• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN DALAM PENGUATAN EKONOMI PADA KOMUNITAS PENGRAJIN KUNINGAN DI DESA BEJIJONG KEC. TROWULAN KAB. MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAMPINGAN DALAM PENGUATAN EKONOMI PADA KOMUNITAS PENGRAJIN KUNINGAN DI DESA BEJIJONG KEC. TROWULAN KAB. MOJOKERTO."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN DALAM PENGUATAN EKONOMI

PADA KOMUNITAS PENGRAJIN KUNINGAN

DI DESA BEJIJONG KEC. TROWULAN KAB. MOJOERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

LUQMANUL HAKIM B72211031

PROGRAM STUDY PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

JURUSAN MANAGEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

xiii ABSTRAK

Luqmanul Hakim. NIM: B72211031. Judul Skripsi: Pendampingan dalam Penguatan Ekonomi pada Komunitas Pengrajin Kuningan di Desa Bejijong Kec. Trowulan Kab. Mojokerto

Aset merupakan sebuah modal dasar dalam melakukan pembangunan. Seperti Desa Bejijong. Desa Bejijong yang berada diwilayah strategis dimana desa ini terletak pada kawasan sentra wisata di Kecamatan Trowulan yang didukung oleh keterampilan individu masyarakatnya, untuk penguatan ekonomi masyarakat pengrajin di Bejijong, Dengan berbagai proses pendampingan masyarakat yang dimulai dengan inkulturasi membangun kepercayaan bersama, diteruskan discovery hingga desteny yang biasa disebut Asset Bassed Community Development atau ABCD. Namun dengan perjalanan panjang dari bulan Maret hingga Juli, proses demi proses baik output dan input berhasil dengan baik dan perubahan mindseat atau kebanggaan akan aset yang dimiliki sebagai instrumen penguatan ekonomi masyarakat kedepannya.

(7)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Devinisi Konsep ... 5

F. Agenda Penelitian Pendampingan ... 6

G. Sitematika Pembahasan ... 9

BAB II PRESPEKTIF TEORITIK ... 11

A. Pendampingan dan Pemberdayaan Sosial ... 12

B. Kearifan Lokal ... 14

C. Dakwah Bilkhal ... 17

(8)

ix

BAB III METODE RISET PENDAMPINGAN ... 23

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

B. Subyek Pendampingan ... 25

C. Prinsip-prinsip Pendampingan ... 25

D. Teknik-teknik Pendampingan ... 31

E. Langkah –langkah Pendampingan ... 36

F. Strategi Pendampingan ... 39

BAB IV PROFIL KOMUNITAS PENDAMPINGAN ... 44

A.Letak Goegrafis ... 44

B. Sejarah ... 46

C. Aset Wilayah ... 47

D.Aset Infrastruktur ... 51

E. Aset Perbedaan Agama dan Budaya ... 54

a. Kematian ... 56

b. Tingkeban ... 57

c. Jumat legi ... 57

d. Menyambut Maulid Nabi ... 58

F. Aset Demografi ... 59

G.Aset Kerajinan Kuningan ... 62

H.Sosial Masyarakat ... 65

I. Aset Perekonomian Masyarakat ... 68

BAB V DINAMIKA PROSES RISET PENDAMPINGAN ... 74

A. Inkulturasi ... 75

B. Menjalin kepercayaan dengan Masyarakat (Trust Building) ... 78

C. Menemukenali Kejayaan Masa Lapau (Discovery)... 81

D. Memimpikan Masa Depan (Dream) ... 84

E. Merencanakan Kegiatan Masa Depan Bersama masyarakat (Design) ... 88

F. Membentuk Kekuatan Bersama Komunitas Pengrajin (Define) ... 93

G. Melaksanakan Aksi Bersama Pengrajin (Destiny) ... 96

(9)

x

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN KOMUNITAS PENGRAJIN

KUNINGAN ... 101

A. Hasil Refleksi ... 101

B. Analisis Perubahan ... 103

BAB VII PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community

(AEC)) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi

perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota

ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk

mewujudkan Wawasan ASEAN 2020. Dalam menghadapi persaingan

yang teramat ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah

mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang trampil, cerdas, dan

kompetitif. 1

Penguatan ekonomi berbasis kreatifitas yang dimiliki oleh

masyarakat (skill) dibidang pembuatan buah tangan dengan berbagai

macam jenis harus didahului dengan pemaparan akan skill itu seperti apa,

realiatas perekonomian di masyarakat dan lain sebagainya. Tahun 2015

kita memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), disadari atau tidak

dan siap atau tidak perekonomian bebas tingkat negara ASEAN dibuka.

Oleh karena itu sumberdaya manusia adalah sebuah keniscayaan dan

segera digalakkan. Di Indonesia sendiri dalam 8 tahun terakhir sudah

1

(11)

2

menyiapkan betul semua yang dibutuhkan dalam menghadapi MEA.2

Dengan bekal skill yang dimiliki oleh masyarakat Bejijong diupayakan

mampu bersaing dan bertahan dalam arus pasar global.

Faktor kurangnya pemanfaatan aset yang dimilikinya membuat

para pengrajin sulit dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan

perekonomian masyarakat. Maka dibutuhkan pengorganisasian masyarakat

untuk membongkar kesadaran palsu dari masyarakat menjadi kesadaran

kritis. Masyarakat yang selama ini dikungkung kesadarannya, perlu

ditingkatkan kesadaranya dengan cara meningkatkan wawasan, sikap dan

mengontrol hak-hak yang dimilikinya. Upaya penyadaran ini juga

dilakukan untuk membebaskan belenggu hegemoni ideologi dominan yang

mungkin selama ini digunakan penguasa untuk menjamin kepemimpinan

kepentingan dan kelanggengan posisi politiknya3. Maka dalam

pembangunan suatu komunitas dibutuhkan partisipasi yang kuat dari

masyarakat untuk lebih megeluarkan gagasan, idea, atau pemikiran mereka

yang selama ini mungkin menghambat kemajuan.

Selama ini masyarakat membuat hasil kerajinanya dengan bentuk

dan model yang tergolong masih dalam ruang lingkup yang kecil jika

dilihat dari lingkungan yang memiliki aset dan potensi yang sangat besar.

Bagaimana tidak Bejijong adalah sebuah Desa dengan banyak masyarakat

yang mempunyai kemampuan tidak seperti masyarakat pada umumnya

2 Chairul Huda, “Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015”

, Harian Kompas (14 Maret 2015), hal 20.

3

(12)

3

untuk dapat dikembangkan. Desa Bejijong termasuk dalam wilayah

administrasi Kecamatan Trowulan dan menjadi salah satu desa sebagai

sentra wisata di Trowulan. Aset yang dimiliki oleh Desa tersebut adalah

berdirinya sebuah tempat peribadatan untuk umat Budha yang biasa

dikunjungi wisata domesik atau mancanegara, tidak hanya umat Budha

saja yang datang namun masyarakat sekitar yang muslim juga datang tapi

dengan tujuan berekreasi di peribadatan umat Budha tersebut kerana

terdapat patung Budha tidur yang terkenal karena ukuranya besar menurut

beberapa sumber patung tersebut terbesar ketiga di Dunia, membuat

banyak kalangan masyarakat tertarik untuk menyaksikan secara langsung.

hari dimana pengunjung sangat ramai untuk berekreasi yaitu pada hari

sabtu-minggu dan hari libur. Masih dalam kawasan Trowulan terdapat

museum Majapahit yang fungsinya sebagai penyimpanan benda-benda

purbakala Majapahit dan juga makam islam yang cukup terkenal yaitu

Syeh Jumaddil Kubro ( Makam Troloyo). Makam tersebut sangat ramai

dikunjungi para ziarah mulai dari masyarakat sekitar hingga sampai luar

(13)

4

B. Fokus Penelitian Pendampingan

Bagaimana pendampingan dalam penguatan ekonomi pada

komunitas pengrajin kuningan di Desa Bejijog Kecamatan Trowulan

Kabupaten Mojokerto.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan melakukan bagaimana pendampingan

pendampingan dalam penguatan ekonomi pada komunitas pengrajin

kuningan di Desa Bejijog Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini dikerjakan menjadi catatan akademis ilmiah sehingga

munculnya pemanfaatan hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi

para pembacannya, antara lain sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Bermanfaat memberikan informasi dan masukan yang dapat

memperjelas konsep maupun teori tentang pendampingan komunitas

pengrajin kuningan dalam perluasan angsa pasar di Desa Bejijong

Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Secara umum semua pihak

yang membaca hasil penelitian ini akan mengetahui bagaimana penguatan

ekonomi dalam memanfaatkan aset-aset yang dimiliki.

2. Secara Praktis

Manfaat secara praktisnya dari hasil penelitian ini bagi para pembaca

khususnya mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam sebagai

refrensi dalam menangani pendampingan yang akan dibuat pendampingan

(14)

5

E. Definisi Konsep

Pemberdayaan menurut bahasa adalah sebagai upaya untuk

memberi kemampuan atau keberdayaan (to give ablity or enable).

Sedangkan menurut istilah adalah berarti menyiapkan kepada masyarakat

sumber daya, kesempatan/peluang, pengetahuan dan keahlian untuk

meningkatkan kapasitas diri masyarakat itu dalam menentukan masa

depan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan

dalam komunitas masyarakat itu sendiri”.

Menurut A. Hatu Rauf sebagaimana yang ditulis oleh Zubaedi.

Pemberdayaan masyarakat dalam sudut pandang yang lain dapatditafsirkan

sebagai stategi pilihan dalam konteks pembangunan alternatif. Munculnya

konsep pembangunan alternatif dalam diskursus pembangunan sebagai

reaksi terhadap kelemahan model pembangunan konvensional

(propertumbuhan ekonomi) dalam mengatasi problem kemiskinan,

menjaga kelestarian lingkungan serta memecahkan aneka problem sosial

yang menghimpit masyarakat.4

Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari dirinya

sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan

kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau

memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa

4

(15)

6

pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat

yang tertinggal.5

Pendampingan dalam penguatan ekonomi adalah usaha untuk

mengembangkan ekonomi masyarakat melalui aset yang ada.

Pendampingan merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam

mengembangkan berbagai potensi atau aset sehingga mampu mencapai

kualitas kehidupan yang lebih baik. Dimana masyarakat diharapkan untuk

berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan pembangunan serta ikut

memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.6

Selain itu diarahkan untuk memfasilitasi proses pengambilan

keputusan antara peneliti bersama masyarakat yang terkait dengan fokus

pendampingan, mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

melalui kegiatan partisipatif. Kegiatan partisipatif ini bertujuan untuk

merubah pola pikir masyarakat untuk lebih mengembangkan aset yang

ada.

Pendampingan dilakukan bertujuan untuk penguatan ekonomi para

pengrajin kuningan di Bejijong, penguatan ekonomi disini adalah

bagaimana para pengrajin menggunakan atau memanfaatkan aset-aset

yang ada untuk menunjang perekonomian mereka.

F. Agenda Riset Pendampingan

Agenda riset pendampingan dalam pemanfaatan aset yang terdapat di

sekitar tempat wisata oleh pengrajin kuningan di Bejijong Kecamatan

5 Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam Inovasi,

Vol. 7 No. 4, (Desember 2010),243.

6

(16)

7

Trowulan Kabupaten Mojokerto melalui pendampingan alternatif dalam ,

sebagai berikut:

Pada agenda tersebut diharapkan seluruh kegiatan pendampingan

dalam penguatan ekonomi pengrajin berjalan dengan lancar sesuai dengan

apa yang sudah tertulis di tabel tersebut, dan juga keikutsertaan/

partisipasi masyarakat pengrajin dalam kegiatan pendampingan ini.

Penjabaran atas tabel jadwal pendampingan penguatan ekonomi keatif ini

sebagaimana berikut;

1. Inkulturasi

Proses inkulturasi ini berlangsung selama hampir dua bulan, lebih

(17)

8

Mei 2016. Banyak sekali hal yang dilakukan mulai dari wawancara,

ngopi, dan mengikuti kegiatan masyarakat – menjadi bagian dari mereka hingga mempunyai modal sosial yang cukup untuk melakukan

prosespendampingan selanjutnya.

2. Discovery

Discovery ini terjadi pada pada tanggal 1 Juni 2016, proses ini lebih

menekankan pada bagaimana proses pemaparan pengungkapan hal –hal yang sudah ada dimasyrakat, berkaitan dan mendukung dengan wisata

religi makam mbah sayid serta perekonomian itu terjadi.

3. Dream

Menjabarkan proses pendampingan memimpikan apa yang diinginkan

masyrakat dan mengilustrasikannya berbentuk gambar. Proses ini

berlangsung pada tanggal 5 Juni 2016.

4. Design

Proses ini berlangsung pada Ahad, 17 Juni 2016. Proses ini merancang

apa saja baik hal yang dibutuhkan baik itu keuangan, material,

pengetahuan, dan lain sebagainya. Langkah ini merancang dari mimpi

yang telah diilustrakan pada minggu sebulumnya.

5. Difine

Proses ini menentukan langkah – langkah selanjutnya setelah dari proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada 26 Juni 2016,

setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny agar proses

(18)

9

6. Destiny

Proses ini berlangsung selama 3 minggu pada tanggal 28 sampai 17 Juli

2016, di dalam PAR biasa disebut aksi atas semua yang ditentukan pada

proses difine. Destiny ini sebagai klimaks atas semua proses yang ada

pada pendampingan Asset Bassed Community Decelopment.

7. Evaluasi

Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada tanggal 25 Juli

2016, sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai proses ABCD yakni

discovery hingga destinity.

8. Pelaporan

Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar bisa dibaca

dan dilihat agar menjadi releksi bersama. Serta sebagai bahan

pendampingan penguatan ekonomi kreatif berbasis wisata religi

selanjutnya.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan yang mengenai pedampingan

alternatif untuk penguatan ekonomi masyarakat pengrajin kuningan yaitu

BAB I : Berisi tentang latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika

pembahasan.

BAB II : Berisi tentang kajian teoritik, yang berisi tentang pendampingan

(19)

10

BAB III: Berisi tentang metodologi berbasis Asset Bassed Community

Development (ABCD) lebih mendalam.

BAB IV : Menjelaskan tentang tentang profil Bejijong yang meliputi letak

geografi, kondisi demografi, sejarah desa, realitas penrajin

kuningan, budaya masyarakat, sosial masyarakat.

BAB V : Berisi tentang dinamika pendampingan yang meliputi Inkulturasi,

Trust Building, Discovery, Dream, Design, Define, Destiny.

BAB VI : Refleksi riset pendampingan

BAB VII :Berisi tentang penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran

(20)

11 BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

Teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis

untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Teori merupakan salah satu

hal yang paling fundamental yang harus di pahami seorang peneliti ketika ia

melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan

dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk

selanjutnya di kembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.1 Teori

dijadikan paradigma pola pikir dalam membedah suatu permasalahan

ditengah-tengah masyarakat.

Fenomena yang terjadi biasanya tidak serta merta begitu juga, akan tetapi

ada beberapa faktor yang melatar belakangi seperti contoh UMR yang semakin

tinggi tiap tahunya akibat unjuk rasa buruh disisi lain pengusaha banyak yang

gulung tikar bahkan ada perusahaan besar mempensiunkan dini para karyawan

dan pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Bila dijabarkan Indonesia itu

dititik ekonomi yang tertekan, pengusaha lokal dibebani banyak tanggungan

sedangan pengusaha asing yang masuk di Indonesia dipermudah dari berbagai

segi serta ada regulasi yang tidak sehat.

1

(21)

12

A. Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat

Istilah keberdayaan dalam pustaka teori sosial ditersebut power atau

kuasa. Masyaratakat yang berdaya berarti masyarakat yang memiliki power

atau kuasa atas segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Tuhan

telah memberikan setiap manusia kekuasaan atas dirinya yang dibekali dengan

akal dan nuraninya. Oleh karena itu, jika terdapat manusia yang tidak

memiliki kuasa atas haknya sebagai manusia, maka dia telah mengalami

ketidakberdayaan.2

Menurut Mardi sebagaimana yang ditulis oleh Karl Marx,

pemberdayaan masyarakat adalah proses perjuangan kaum powerless untuk

memperoleh surplus value sebagai hak normatifnya. Perjuangan memperoleh

surplus value dilakukan melalui distribusi penguasaan faktor-faktor produksi.

Dan perjuangan untuk mendistribusikan penguasaan faktor-faktor produksi

harus dilakukan melalui perjuangan politik.3

Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai suatu

interaksi yang terus menerus antara pendamping hingga terjadi proses

perubahan kreatif yang di prakarsai oleh anggota kelompok masyarakat.

Pendampingan sosial merupakan suatu strategi yang menentukan

keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip

2

Afandi Agus dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm 136

3

(22)

13

pekerjaan sosial, yakni “ membantu orang agar mampu membantu dirinya

sendiri”. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja sosial (pendamping)

sering kali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan

sebagai penyembuh atau pemecah maslah secara langsung.4

Pendampingan sosial menurut Edi Suharto, dapat diartikan sebagai

interaksi dinamis antara kelompok miskin dan peneliti untuk bersama-sama

menghadapi beragam tantangan seperti, merancang program perbaikan

kehidupan, memobilisasi sumberdaya setempat, memecahkan masalah,

menciptakan dan membuka akses bagi kebutuhan, menjalin kerjasama dengan

berbagai pihak.

Pemberdayaan adalah sebuah Proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu

yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan

menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan

sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau

mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki

kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

4

(23)

14

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.5

Dalam era reformasi terjadi pergeseran paradigma pembangunan

dimana peran pemerintah bukan lagi sebagai “provider” (penyedia) tetapi

sebagai “enabler” (fasilitator). Peran sebagai enabler berarti tiap usaha

pembangunan harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan masyarakat

itu sendiri, yang berarti pula tidak terlalu mengharapkan pemberian bantuan

dari pemerintah.6 Perubahan paradigma pembangunan dari pembangunan

yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi kearah model pembangunan

alternatif yang lebih menekankan pada partisipasi dan pemberdayaan terhadap

masyarakat. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dapat dilanjutkan dan

dikembangkan ke seluruh pelosok daerah untuk seluruh lapisan masyarakat.

Pembangunan masyarakat ini pada dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk

seluruh masyarakat.7

B. Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada

dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Di bejijong

sendiri merupakan daerah dengan suatu kearifan lokal yang berupa kerajinan

5

Rauf A. Hatu, “Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial dalam Masyarakat”, dalam Inovasi, Vol. 7 No. 4, (Desember 2010), Hal. 242.

6Andi Nu Graha,”

Pengembagan Masyarakat Pembangunan melalui Pendampingan Sosial dalam

Konsep Pemberdayaan di Bidang Ekonomi” dalam Modernisasi, Vol. 5, No.2, (Juni 2009) Hal. 120

7

(24)

15

kuningan bercorak kerajaaan Majapahit. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah

sama pada tempat dan waktu yang berbeda atau suku yang berbeda..8

Kearifan lokal adalah warisan masa lalu yang berasal dari leluhur,

yang tidak hanya terdapat dalam sastra tradisional (sastra lisan atau sastra

tulis) sebagai refleksi masyarakat penuturnya, tetapi terdapat dalam berbagai

bidang kehidupan nyata, seperti filosofi dan pandangan hidup, kesehatan, dan

arsitektur. Menurut Koenjtoroningrat, bahwa kebudayaan diartikan sebagai

wujudnya, yang mencakup keseluruhan dari gagasan, kelakuan, dan hasil

kelakuan. Wujud kebudayaa ini dilakukan dengan mengacu pada kerangka

konsep unsur-unsur budaya universal yang menghasilkan taksonomi

kebudayaan. Sedangkan dalam pandangan Suparlan, kebudayaan adalah

pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenaranyaoleh

masyarakat tersebut.9

Dalam dialektika hidup-mati (sesuatu yang hidup akan mati), tanpa

pelestarian dan revitalisasi, kearifan lokal pun suatu saat akan mati. Bisa jadi,

nasib kearifan lokal mirip pusaka warisan leluhur, yang setelah sekian

generasi akan lapuk dimakan rayap. Sekarang pun tanda pelapukan kearifan

lokal makin kuat terbaca. Kearifan lokal acap kali terkalahkan oleh sikap

masyarakat yang makin pragmatis, yang akhirnya lebih berpihak pada tekanan

8Suhartini, “Kajian Keari

fan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan” dalam Kajian Kearifan lokal, vol. 2 No 3 (Maret 2009), Hal. 206

9Faisal Abdullah, dkk. “fenomena Tradisi Megengan di Tulungagung” dalam

(25)

16

dan kebutuhan ekonomi. Sebagai contoh, di salah satu wilayah hutan di Jawa

Barat, mitos pengeramatan hutan yang sesungguhnya bertujuan melestarikan

hutan/alam telah kehilangan tuahnya sehingga masyarakat sekitar dengan

masa bodoh membabat dan mengubahnya menjadi lahan untuk berkebun

sayur10. Ungkapan Jawa tradisional mangan ora mangan waton kumpul(„biar tidak makan yang penting berkumpul [dengan keluarga]‟) sekarang pun makin

kehilangan maknanya: banyak perempuan di pedesaan yang

berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk bekerja di mancanegara dengan risiko

terpisah dari keluarga daripada hidup menanggung kemiskinan dan

kelaparan.11

Kearifan lokal hanya akan abadi kalau kearifan lokal terimplementasikan

dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespons dan

menjawab arus zaman yang telah berubah. Kearifan lokal juga harus

terimplementasikan dalam kebijakan negara, misalnya dengan menerapkan

kebijakan ekonomi yang berasaskan gotong royong dan kekeluargaan sebagai

salah satu wujud kearifan lokal kita. Untuk mencapai itu, perlu implementasi

ideologi negara (yakni Pancasila) dalam berbagai kebijakan negara. Dengan

demikian, kearifan lokal akan efektif berfungsi sebagai senjata-tidak sekadar

10Ehsan, “Kebudayaan Tradisional”,

Kompas, 23 April 2011

11

(26)

17

pusaka—yang membekali masyarakatnya dalam merespons dan menjawab

arus zaman.

C. Dakwah Bil Hal

Fenomena dakwah bil-hâl dipandang sebagai alternatif di tengah

miskinnya solusi komprehensif atas problem keumatan. Dakwah bil-hâl

dipandang memiliki efektifitas dan aksepbilitas yang lebih di masyarakat

dibanding dengan dakwah model lain.12

Da‟wah sudah dipahami umat Islam baik dari aspek pengertian

maupun implementasinya, banyak dari kalangan mereka menganggap da‟wah

berperan strategis serta menentukan dalam kerangka pembinaan mental dan

spiritual. Dalam Pengembangan masyarakat Islam secara konseptual dapat

diartikan sebagai sistem tindakan nyata yang ditawarkan alternatif model

pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial ekonomi dan lingkungan.

Dan secara teknik istilah pengembangan dapat disamakan atau setidaknya

diserupakan dengan istilah pemberdayaan, bahkan dua istilah ini dalam

batas-batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan.

Mengacu pada konsep itu, jelas berarti pengembangan masyarakat

Islam merupakan model empiris dan aksi sosial dalam bentuk pemberdayaan

masyarakat yang dititik-tekankan kepada model pemecahan masalah umat

sebagai upaya membangkitkan potensi dasar umat Islam, baik dalam bidang

12

(27)

18

kehidupan sosial, ekonomi ataupun lingkungan sesuai dengan konsep dan

ajaran Islam.13

Dakwah bil-hal merupakan aktivitas dakwah islam yang dilakukan

dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah

sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh

penerima dakwah. Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk

masyarakat sekitar yang membutuhkan akan adanya rumah sakit.

Melaksanakan dakwah bukan hanya di masjid atau pengajian dan lain-lain.

Dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan.

Usaha pengembangan masyarakat islam memiliki bidang garapan

yang luas. Meliputi pengembangan pendidikan, ekonomi dan sosial

masyarakat. Pengebangan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa pendidikan harus

diupayakan untuk menghidupkan bangsa yang maju, efisien, mandiri, terbuka,

dan berorientasi masa depan.

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan sekarang, karena dewasa

ini persaingan semakin keras salah satunya bagi pengrajin kuningan di

Bejijong. Pendidikan tidak harus bersifat formal melainkan nonformal seperti

pelatian, mencari ide baru, inovasi baru sehingga tidak semata-semata

13Syamsul Hidayat, “

(28)

19

monoton hanya satu corak yang dihasilkan melainkan ada beberapa corak

yang dapat dihasilkan diluar itu.

Dalam pendidikan akan membentuk pola pikir yang lebih luas dan

berkembang, dalam hal ini dapat menghasilkan pemikiran yang kretif dan

inovatif untuk menjalankan kehidupan sehari-hari bagi pengrajin di Bejijong.

Apapun yang terjadi pada komunitas ini, itulah kenyataan yang ada.

perlu adanya perubahan bagi komunitas untuk merenggut nasib yang lebih

baik, dan lebih berdaya.

Dalam Al-Qur‟an allah berfirman dalam surat Ar-Ra‟du ayat 11; 22

Artinya: bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu

mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya

atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu

kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,

Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi

mereka selain Dia.14

Sebagaimana dijelaskan di atas karena Allah telah menetapkan bahwa

Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah

apa yang ada pada diri mereka sendiri”, ayat tersebut berbicara tentang

14

(29)

20

perubahan sosial, bukan perubahan individu. Ini dipahami dengan penggunaan

kata qaum atau masyarakat. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa

perubahan sosial tidak dapat dilakukan oleh seorang manusia saja. Memang,

bolehsaja perubahan bermula pada seseorang, yang ketika ia melontarkan dan

menyebarluaskan ide-idenya, diterima dan menggelinding dalam masyarakat,

disini ia bermula dari pribadi berakhir pada masyarakat.15

D. Hasil Pendampingan Terdahulu

1. Skripsi: Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan sawo Dusun

Bunut Desa Bringin Kec. Badas Kab. Kediri, Pendampingan Berbasis

Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, oleh Khozinatul Asror.16

Pendampingan ini melihat dari asset yang dimiliki oleh masyarakat

Dusun Bunut yang menjadi ciri khas sebagai Dusun penghasil buah sawo

yang menjadi dagangan oleh masyarakat Dusun Bunut. Pendampingan ini

menitikberatkan pada penguatan akan profesi yang menjadi pekerjaannya

selama ini, karena sedikit banyak masyarakat Dusun Bunut meninggalkan

pekerjaan ini. Disamping itu pohon-pohon sawo sudah mulai berkurang

dari masa ke masa. Pendampingan ini menjelaskan apa saja yang menjadi

factor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pedagang sawo di

Dusun Bunut.

15

M. Shihab Quraish, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 568

16

(30)

21

Dalam melakukan pendampingan, Khozinatul Asror menggunakan

metode Asset Bassed Community Development (ABCD) yang disertai

analisis jelas, dimana mengungkapkan secara terperinci wilayah dan juga

kondisi masyarakat Dusun Bunut yang kaitannya dengan pedagang sawo

yang menjadi ciri khas yang ditengarai lapak-lapak untuk menjual sawo

sebagai komoditas utama desa Bringin. Penekanan asset berupa pohon

sawo untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, dimana untuk

mendapatkan hasil buah sawo yang siap jual membutuhkan beberapa

tenaga kerja mulai dari pengambil buah sawo dari pohonnya, pencuci buah

sawo, bahkan pengepul yang siap menjualkan buah sawo ke luar kota.

Sedangkan untuk pedagang ada yang menjual dari hasil kebun sendiri atau

membeli dari pemiliki pohon sawo.

Dalam proses pendampingan dibutuhkan Local Leader untuk

membantu lancarnya proses pendampingan yang hendak dilakukan.

Karena sebenarnya ciri khas pedagang sawo di Dusun Bunut bukan di

Desa Bringinnya. Untuk melestarikan ciri khas tersebut diperlukan Local

Leader untuk meneruskan proses pendampingan sampai pada tingkat

keberhasilan dan kemandirian.

Persamaan dari hasil penelitian terdahulu dengan skripsi ini adalah

keduanya menggunakan metode ABCD, yang mana metode tersebut fokus

pada pengembangan aset terhadap suatu wilayah unutk dikembangkan.

(31)

22

pemanfaatan pohon sawo yang terdapat di Dusun Bunut untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat, sedangkan penelitian terdahulu

tersebut dalam dampinganya membutuhkan Local Leader untuk

membantu lancarnya proses pendampingan.

Sedangkan skripsi yang sedang dilakukan peneliti ini labih ke

pengorganisasian untuk mengembangkan aset-aset yang ada. Diantara

aset-aset tersebut yaitu aset skill individu dan aset fisik yang dimiliki oleh

(32)

23 BAB III

METODE RISET PENDAMPINGAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendampingan

Asset Based Communities Development (ABCD) adalah suatu konsep

pengembangan masyarakat yang didasarkan pada aset lokal yang terdapat

disuatu wilayah. Aset tersebut dikembangkan sehingga dapat memecahkan

masalah-masalah yang terdapat di wilayah tersebut. Dalam metode ABCD

memiliki lima langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan,

diantaranya:

1. Discover (Menemukan)

Proses menemukan kembali kesuksesan yang pernah dialami

atau terjadi pada para pengrajin sekitar tahun 1970-1980 an.

Dalam langkah Discover ini pendamping melakukan wawancara

pada sesepuh pengrajin kuningan seperti H. Toyib, Munawir,

Sholikhin, dan Soleh untuk lebih mengetahui sejarah singkat tentang

keyajaan yang pernah dialaminya, dan juga diharapkan dapat

membangun kesadaran dan keterbukaan pemikiran bagi para pengrajin

di generasi saat ini dalam pemanfaatan potensi yang ada di sekitar.

2. Dream (impian)

Dengan cara kreatif dan inovatif untuk melihat masa depan yang

bisa saja di wujudkan melalui ide-ide kreatif dalam penguatan

(33)

24

harapan dan impian untuk kemajuan dan kesejahteraan baik untuk

pengrajin maupun masyarakat.

3. Design (Merancang)

Proses dimana seluruh para pengrajin kuningan terlibat dalam

proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai

memanfaatkannya dalam cara yang kontruktif, inklusif, dan

kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah

ditetapkan sendiri.

Proses merencanakan ini merupakan proses cara mengetahui

aset – aset yang ada pada pengrajin kuningan. Aset yang terdapat di desa Bejijong adalah sebagai pusat pengrajin kuningan dan masuk

dalam zona wisata di Trowulan

4. Define (Menentukan)

Dengan semua pengrajin kuningan menentukan pilihan topik

yang akan di ambil dalam langkah untuk membangun penguatan

ekonomi bagi para pengrajin.

Dalam penentuan tema dengan para pengrajin kuningan di desa

Bejijong melalui FGD. Pada proses FGD untuk menentukan fokus

pendampingan. Fokus dalam pendampingan ini membahas atau

menentukan hal-hal positif dalam penguatan ekonomi para pengrajin

(34)

25

5. Destiny (Lakukan)

Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar

terus menerus dan inovasi tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini

merupakan fase akhir yang secara khusus fokus pada cara-cara personal

dan organisasi untuk melangkah maju.

B. Subyek Pembangunan

Dalam suatu pembangunan seharusnya menjadikan masyarakat itu

sebagai subek pembangunan untuk mereka sendiri, sebagai mana halnya

pemberdayaan masyarakat sebagai proses pembangunan dimana masyarakat

berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi

dan kondisi diri sendiri.

Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut

berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai pemberdayaan

masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi

agen pembangunan atau dikenal sebagai subyek.

C. Prinsip – Prinsip Pendampingan

1. Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)

Salah satu modal utama dalam program pengabdian masyarakat pengrajin

berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya.

(35)

26

memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat

dilakukan.1

2. Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody has

nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing.

Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan

untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa

berkontribusi.

Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat

Pengrajin untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik.

Bahkan, keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak

berkontribusi. Ada banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang

justru berhasil membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah,

sebuah kekuatan. 2

3. Partisipasi (Participation)

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang

kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.3

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat

Pengrajin dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan

11

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 58.

2

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 59.

3

(36)

27

maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran,

tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan

dan menikmati hasil -hasil pembangunan.4

Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat

keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat Pengrajin ikut

terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,

keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa

kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,

membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya. Pada dasarnya

masyarakat tahu betul apa yang menjadi kebutuhanya, hanya saja karena

berbegai keterbatasan, dalam hal-hal tertentu masih perlu membedakan

antara kebutuhan yang dinyatakan, kebutuhan yang dirasakan, dan

kebutuhan nyata.5

4. Kemitraan (Partnership)

Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan

pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community

Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat

dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat

Pengrajin dalam pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan

sebagai bentuk pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak

utamanya adalah masyarakat itu sendiri (community driven development).

Karena pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya

4

Ibid hal. 22

5

(37)

28

seharusnya masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku

utamanya. Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang

maksimal, berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu

terjadi karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense

of belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.6

5. Penyimpangan Positif (Positive Deviance)

Positive Deviance atau(PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif.

Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan

terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada

realitas bahwa dalam setiap masyarakat Pengrajin kuningan terdapat

banyak skill meskipun bisa jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang

mempraktekkan strategi atau perilaku sukses yang tidak umum, yang

memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang lebih baik atas

masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka itu sendiri.7 Praktek

tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek

yang pada umum dilakukan oleh Masyarakat Pengrajin. Realitas tersebut

mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi pengecualian - pengecualian

dalam kehidupan masyarakat Pengrajin dimana seseorang atau beberapa

orang mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan

masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang

membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang

lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya

6

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). hal. 20.

7

(38)

29

masyarakat (anggota Masyarakat Pengrajin) memiliki aset atau sumber

daya mereka sendiri untuk melakukan perubahan-perubahan yang

diharapkan.

Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan

Masyarakat Pengrajin dalam revitalisasi Pengrajin yang dilakukan

dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan. Positive

deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan

dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu senantiasa

dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas.8

6. Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)

Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep inti

yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan

pemberdayaan komunitas masyarakat Pengrajin berbasis asset

-kekuatan.9 Beberapa konsep inti tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan.

b. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh.

c. Mengapresiasi cara pandang.

d. Menemukan keseimbangan antara sumber daya lokal dan eksternal.

Beberapa aspek diatas merupakan kekuatan pokok yang sangat penting

dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya, konsep

“pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai aset-kekuatan

8

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 25.

9

(39)

30

utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal utama

dalam pengembangan Masyarakat Pengrajin. Aset wisata religi dan

kebudayaan kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau

bahkan seringkali dianggap sebagai penghalang dalam pembangunan.

Aset-aset tersebut terintrodusir dalam kelompok aset spiritual dan

budaya, sistem kepercayaan, cerita, dan tradisi yang datang dari adat

istiadat masyarakat Pengrajin dan sangat memengaruhi kehidupan

sehari-hari komunitas. Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut

menjadi aset penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial

dan ekonomi kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan

aset-aset tersebut sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam

kerangka pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi

bagian dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh

dinegasikan sedikitpun. 10

7. Menuju Sumber Energi (Heliotropic)

Energi dalam pengembangan bisa beragam. Diantaranya adalah mimpi

besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang

apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh

totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya

keberadaan matahari bagi tumbuhan.11 Terkadang bersinar dengan

10

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 28.

11

(40)

31

terang, mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga

energi dalam komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.

Warga Pengrajin juga seharusnya mengenali peluang-peluang sumber

energy lain yang mampu memberikan penyegaran kekuatan baru dalam

proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya

menjalankan program saja, melainkan secara bersamaan memastikan

sumber energy dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang. 12

D. Teknik – Teknik Pendampingan

Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk

pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development

(ABCD), antara lain:

1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)

Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk

melakukan perubahan di Pengrajin berdasarkan asumsi yang

sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat

bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup,

efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan

komunitas dan stakeholdernya dengan cara yang sehat.13

AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan

menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan

12

Ibid, hal 29.

13

(41)

32

visi untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan

organisasi yang lebih baik.

AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang

berbeda. Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI

mendorong anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang

terdapat dan bekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak

menganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih konsen pada

bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi.

Proses AI terdiri dari 5 tahap yaitu Discovery, Dream, Defign,

Design dan Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 5-D. AI ini

diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang

dilakukan pada jenjangnya masing – masing. 2. Pemetaan Komunitas (community mapping)

Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan

lokal. Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan

persepsi berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan

menyetarakan kesempatan bagi semua anggota masyarakat Pengrajin

untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan

dan kehidupan mereka.14

Daftar lengkap aset di Pengrajin yang bisa dipetakan adalah:

a. Aset personal atau masyarakat Pengrajin

b. Asosiasi atau aset social Pengrajin

14

(42)

3. Penelusuran Wilayah (transect)

Transect adalah garis imajiner sepanjang area Makam Mbah

Sayid untuk menangkap keragaman sebanyak mungkin. Dengan

berjalan sepanjang garis itu dan mendokumentasikan hasil

pengamatan, penilaian terhadap berbagai aset dan peluang dapat

dilakukan. Misalnya, dengan berjalan dari atas bukit ke lembah

sungai dan di sisi lain, maka akan mungkin untuk melihat berbagai

macam vegetasi alami, penggunaan lahan, jenis tanah, tanaman,

kepemilikan lahan, dan lain sebagainya.15

4. Pemetaan Asosiasi dan Institusi

Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari

terbentuknya lembaga-lembaga sosial di Pengrajin yang terbentuk

karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : (1) kesadaran akan

kondisi yang sama, (2) adanya relasi sosial, dan (3) orientasi pada

tujuan yang telah ditentukan.16

1515

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 38.

16

(43)

34

5. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)

Metode / alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan

individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group

discussion.17 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:

a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan

masyarakat pengrajin dan untuk saling ketergantungan dalam

masyarakat,

b. Membantu membangun hubungan dengan masyarakat Pengrajin,

dan

c. Membantu para Pengrajin mengidentifikasi keterampilan dan

bakat.

6. Sirkulasi Keuangan (Leaky Bucket)

Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan

hal yang tidak terpisahkan dari warga Pengrajin atau komunitas

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seberapa jauh tingkat

dinaminitas dalam pengembangan ekonomi lokal mereka dapat

dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar.

Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset-asset

tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan

sebuah analisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan

17

(44)

35

yang digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community

Development) adalah melaluil Leacky Bucket. 18

Leaky bucket atau biasa dikenal dengan wadah bocor atau ember

bocor merupakan salah satu cara untuk mempermudah masyarakat

Pengrajin, komunitas atas warga dalam mengenali, mengidentifikasi

dan menganalisa berbagai bentuk aktivitas atau perputaran keluar dan

masuknya ekonomi lokal komunitas/warga Pengrajin. Lebih

singkatnya, leaky bucket adalah alat yang berguna untuk

mempermudah warga Pengrajin atau komunitas untuk mengenal

berbagai perputaran asset ekonomi lokal yang mereka miliki.

Hasilnya bisa dijadikan untuk meningkatkan kekuatan secara kolektif

dan membangunnya secara bersama.

7. Skala Prioritas (Low hanging fruit)

Setelah masyarakat Pengrajin mengetahui potensi, kekuatan dan

peluang yang mereka miliki dengan melaui menemukan informasi

dengan santun, pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan

kelompok/ institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang indah

maka langkah berikutnya, adalah bagaimana mereka bisa melakukan

semua mimpi-mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu

maka tidak mungkin semua mimpi mereka diwujudkan. Skala

prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah

untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan manakah salah satu

18

(45)

36

mimpi mereka bisa direalisasikan dengan menggunakan potensi

masyarakat Pengrajin itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak luar.19

E.Langkah – Langkah Pendampingan

1.Tahap pertama: Mempelajari dan Mengatur Skenario

Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut „Define’. Dalam AssetBased Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa

“Pengamatan dengan Tujuan/Purposeful Reconnaissance’. Pada dasarnya

terdiri dari dua elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk mengenal

2. Tahap kedua: Menemukan Kesuksesan Masa Lampau

Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara

untuk mengungkap (discovering) hal – hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini. 21 Kenyataan

bahwa warga Pengrajin masih berfungsi sampai saat ini membuktikan

19

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (agustus 2013),, hal. 47.

20

Ibid, hal. 123.

21

(46)

37

bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini

terdiri dari:

a. Mengungkap (discover) sukses – apa sumber hidup dalam komunitas.

Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian

perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.

b. Menelaah sukses dan kekuatan – elemen dan sifat khusus apa yang

muncul dari telaah cerita – cerita yang disampaikan oleh komunitas. 3. Tahap ketiga: Memimpikan Masa Depan

Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning)

adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini

mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat

gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan

energy dalam mencari tahu “apa yang mungkin.” 22

4. Tahap keempat: Memetakan Aset

Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang

sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa

dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki

keterampilan atau sumber daya. Mereka ini kemudian dapat diundang

untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas. 23

5. Tahap kelima: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi

22

Ibid hal. 138.

23

(47)

38

Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung

membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil

dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada

apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa

dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi

dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga aset yang

tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk

membuat seluruh Pengrajin menyadari bahwa mereka bisa mulai

memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang

tersedia.24

6. Tahap keenam: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline),

monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program

perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari

bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi

bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis

aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi atau masyarakat

Pengrajin mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset

mereka mendekati tujuan bersama.

Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan

berbasis aset adalah:

24

(48)

39

a. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola

pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?

b. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif

memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan,

kemampuan, sistem operasi dan sumber daya?)

c. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju

pada masa depan yang diinginkan atau gambaran suksesnya?

d. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan

yang pasti telah mampu mempengaruhi penggunaan sumber daya luar

(pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai tujuan

bersama?

F. Strategi Pendampingan

Didalam pendampingan penguatan ekonomi berbasis wistata dan budaya

ialah merupakan tempat yang belum pernah tersentuh dampingan, berikut

adalah strategi pendampingan sebagaimana berikut:

1. Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif bertujuan melibatkan penerima manfaat dalam

pengumpulan data awal serta dalam perancangan kegiatan yang sesuai.25

Pendekatan partisipatif berkembang dari riset aksi dan proses refleksi aksi

yang terkenal pada tahun 1970-an. Pada pertengahan tahun 1990-an

pendekatan partisipatif diterapkan secara luas di berbagai proyek yang

berhubungan dengan komunitas. Namun pada saat yang sama beberapa

25

(49)

40

kritikus menyatakan bahwa alat bantu untuk memastikan partisipasi

menjadi lebih penting ketimbang tujuan awalnya. Alat bantu proses

partisipatif menjadi tujuan akhir dan bukan sarana bagi komunitas untuk

mengendalikan proses.Warga tetap menjadi obyek proses pengumpulan

informasi bukan subyek proses pembangunan seperti yang diharapkan.

Kritikus pendekatan ini berargumentasi bahwa alat bantu yang digunakan

masih membebani komunitas, dan kekuasaan tetap di tangan donor atau

organisasi perantara.

Pada saat yang sama, serangkaian pendekatan yang berpotensi untuk

mengembalikan kekuasaan kembali ke tangan warga mulai berkembang.

Pendekatan-pendekatan ini bagian dari „keluarga’ pendekatan berbasis aset.

Kebanyakan dari pendekatan berbasis aset berkembang dari harapan yang

sama, yaitu meningkatkan peluang terwujudnya pembangunan yang

dipimpin oleh Pengrajin. Alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan

partisipasi masih relevan dalam pendekatan berbasis aset ini. Namun,

pemilihan alat ditentukan oleh apa yang paling bisa memberdayakan

komunitas untuk mengelola aset mereka sendiri. Alat bantu partisipatif

digunakan untuk membantu komunitas menemukan apa yang bisa mereka

bawa ke dalam proses pembangunan. 26

26

(50)

41

2. Psikologi Positif

Para psikolog merujuk psikologi positif sebagai sebuah cara di mana

manusia dan organisasi didorong untuk menghasilkan energi dan

antusiasme yang lebih besar demi mewujudkan perubahan yang

diinginkan.27 Psikologi positif lahir dari beberapa eksperimen terkenal

seperti Placebo Effect dan Pygmalion Effect untuk menguji bagaimana

manusia bereaksi terhadap umpan balik positif dan negatif.28 Beberapa

eksperimen sosial tersebut mendemonstrasikan bagaimana seseorang secara

utuh bisa mengubah pola perilaku untuk memenuhi harapannya. Jika

sebuah kelompok memiliki harapan pribadi yang kuat tentang kesuksesan,

maka pola perilaku kelompok tersebut kemungkinan besar akan

merefleksikan harapan tersebut. Sebaliknya, jika gambaran yang dominan

adalah tentang kegagalan, maka perilaku kelompok juga akan mendukung

gambaran tersebut.

Visualisasi positif dan membayangkan visi sukses juga banyak

diterapkan dalam psikologi olah raga serta penciptaan lingkungan belajar

yang mendukung dengan focus pada apa yang membangun rasa percaya

diri dan gambaran kuat sebagai seorang pemenang.

Saat ini, ada banyak promotor psikologi positif untuk dibidang

psikologi sosial dan pendidikan, seperti Marty Seligman dan Barbara

Fredrickson.29 Hasil riset mereka membuktikan pentingnya memberikan

perhatian yang sama untuk membimbing bakat serta mendorong sikap dan

27

, Solichun Abdul Wahab, Pengantar Kebijakan Publik, (Malang: UMM Press, 2013), hal. 38.

28

Ibid.

29

(51)

42

kapasitas yang lebih memungkinkan membawa seseorang menuju

peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Menurut temuan mereka,

orang yang cenderung mengadopsi pendekatan positif dan pengembangan

kompetensi diri dalam kehidupannya lebih mungkin mencapai tujuan

hidupnya.

3. Modal Sosial

Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang didapatkan oleh

masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan

bersama – membantu warga lain di Pengrajin tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam konteks ini mengacu pada aset yang

didapat oleh sebuah komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi

atau kelompok untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal

sosial merupakan bagian penting dari pendekatan Penghidupan

Berkelanjutan. Namun demikian peran pentingnya sebagai aset

pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang

lebih baru. 30

Modal sosial sebagai kumpulan:

a. Keyakinan (rasa saling percaya) antar - anggota sebuah masyarakat atau

komunitas di Pengrajin,

b. Kelompok-kelompok di dalam komunitas,

c. Norma sosial yang diterapkan kelompok-kelompok tersebut

30

(52)

43

d. Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam

kelompok, dan

e. Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan

bersama masyarakat Pengrajin lebih luas, tidak hanya untuk

(53)

44 BAB IV

ASET TEMPAT PENDAMPINGAN

A. Letak Geografis

Desa Bejijong merupakan daerah termasuk wilayah kecamatan

Trowulan Kabupaten Mojokerto. Luas wilayah daratan desa ini kurang

lebih 195 Ha, secara adminstratif terbagi dalam 2 desa yaitu :

 Desa Bejijong : kurang lebih 116.848 Ha

 Desa Kedungwulan : kurang lebih 78.336 Ha1

Dengan batas wilayah administrasi sebelah Selatan dengan Desa Trowulan

sebelah utara perbatasan langsung dengan Desa Kejagan sebelah timur

dengan Trowulan sebelah barat dengan Kecamatan Mojoagung –

Jombang, Desa Bejijong adalah suatu desa yang paling barat dan desa

yang paling dekat dengan kantor Kecamatan Trowulan ± 0 Km,

Gambar 4.01: Peta Udara Desa Bejijong2

1

(54)

45

Letaknya berbatasan dengan Kecamatan wilayah Kabupaten

Jombang meskipun tidak perbatasan langsung dengan Desa Sentonorejo

yang merupakan daerah terdapat sebuah makam islam yang terkenal

(makam Troloyo) Bejijong masih termasuk dalam kawasan wisata

Trowulan yang artinya dari masing-masing wilayah jarak yang satu

dengan yang lain tidalah berjauhan.

Desa Bejijong yang dilintasi oleh Jalan Raya by pass

Surabaya-Solo sebelah selatan yang perbatasan langsung dengan Desa Trowulan

yang mana Trowulan sendiri sebagai Kecamatan Trowulan. jika dihitung

jarak antara Desa Bejijong dengan ibukota kabupaten kurang lebih 9

kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit. kemudian jarak

Desa Bejijong dengan ibukota Provinsi bila dihitung kurang lebih 54

kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 1.45 jam

Desa Bejijong merupakan daerah yang strategis dengan lingkungan

yang menjadi sentra wisata di Trowulan. Di Desa ini ada dua tempat

wisata yang sering di kunjungi oleh para wisatawan lokal mapun

mancanegara yaitu tempat peribadatan umat Budha yang terdapat sebuah

patung Budha tidur (Sleeping Budha) yang ukurannya relatif besar

sehingga membuat daya tarik tersendiri oleh wisatawan. serta candi Brahu

yang merupakan situs peninggalan kerajaan Majapahit. Akses ke daerah

ini sangat muda karena memang infastruktur desa sudah baik.

2

(55)

46

B. Sejarah (Legenda) Desa

Sekitar abad ke-13 Raja Majapahit pertama Raden Wijaya

berdasarkan prasasti lemah tulis yang kini ada di Negeri Belanda.

Meletakkan dasar/suku canda lemah tulis merupakan Candi yang pertama

kali dikerjakan mojopahit.

Sekarang orang menyebut tempat itu lemah dhuwur atau Siti

Inggil. Orang/masyarakat lemah tulis yang pertama kali membabat

wilayah ini memberi nama Kedung Wulan. Kedung mempunyai arti telaga

yang luas penuh air hujan, sedang Wulan artinya sasi/bulan. Kedung

Wulan berarti pada suatu daerah ini penuh digenangi air hujan.

Masyarakat lemah tulis menyebut wilayah sebelahnya adalah

Bejijong. Beji artinya telaga yang luas sedang Jong artinya tempat

penampungan air, jadi Bejijong artinya suatu telaga yang luas tempat

menampung air. Pada zaman itu sudah banyak bangsa Tionghoa yang

datang ke Mojopahit, orang ini menyebut untung rugi. Beji dimaksudkan

untung sedang Jong maksudnya rugi. Menurut orang Tionghoa wilayah

Bejijong ini nasib masyarakatnya pada suatu saat pertaniannya

menguntungkan dan suatu saat bisa rugi karena tergenang oleh air hujan.

Wilayah Kedungwulan dan Bejijong sempat kurang lebih Tahun 1905

masih berdiri sendiri, maksudnya sebab kurang lebih Tahun 1912 wilayah

Kedungwulan di bawah pimpinan Lurah Trunajaya, sedangkan wilayah

(56)

47

Bejijong di bawah Pimpinan Lurah Singo Karso. Tahun 1925 – 1935

wilayah Kedungwulan dan Bejijong karena berdekatan (blengket/jawa)

dijadikan satu desa ini diberi nama Bejijong dan dipimpin oleh Haji

Dalam pendampingan Asset Bassed Community Development pasti ada

beberapa aset dan potensi termasuk pada kerajinan kuningan di desa

Bejijong Trowulan Mojokerto tempat pendampingan penguatan ekonomi

berbasis kerjinan dan wisata budaya ini yang bisa digunakan serta

dimanfaatkan untuk keberlangsungan proses pendampingan berjalan baik.

Sebagaimana berikut:

a. Aset Fisik

Aset merupakan hal sudah melekat pada suatu benda terlebih aset

fisik yakni aset yang bisa dilihat,dirasa dan diraba. 4 Gambaran Desa

Bejijong hasil dai pemetaan bersama masyarakat bahwasanya

3

Data Desa Bejijong, tahun 2010

4

Gambar

Tabel 01: Jadwal Pendampingan
Gambar 4.01: Peta Udara Desa Bejijong2
Gambar 4.02: Desa Bejijong Mengenai Aset-aset5
Tabel 4.01: Aset Fisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

selama melakukan penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana penipuan perekrutan tenaga kerja Indonesia ilegal adalah

Dengan menerapkan Metode Multifactor Evaluation Process pada sistem pendukung keputusan pemilihan smartphone , spesifikasi dari sebuah smartphone bisa diberi nilai

dilakukan di Kawasan Hutan Desa Namo ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar jenis-jenis burung di kawasan Hutan Desa Namo pola penyebaranya lebih banyak berkelompok

Hal ini dikarenakan pada proses sokletasi digunakan panas sesuai dengan titik didih pelarut untuk mempercepat kelarutan senyawa aktif dalam suatu bahan, sehingga senyawa aktif

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pusic (2006) bahwa perencanaan tanpa memperhitungkan partisipasi masyarakat akan menjadikan perencanaan hanya di atas kertas. Faktor

Berdasarkan Pasal 1874, 1874 (a), dan 1880 KUH Perdata terhadap bukti surat tersebut harus ada legalisasi dari Notaris sebagai pejabat yang berwenang. Penelitian ini bertujuan

Hasil penelitian ini adalah penerapan habits of mind matematis dalam pembelajaran dapat dilakukan sedikit dikegiatan pendahuluan yaitu dengan cara menyampaikan

Fitoplankton yang didapatkan di perairan Teluk Labuange terdiri atas lima kelas, di mana kelas Bacillariophyceae (diatom) mendominasi perairan pada setiap kedalaman,