• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROS Dian Purnomo J, Agus S, Lusi S Analisis Kelayakan Desa Kalisari fulltext

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROS Dian Purnomo J, Agus S, Lusi S Analisis Kelayakan Desa Kalisari fulltext"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

454

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Analisis Kelayakan Desa Kalisari sebagai Desa Wisata:Aspek Sosial

Ekonomi, Operasional dan Pemasaran

Dian Purnomo Jati

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman

Agus Suroso

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman

Lusi Suwandari

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

Kalisari is one of the villages that have qualified as innovative village in Banyumas. Some characteristics of Kalisari have unique value and potential for further development. The purpose of this study was to conduct a feasibility study on Kalisari village as a tourist village based on socio-economic aspects, operational and marketing aspects. This research used qualitative and descriptive analysis. Data collection techniques using focus group discussions and depth interviews with villagers and stakeholders. The analysis showed that the socio-economic conditions in Banyumas and Kalisari support the establishment of a tourist village. The results of the feasibility study on the operational and marketing aspects shows that the tourism model and existing market supporting the development of the Kalisari Village as Tourist Village. The results of this study contribute to formulation of the direction and strategy of tourism development in Banyumas.

Keywords: tourism, village, feasibility

PENDAHULUAN

Hasil penelitian Pengembangan Desa Inovatif di Kabupaten Banyumas tahun ke-1 menghasilkan temuan, diantara 331 desa yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Banyumas, Desa Kalisari muncul sebagai desa yang paling layak untuk dikembangkan sebagai desa inovatif. Proses penentuan tersebut menggabungkan metode kualitatif melalui Focus Group Discussion dan kuantitatif melalui Analytical Hierarchy Process. Berdasar hasil tersebut, tim peneliti melakukan survey lapangan di Desa Kalisari untuk menggali kondisi umum dan spesifik desa sehingga diketahui karakteristik dan keunggulan yang bisa dioptimalkan secara masif di desa tersebut.

(2)

pertanian padi diakui signifikan dalam meningkatkan produksi hasil panennya. Dari sisi kelembagaan, aparatur desa juga berperan penting secara internal sebagai motivator dan fasilitator, dan secara eksternal dalam berkomunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari LPPM Unsoed, Pemrov Jateng, dan Kementrian yang relevan/Ristek. Namun untuk menuju Kalisari sebagai Desa Inovasi, perlu penguatan visi bersama dan penguatan kapasitas kelembagaan dan modal sosial masyarakat, sehingga setiap upaya pengembangan benar-benar sejalan dan meningkatkan nilai tambah. Berdasar penggalian data tahun ke-1, masih banyak potensi yang bisa dioptimalkan untuk mendukung visi desa inovasi. Sebagai contoh, potensi pariwisata edukasi baik untuk sekolah maupun wisatawan umum. Industri tahu dan pengolahan limbahnya memiliki nilai wisata edukasi yang tinggi khususnya bagi siswa sekolah untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan dan kepedulian terhadap lingkungan. Sedangkan untuk wisatawan umum, lokasi desa Kalisari yang memiliki suasana khas pedesaan dengan dukungan industri tahu memiliki nilai jual yang tinggi jika disertakan dan dikomunikasikan dalam sebuah paket pariwisata di Kabupaten Banyumas.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah berkembangnya desa Kalisari sebagai desa inovatif yang mampu mengoptimalkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki. Tujuan khusus pada penelitian ini adalah melakukan analisis kelayakan Desa Kalisari sebagai desa wisata dari perspektif aspek sosial ekonomi, aspek operasional dan aspek pemasaran.

KAJIAN PUSTAKA Desa Inovatif

(3)

456

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

didorong untuk membingkai permasalahan yang menjadi perhatiannya dalam kerangka MDG. Pembingkaian permasalahan lintas desa selanjutnya akan mendorong munculnya rancangan intervensi untuk mencapai serangkaian tujuan bersama, serta sebagai metode yang potensial untuk membawa permasalahan tersebut di tingkat nasional. Sehingga akan mempengaruhi pengambil kebijakan di tingkat nasional yang semuanya berada dalam bingkai milleniun development goals (MDG).

Potensi Wisata

Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya.

Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: (a)Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other geographical features of the destinations. (b) Cultural attraction: history and folklore, religion, art and special events, festivals. (c) Social attractions: the way of life, the resident populations, languages, opportunities for social encounters. (d) Built attraction: building, historic and modern architecture, monument, parks, gardens, marinas, etc.

Lebih lanjut Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu: 1) Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan. 2) Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal. 3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. 4) Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti destination marketing management organization, conventional and visitor bureau.

Paket Wisata

Sehubungan dengan komponen -komponen paket wisata yang bersifat fragmented supply versus composite demand , Yoeti (2002:8) menjelaskan bahwa produk industri pariwisata itu merupakan kumpulan dari beberapa produk perusahaan -perusahaan sebagai penyedia jasa yang satu dengan lain berpisah ( fragmented supply ) dan berbeda dalam hal lokasi, fungsi, pemilik, manajemen dan produk seperti hotel, sarana transportasi, restoran, obyek dan atraksi wisata dan sejenisnya. Pada kenyataannya, permintaan suatu paket wisata selalu dalam bentuk kombinasi atau campuran ( composite demand ) dari beberapa produk.

(4)

dapat dianggap sebagai suatu produk. Bentuk atau produk dari paket wisata merupakan penggabungan atau pengemasan dari obyek dan atraksi wisata, akomodasi, transportasi, makanan dan lain -lain. Biro Perjalanan Wisata (BPW) atau tour operator merencanakan komponen - komponen mana yang akan dipilih dan dikemas untuk memenuhi kepuasan wisatawan. Pemilihan, pengemasan dan penyusunan komponen -komponen wisata yang dilakukan oleh tour operator ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang diwujudkan dalam suatu produk.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Pendekatan riset yang digunakan pada tahun ke-2 adalah pendekatan kualitatif. Pilihan pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan riset. Untuk tahun ke-2, peneliti akan menggali format dan model pengembangan yang tepat sesuai dengan karakteristik Desa Kalisari, sehingga pendekatan yang dinilai paling tepat adalah kualitatif.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di desa Kalisari Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas dan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan.

Populasi Penelitian

Populasi penelitian terdiri atas tokoh masyarakat desa Kalisari dan aparatur desa desa Cilongok yang terdiri atas Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kasi Pemerintahan, Kasi Pembangunan, Kepala Dusun, serta aparatur yang relevan di tingkat kedinasan di lingkungan Kabupaten Banyumas (Bappeda, Disperindagkop, Dinpertanhutbun, Disnakan), dan anggota masyarakat yang tergabung dalam kelompok usaha lokal.

Pengolahan Data

Data kuantitatif diolah menggunakan teknik rapid assessment dan analytical hierarchy process. Data kualitatif akan diolah dengan menggunakan metode reduksi data, displai data dan kategorisasi data yang didasarkan pada metode analisis komparasi. Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk teks naratif yakni suatu uraian yg sistematis, logis dan rasional sesuai dengan urutan/posisi kepentingan data. Di samping itu data akan disajikan pula dalam bentuk matrik yakni suatu penyajian data dalam bentuk tabel yang diisi dengan uraian kata-kata dengan hasil wawancara maupun pengamatan.

PEMBAHASAN

Kelayakan Aspek Sosial Ekonomi

Kondisi geografis merupakan dasar dari penataan lingkungan. Lingkungan hidup yang merupakan bagian penting dari ekosistim berfungsi sebagai penyangga kehidupan makhluk dibumi. Sumber daya alam yang ada diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

(5)

458

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

persimpangan jalur selatan pulau Jawa. Letak Kabupaten Banyumas yang strategis di persimpangan jalur selatan Pulau Jawa menjadikan Kabupaten Banyumas khususnya Purwokerto menjadi ramai.

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan akan menuntut peningkatan pembangunan jalanuntuk memudahkan mobilitas pendudukdan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah yang lain. Jika dilihat dari panjang jalan kabupaten tahun 2012 yang mencapai 804,78 km menurut jenis permukaannya terlihat bahwa seluruh jalan berupa permukaan aspal, sedangkan menurut kondisi jalannya 179,61 km atau sebanyak 22,32 persen jalan kabupaten dalam kondisi rusak baik rusak ringan maupun berat.

Kelayakan Aspek Operasional

Hasil Focus Group Discussion (FGD) menunjukkan bahwa mayoritas para stakeholders dari Desa Kalisari sepakat terkait pentingnya mempersiapkan desa Kalisari sebagai desa wisata yang berbasis pada sistem ekonomi masyarakat dan budaya lokal. Sistem ekonomi masyarakat yang didominasi oleh pengrajin tahu menjadi daya tarik tersendiri karena menawarkan pengetahuan dan pengalaman yang tidak mudah dijumpai oleh masyarakat umum saat ini. Meskipun tahu diproduksi tidak hanya di desa Kalisari, tetapi hanya di desa Kalisari pengrajin secara alamiah membentuk klaster-klaster produksi yang berkembang konon mulai dari era kolonial. Dilihat dari tingkat ekonominya, masyarakat yang menekuni usaha tersebut juga secara umum berdaya secara ekonomi, sehingga daya tarik sektor tersebut akan tetap menarik di masa depan.

Diperlukan identifikasi terkait potensi keberlangsungan hidup dari usaha pengolahan tahu di Desa Kalisari. Hal tersebut merupakan faktor penting pendukung keberlanjutan pembentukan desa wisata, mengingat atraksi dan pengalaman yang ditawarkan terkait erat dengan proses produksi dan proses pengolahan limbah usaha pengolahan tahu di Desa Kalisari. Hasil pengumpulan data di lapangan menunjukkan bahwa usaha pengolahan tahu di Desa Kalisari merupakan usaha yang menguntungkan dan sudah ditekuni secara turun temurun. Permasalahan usaha yang dihadapi adalah ketersediaan bahan baku. Kedelai yang digunakan merupakan kedelai impor, diperoleh dari Semarang dan didistribusikan ke pasar-pasar di Banyumas. Para pemilik usaha tahu selanjutnya membeli bahan baku dari pasar-pasar tersebut. Permasalahan utama yang dihadapi oleh pengusaha tahu Kalisari adalah posisi tawar yang rendah di dalam menentukan harga kedelai. Hal ini menyebabkan mereka harus menerima berapapun tingkat harga kedelai yang terjadi di pasaran. Berikut ini adalah komposisi biaya produksi untuk komoditas tahu Kalisari;

Tabel 1.

Komposisi Biaya Produksi Tahu Kalisari

Biaya Produksi Persentase

Biaya bahan baku 45 %

Biaya tenaga kerja 10 %

Biaya overhead (misal. BBM, Listrik, Telp) Sewa, dll)

10%

Margin Keuntungan 25%

Biaya distribusi (transportasi, pengepakan, pergudangan)

10%

Biaya pemasaran/iklan -

(6)

TOTAL 100 % Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diamati bahwa komposisi terbesar biaya produksi terdapat pada biaya bahan baku yaitu sebesar 45%. Berikutnya biaya tenaga kerja dan biaya overhead masing-masing memiliki proporsi sebesar 10% dari total biaya produksi. Margin keuntungan yang diambil oleh para pengrajin tahu relatif tinggi sebesar 25%. Tingkat margin keuntungan yang relatif tinggi menunjukkan potensi keberlangsungan hidup usaha pengolahan tahu di Desa Kalisari masih relatif tinggi. Proses produksi sekaligus proses pengolahan limbah yang menjadi bagian utama dari atraksi dan pengalam yang ditawarkan berlangsung secara terus menerus. Terdapat bulan-bulan tertentu dalam satu tahun dimana volume produksi meningkat seiring dengan permintaan yang ada.

Tabel 2

Volume Produksi Tahu Kalisari No Bulan Volume Produksi/Panen Alasan 1 Januari Sedang

2 Februari Tinggi Hajat di Bulan Maulud

3 Maret Sedang

4 April Sedang

5 Mei Sedang

6 Juni Sedang

7 Juli Sedang

8 Agustus Tinggi Masa Ramadhan dan Hari Raya

9 September Tinggi Masa Ramadhan dan Hari Raya

10 Oktober Tinggi Hajat di Bulan Dzulhijah

11 November Sedang 12 Desember Sedang

Sumber: Data primer diolah

Hasil telaah aspek produksi menunjukkan bahwa proses pembuatan tahu Kalisari dari awal hingga akhir merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai aspek penunjang pengembangan desa wisata. Pemanfaatan limbah pengolahan tahu baik limbah cair menjadi biogas atau limbah padat menjadi kerupuk tahu merupakan hal menarik bermuatan edukatif yang bisa dikembangkan sebagai salah satu isu di dalam desa wisata.

Hasil pemetaan di lapangan menunjukkan terdapat potensi produk wisata berupa atraksi wisata yang bisa ditawarkan oleh Desa Kalisari yang memiliki nilai unik, diantaranya adalah sebagai berikut:

(7)

460

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

2. Cultural Attraction, kondisi sosial di Desa Kalisari yang masih didominasi oleh tatanan sosial masyarakat pedesaan masih menyisakan sejumlah event, kuliner dan peralatan bernuansa tradisional yang masih digunakan atau dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Atraksi kultural tersebut diantaranya berbagai upacara adat terkait dengan masa tanam padi, masa panen, upacara pernikahan, lengger Banyumasan, makanan khas Banyumas dan beberapa peralatan pertanian yang khas di Banyumas. Atraksi sosial bernuansa adat Banyumasan dan penggunaan bahasa Banyumasan yang khas menjadi pelengkap dari produk utama yang ditawarkan oleh Desa Wisata Kalisari.

3. Natural Attraction, Desa Kalisari terletak di Kecamatan Cilongok dimana terdapat sebuah daerah tujuan wisata lainnya berjarak tidak jauh yaitu Curug Cipendok. Penyusunan paket wisata yang dilakukan akan menyertakan beberapa tujuan wisata lainnya di Wilayah Kabupaten Banyumas sebagai bagian dari produk yang ditawarkan.

Kelayakan Aspek Pemasaran

Agar perjalanan wisata menjadi nyaman, aman dan dapat dijual, maka dikemas menjadi suatu paket wisata di mana harganya telah mencakup biaya perjalanan, hotel ataupun fasilitas lainnya yang memberikan kenyamanan bagi pembelinya (Suwantoro, 1997:15). Dengan kata lain, paket wisata ini adalah suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan wisata. Paket wisata itu sendiri berdasarkan sifat pembuatannya dibedakan menjadi dua yaitu ready made tour dan tailor made tour (Nuriata, 1992:36). Ready made tour adalah suatu produk paket wisata di mana komponen-komponennya sudah ditetapkan, tidak dapat diubah - ubah dan dapat langsung dibeli oleh wisatawan, dengan kata lain produk sewaktu -waktu dapat diselenggarakan. Berbeda dengan tailor made tour yang sifat paket wisatanya dapat diubah - ubah komponen -komponennya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Gambar 1 menunjukkan paket wisata yang direncanakan secara partisipatif diantara para pemangku kepentingan Desa Kalisari yang terdiri atas perangkat desa, kelompok pengusaha tahu, perwakilan masyarakat, beberapa kepala desa di sekitar Desa Kalisari, perguruan tinggi dan pemerintah daerah.

Gambar 1

Paket Wisata Desa Kalisari

Kota Kedatangan

City Tour

Purwokerto

1.

Berkeliling

menelusuri Kota

Purwokerto

2.

Baturaden

3.

Ruang

terbuka

Menuju Desa Wisata Kalisari

1.

Ritual

penyambutan

rombongan

2.

Bermalam di

rumah khas adat

Banyumas

Atraksi Sosial

1.

Jalan-jalan pagi

menyusuri alam

pedesaan dan

persawahan yang

masih asri

2.

Menyaksikan

proses

pembuatan tahu

3.

Terlibat aktif di

dalam proses

pembuatan tahu

Atraksi Budaya

1.

Menyaksikan

atraksi budaya

khas Banyumas:

Begalan, lengger.

2.

Menyaksikan

contoh

pelaksanaan

Atraksi Alam

1.

Berkunjung ke

Curug Cipendog

Check Out

1.

Diberikan

cindera mata

khas Banyumas/

Kalisari.

(8)

Diidentifikasi juga beberapa sarana terkait penunjang pariwisata di Kabupaten Banyumas. Di Kabupaten Banyumas terdapat 173 hotel/losmen yang tersebar di 12 kecamatan. Terdiri atas 9 hotel berbintang dan 164 hotel non berbintang. Jumlah hotel terbanyak terdapat di Kecamatan Baturaden yaitu sebanyak 111 buah (3 hotel berbintang dan 108 hotel non bintang).

Tabel 3

Jumlah Hotel di Kabupaten Banyumas

Kecamatan

Hotel Bintang

Hotel

Non Bintang Jumlah

Lumbir 0

Wangon 5 5

Jatilawang 0

Rawalo 2 2

Kebasen 0

Kemranjen 1 1

Sumpiuh 1 1

Tambak 0

Somagede 0

Kalibagor 0

Banyumas 2 2

Patikraja 0

Purwojati 0

Ajibarang 1 1 2

Gumelar 0

Pekuncen 0

Cilongok 2 2

Karanglewas 1 1

Kedungbanteng 0

Baturaden 3 108 111

Sumbang 0

Kembaran 0

Sokaraja 1 1 2

Purwokerto Selatan 1 16 17

Purwokerto Barat 1 5 6

Purwokerto Timur 2 16 18

Purwokerto Utara 6 6

Sumber: Banyumas Dalam Angka 2013

(9)

462

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Tabel 4

Jumlah Wisatawan di Kabupaten Banyumas

Tahun

Wisatawan

Mancanegara Wisatawan Domestik Jumlah

2002 7.308 311.292 318.600

2003 4.884 325.834 330.718

2004 5.597 316.260 321.857

2005 6.328 355.193 361.521

2006 6.602 337.676 344.278

2007 8.237 399.494 407.731

2008 10.272 539.401 549.673

2009 9.707 469.802 479.509

2010 2.230 556.001 558.231

2011 3.605 454.942 458.547

2012 10.014 419.189 429.203

Sumber: Banyumas Dalam Angka 2013

Tabel 5

Jumlah Pengunjung Obyek Wisata di Kabupaten Banyumas

Obyek Wisata Pengunjung

2008 2009 2010 2011 2012

Curug Cipendok 49.941 52.349 51.013 48.446 5.868

Telaga Sunyi 2.611 3.415 3.020 3.089 3.670

Pancuran Tiga 16.207 25.111 38.606 40.634 50.539

Pancuran Tujuh 12.353 21.894 23.809 17.568 38.208

Bumi Perkemahan Baturaden 2.323 1.750 2.569 1.213 1.359

Lokawisata Baturaden 428.978 346.873 352.823 393.291 442.855

Kalibacin 5.394 5.988 5.859 5.853 5.868

Wanawisata Baturaden 14.796 13.066 9.136 10.108 10.550

Curug Gede 25.218 22.605 20.714 23.729 24.234

Curug Ceheng 10.827 12.950 12.234 11.978 10.654

Museum Wayang Sendang Mas 788 1.702 1.197 1.989 1.983

THR Pangsar Soedirman 18.838 12.356 11.306 8.833 10.587

Masjid Saka Tunggal 5.248 5.765 8.433 12.573 11.072

Andgang Pangrenan 273.076 289.486

(10)

SIMPULAN

Penilaian dari aspek sosial ekonomi menunjukkan bahwa posisi geografis Kabupaten Banyumas yang menjadi jalur lintas dari arah barat ke tumur atau sebaliknya serta berbatasan dengan lima kabupaten lainnya di Jawa Tengah. Letak Kabupaten Banyumas yang strategis di persimpangan jalur selatan Pulau Jawa menjadikan Kabupaten Banyumas khususnya Purwokerto menjadi ramai. Hal ini sangat mendukung perkembangan pariwisata di Kabupaten Banyumas tersebut. Penciptaan produk jasa wisata terkait desa wisata dengan menawarkan pengalaman, event dan nuansa tradisional wilayah pedesaan serta budaya Banyumasan merupakan produk yang unik dan bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menarik wisatawan. Jenis wisata yang ditawarkan cenderung bernuansa wisata edukasi dan wisata budaya. Paket wisata yang ditawarkan sebaiknya bersifat fleksibel dan mengakomodasi berbagai potensi yang ada di Wilayah Banyumas. Potensi kunjungan wisata yang sudah relatif tinggi di Kabupaten Banyumas serta keberadaan perguruan tinggi dan sekolah di Kabupaten Banyumas merupakan potensi pasar yang besar untuk digali lebih lanjut.

REKOMENDASI

Pemerintah Desa Kalisari sebaiknya menindaklanjuti identifikasi pemetaan potensi yang ada dengan perencanaan bisnis yang lebih matang. Dukungan semua elemen masyarakat sangat diperlukan di dalam mendukung perwujudan Desa Kalisari sebagai desa wisata. Diperlukan koordinasi dengan pemerintah daerah, pemerintah desa di sekitar Desa Kalisari, biro-biro perjalanan dan transportasi, pelaku usaha kuliner dan pengelola tujuan wisata lainnya di Kabupaten Banyumas untuk melengkapi atraksi wisata yang ditawarkan. Penyusunan payung hukum berupa peraturan desa atau pembentukan badan usaha milik desa bisa menjadi langkah awal pengelolaan Desa Wisata Kalisari yang bersifat profesional.

Daftar Pustaka

Carr, E.R. 2008. The Millenium Village Project and African Development: Problems and Potentials. Progress in Development Studies, 4, pp. 333-344.

Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert, D. dan Wanhill, S. 1995. Tourism Principles and Practice. Pitman: London.

Clements, P. 1986. A Conceptual Framework for Analyzing, Managing, and Evaluating Village Development Projects. Sociologia Ruralis, Vol. XXVI, No.2, pp. 128-145.

Hanson, W.E., J.W. Cresswell., V.L. Plano Clark., K.S. Petska., & J.D. Cresswell. 2005. Mixed Methods Research Designs in Counseling Psychology. Journal of Counseling Psychology, Vol.52, No.2, pp. 224-235.

Johnson, T., D. Otto., & S. Deller. 2006. Community Policy Analysis Modeling Systems: ‘COMPAS’. Ames, Iowa: Blackwell Professional Publishing.

Kilkenny, M. 2010. Urban/Regional Economics and Rural Development. Journal of Regional Science, Vol.50, No.1, pp.449-470.

(11)

464

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Nam, V.H., T. Sonobe., K. Otsuka. 2010. An Inquiry Into The Development Process of Village Industries: The Case of A Knitwear Cluster in Northern Vietnam. Journal of Development Studies, Vol. 46, No.2, pp.312-330.

Ngah, K., Z. Zakaria., J. Mustaffa., & N. Noordin. 2012. Regional Development Policies Practices in the Rural Development Approach in Malaysia: A Case Study in Seberang Perai. Asian Social Science, Vol.8, No.11, pp. 186-192.

Oakes, T. 2006. Cultural Strategies of Development: Implications for Village Governance in China. The Pacific Review, Vol.19, No.1, March, pp. 13-37.

Pendit, Nyoman. (1999). Ilmu Pariwisata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti

Pike, A., A. Rodriquez-Pose., J. Tomaney. 2006. Local and Regional Development. Routledge, 270 Madison Ave, New York.

Scaffer, W. 1999. Regional Impact Models, in The Web Book of Regional Science, West Virginia University, Regional Research Institute, http//www.rri.wvu.edu/WebBook/Schaffer/

Sillignakis, K.E. Rural Tourism: An Opportunity For Sustainable Development of Rural Areas. Diakses dari www.sillignakis.com

Tjiptono, F. (2002) Manajemen Jasa .Yogyakarta: ANDI.

Wearing S., J. Neil J. 1999. Ecotourism: Impacts, Potentials and Possibilities. Butterworth-Heinemann, London.

Yoeti, O.A. (2002) Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata . Jakarta:

Gambar

Tabel 1. Komposisi Biaya Produksi Tahu Kalisari
Tabel 2 Volume Produksi Tahu Kalisari
Gambar 1 Paket Wisata Desa Kalisari
Tabel 3 Jumlah Hotel di Kabupaten Banyumas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mutasi gen rpoB Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis pada sampel yang diambil dari penderita tuberkulosis paru di RSUP

Salah seorang supervisor atau koordinator Ladies World 451 506 kassa l5 terima kasih dan KS03 352.. Terima kasih Kembali pada

Setiap kenaikan berikutnya dalam jumlah nilai yang dapat diperoleh kembali dari goodwill, atau aktiva tidak berwujud lain yang tidak diperdagangkan (lihat definisi pasar aktif

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Sistem Informasi Georafis Berbasis Web Untuk Pemetaan Tempat Kost Di Sekitar Perguruan Tinggi Di Kabupaten Jepara

Hasil pengukuran impedansi menunjukkan tingkat resistivitas yang tinggi ada pada nanopartikel Fe 3 O 4 yang dilapisi PEG dengan perbandingan lebih banyak massa PEG.. Salah satunya

Hän pystyi vertaamaan maalamaansa kuvaa oikeaan kohteeseen siten, että kuvaan tehtiin tirkistysreikä, jolloin kuvan kääntöpuolelta voitiin katsoa itse kohdetta ja toisaalta

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Konstruksi Pendidikan Kebhinneka Tunggal Ikaan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang sampai

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut pada karyawan yang bekerja di UMKM kluster pengolahan hasil perikanan, perlu diketahui apakah faktor