
2 Chairul Huda, “Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015”
, Harian Kompas (14 Maret 2015), hal 20.
3
3
untuk dapat dikembangkan. Desa Bejijong termasuk dalam wilayah
administrasi Kecamatan Trowulan dan menjadi salah satu desa sebagai
sentra wisata di Trowulan. Aset yang dimiliki oleh Desa tersebut adalah
berdirinya sebuah tempat peribadatan untuk umat Budha yang biasa
dikunjungi wisata domesik atau mancanegara, tidak hanya umat Budha
saja yang datang namun masyarakat sekitar yang muslim juga datang tapi
dengan tujuan berekreasi di peribadatan umat Budha tersebut kerana
terdapat patung Budha tidur yang terkenal karena ukuranya besar menurut
beberapa sumber patung tersebut terbesar ketiga di Dunia, membuat
banyak kalangan masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara langsung.
hari dimana pengunjung sangat ramai untuk berekreasi yaitu pada hari
sabtu-minggu dan hari libur. Masih dalam kawasan Trowulan terdapat
museum Majapahit yang fungsinya sebagai penyimpanan benda-benda
purbakala Majapahit dan juga makam islam yang cukup terkenal yaitu
Syeh Jumaddil Kubro ( Makam Troloyo). Makam tersebut sangat ramai
dikunjungi para ziarah mulai dari masyarakat sekitar hingga sampai luar
4
B. Fokus Penelitian Pendampingan
Bagaimana pendampingan dalam penguatan ekonomi pada
komunitas pengrajin kuningan di Desa Bejijog Kecamatan Trowulan
Kabupaten Mojokerto.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan melakukan bagaimana pendampingan
pendampingan dalam penguatan ekonomi pada komunitas pengrajin
kuningan di Desa Bejijog Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini dikerjakan menjadi catatan akademis ilmiah sehingga
munculnya pemanfaatan hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi
para pembacannya, antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Bermanfaat memberikan informasi dan masukan yang dapat
memperjelas konsep maupun teori tentang pendampingan komunitas
pengrajin kuningan dalam perluasan angsa pasar di Desa Bejijong
Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Secara umum semua pihak
yang membaca hasil penelitian ini akan mengetahui bagaimana penguatan
ekonomi dalam memanfaatkan aset-aset yang dimiliki.
2. Secara Praktis
Manfaat secara praktisnya dari hasil penelitian ini bagi para pembaca
khususnya mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam sebagai
refrensi dalam menangani pendampingan yang akan dibuat pendampingan
5
E. Definisi Konsep
Pemberdayaan menurut bahasa adalah sebagai upaya untuk
memberi kemampuan atau keberdayaan (to give ablity or enable).
Sedangkan menurut istilah adalah berarti menyiapkan kepada masyarakat
sumber daya, kesempatan/peluang, pengetahuan dan keahlian untuk
meningkatkan kapasitas diri masyarakat itu dalam menentukan masa
depan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan
dalam komunitas masyarakat itu sendiri”.
Menurut A. Hatu Rauf sebagaimana yang ditulis oleh Zubaedi.
Pemberdayaan masyarakat dalam sudut pandang yang lain dapatditafsirkan
sebagai stategi pilihan dalam konteks pembangunan alternatif. Munculnya
konsep pembangunan alternatif dalam diskursus pembangunan sebagai
reaksi terhadap kelemahan model pembangunan konvensional
(propertumbuhan ekonomi) dalam mengatasi problem kemiskinan,
menjaga kelestarian lingkungan serta memecahkan aneka problem sosial
yang menghimpit masyarakat.4
Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari dirinya
sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan
kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa
4
6
pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat
yang tertinggal.5
Pendampingan dalam penguatan ekonomi adalah usaha untuk
mengembangkan ekonomi masyarakat melalui aset yang ada.
Pendampingan merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam
mengembangkan berbagai potensi atau aset sehingga mampu mencapai
kualitas kehidupan yang lebih baik. Dimana masyarakat diharapkan untuk
berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan pembangunan serta ikut
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.6
Selain itu diarahkan untuk memfasilitasi proses pengambilan
keputusan antara peneliti bersama masyarakat yang terkait dengan fokus
pendampingan, mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
melalui kegiatan partisipatif. Kegiatan partisipatif ini bertujuan untuk
merubah pola pikir masyarakat untuk lebih mengembangkan aset yang
ada.
Pendampingan dilakukan bertujuan untuk penguatan ekonomi para
pengrajin kuningan di Bejijong, penguatan ekonomi disini adalah
bagaimana para pengrajin menggunakan atau memanfaatkan aset-aset
yang ada untuk menunjang perekonomian mereka.
F. Agenda Riset Pendampingan
Agenda riset pendampingan dalam pemanfaatan aset yang terdapat di
sekitar tempat wisata oleh pengrajin kuningan di Bejijong Kecamatan
5 Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam Inovasi,
Vol. 7 No. 4, (Desember 2010),243.
6
7
Trowulan Kabupaten Mojokerto melalui pendampingan alternatif dalam ,
sebagai berikut:
Pada agenda tersebut diharapkan seluruh kegiatan pendampingan
dalam penguatan ekonomi pengrajin berjalan dengan lancar sesuai dengan
apa yang sudah tertulis di tabel tersebut, dan juga keikutsertaan/
partisipasi masyarakat pengrajin dalam kegiatan pendampingan ini.
Penjabaran atas tabel jadwal pendampingan penguatan ekonomi keatif ini
sebagaimana berikut;
1. Inkulturasi
Proses inkulturasi ini berlangsung selama hampir dua bulan, lebih
8
Mei 2016. Banyak sekali hal yang dilakukan mulai dari wawancara,
ngopi, dan mengikuti kegiatan masyarakat – menjadi bagian dari mereka hingga mempunyai modal sosial yang cukup untuk melakukan
prosespendampingan selanjutnya.
2. Discovery
Discovery ini terjadi pada pada tanggal 1 Juni 2016, proses ini lebih
menekankan pada bagaimana proses pemaparan pengungkapan hal –hal yang sudah ada dimasyrakat, berkaitan dan mendukung dengan wisata
religi makam mbah sayid serta perekonomian itu terjadi.
3. Dream
Menjabarkan proses pendampingan memimpikan apa yang diinginkan
masyrakat dan mengilustrasikannya berbentuk gambar. Proses ini
berlangsung pada tanggal 5 Juni 2016.
4. Design
Proses ini berlangsung pada Ahad, 17 Juni 2016. Proses ini merancang
apa saja baik hal yang dibutuhkan baik itu keuangan, material,
pengetahuan, dan lain sebagainya. Langkah ini merancang dari mimpi
yang telah diilustrakan pada minggu sebulumnya.
5. Difine
Proses ini menentukan langkah – langkah selanjutnya setelah dari proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada 26 Juni 2016,
setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny agar proses
9
6. Destiny
Proses ini berlangsung selama 3 minggu pada tanggal 28 sampai 17 Juli
2016, di dalam PAR biasa disebut aksi atas semua yang ditentukan pada
proses difine. Destiny ini sebagai klimaks atas semua proses yang ada
pada pendampingan Asset Bassed Community Decelopment.
7. Evaluasi
Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada tanggal 25 Juli
2016, sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai proses ABCD yakni
discovery hingga destinity.
8. Pelaporan
Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar bisa dibaca
dan dilihat agar menjadi releksi bersama. Serta sebagai bahan
pendampingan penguatan ekonomi kreatif berbasis wisata religi
selanjutnya.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan yang mengenai pedampingan
alternatif untuk penguatan ekonomi masyarakat pengrajin kuningan yaitu
BAB I : Berisi tentang latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Berisi tentang kajian teoritik, yang berisi tentang pendampingan
10
BAB III: Berisi tentang metodologi berbasis Asset Bassed Community
Development (ABCD) lebih mendalam.
BAB IV : Menjelaskan tentang tentang profil Bejijong yang meliputi letak
geografi, kondisi demografi, sejarah desa, realitas penrajin
kuningan, budaya masyarakat, sosial masyarakat.
BAB V : Berisi tentang dinamika pendampingan yang meliputi Inkulturasi,
Trust Building, Discovery, Dream, Design, Define, Destiny.
BAB VI : Refleksi riset pendampingan
BAB VII :Berisi tentang penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran
11 BAB II
PERSPEKTIF TEORITIS
Teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis
untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Teori merupakan salah satu
hal yang paling fundamental yang harus di pahami seorang peneliti ketika ia
melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan
dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk
selanjutnya di kembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.1 Teori
dijadikan paradigma pola pikir dalam membedah suatu permasalahan
ditengah-tengah masyarakat.
Fenomena yang terjadi biasanya tidak serta merta begitu juga, akan tetapi
ada beberapa faktor yang melatar belakangi seperti contoh UMR yang semakin
tinggi tiap tahunya akibat unjuk rasa buruh disisi lain pengusaha banyak yang
gulung tikar bahkan ada perusahaan besar mempensiunkan dini para karyawan
dan pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Bila dijabarkan Indonesia itu
dititik ekonomi yang tertekan, pengusaha lokal dibebani banyak tanggungan
sedangan pengusaha asing yang masuk di Indonesia dipermudah dari berbagai
segi serta ada regulasi yang tidak sehat.
1
12
A. Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat
Istilah keberdayaan dalam pustaka teori sosial ditersebut power atau
kuasa. Masyaratakat yang berdaya berarti masyarakat yang memiliki power
atau kuasa atas segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Tuhan
telah memberikan setiap manusia kekuasaan atas dirinya yang dibekali dengan
akal dan nuraninya. Oleh karena itu, jika terdapat manusia yang tidak
memiliki kuasa atas haknya sebagai manusia, maka dia telah mengalami
ketidakberdayaan.2
Menurut Mardi sebagaimana yang ditulis oleh Karl Marx,
pemberdayaan masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless untuk
memperoleh surplus value sebagai hak normatifnya. Perjuangan memperoleh
surplus value dilakukan melalui distribusi penguasaan faktor-faktor produksi.
Dan perjuangan untuk mendistribusikan penguasaan faktor-faktor produksi
harus dilakukan melalui perjuangan politik.3
Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai suatu
interaksi yang terus menerus antara pendamping hingga terjadi proses
perubahan kreatif yang di prakarsai oleh anggota kelompok masyarakat.
Pendampingan sosial merupakan suatu strategi yang menentukan
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip
2
Afandi Agus dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm 136
3
13
pekerjaan sosial, yakni “ membantu orang agar mampu membantu dirinya
sendiri”. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja sosial (pendamping)
sering kali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan
sebagai penyembuh atau pemecah maslah secara langsung.4
Pendampingan sosial menurut Edi Suharto, dapat diartikan sebagai
interaksi dinamis antara kelompok miskin dan peneliti untuk bersama-sama
menghadapi beragam tantangan seperti, merancang program perbaikan
kehidupan, memobilisasi sumberdaya setempat, memecahkan masalah,
menciptakan dan membuka akses bagi kebutuhan, menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak.
Pemberdayaan adalah sebuah Proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu
yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
4
14
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.5
Dalam era reformasi terjadi pergeseran paradigma pembangunan
dimana peran pemerintah bukan lagi sebagai “provider” (penyedia) tetapi
sebagai “enabler” (fasilitator). Peran sebagai enabler berarti tiap usaha
pembangunan harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan masyarakat
itu sendiri, yang berarti pula tidak terlalu mengharapkan pemberian bantuan
dari pemerintah.6 Perubahan paradigma pembangunan dari pembangunan
yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi kearah model pembangunan
alternatif yang lebih menekankan pada partisipasi dan pemberdayaan terhadap
masyarakat. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dapat dilanjutkan dan
dikembangkan ke seluruh pelosok daerah untuk seluruh lapisan masyarakat.
Pembangunan masyarakat ini pada dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk
seluruh masyarakat.7
B. Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada
dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Di bejijong
sendiri merupakan daerah dengan suatu kearifan lokal yang berupa kerajinan
5
Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam Inovasi, Vol. 7 No. 4, (Desember 2010), Hal. 242.
6Andi Nu Graha,”
Pengembagan Masyarakat Pembangunan melalui Pendampingan Sosial dalam
Konsep Pemberdayaan di Bidang Ekonomi” dalam Modernisasi, Vol. 5, No.2, (Juni 2009) Hal. 120
7
15
kuningan bercorak kerajaaan Majapahit. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah
sama pada tempat dan waktu yang berbeda atau suku yang berbeda..8
Kearifan lokal adalah warisan masa lalu yang berasal dari leluhur,
yang tidak hanya terdapat dalam sastra tradisional (sastra lisan atau sastra
tulis) sebagai refleksi masyarakat penuturnya, tetapi terdapat dalam berbagai
bidang kehidupan nyata, seperti filosofi dan pandangan hidup, kesehatan, dan
arsitektur. Menurut Koenjtoroningrat, bahwa kebudayaan diartikan sebagai
wujudnya, yang mencakup keseluruhan dari gagasan, kelakuan, dan hasil
kelakuan. Wujud kebudayaa ini dilakukan dengan mengacu pada kerangka
konsep unsur-unsur budaya universal yang menghasilkan taksonomi
kebudayaan. Sedangkan dalam pandangan Suparlan, kebudayaan adalah
pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenaranyaoleh
masyarakat tersebut.9
Dalam dialektika hidup-mati (sesuatu yang hidup akan mati), tanpa
pelestarian dan revitalisasi, kearifan lokal pun suatu saat akan mati. Bisa jadi,
nasib kearifan lokal mirip pusaka warisan leluhur, yang setelah sekian
generasi akan lapuk dimakan rayap. Sekarang pun tanda pelapukan kearifan
lokal makin kuat terbaca. Kearifan lokal acap kali terkalahkan oleh sikap
masyarakat yang makin pragmatis, yang akhirnya lebih berpihak pada tekanan
8Suhartini, “Kajian Keari
fan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan” dalam Kajian Kearifan lokal, vol. 2 No 3 (Maret 2009), Hal. 206
9Faisal Abdullah, dkk. “fenomena Tradisi Megengan di Tulungagung” dalam
16
dan kebutuhan ekonomi. Sebagai contoh, di salah satu wilayah hutan di Jawa
Barat, mitos pengeramatan hutan yang sesungguhnya bertujuan melestarikan
hutan/alam telah kehilangan tuahnya sehingga masyarakat sekitar dengan
masa bodoh membabat dan mengubahnya menjadi lahan untuk berkebun
sayur10. Ungkapan Jawa tradisional mangan ora mangan waton kumpul(„biar tidak makan yang penting berkumpul [dengan keluarga]‟) sekarang pun makin
kehilangan maknanya: banyak perempuan di pedesaan yang
berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk bekerja di mancanegara dengan risiko
terpisah dari keluarga daripada hidup menanggung kemiskinan dan
kelaparan.11
Kearifan lokal hanya akan abadi kalau kearifan lokal terimplementasikan
dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespons dan
menjawab arus zaman yang telah berubah. Kearifan lokal juga harus
terimplementasikan dalam kebijakan negara, misalnya dengan menerapkan
kebijakan ekonomi yang berasaskan gotong royong dan kekeluargaan sebagai
salah satu wujud kearifan lokal kita. Untuk mencapai itu, perlu implementasi
ideologi negara (yakni Pancasila) dalam berbagai kebijakan negara. Dengan
demikian, kearifan lokal akan efektif berfungsi sebagai senjata-tidak sekadar
10Ehsan, “Kebudayaan Tradisional”,
Kompas, 23 April 2011
11
17
pusaka—yang membekali masyarakatnya dalam merespons dan menjawab
arus zaman.
C. Dakwah Bil Hal
Fenomena dakwah bil-hâl dipandang sebagai alternatif di tengah
miskinnya solusi komprehensif atas problem keumatan. Dakwah bil-hâl
dipandang memiliki efektifitas dan aksepbilitas yang lebih di masyarakat
dibanding dengan dakwah model lain.12
Da‟wah sudah dipahami umat Islam baik dari aspek pengertian
maupun implementasinya, banyak dari kalangan mereka menganggap da‟wah
berperan strategis serta menentukan dalam kerangka pembinaan mental dan
spiritual. Dalam Pengembangan masyarakat Islam secara konseptual dapat
diartikan sebagai sistem tindakan nyata yang ditawarkan alternatif model
pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial ekonomi dan lingkungan.
Dan secara teknik istilah pengembangan dapat disamakan atau setidaknya
diserupakan dengan istilah pemberdayaan, bahkan dua istilah ini dalam
batas-batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan.
Mengacu pada konsep itu, jelas berarti pengembangan masyarakat
Islam merupakan model empiris dan aksi sosial dalam bentuk pemberdayaan
masyarakat yang dititik-tekankan kepada model pemecahan masalah umat
sebagai upaya membangkitkan potensi dasar umat Islam, baik dalam bidang
12
18
kehidupan sosial, ekonomi ataupun lingkungan sesuai dengan konsep dan
ajaran Islam.13
Dakwah bil-hal merupakan aktivitas dakwah islam yang dilakukan
dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah
sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk
masyarakat sekitar yang membutuhkan akan adanya rumah sakit.
Melaksanakan dakwah bukan hanya di masjid atau pengajian dan lain-lain.
Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan.
Usaha pengembangan masyarakat islam memiliki bidang garapan
yang luas. Meliputi pengembangan pendidikan, ekonomi dan sosial
masyarakat. Pengebangan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa pendidikan harus
diupayakan untuk menghidupkan bangsa yang maju, efisien, mandiri, terbuka,
dan berorientasi masa depan.
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan sekarang, karena dewasa
ini persaingan semakin keras salah satunya bagi pengrajin kuningan di
Bejijong. Pendidikan tidak harus bersifat formal melainkan nonformal seperti
pelatian, mencari ide baru, inovasi baru sehingga tidak semata-semata
13Syamsul Hidayat, “
19
monoton hanya satu corak yang dihasilkan melainkan ada beberapa corak
yang dapat dihasilkan diluar itu.
Dalam pendidikan akan membentuk pola pikir yang lebih luas dan
berkembang, dalam hal ini dapat menghasilkan pemikiran yang kretif dan
inovatif untuk menjalankan kehidupan sehari-hari bagi pengrajin di Bejijong.
Apapun yang terjadi pada komunitas ini, itulah kenyataan yang ada.
perlu adanya perubahan bagi komunitas untuk merenggut nasib yang lebih
baik, dan lebih berdaya.
Dalam Al-Qur‟an allah berfirman dalam surat Ar-Ra‟du ayat 11; 22
Artinya: bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.14
Sebagaimana dijelaskan di atas karena Allah telah menetapkan bahwa
“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah
apa yang ada pada diri mereka sendiri”, ayat tersebut berbicara tentang
14
20
perubahan sosial, bukan perubahan individu. Ini dipahami dengan penggunaan
kata qaum atau masyarakat. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa
perubahan sosial tidak dapat dilakukan oleh seorang manusia saja. Memang,
bolehsaja perubahan bermula pada seseorang, yang ketika ia melontarkan dan
menyebarluaskan ide-idenya, diterima dan menggelinding dalam masyarakat,
disini ia bermula dari pribadi berakhir pada masyarakat.15
D. Hasil Pendampingan Terdahulu
1. Skripsi: Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan sawo Dusun
Bunut Desa Bringin Kec. Badas Kab. Kediri, Pendampingan Berbasis
Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, oleh Khozinatul Asror.16
Pendampingan ini melihat dari asset yang dimiliki oleh masyarakat
Dusun Bunut yang menjadi ciri khas sebagai Dusun penghasil buah sawo
yang menjadi dagangan oleh masyarakat Dusun Bunut. Pendampingan ini
menitikberatkan pada penguatan akan profesi yang menjadi pekerjaannya
selama ini, karena sedikit banyak masyarakat Dusun Bunut meninggalkan
pekerjaan ini. Disamping itu pohon-pohon sawo sudah mulai berkurang
dari masa ke masa. Pendampingan ini menjelaskan apa saja yang menjadi
factor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pedagang sawo di
Dusun Bunut.
15
M. Shihab Quraish, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 568
16
21
Dalam melakukan pendampingan, Khozinatul Asror menggunakan
metode Asset Bassed Community Development (ABCD) yang disertai
analisis jelas, dimana mengungkapkan secara terperinci wilayah dan juga
kondisi masyarakat Dusun Bunut yang kaitannya dengan pedagang sawo
yang menjadi ciri khas yang ditengarai lapak-lapak untuk menjual sawo
sebagai komoditas utama desa Bringin. Penekanan asset berupa pohon
sawo untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, dimana untuk
mendapatkan hasil buah sawo yang siap jual membutuhkan beberapa
tenaga kerja mulai dari pengambil buah sawo dari pohonnya, pencuci buah
sawo, bahkan pengepul yang siap menjualkan buah sawo ke luar kota.
Sedangkan untuk pedagang ada yang menjual dari hasil kebun sendiri atau
membeli dari pemiliki pohon sawo.
Dalam proses pendampingan dibutuhkan Local Leader untuk
membantu lancarnya proses pendampingan yang hendak dilakukan.
Karena sebenarnya ciri khas pedagang sawo di Dusun Bunut bukan di
Desa Bringinnya. Untuk melestarikan ciri khas tersebut diperlukan Local
Leader untuk meneruskan proses pendampingan sampai pada tingkat
keberhasilan dan kemandirian.
Persamaan dari hasil penelitian terdahulu dengan skripsi ini adalah
keduanya menggunakan metode ABCD, yang mana metode tersebut fokus
pada pengembangan aset terhadap suatu wilayah unutk dikembangkan.
22
pemanfaatan pohon sawo yang terdapat di Dusun Bunut untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat, sedangkan penelitian terdahulu
tersebut dalam dampinganya membutuhkan Local Leader untuk
membantu lancarnya proses pendampingan.
Sedangkan skripsi yang sedang dilakukan peneliti ini labih ke
pengorganisasian untuk mengembangkan aset-aset yang ada. Diantara
aset-aset tersebut yaitu aset skill individu dan aset fisik yang dimiliki oleh
23 BAB III
METODE RISET PENDAMPINGAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendampingan
Asset Based Communities Development (ABCD) adalah suatu konsep
pengembangan masyarakat yang didasarkan pada aset lokal yang terdapat
disuatu wilayah. Aset tersebut dikembangkan sehingga dapat memecahkan
masalah-masalah yang terdapat di wilayah tersebut. Dalam metode ABCD
memiliki lima langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan,
diantaranya:
1. Discover (Menemukan)
Proses menemukan kembali kesuksesan yang pernah dialami
atau terjadi pada para pengrajin sekitar tahun 1970-1980 an.
Dalam langkah Discover ini pendamping melakukan wawancara
pada sesepuh pengrajin kuningan seperti H. Toyib, Munawir,
Sholikhin, dan Soleh untuk lebih mengetahui sejarah singkat tentang
keyajaan yang pernah dialaminya, dan juga diharapkan dapat
membangun kesadaran dan keterbukaan pemikiran bagi para pengrajin
di generasi saat ini dalam pemanfaatan potensi yang ada di sekitar.
2. Dream (impian)
Dengan cara kreatif dan inovatif untuk melihat masa depan yang
bisa saja di wujudkan melalui ide-ide kreatif dalam penguatan
24
harapan dan impian untuk kemajuan dan kesejahteraan baik untuk
pengrajin maupun masyarakat.
3. Design (Merancang)
Proses dimana seluruh para pengrajin kuningan terlibat dalam
proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai
memanfaatkannya dalam cara yang kontruktif, inklusif, dan
kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah
ditetapkan sendiri.
Proses merencanakan ini merupakan proses cara mengetahui
aset – aset yang ada pada pengrajin kuningan. Aset yang terdapat di desa Bejijong adalah sebagai pusat pengrajin kuningan dan masuk
dalam zona wisata di Trowulan
4. Define (Menentukan)
Dengan semua pengrajin kuningan menentukan pilihan topik
yang akan di ambil dalam langkah untuk membangun penguatan
ekonomi bagi para pengrajin.
Dalam penentuan tema dengan para pengrajin kuningan di desa
Bejijong melalui FGD. Pada proses FGD untuk menentukan fokus
pendampingan. Fokus dalam pendampingan ini membahas atau
menentukan hal-hal positif dalam penguatan ekonomi para pengrajin
25
5. Destiny (Lakukan)
Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar
terus menerus dan inovasi tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini
merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara personal
dan organisasi untuk melangkah maju.
B. Subyek Pembangunan
Dalam suatu pembangunan seharusnya menjadikan masyarakat itu
sebagai subek pembangunan untuk mereka sendiri, sebagai mana halnya
pemberdayaan masyarakat sebagai proses pembangunan dimana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi
dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut
berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai pemberdayaan
masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi
agen pembangunan atau dikenal sebagai subyek.
C. Prinsip – Prinsip Pendampingan
1. Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)
Salah satu modal utama dalam program pengabdian masyarakat pengrajin
berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya.
26
memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat
dilakukan.1
2. Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)
Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody has
nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing.
Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan
untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa
berkontribusi.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat
Pengrajin untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik.
Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak
berkontribusi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang
justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah,
sebuah kekuatan. 2
3. Partisipasi (Participation)
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.3
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat
Pengrajin dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan
11
Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 58.
2
Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 59.
3
27
maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran,
tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan
dan menikmati hasil -hasil pembangunan.4
Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat
keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat Pengrajin ikut
terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,
keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa
kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,
membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya. Pada dasarnya
masyarakat tahu betul apa yang menjadi kebutuhanya, hanya saja karena
berbegai keterbatasan, dalam hal-hal tertentu masih perlu membedakan
antara kebutuhan yang dinyatakan, kebutuhan yang dirasakan, dan
kebutuhan nyata.5
4. Kemitraan (Partnership)
Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan
pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community
Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat
dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat
Pengrajin dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan
sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak
utamanya adalah masyarakat itu sendiri (community driven development).
Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya
4
Ibid hal. 22
5
28
seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku
utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang
maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu
terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense
of belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.6
5. Penyimpangan Positif (Positive Deviance)
Positive Deviance atau(PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif.
Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan
terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada
realitas bahwa dalam setiap masyarakat Pengrajin kuningan terdapat
banyak skill meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang
mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang
memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas
masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka itu sendiri.7 Praktek
tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek
yang pada umum dilakukan oleh Masyarakat Pengrajin. Realitas tersebut
mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi pengecualian - pengecualian
dalam kehidupan masyarakat Pengrajin dimana seseorang atau beberapa
orang mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan
masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang
membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang
lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya
6
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 20.
7
29
masyarakat (anggota Masyarakat Pengrajin) memiliki aset atau sumber
daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang
diharapkan.
Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan
Masyarakat Pengrajin dalam revitalisasi Pengrajin yang dilakukan
dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive
deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa
dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas.8
6. Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)
Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti
yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan
pemberdayaan komunitas masyarakat Pengrajin berbasis asset
-kekuatan.9 Beberapa konsep inti tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan.
b. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh.
c. Mengapresiasi cara pandang.
d. Menemukan keseimbangan antara sumber daya lokal dan eksternal.
Beberapa aspek diatas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting
dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep
“pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset-kekuatan
8
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 25.
9
30
utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama
dalam pengembangan Masyarakat Pengrajin. Aset wisata religi dan
kebudayaan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau
bahkan seringkali dianggap sebagai penghalang dalam pembangunan.
Aset-aset tersebut terintrodusir dalam kelompok aset spiritual dan
budaya, sistem kepercayaan, cerita, dan tradisi yang datang dari adat
istiadat masyarakat Pengrajin dan sangat memengaruhi kehidupan
sehari-hari komunitas. Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut
menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial
dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan
aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam
kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi
bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh
dinegasikan sedikitpun. 10
7. Menuju Sumber Energi (Heliotropic)
Energi dalam pengembangan bisa beragam. Diantaranya adalah mimpi
besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang
apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh
totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya
keberadaan matahari bagi tumbuhan.11 Terkadang bersinar dengan
10
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 28.
11
31
terang, mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga
energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.
Warga Pengrajin juga seharusnya mengenali peluang-peluang sumber
energy lain yang mampu memberikan penyegaran kekuatan baru dalam
proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya
menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan
sumber energy dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang. 12
D. Teknik – Teknik Pendampingan
Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk
pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development
(ABCD), antara lain:
1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk
melakukan perubahan di Pengrajin berdasarkan asumsi yang
sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat
bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup,
efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan
komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang sehat.13
AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan
menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan
12
Ibid, hal 29.
13
32
visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan
organisasi yang lebih baik.
AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang
berbeda. Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI
mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang
terdapat dan bekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak
menganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada
bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi.
Proses AI terdiri dari 5 tahap yaitu Discovery, Dream, Defign,
Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 5-D. AI ini
diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang
dilakukan pada jenjangnya masing – masing. 2. Pemetaan Komunitas (community mapping)
Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan
lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan
persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan
menyetarakan kesempatan bagi semua anggota masyarakat Pengrajin
untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan
dan kehidupan mereka.14
Daftar lengkap aset di Pengrajin yang bisa dipetakan adalah:
a. Aset personal atau masyarakat Pengrajin
b. Asosiasi atau aset social Pengrajin
14
3. Penelusuran Wilayah (transect)
Transect adalah garis imajiner sepanjang area Makam Mbah
Sayid untuk menangkap keragaman sebanyak mungkin. Dengan
berjalan sepanjang garis itu dan mendokumentasikan hasil
pengamatan, penilaian terhadap berbagai aset dan peluang dapat
dilakukan. Misalnya, dengan berjalan dari atas bukit ke lembah
sungai dan di sisi lain, maka akan mungkin untuk melihat berbagai
macam vegetasi alami, penggunaan lahan, jenis tanah, tanaman,
kepemilikan lahan, dan lain sebagainya.15
4. Pemetaan Asosiasi dan Institusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari
terbentuknya lembaga-lembaga sosial di Pengrajin yang terbentuk
karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : (1) kesadaran akan
kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada
tujuan yang telah ditentukan.16
1515
Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 38.
16
34
5. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)
Metode / alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan
individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group
discussion.17 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:
a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan
masyarakat pengrajin dan untuk saling ketergantungan dalam
masyarakat,
b. Membantu membangun hubungan dengan masyarakat Pengrajin,
dan
c. Membantu para Pengrajin mengidentifikasi keterampilan dan
bakat.
6. Sirkulasi Keuangan (Leaky Bucket)
Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan
hal yang tidak terpisahkan dari warga Pengrajin atau komunitas
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seberapa jauh tingkat
dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat
dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar.
Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset
tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan
sebuah analisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan
17
35
yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community
Development) adalah melaluil Leacky Bucket. 18
Leaky bucket atau biasa dikenal dengan wadah bocor atau ember
bocor merupakan salah satu cara untuk mempermudah masyarakat
Pengrajin, komunitas atas warga dalam mengenali, mengidentifikasi
dan menganalisa berbagai bentuk aktivitas atau perputaran keluar dan
masuknya ekonomi lokal komunitas/warga Pengrajin. Lebih
singkatnya, leaky bucket adalah alat yang berguna untuk
mempermudah warga Pengrajin atau komunitas untuk mengenal
berbagai perputaran asset ekonomi lokal yang mereka miliki.
Hasilnya bisa dijadikan untuk meningkatkan kekuatan secara kolektif
dan membangunnya secara bersama.
7. Skala Prioritas (Low hanging fruit)
Setelah masyarakat Pengrajin mengetahui potensi, kekuatan dan
peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi
dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan
kelompok/ institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah
maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan
semua mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu
maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan. Skala
prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah
untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu
18
36
mimpi mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi
masyarakat Pengrajin itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar.19
E.Langkah – Langkah Pendampingan
1.Tahap pertama: Mempelajari dan Mengatur Skenario
Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut „Define’. Dalam AssetBased Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa
“Pengamatan dengan Tujuan/Purposeful Reconnaissance’. Pada dasarnya
terdiri dari dua elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk mengenal
2. Tahap kedua: Menemukan Kesuksesan Masa Lampau
Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara
untuk mengungkap (discovering) hal – hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini. 21 Kenyataan
bahwa warga Pengrajin masih berfungsi sampai saat ini membuktikan
19
Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013),, hal. 47.
20
Ibid, hal. 123.
21
37
bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini
terdiri dari:
a. Mengungkap (discover) sukses – apa sumber hidup dalam komunitas.
Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian
perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.
b. Menelaah sukses dan kekuatan – elemen dan sifat khusus apa yang
muncul dari telaah cerita – cerita yang disampaikan oleh komunitas. 3. Tahap ketiga: Memimpikan Masa Depan
Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning)
adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini
mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat
gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan
energy dalam mencari tahu “apa yang mungkin.” 22
4. Tahap keempat: Memetakan Aset
Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang
sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa
dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki
keterampilan atau sumber daya. Mereka ini kemudian dapat diundang
untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas. 23
5. Tahap kelima: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi
22
Ibid hal. 138.
23
38
Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung
membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil
dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada
apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa
dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi
dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga aset yang
tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk
membuat seluruh Pengrajin menyadari bahwa mereka bisa mulai
memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang
tersedia.24
6. Tahap keenam: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi
Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline),
monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program
perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari
bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi
bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis
aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi atau masyarakat
Pengrajin mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset
mereka mendekati tujuan bersama.
Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan
berbasis aset adalah:
24
39
a. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola
pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?
b. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif
memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan,
kemampuan, sistem operasi dan sumber daya?)
c. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju
pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?
d. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan
yang pasti telah mampu mempengaruhi penggunaan sumber daya luar
(pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan
bersama?
F. Strategi Pendampingan
Didalam pendampingan penguatan ekonomi berbasis wistata dan budaya
ialah merupakan tempat yang belum pernah tersentuh dampingan, berikut
adalah strategi pendampingan sebagaimana berikut:
1. Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif bertujuan melibatkan penerima manfaat dalam
pengumpulan data awal serta dalam perancangan kegiatan yang sesuai.25
Pendekatan partisipatif berkembang dari riset aksi dan proses refleksi aksi
yang terkenal pada tahun 1970-an. Pada pertengahan tahun 1990-an
pendekatan partisipatif diterapkan secara luas di berbagai proyek yang
berhubungan dengan komunitas. Namun pada saat yang sama beberapa
25
40
kritikus menyatakan bahwa alat bantu untuk memastikan partisipasi
menjadi lebih penting ketimbang tujuan awalnya. Alat bantu proses
partisipatif menjadi tujuan akhir dan bukan sarana bagi komunitas untuk
mengendalikan proses.Warga tetap menjadi obyek proses pengumpulan
informasi bukan subyek proses pembangunan seperti yang diharapkan.
Kritikus pendekatan ini berargumentasi bahwa alat bantu yang digunakan
masih membebani komunitas, dan kekuasaan tetap di tangan donor atau
organisasi perantara.
Pada saat yang sama, serangkaian pendekatan yang berpotensi untuk
mengembalikan kekuasaan kembali ke tangan warga mulai berkembang.
Pendekatan-pendekatan ini bagian dari „keluarga’ pendekatan berbasis aset.
Kebanyakan dari pendekatan berbasis aset berkembang dari harapan yang
sama, yaitu meningkatkan peluang terwujudnya pembangunan yang
dipimpin oleh Pengrajin. Alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan
partisipasi masih relevan dalam pendekatan berbasis aset ini. Namun,
pemilihan alat ditentukan oleh apa yang paling bisa memberdayakan
komunitas untuk mengelola aset mereka sendiri. Alat bantu partisipatif
digunakan untuk membantu komunitas menemukan apa yang bisa mereka
bawa ke dalam proses pembangunan. 26
26
41
2. Psikologi Positif
Para psikolog merujuk psikologi positif sebagai sebuah cara di mana
manusia dan organisasi didorong untuk menghasilkan energi dan
antusiasme yang lebih besar demi mewujudkan perubahan yang
diinginkan.27 Psikologi positif lahir dari beberapa eksperimen terkenal
seperti Placebo Effect dan Pygmalion Effect untuk menguji bagaimana
manusia bereaksi terhadap umpan balik positif dan negatif.28 Beberapa
eksperimen sosial tersebut mendemonstrasikan bagaimana seseorang secara
utuh bisa mengubah pola perilaku untuk memenuhi harapannya. Jika
sebuah kelompok memiliki harapan pribadi yang kuat tentang kesuksesan,
maka pola perilaku kelompok tersebut kemungkinan besar akan
merefleksikan harapan tersebut. Sebaliknya, jika gambaran yang dominan
adalah tentang kegagalan, maka perilaku kelompok juga akan mendukung
gambaran tersebut.
Visualisasi positif dan membayangkan visi sukses juga banyak
diterapkan dalam psikologi olah raga serta penciptaan lingkungan belajar
yang mendukung dengan focus pada apa yang membangun rasa percaya
diri dan gambaran kuat sebagai seorang pemenang.
Saat ini, ada banyak promotor psikologi positif untuk dibidang
psikologi sosial dan pendidikan, seperti Marty Seligman dan Barbara
Fredrickson.29 Hasil riset mereka membuktikan pentingnya memberikan
perhatian yang sama untuk membimbing bakat serta mendorong sikap dan
27
, Solichun Abdul Wahab, Pengantar Kebijakan Publik, (Malang: UMM Press, 2013), hal. 38.
28
Ibid.
29
42
kapasitas yang lebih memungkinkan membawa seseorang menuju
peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Menurut temuan mereka,
orang yang cenderung mengadopsi pendekatan positif dan pengembangan
kompetensi diri dalam kehidupannya lebih mungkin mencapai tujuan
hidupnya.
3. Modal Sosial
Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang didapatkan oleh
masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan
bersama – membantu warga lain di Pengrajin tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam konteks ini mengacu pada aset yang
didapat oleh sebuah komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi
atau kelompok untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal
sosial merupakan bagian penting dari pendekatan Penghidupan
Berkelanjutan. Namun demikian peran pentingnya sebagai aset
pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang
lebih baru. 30
Modal sosial sebagai kumpulan:
a. Keyakinan (rasa saling percaya) antar - anggota sebuah masyarakat atau
komunitas di Pengrajin,
b. Kelompok-kelompok di dalam komunitas,
c. Norma sosial yang diterapkan kelompok-kelompok tersebut
30
43
d. Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam
kelompok, dan
e. Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan
bersama masyarakat Pengrajin lebih luas, tidak hanya untuk
44 BAB IV
ASET TEMPAT PENDAMPINGAN
A. Letak Geografis
Desa Bejijong merupakan daerah termasuk wilayah kecamatan
Trowulan Kabupaten Mojokerto. Luas wilayah daratan desa ini kurang
lebih 195 Ha, secara adminstratif terbagi dalam 2 desa yaitu :
Desa Bejijong : kurang lebih 116.848 Ha
Desa Kedungwulan : kurang lebih 78.336 Ha1
Dengan batas wilayah administrasi sebelah Selatan dengan Desa Trowulan
sebelah utara perbatasan langsung dengan Desa Kejagan sebelah timur
dengan Trowulan sebelah barat dengan Kecamatan Mojoagung –
Jombang, Desa Bejijong adalah suatu desa yang paling barat dan desa
yang paling dekat dengan kantor Kecamatan Trowulan ± 0 Km,
Gambar 4.01: Peta Udara Desa Bejijong2
1
45
Letaknya berbatasan dengan Kecamatan wilayah Kabupaten
Jombang meskipun tidak perbatasan langsung dengan Desa Sentonorejo
yang merupakan daerah terdapat sebuah makam islam yang terkenal
(makam Troloyo) Bejijong masih termasuk dalam kawasan wisata
Trowulan yang artinya dari masing-masing wilayah jarak yang satu
dengan yang lain tidalah berjauhan.
Desa Bejijong yang dilintasi oleh Jalan Raya by pass
Surabaya-Solo sebelah selatan yang perbatasan langsung dengan Desa Trowulan
yang mana Trowulan sendiri sebagai Kecamatan Trowulan. jika dihitung
jarak antara Desa Bejijong dengan ibukota kabupaten kurang lebih 9
kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit. kemudian jarak
Desa Bejijong dengan ibukota Provinsi bila dihitung kurang lebih 54
kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 1.45 jam
Desa Bejijong merupakan daerah yang strategis dengan lingkungan
yang menjadi sentra wisata di Trowulan. Di Desa ini ada dua tempat
wisata yang sering di kunjungi oleh para wisatawan lokal mapun
mancanegara yaitu tempat peribadatan umat Budha yang terdapat sebuah
patung Budha tidur (Sleeping Budha) yang ukurannya relatif besar
sehingga membuat daya tarik tersendiri oleh wisatawan. serta candi Brahu
yang merupakan situs peninggalan kerajaan Majapahit. Akses ke daerah
ini sangat muda karena memang infastruktur desa sudah baik.
2
46
B. Sejarah (Legenda) Desa
Sekitar abad ke-13 Raja Majapahit pertama Raden Wijaya
berdasarkan prasasti lemah tulis yang kini ada di Negeri Belanda.
Meletakkan dasar/suku canda lemah tulis merupakan Candi yang pertama
kali dikerjakan mojopahit.
Sekarang orang menyebut tempat itu lemah dhuwur atau Siti
Inggil. Orang/masyarakat lemah tulis yang pertama kali membabat
wilayah ini memberi nama Kedung Wulan. Kedung mempunyai arti telaga
yang luas penuh air hujan, sedang Wulan artinya sasi/bulan. Kedung
Wulan berarti pada suatu daerah ini penuh digenangi air hujan.
Masyarakat lemah tulis menyebut wilayah sebelahnya adalah
Bejijong. Beji artinya telaga yang luas sedang Jong artinya tempat
penampungan air, jadi Bejijong artinya suatu telaga yang luas tempat
menampung air. Pada zaman itu sudah banyak bangsa Tionghoa yang
datang ke Mojopahit, orang ini menyebut untung rugi. Beji dimaksudkan
untung sedang Jong maksudnya rugi. Menurut orang Tionghoa wilayah
Bejijong ini nasib masyarakatnya pada suatu saat pertaniannya
menguntungkan dan suatu saat bisa rugi karena tergenang oleh air hujan.
Wilayah Kedungwulan dan Bejijong sempat kurang lebih Tahun 1905
masih berdiri sendiri, maksudnya sebab kurang lebih Tahun 1912 wilayah
Kedungwulan di bawah pimpinan Lurah Trunajaya, sedangkan wilayah
47
Bejijong di bawah Pimpinan Lurah Singo Karso. Tahun 1925 – 1935
wilayah Kedungwulan dan Bejijong karena berdekatan (blengket/jawa)
dijadikan satu desa ini diberi nama Bejijong dan dipimpin oleh Haji
Dalam pendampingan Asset Bassed Community Development pasti ada
beberapa aset dan potensi termasuk pada kerajinan kuningan di desa
Bejijong Trowulan Mojokerto tempat pendampingan penguatan ekonomi
berbasis kerjinan dan wisata budaya ini yang bisa digunakan serta
dimanfaatkan untuk keberlangsungan proses pendampingan berjalan baik.
Sebagaimana berikut:
a. Aset Fisik
Aset merupakan hal sudah melekat pada suatu benda terlebih aset
fisik yakni aset yang bisa dilihat,dirasa dan diraba. 4 Gambaran Desa
Bejijong hasil dai pemetaan bersama masyarakat bahwasanya
3
Data Desa Bejijong, tahun 2010
4