ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH PADA PROGRAM BINA
MANDIRI WIRAUSAHA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ
DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirosah Islamiyah
Oleh
Sri Dewi Wulandari
NIM. F. 120915308
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dapat dilakukan melalui penguatan sektor ekonomi umat. Sebagaimana yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Infak dan Sadaqah Muhammadiyah (Lazismu), dengan menjalankan program Bina Mandiri Wirausaha (BMW) dalam bentuk pemberian kredit tanpa bunga kepada para pengusaha kecil sebagai upaya untuk melawan praktik riba. Program tersebut mampu bertahan hingga 7 tahun lamanya dan bahkan semakin berkembang. Penelitian ini mengambil rumusan masalah: 1) bagaimana manajemen BMW Lazismu Surabaya? dan 2) bagaimana implikasi BMW Lazismu bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya? Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif sehingga dapat menggambarkan urutan proses manajemen yang utuh. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen, khususnya pada wilayah manajemen dakwah. Pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji secara keseluruhan tentang proses manajemen dan implikasi manajemen pada Lazismu Kota Surabaya, khususnya program BMW. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan observasi kepada pihak manajemen program BMW dan pengusaha kecil yang mengikuti program BMW. Hasil penelitian menunjukkan dari proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendaliannya, manajemen BMW Lazismu Surabaya masih lemah. Implikasi adanya program BMW bagi dakwah komunitas Muhammadiyah Surabaya yaitu berkembangnya pengalaman Lazismu dalam mengelola lembaga keuangan berbasis kegiatan pinjaman usaha non-riba. Selain itu jejaring Lazismu Surabaya terhadap kelompok-kelompok masyarakat semakin meluas, baik melalui investor seperti Bank Niaga Syariah maupun terhadap komunitas pengusaha kecil muslim. Belum banyak bidang-bidang keorganisasian yang peneliti dapat dalami dengan sekedar menggunakan pendekatan ilmu manajemen secara umum. Bagi penelitian selanjutnya perlu kiranya menggunakan ilmu manajemen yang lebih spesifik, seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen stakeholder.
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah... 10
C. Rumusan Masalah ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 12
E. Kegunaan Penelitian... 12
BAB II : Analisis Manajemen Dakwah Berbasis Komunitas ... 13
A. Dakwah Berbasis Komunitas ... 13
1. Pengertian ... 13
2. Tujuan Manajemen Dakwah ... 17
3. Fungsi Manajemen Dakwah ... 18
C. Analisis Manajemen Dakwah ... 30
2. Instrumen Analisis... 30
3. Operasionalisasi... 31
D. Kerangka Konseptual ... 34
E. Penelitian Terdahulu ... 34
BAB III : Metode Penelitian ... 38
A. Jenis Penelitian... 38
B. Pendekatan Penelitian ... 39
C. Subjek Dan Objek Penelitian ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data... 40
1. Sumber Data Penelitian ... 40
2. Profil Informan Pengurus Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 41
3. Profil Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha... 42
4. Metode Pengumpulan Data ... 43
5. Metode Triangulasi Data ... 45
E. Teknik Analisa Data... 47
BAB IV : Manajemen Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Infak Dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya ... 49
A. Profil Lembaga Amil Zakat Infak Dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya ... 49
1. Sejarah Berdirinya Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 49
2. Visi, Misi Dan Kebijakan Strategis Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 50
3. Susunan Pengurus Lazismu Kota Surabaya Periode 2015-2020... 51
4. Program Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 52
B. Profil Bina Mandiri Wirausaha Lazis Muhammadiyah Surabaya ... 52
1. Latar Belakang ... 52
2. Tujuan... 54
3. Sasaran Dan Keanggotaan... 54
C. Proses Manajemen Program BMW... 56
1. Perencanaan... 56
2. Pengorganisasian ... 68
4. Pengontrolan... 76
D. Analisis Manajemen Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya... 81
1. Perencanaan... 81
2. Pengorganan ... 97
3. Penggerakan ... 104
4. Pengendalian ... 110
E. Implikasi Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya Bagi Masyarakat 113 F. Analisis Implikasi Bina Mandiri Wirausaha Bagi Dakwah Komunitas Muhammadiyah... 116
BAB V : Penutup ... 123
A. Kesimpulan ... 123
B. Implikasi Teoretik ... 123
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1... 18
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1... 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengontrolan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber
daya manusia dan sumber daya yang selainnya.1 Selanjutnya, Stoner
menyatakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.2
Manajemen melekat pada organisasi, karena merupakan kerja dari
kumpulan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama. Demikian pula
manajemen dakwah, merupakan proses manajemen yang dilakukan organisasi
dakwah. Organisasi dakwah merupakan wadah untuk pelaksanaan dakwah agar
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Sedangkan perngertian dakwah sendiri menurut H. M. Arifin merupakan suatu
kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang
1George R. Terry,Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, 2003), 1.
2
lain baik secara individu maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam
dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan
tanpa adanya unsur-unsur paksaan.3
Dakwah dapat dilaksanakan dengan menyasar personal maupun
komunitas. Dakwah yang menjadikan komunitas sebagai sasaran dakwah dapat
disebut dakwah berbasis komunitas. Dakwah komunitas merupakan upaya
untuk mengajak umat memahami secara kritis-kontekstual ajaran-ajaran Islam
(nilai dan pengetahuan) dan kondisi problematic-aktual yang dihadapi umat,
dan memformulasikan perbuatan nyata (praksis sosial) guna mewujudkan Islam
sebagai rahmatan li al-alamin dalam bentuk peningkatan kualitas kehidupan komunitas.4
Setiap organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas agar segala gerak
serta langkah diarahkan untuk tercapainya tujuan organisasi tersebut.5 Begitu
pula organisasi dakwah berbasis komunitas. Tujuan dakwah berbasis komunitas
tidak hanya terbinanya aspek keagamaan di dalam suatu komunitas, melainkan
juga aspek kesejahteraan hidup yang ditujukan kepada seluruh masyarakat yang
terdapat pada lingkungan tertentu, sesuai dengan domisili tempat tinggal
masing-masing, tanpa membedakan golongan, kepercayaan atau agama, tingkat
sosial, dan lain sebagainya.6
3Ibid
4Syafii Maarif,Menggungat Modernitas Muhammadiyah, (Jakarta : Best Media Utama, 2010), 248
5Zaini Muchtarom,Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 18 6Fauzan Muhammadi dkk,Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) di Ranting
3
Dengan memperhatikan pentingnya tujuan dakwah komunitas tersebut,
idealnya sebuah organisasi dakwah melakukan manajemen dalam proses
dakwahnya. Dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien, manajemen
organisasi dakwah perlu menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Henri Fayol
sebagai pelopor pendekatan fungsional mengemukakan lima fungsi
manajemen, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
command(perintah), coordination (koordinasi) dancontrol(pengawasan).7
Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua berkomitmen kuat untuk
melakukan gerakan pencerahan sebagai persambungan dari gerakan pembaruan
yang dilakukan pada abad pertama. Seiring dengan perkembangan masalah
yang dialami masyarakat, Muhammadiyah semakin dihadapkan pada
problem-prolem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan
persoalan lainnya bercorak structural dan kultural. Muhammadiyah yang relatif
maju dalam sistem organisasi dan amal usahanya dituntut untuk mulai kembali
mengarahkan orientasi dan langkah dakwahnya ke masyarakat di basis jamaah
atau komunitas. Untuk menjawab tantangan dakwah tersebut, Muhammadiyah
dalam Muktamar ke-47 mengagendakan dan memprogramkan secara khusus
tentang “Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas”.8
Langkah dakwah Muhammadiyah tersebut merupakan terobosan karena
Muhammadiyah masuk ke ranah yang strategis dengan melakukan dakwah
secarabil-hal(dakwah dengan tindakan) selainbi-lisan(lisan dan tulisan), yang
4
meletakkan kesejahteraan sebagai focus dan sasaran pembinaan dalam
masyarakat yang dipadukan dengan aspek-aspek keagamaan.
Dalam realitas sosial, kualitas akidah seseorang maupun komunitas
bersifat dinamis, dapat naik maupun turun. faktor yang mempengaruhi kualitas
akidah seseorang salah satunya adalah kesejahteraan. Dampak kemiskinan
menurut Yusuf Qardawi Kemiskinan berbahaya bagi aqidah. Beliau
menggambarkan apabila yang miskin adalah seseorang pekerja yang ulet dan
rajin, sedang yang kaya hanya seseorang yang duduk saja di rumah bisa
menghasilkan uang. Dalam keadaan seperti itu kemiskinan akan menjadi
penyebab utama keraguan akan kebijaksanaan aturan Allah SWT dalam
kehidupan dan juga keraguan akan keadilan-Nya dalam hal rezeki.9
Sebagaimana dengan hadist Rasul
"Hampir-hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran dan hampir saja
hasad mendahului takdir." (Didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dan lainnya)10
Untuk menjaga akidah seseorang tidak cukup apabila hanya dilakukan
dengan memberikan nilai-nilai atau penyadaran mengenai ajaran-ajaran Islam,
namun juga berupa langkah-langkah kongkrit untuk meminimalisir
faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas akidah seseorang, salah satunya faktor-faktor
9Yusuf Qardhawi,Shadaqah Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 11-19
10Badrul Tamam, “Kefakiran Mendekatkan Kepada Kekufuran”, dalam
5
ekonomi. Apabila hal ini dilakukan oleh organisasi dakwah maka dapat menjadi
langkah dakwah yang efektif untuk menjaga kualitas keimanan Mad’u.Bahkan akan mampu mengentaskan kemiskinan baik di level perkotaan dan pedesaan.11
Secara harfiah dakwah bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam
dengan amaliah nyata. Kedudukan dakwah bil hal bersifat melengkapi
(komplementer) dakwah bil lisan. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal,
dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri
maupun berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam
tangka mewujudkan tatanan sosial dan kebutuhan yang lebih baik menurut
tuntutan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan
seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan wujud amal nyata
terhadap sasaran dakwah.12
Konsep dakwah pencerahan berbasis komunitas adalah dakwah dengan
pendekatan dan strategi yang disesuaikan dengan karakter masing-masing
komunitas yang berkembang di masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan
komunitas ialah kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat yang memiliki
karakteristik dan kebutuhan yang spesifik. Dalam sosiologi Komunitas dapat
didefinisikan sebagai kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam
wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar
sebagai satu kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka
11Saprin, “Pengentasan Kemiskinan Melalui Filantropi”, (Mataram :Komunitas, Volume 7 Nomor 2 desember 2015), 133
6
dalam mencapai tujuan.13Antara satu komunitas dan komunitas lain memeliki
karakteristik dan kebutuhan yang berbeda dan karena itu membutuhkan
pendekatan dakwah yang berbeda pula.
Muhammadiyah Surabaya melalui organisasi otonomnya, Lazismu
melakukan dakwah komunitas kepada kelompok pedagang kecil di sekitar
Surabaya. Program Dakwah ini bernama Bina Mandiri Wirausaha (BMW).
Program ini telah ada sejak tahun 2009. Dakwah yang dilakukan oleh Lazismu
pada komunitas BMW ini bertujuan untuk menjaga aspek keislaman Mad’u
dengan jalan penguatan aspek ekonominya. Dakwah yang dilakukan UKM
BMW adalah dengan menggulirkan pinjaman modal usaha (tanpa bunga/jasa)
dan terus mendorong agar mereka mau maju dan berkembang usahanya.
Menurut manajemen Lazismu Surabaya, para pedagang kecil Surabaya
sangat dengat dengan sistem peminjaman rentenir. Hutang ini tidak
memakmurkan melainkan semakin memberatkan kehidupan mereka karena
adanya bunga yang tinggi. Persoalan ekonomi ini menjadi penting untuk
direspon oleh Lazismu Surabaya karena pinjam kepada rentenir termasuk
kedalam perbuatan riba yang telah diharamkan oleh ajaran agama. Dalam
prakteknya pengusaha kecil tersebut bahkan sampai lalai menjalankan sholat
dan pikirannya banyak diarahkan untuk bisa mengembalikan hutang yang
semakin banyak.
7
Program Bina Mandiri Wirausaha memiliki perbedaan dengan program
Lembaga Amil Zakat lain. Lembaga pengelolaan dana zakat selainnya belum
memiliki program dakwah berbasis komunitas. Misalnya pada Lembaga
Manajemen Infaq (LMI), program dakwahnya antara lain dengan pengadaan
program Tahfidz al-Quran, pengajian umum, dan program hafidz al-Quran.14
Pada lembaga zakat LMI juga melakukan pemberian bantuan ekonomi namun
tidak secara kontinyu proses pembinaanya. Bantuan ekonomi yang diberikan
adalah bantuan ekonomi pada korban bencana alam. Bantuan ekonomi terhadap
korban bencana alam telah banyak juga dilakukan oleh lembaga zakat lain
seperti Baznas, Nurul Hayat melalui program Aksi Tanggap Bencana, Aksi
Cepat Tanggap (ACT).
Sebagaimana Lazismu, Rumah Zakat juga memiliki program
pemberdayaan untuk mengurangi kemiskinan melalui program Senyum
Mandiri.15Senyum Mandiri merupakan program pemberdayaan ekonomi kecil
dan mikro bagi masyarakat kurang mampu untuk mengurangi tingkat
kemiskinan. Program ini tidak hanya meyasar pada satu komunitas, namun pada
beberapa komunitas sekaligus yakni komunitas UKM, petani dan peternak.
Dibandingkan dengan program dakwah Lazismu Surabaya, program Rumah
Zakat hanya menitik beratkan pada pemberian bantuan modal. Sedangkan
Lazismu Surabaya tidak hanya memberikan modal usaha namun juga ada
14Lmipusat, “Peduli Dakwah”, dalamhttps://lmizakat.org/category/aksi-peduli/peduli-dakwah/ (22 Januari 2017)
8
pembinaan kepada komunitas yang bersifat berkelanjutan. Komunitas
ditempatkan sebagaimana mad’u yang perlu diberikan pembinaan keagamaan
secara kontinyu dan dikembangkan kemampuannya dalam memasarkan produk
sehingga kelak memiliki kemandirian dalam mencapai kesejahteraannya.
Dalam realitas masyarakat, program pemberdayaan di masyarakat
sangat banyak dan bervariasi, namun seringkali lepas dari kepentingan dakwah.
Pemberdayaan yang dilakukan oleh Lazismu memiliki keunggulan dalam hal
tujuan pemberdayaannya. Tidak hanya ingin mensejahterakan namun juga
mengangkat kualitas keberagamaaan Mad’u. Hal ini yang mendorong peneliti
tertarik meneliti program dakwah Lazismu pada komunitas BMW.
Dipandang dari sudut pandang manajerial, Lazismu telah mampu
menjaga keberlangsungan program dalam jangka waktu hingga 7 tahun. Selain
itu Lazismu juga telah berhasil mengembangkan programnya dengan
menjangkau lebih banyak kelompok untuk dibina. Pada tahun 2013 sudah 15
kelompok yang menjadi binaan UKM BMW LAZISMU Surabaya. Untuk
kelompok usaha yang beranggotakan 4-5 orang akan menerima pinjaman modal
kerja sebesar 4-5 juta rupiah per kelompok. Sedangkan untuk pinjaman diatas 5
juta rupiah akan diarahkan ke pinjaman dari Bank Syariah.16JIka dihitung pad
atahun itu ada sekitar 70 mad’u yang dibina. Saat ini sudah 150 orang terdaftar sebagai anggota binaan. Dari sekian jumlah itu sebagian besar adalah berusaha
9
pada sektor informal seperti PKL, toko, warung, penjual sayur-mayur, bakso,
pangsit, dan jasa.
Di samping pembinaan dengan pertemuan rutin di dalam kelas,
monitoring dan evaluasi lapangan pun juga dilakukan. Selain untuk menjalin
hubungan yang lebih erat dengan anggota, juga dimaksudkan untuk
memberikan penyuluhan tentang usaha yang dijalankan oleh anggota. Dalam
kegiatan kunjungan lapangan ini ditemui berbagai kendala yang dirasakan oleh
anggota binaan, di antaranya masalah kesulitan mengaturcash flow, marketing, kualitas barang, kemasan, hubungan dengan pembeli dan lain sebagainya.17
Dalam mencapai peningkatan jumlah mad’u dan ketahanan program
Bina Mandiri Wirausaha hingga 7 tahun tidak mungkin tercapai apabila
berlangsung secara alamiah tanpa melalui proses manajerial. Untuk dapat
menjalankan program pinjaman non riba kepada kelompok pengusaha kecil
yang telah memiliki kebiasaan meminjam ke rentenir dibutuhkan perencanaan
baik dari segi anggaran dan rancangan kegiatan pembinaan agar bisa diterima
oleh komunitas tersebut. Selain itu Lazismu juga perlu melakukan pengontrolan
untuk memastikan para pengusaha kecil tersebut dapat mengembalikan
pinjaman.
17Adit, “Bina Usaha Mikro UKM BMW Lazismu Surabaya”, dalam
http://Lazismusurabaya.blogspot.co.id/2014/03/bina-usaha-mikro-ukmbmw-Lazismu.html?m=1
10
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari pemaparan masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa hal yang
dapat dikaji. Pertama adalah proses manajemen program Bina Mandiri
Wirausaha yang dilakukan oleh Lazismu Surabaya. Proses manajemen yang
dimaksud adalah proses pengurus Lazismu dalam menjalankan fungsi-fungsi
manajemen ketika menjalankan program Bina Mandiri Wirausaha. Kedua
adalah manajemen produk dakwah pada program BMW yang dilakukan
manajemen Lazismu Muhammadiyah. Dari pemaparan di latar belakang
diketahui program BMW memiliki variasi produk yang beragam baik produk
keagamaan maupun ekonomi. Dalam memunculkan produk yang sesuai dengan
karakteristik komunitas perlu adanya pertimbangan manajemen pemasaran
produk yang baik. Ketiga adalah kepuasaan komunitas pengusaha kecil
terhadap produk dakwah yang ditawarkan oleh Lazismu Surabaya. Dengan
penelitian ini maka akan didapatkan tingkat kepuasan mad’u program BMW
terhadap produk-produk yang ada di dalam program BMW dan produk
manakah yang paling memberikan kepuasan. Keempat adalah implikasi
program Bina Mandiri Wirausaha terhadap dakwah komunitas Lazismu
Surabaya. Dengan meneliti implikasinya maka akan diketahui dampak yang
diterima baik dari sudut pandang kelembagaan Lazismu sebagai organisasi
dakwah yang menjalankan dakwah berbasis komunitas maupun dari sudut
pandang masyarakat yang menjadi sasaran dari program dakwah berbasis
komunitas. Dari program pemaparan dilator belakang juga diketahui adanya
11
bahkan hingga 2 kali lipat. Dari fakta tersebut juga dapat memunculkan
rumusan masalah kelima yaitu mengenai bagaimana manajemen pemasaran
program Bina Mandiri Wirausaha yang dilakukan oleh Lazismu Surabaya.
Agar penelitian dapat dilakukan secara tuntas dan mendalam oleh
peneliti, maka dari kelima alternative rumusan masalah tersebut peneliti hanya
memfokuskan pada dua rumusan masalah saja. Pertama proses manajemen
program BMW yang dilakukan oleh Lazismu Surabaya. Hal ini peneliti pilih
sebagai rumusan masalah dikarenakan proses jalannya fungsi-fungsi
manajemen adalah hal yang paling mendasar dalam sebuah organisasi dalam
mencapai tujuannya. Penelitian sebelumnya yang juga meneliti Lazismu
Surabaya juga belum ada yang memfokuskan pada masalah ini. Salah satu isu
yang cukup penting diperhatikan dalam kajian mengenai manajemen dakwah
adalah terkait proses dan implikasinya pada lembaga dan pelanggan. Oleh
karena itu masalah kedua yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah
implikasi program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya bagi dakwah
komunitas Muhammadiyah di Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, naka
dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini :
1. Bagaimana manajemen Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya?
2. Bagaimana implikasi BMW Lazismu bagi dakwah komunitas
12
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses manajemen dakwah pada
program Bina Mandiri Wirausaha oleh Lembaga Amil Zakat Infak dan
Shadaqah Muhammadiyah Surabaya dan implikasi program Bina Mandiri
Wirausaha Lazismu bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya.
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memperkaya khazanah teoritis tentang
manajemen yang dilakukan lembaga dakwah pada komunitas masyarakat
tertentu. Secara Teoritis penelitian ini memperkaya kajian komunikasi
ditinjau dari proses manajemen organisasi berdasarkan teori manajemen
modern.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Lembaga Amil Zakat,
Infaq dan Sadaqah dalam rangka mengelola program dakwah komunitas.
Selain itu, penelitian ini dapat memberikan umpan balik terhadap proses
manajemen dakwah yang telah dilaksanakan dari komunitas yang menjadi
sasarannya. Penelitian ini juga menjelaskan respon dari sasaran dakwah
komunitas BMW, hal ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi
LAZIS Muhammadiyah Surabaya untuk merumuskan manajemen program
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah
penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti di lingkungan,
seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi
kemasyarakatan dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.1
Penelitian lapangan ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif menurut Sugiyono diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah.2 Peneliti menggunakan studi awalan terlebih dahulu dengan
menggunakan metode wawancara dan penelusuranwebsite, kemudian melanjutkan perolehan data lebih mendalam dengan metode wawancara mendalam dan diskusi.
Karakteristik riset kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya. Penelitian ini hendak menggali proses manajerial yang terjadi di
Lazismu Surabaya dalam mengelola program BMW. Untuk mendapatkan data yang
utuh dan mendalam mengenai proses manajerial yang terjadi dan implikasinya.
1Sarjono,Pandung Penulisan Skripsi,(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008), 21.
39
Dalam penelitian ini peneliti menjadi instrument yang secara aktif ke lapangan
penelitian secara mendalam.
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini dapat di klasifikasikan ke dalam
penelitian deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul
di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan
sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi maupun variable tertentu.3
Penelitian ini tanpa hipotesis, sebagaimana pada penelitian deskriptif biasanya.4
B. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian salah satunya dapat dilihat dari spesialisasi (interest) bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan.5 Penelitian ini
menggunakan pendekatan ilmu manajemen, khususnya pada wilayah manajemen
dakwah. Pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji secara keseluruhan
tentang proses manajemen dan implikasi manajemen pada Lazismu Kota Surabaya,
khususnya program BMW.
Salah satu isu yang cukup penting diperhatikan dalam kajian mengenai
manajemen dakwah adalah terkait proses dan implikasinya pada pelanggan.
Perhatian pada hal ini akan dapat menyingkap segala kegiatan atas pengelolaan
3Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2011), 48.
4Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei,Metode Penelitian Dakwah,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), 128.
40
manajemen yang memproses masukan (in-put) menjadi keluaran (out-put). Apakah memang ada keterhubungan secara kualitatif antara masukan dan keluaran
manajemen.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengelola
program Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh
Muhammadiyah Kota Surabaya. Peneliti tidak menempatkan pengurus Lazismu
secara umum sebagai subjek penelitian dikarenkan dalam penelitian ini peneliti
hanya memfokuskan pada salah satu program yaitu program Bina Mandiri
Wirausaha (BMW). Objek penelitian adalah objek yang menjadi titik perhatian di
dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah proses manajerial yang dilakukan
dalam mengelola Program BMW dan implikasinya bagi lembaga Lazismu dan
masyarakat.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada
pengurus program Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat
Muhammadiyah Surabaya dan wawancara kepada anggota Bina Mandiri
41
Wawancara pada pengurus program BMW Lazis Muhammadiyah
Surabaya dilakukan untuk mengetahui proses yang dilakukan lembaga
tersebut dalam melakukan pengelolaan program dakwah komunitas melalui
program Bina Mandiri Wirausaha. Sedangkan data dari anggota binaan
program Bina Mandiri Wirausaha digunakan untuk mengetahui implikasi
dari adanya program tersebut bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di
Surabaya.
Data sekunder diperoleh melalui penelusuran dan dokumentasi
terhadap website resmi Lazismu Surabaya dan buletin bulanan yang diberikan kepada donatur. Dariwebsitedan buletin tersebut didaparkan data mengenai penyelenggaraan program BMW selama ini.
2. Profil Informan Pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya
Untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini dilakukan
melalui wawacara pada pengurus yang terlibat dalam mengelola program
Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya dan pengurus yang mengetahui
keberadaan program ini sejak awal pendiriannya.
Tabel 3.1.
Identitas Informan Pengurus Lazismu Surabaya
Nama Informan Kedudukan Kriteria
Sunarko, S.Ag. Ketua Lazismu
Surabaya tahun
2015-2020
• Pihak yang terlibat dalam
perumusan program Bina
Penanggung jawab program Bina
Mandiri Wirausaha Lazismu
3. Profil Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha
Untuk mengetahui implikasi program Bina Mandiri Wirausaha di
Masyarakat Surabaya, maka peneliti melakukan penggalian data pada
beberapa anggota binaan program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu
Surabaya yang telah mengikuti program ini sejak awal pendirian hingga
sekarang.
Tabel 3.2.
Indeititas Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha
43
Khusnul Anggota
BMW
• Warga Kedinding yang
melaporkan masalah adanya
riba pada pengurus Lazismu.
• Telah mengikuti program
BMW sejak awal sampai
sekarang.
• Penerima dana hibah
Yu Ma Anggota
BMW
• Salah satu warga yang
dahulunya menjalankan
praktik riba.
• Telah mengikuti program
BMW sejak awal sampai
sekarang.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data terkait dengan proses
manajemen yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah
Surabaya dalam mengelola program Bina Mandiri Wirausaha, peneliti
menggunakan 3 metode pengumpulan data, yaitu wawancara, diskusi dan
observasi. Wawancara dilakukan peneliti dengan berinteraksi atau
berhadap-hadapan langsung dengan informan. Metode wawancara dalam
penelitian ini menjadi metode utama bagi peneliti untuk melakukan
44
peneliti untuk mendapatkan data-data tertentu yang sulit digali dengan
wawancara.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara semi terstruktur.6
Peneliti telah menyusun poin-poin penting dalam konsep manajemen,
namun tidak sampai pada penyusunan instrumen wawancara. Poin-poin
itulah yang peneliti jadikan pijakan dalam melakukan wawancara. Peneliti
juga mengembangkan poin-poin tersebut sesuai dengan data yang peneliti
terima ketika melakukan proses wawancara.
Metode pengumpulan data lainnya dalam penelitian ini adalah
diskusi dan observasi. Metode diskusi dalam penelitian ini dilakukan
melalui obrolan informal (keakraban) yang dilakukan oleh peneliti dengan
para pengurus. Melalui diskusi ini diketahui bagaimana pemaknaan
pengurus Lazismu atas pekerjaannya sebagai pengurus Lazismu.
Pemaknaan inilah yang menggerakkan mereka dalam menjalankan
tugas-tugas organisasi. Sedangkan metode observasi dilakukukan peneliti adalah
dengan mengikuti program pembinaan yang diberikan Lazismu kepada
anggota program BMW. Dalam proses observasi tersebut peneliti
mengamati isi acara dan panitia penyelenggara acara. Dari proses observasi
ini peneliti mendapatkan gambaran kongrit mengenai penyelenggaraan
kegiatan pembinaan untuk anggota BMW.
45
5. Metode Triangulasi Data
Dalam penelitian kualitatif, faktor keabsahan data juga perlu
diperhatikan. Peneliti menggunakan wawancara mendalam untuk
pengumpulan data kepada beberapa informan. Setelah itu dilakukan uji
silang terhadap informasi yang telah didapatkan untuk memastikan tidak
ada informasi yang bertentangan. Apabila ternyata ada informasi yang
bertentangan peneliti harus mengonfirmasi perbedaan itu kepada informan.
Hasil informasi itu perlu diuji lagi dengan informasi-informasi sebelumnya
karena bisa jadi hasil konfirmasi itu bertentangan dengan
informasi-informasi yang telah dihimpun sebelumnya.7
Proses triangulasi tersebut di atas dilakukan terus-menerus
sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat
peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaa-perbedaan dan tidak ada
lagi perbeda-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan
kepada informan.8
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.
Triangulasi merupakan ide bahwa melihat sesuatu hal dari beberapa sudut
pandang bisa meningkatkan keakuratan.9Triangulasi dilakukan dengan cara
mewawancari 3 orang pengurus Lazismu Surabaya untuk mendapatkan
gambaran yang akurat tentang proses manajerial dalam program BMW.
7Burhan Bungin,Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis Ke Atas Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), 203.
8Ibid.,204.
46
Pernyataan salah satu informan akan dihubungkan dan dibandingkan
dengan informan yang selainnya. Peneliti akan melihat kekonsistenan
jawaban dari ketiga informan tersebut sehingga di dapatkan data yang
akurat.
Pernyataan dari ketiga informan ini juga ada yang bersifat saling
melengkapi karena keterbatasan pengamatan masing-masing informan
mengenai kejadian manajerial tertentu. Misalnya pada kegiatan yang
sifatnya teknis lebih diketahui oleh salah satu informan karena beliau yang
menjalankan teknis kegiatannya. Pada data yang demikian peneliti kesulitan
untuk membandingkan melalui informan yang lain. Oleh karena itu dalam
menguji keakuratan data teknis, peneliti menggunakan cara observasi
langsung dengan mengikuti kegiatan pembinaan yang dilakukan Lazismu
Pengukuran validitas dalam penelitian kualitatif tidak perlu
menunjukkan hubungan yang tetap antara konsep abstrak yang telah
didefinisikan dan ukuran yang telah dikalibrasi secara cermat untuk
penampilan empirisnya.10 Agar dianggap valid, klaim kebenaran peneliti
harus masuk akal dan cukup baik untuk dimengerti oleh banyak orang.
masuk akal disini maksudnya peneliti tidak mengklaim bahwa
pernyataannya adalah satu-satunya kebenaran di dunia, melainkan
merupakan deskripsi yang kuat dan persuasif yang mengungkapkan
pengalaman asli peneliti dengan data empiris.11 Penelitian kualitatif
47
memperoleh validitas ketika didukung oleh berbagai potongan data empiris
yang beragam.
E. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung sampai selesai dalam periode tertentu. Jika data yang diperoleh
dari wawancara belum memuaskan, maka peneliti melakukan wawancara lagi
sampai data yang diperoleh sesuai dengan keinginan peneliti.
Analisis data dibagi menjadi tiga tahapan sesuai yang dijelaskan Miles dan
Huberman dikutip dalam Sugiyono, yaitu:
1. Reduksi Data(Data Reduction)
Reduksi data dalam penelitian yaitu menyederhanakan dan menyeleksi hal-hal
penting yang menjadi pokok dalam permasalahan. Data yang sudah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data pada tahap selanjutnya. Reduksi data juga memudahkan
peneliti untuk mencari dan menemukan kembali data saat diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi:
a. Teks naratif
b. Grafik, matrik, jaringan, dan bagan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teks naratif dalam menyajikan data
penelitian. Peneliti mendeskripsikan semua informasi yang ada di lapangan dan
mengolah hasil wawancara dengan informan mengenai proses manajemen
48
lapangan kemudian diklarifikasi sampai peneliti membuat suatu simpulan.
Simpulan ini disajikan dengan teks naratif.
3. Simpulan
Penarikan simpulan dalam kualitatif dilakukan peneliti secara terus-menerus
berdasarkan data-data dengan bukti yang valid. Dalam tahapan ini pengecekan
ulang perlu dilakukan agar data yang diperoleh sama dengan informasi dan
catatan yang diperoleh peneliti sebelumnya.12
BAB IV
MANAJEMEN BINA MANDIRI WIRAUSAHA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA
A. Profil Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya
1. Sejarah Berdirinya LAZIS Muhammadiyah Surabaya
LAZIS Muhammadiyah Surabaya lahir berdasarkan adanya amanat
dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang arahan untuk berdirinya
LAZIS Muhammadiyah sampai dengan tingkat daerah. LAZIS
Muhammadiyah Kota Surabaya dibentuk dan didirikan pada tanggal 14
September 2007 dengan SK dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Surabaya. Berdirinya LAZIS Muhammadiyah juga didorong adanya
Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai
dasar hukum bagi organisasi masyarakat guna menggali sumber dana ZIS
Undang – undang ini dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan zakat secara profesional.1
Selain adanya Undang-Undang tentang pengelolaan zakat,
berdirinya Lazismu juga berangkat dari karakteristik organisasi
Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah yang berkemajuan dan
50
memiliki berbagai amal usaha sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim
piatu dan orang jompo, balai kesehatan dan sekolah, yang dimaksudkan
untuk memberdayakan kaum mustad’afin dan memberikan kemudahan
pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin. Untuk menjalankan berbagai
amal suaha, organisasi Muhammadiyah sangat bergantung pada dana zakat,
infak dan shodaqoh yang ada di masyarakat. Oleh karena itu selaras dengan
adanya undang-undang pengelolaan zakat dan juga karakter organsiasi
Muhammadiyah maka dibentuklah LAZIS Muhammadiyah sebagai LAZIS
yang berkemajuan.2
Di dalam organisasi besarnya yakni Muhammadiyah, Lazismu
memiliki peran sebagaifund risingdi dalam Muhammadiyah. Berpijak pada poissi LAZISMU sebagai lembaga intermediate, maka dalam penyaluran dan pendayagunaan dana ZISKA bersinergi dengan berbagai lembaga baik
di internal Muhammadiyah maupun lembaga di luar Muhammadiyah.3
Misalnya dengan MPM dalam program pemberdayaan masyarakat, dengan
MEK dalam pembentukan Maida Bakery, dengan MPS dalam program
kurban Pak Kumis, dll.
2. Visi, Misi dan Kebijakan Strategis LAZIS Muhammadiyah Surabaya
Visi LAZIS Muhammadiyah adalah Menjadi lembaga zakat terpercaya
sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.4
2Ibid.
3Redaksi, “Bergerak Serentak Berdayakan Ekonomi Umat Dengan Ziska”, Majalah Donatur LAZIS Muhammadiyah, Edisi 111, (April, 2017), 11.
51
Dalam rangka mencapai visi organisasi maka LAZIS Muhammadiyah
memiliki beberapa misi organisasi, diantaranya : (1) Optimalisasi kualitas
pengelolaan ZIS yang amanah, professional dan transparan; (2)
Optimalisasi pendayagumaam ZIS yang kreatif, inovatif, dan produktif; dan
(3) Optimalisasi pelayanan donator.5
3. Susunan Pengurus Lazismu Kota Surabaya Periode 2015-2020
Struktur organisasi LAZIS Muhammadiyah Surabaya terdiri dari
Dewan Syariah, Dewan Pengawas, dan Badan Pengurus. Badan pengurus
LAZIS Muhammadiyah Surabaya terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan Anggota.
Secara rinci Struktur kepengurusan LAZIS Muhammadiyah periode
2015-2020 adalah sebagai berikut :6
a. Dewan Syariah : Syamsun Aly,MA, Imanan, S.Ag, Imam Syaukani, M.Ag
b. Dewan Pengawas : Drs. Misrin Hariyadi, Drs. Ezif F. Wasian, Hamri Al-Jauhari, M.Ag
c. Badan Pengurus
1) Ketua : Sunarko
2) Wakil Ketua : Achmad Sudjai, Abdul Hakim, Imam Ghozali
3) Sekretaris : Andri Kurniawan
4) Wakil Sekretaris : Muhammad Khoirul Anam
52
5) Bendahara : Syamsul Huda
6) Anggota : Ahmad Ainul Illah, Fathchurrohman, Aksar Wiyono,
Rahmat Edy Hidayat
4. Program LAZIS Muhammadiyah Surabaya
LAZIS Muhammadiyah Surabaya memiliki 3 program yaitu : (1)
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Micro Economic
Empowerment); (2) Program Pengembangan pendidikan (Education Development); dan (3) Program Pelayanan Sosial dan Dakwah (Sosial & Dakwah Services).7
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan melalui
berbagai macam kegiatan UKM BMW (Bina Mandiri Wirausaha).
Sedangkan program pengembangan pendidikan dilakukan melalui berbagai
macam kegiatan seperti pemberian beasiswa bagi siswa SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi, pemberian bantuan sarana pendidikan bagi siswa kurang
mampu, dan lain-lain. Sedangkan program pelayanan sosial dan dakwah
diantaranya melalui bantuan ambulan, bantuan pemberian kursi roda peduli
disabilitas, dan lain-lain.8
B. Profil Bina Mandiri Wirausaha LAZIS Muhammadiyah Surabaya 1. Latar Belakang
Awal mula adanya program BMW menurut Ketua Lazismu Surabaya
berasal dari adanya informasi yang diterima oleh ketua Lazismu pada saat itu
53
dari seorang donatur yang menginformasikan tentang adanya orang-orang yang
terjerat rentenir di daerah Kedinding Surabaya sampai harus menggadaikan
rumahnya kepada rentenir tersebut karena tidak mampu mengembalikan hutang
dan besarnya bunga.9Dari cerita tersebut akhirnya ketua Lazismu pada saat itu
yaitu Yatno dan Sunarko selaku bendahara Lazismu mendiskusikannya dengan
para pengurus yang lain.
Pernyataan ketua Lazismu tersebut senada dengan pernyataan Ketua
program BMW. Beliau menjelaskan bahwa adanya program BMW dilatar
belakangi karena adanya keprihatinan bahwa biasanya usaha kecil itu biasanya
banyak yang terjerat kepada rentenir. Ketua program BMW menilai adanya
kecendrungan pengusaha kecil untuk meminjam modal ke rentenir dikarenakan
ketidak mampuan mereka untuk meminjam uang di bank. Ketidak mampuan ini
disebabkan mereka tidak memiliki jaminan untuk meminjam uang di bank.
Kejadian pengusaha kecil yang meminjam uang ke rentenir ini juga banyak
dijumpai di lingkungan informan bahwa pengusaha kecil rata-rata jika pinjam
uang akan meminjam ke rentenir.10
Fenomena sosial tersebut sesuai dengan pasal 5 ayat 3 Pedoman
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 01/PED/I.0/B/2017 tentang
LAZISMU dijelaskan bahwa salah satu tujuan pengelolaan dana ZISKA adalah
meningkatkan kemampuan ekonomi umat melalui pemberdayaan usaha-usaha
produktif. LAZISMU diperbolehkan membangun perusahaan dari uang zakat,
54
untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya diberikan kepada mustahiq
dalam jumlah yang relatif besar sehingga terpenuhi kebutuhan para mustahiq
dengan lebih leluasa. Lazismu juga bisa memberdayakan para mustahiq di
dalam pengelolaan perusahaan yang didirikannya dengan bentuk memberikan
kesempatan kerja. Lazismu dapat membuka peluang usaha bagi para pelaku
usaha yang tergolong dalam kategori fakir miskin.11
Atas dasar pertimbangan tersebut dibentuklah UKM-BMW (Unit
Keuangan Mikro – Bina Mandiri Wirausaha). UKM-BMW ini menyalurkan dana pinjaman tanpa bunga kepada para pelaku usaha mikro yang tergolong
dalam kategori fakir, miskin dan fisabilillah. Para pelaku usaha mikro binaan
UKM-BMW LAZISMU Kota Surabaya berasal dari berbagai sector usaha
diantaranya makanan, minuman dan kerajinan.
2. Tujuan
Ketua Program BMW menyatakan tujuan dari adanya program
BMW ada empat yakni : (1) pemberdayaan masyarakat kecil dan menengah,
(2) memberantas riba, (3) membentuk jaringan pengusaha kecil, dan (4)
memberikan pembinaan rutin mengenai wawasan usaha di dalam Islam.12
3. Sasaran dan Keanggotaan
Ketua Lazismu Surabaya menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran
program BMW adalah mereka yang belum memiliki usaha kemudian
11Ibid., 12.
55
dibantu permodalannya untuk usaha dan mereka yang sudah punya usaha
kemudian dibantu permodalannya agar semakin bertambah. Sasaran
program ini tidak hanya pada warga Muhammadiyah saja, tetapi juga
banyak orang umum (di luar Muhammadiyah).13
Untuk penyaluran dana pinjaman, mereka bergabung dalam sebuah
kelompok yang terkoordinir. Bentuk tanggung jawab pengembalian dana
pinjaman adalah tanggung renteng. Setiap bulan, mereka diundang untuk
mendapat pelatihan, pembinaan dan pendamipingan. Tidak jarang pula
mereka mendapat suntikan dana hibah untuk mengembangkan usaha.
Berikut nama-nama kelompok yang dibina dalam program Bina
Mandiri Wirausaha :
1. Kelompok Ahmad Dahlan 2
a. Daerah Kedinding
b. Ketua : Sarwi
2. Kelompok Ahmad Dahlan 5
a. Daerah Kedinding
3. Kelompok Amien Rais
a. Ketua Muh Anam
4. Kelompok Kreatif Mandiri
a. Daerah Bubutan
b. Ketua : Joko
5. Kelompok PRM
56
a. Daerah Simokerto Sidoyoso Masjid Ahmad Yani
b. Ketua : Abdul Hakim A
6. Kelompok Hidayatullah
a. Simokerto
b. Ketua : Sri Wilujeng (istri Abdul Hakim, ketua kelompok PRM)
7. Kelompok Raihana
a. Daerah Kalilom
b. Ketua : Sri Wilujeng
8. Kelompok Al Mukminun
a. Daerah Bulak Banteng 14
b. Ketua: Sumarsih
9. Kelompok Lawang Sewu
a. Daerah Simolawang Kapasan
b. Ketua : Muhammad Khoirul Anam
10. Kelompok Bunga
a. Sidoyoso (Makam Rangkah)
b. Ketua : Sumarni
C. Proses Manajemen Program BMW 1. Perencanaan
Data perencanaan yang penulis dapatkan bersumber dari hasil
wawancara dikarenakan Lazismu tidak memiliki perencanaan secara
tertulis. Menurut Ketua Lazismu, program BMW direncanakan sejak 1
57
yang dilakukan oleh ketua Lazismu dengan para pengurus Lazismu pada
saat itu. Ide lahirnya program ini tidak berasal dari pengurus melainkan dari
informasi yang disampaikan oleh donatur mengenai adanya praktik riba
yang banyak menjerat warga Kedinding Surabaya.
Pernyataan ketua Lazismu tersebut senada dengan pernyataan Ketua
program BMW. Beliau menjelaskan bahwa adanya program BMW dilatar
belakangi karena adanya keprihatinan bahwa biasanya usaha kecil itu
biasanya banyak yang terjerat kepada rentenir. Ketua program BMW
menilai adanya kecendrungan pengusaha kecil untuk meminjam modal ke
rentenir dikarenakan ketidak mampuan mereka untuk meminjam uang di
bank. Ketidak mampuan ini disebabkan mereka tidak memiliki jaminan
untuk meminjam uang di bank. Kejadian pengusaha kecil yang meminjam
uang ke rentenir ini juga banyak dijumpai di lingkungan informan bahwa
pengusaha kecil rata-rata jika pinjam uang akan meminjam ke rentenir.14
Fenomena meminjam uang kepada rentenir ini dianggap bukan
solusi yang dapat memecahkan masalah oleh Lazismu. Adanya
hutang-hutang kepada rentenir itu yang justru akan menjerat pengusaha kecil, yang
mengakibatkan matinya usaha yang dijalankan. Selain itu pinjam ke rentenir
juga mengakibatkan gangguan psikologis bagi peminjamnya. Berdasarkan
data dari Khusnul, Donatur Lazismu di daerah Kedinding, menceritakan
bahwa para rentenir itu menagih utang setiap tengah malam. Beliau sering
58
mendengar jerit tangisan orang-orang yang di tagih rentenir di tengah
malam. Orang yang hutang tersebut akan disiksa secara fisik dan akan
ditunggu malam itu juga harus bisa mengembalikan utangnya bagaimana
pun caranya. Karena desakan tersebut akhirnya dengan terpaksa orang yang
pinjam tersebut meminjam dari rentenir yang selainnya. Karena
diperlakukan seperti ini setiap malam, sampai ada yang trauma ketakutan
ketika malam tiba. Ketika tidak bisa mengembalikan rentenir tersebut akan
marah dengan meluap-luap bahkan tega melempar klompen (sandal dari kayu) hingga mengenai wajah dari orang yang berhutang padahal orang
tersebut sedang menggendong bayinya. Orang-orang yang hutang ke
rentenir tersebut sampai linglung meratapi nasibnya dan meninggalkan
sholat.15
Menurut penuturan Khusnul, sebelum adanya program BMW,
Lazismu pernah mengadakan program Kampung Binaan di Kedinding.
Khusnul di berikan dana sebesar 4 juta rupiah untuk menjalankan kegiatan
Kampung Binaan tersebut. Dalam program tersebut warga diberikan
materi-materi pengajian tafsir Al-Quran dengan harapan warga bisa lebih
memahami isi al-Quran. Al_quran tidak hanya di lafalkan tetapi juga
dipahami maksudnya. Dalam pengajian tersebut warga juga diberikan dana
pinjaman untuk modal usaha. Namun pada akhirnya dana tersebut tidak
59
kembali dan habis. Dari warga ada isu yang berhembus bahwa dana tersebut
tidak mengapa jika tidak dikembalikan.16
Pengajian pada program Kampung Binaan pun semakin lama tidak
ada yang mengikuti. Pada awalnya pembinaan dilakukan di Panti Asuhan
Muahmmadiyah Kenjeran. Pada saat itu masih banyak warga yang
mengikuti. Namun dikarenakan pihak panti merasa keberatan kegiatan
pembinaan diselenggarakan dipantinya, maka dipindah ke masjid
Muhammadiyah. Ketika pengajian dipindahkan ke masjid Muhammadiyah,
warga binaan yang notabenenya adalah orang-orang Nahdlatul Ulama
awalnya masih mau datang namun kemudian tidak mau datang. Menurut
Khusnul disebabkan ketika mereka akan berangkat mengikuti pengajian
para tetangga terus mengatakan “Hey iyo rek, saiki dadi wong
Muhammadiyah.” Warga seperti mengolok-olok ketika mereka ikut pengajian di Masjid Muhammadiyah maka mereka menjadi orang
Muhammadiyah, bukan NU lagi. Karena diolok-olok tersebut akhirnya
tidak pernah mau lagi ikut pembinaan.17
Setelah program Kampung Binaan ini kemudian Lazismu
membentuk program BMW. Warga Kediding yang sebelumnya ikut
program Kampung Binaan ditawari untuk mengikuti program BMW.18
Lazizmu menganggap lembaga ZIS rata-rata hanya memberikan
bantuan dana santunan, tetapi tidak memberikan peluang usaha agar
60
penerima dana zakat mampu berusaha secara mandiri untuk memenuhi
kebutuhannya. Lazismu menganggap jika hanya memberikan dana santunan
saja maka setelah digunakan akan langsung habis. Berbeda dengan
pemberian modal usaha yang justru akan membentuk kemandirian secara
ekonomi. Oleh karena itu Lazismu lebih cenderung untuk memberikan
modal usaha agar para pengusaha kecil bisa lebih berdaya.19
Hal lain yang melatarbelakangi program BMW ini adalah tidak
adanya pembinaan keislaman kepada pengusaha kecil. Misalnya pembinaan
mengenai rejeki halal dan riba. Hal ini yang membuat pengusaha kecil
kurang memahami adanya riba ketika berhutang ke rentenir sehingga
mereka tidak mampu membedakan rejeki yang halal dan yang riba.
Lazismu melihat adanya potensi besar dari pihak-pihak yang akan
mendukung program BMW. Karena menurut penilaian Lazsimu,
masyarakat akan lebih menyukai program pemberdayaan dari pada hanya
memberikan bantuan dana santunan. Apalagi orang yang dibantu itu
akhirnya memiliki usaha kecil. Salah satu potensi besar dukungan yang bisa
di raih misalnya danaCSRperusahaan. Perusahaan akan lebih mendukung program-program yang bersifat pemberdayaan dari pada hanya memberikan
dana santunan. Atau di istilahkan lebih baik memberikan kail dari pada ikan.
Sebagai contoh dulu pernah ada bantuanCSRdari Bank Niaga Syariah.
61
Meskipun demikian, informan menyatakan pemberian dana
santunan juga penting untuk diberikan ke masyarakat. Misalnya apabila ada
warga sedang mengalami kondisi darurat maka Lazismu akan membantu
dana karena memang hal itu yang dibutuhkan. Namun jika ada orang yang
masih memiliki potensi maka akan diberdayakan agar nantinya dia bisa
memberi tidak hanya meminta.
Ketua BMW mencontohkan tentang nilai pemberdayaan melalui
pengalaman Lazismu yang pernah mengadakan pelatihan “Young Enterpreneurship”. Pelatihan ini ditujukan untuk para pengusaha muda,
agar bisa mengembangkan dan merealisasikan idenya. Dalam pelatihan ini
ada kompetisi dan bagi pemenang akan diberikan hadiah berupa modal
sebesar Rp. 5.000.000. Dengan begitu apabila pengusaha kecil ini berdaya
maka akan lebih bagus dari pada hanya memberikan dana santunan.20
Disisi lain Lazismu juga menyadari adanya resiko anggota BMW
tidak melunasi pinjaman yang telah diberikan.21Hal ini akan dapat menjadi
ancaman bagi Lazismu ketika menjalankan program ini. Sebagaimana yang
terjadi di program Kampung Binaan yang sebelumnya dilaksanakan
Lazismu di kampung Kedinding.
Ketua program BMW menjelaskan bahwa untuk menjalankan
program BMW ini Lazismu memiliki keterbatasan modal, tidak seperti bank
62
dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat. Dana yang terkumpul
hanya sebesar Rp. 125.000.000. Informan menyatakan bahwa apabila
Lazismu memberikan alokasi yang terlalu besar kepada program ini maka
bisa menghambat program yang lain. Alokasi terbanyak saat ini adalah
program pemberian bantuan langsung (sumbangan). Oleh karena itu
bantuan permodalan yang diberikan pada awal menjalankan usaha tidak bisa
besar.22
Ketika ditanya apakah Lazismu mengetahui adanya
lembaga-lembaga yang memiliki program pinjaman tanpa bunga dan tanpa biaya
administrasi, ketua program BMW menjawab tidak tahu. Ia menganggap
apabila ada lembaga lain yang juga menjalankan program yang sama maka
akan semakin baik. Ketua program BMW mengharapkan adanya
lembaga-lembaga seperti Lazismu (memberikan bantuan pinjaman tanpa bunga) ini
sehingga semakin banyak orang yang terlayani.23
Ketua Lazismu Surabaya menjelaskan bahwa kedepan Lazismu
bercita-cita memiliki lembaga keuangan seperti bank. Program BMW ini
menjadi awalan dalam mencapai cita-cita tersebut. Rencana pembentukan
Bank merupakan rencana jangka panjang karena untuk membentuk itu
dibutuhkan modal yang besar.24
22Ibid 23Ibid
63
Ketua program BMW menjelaskan bahwa program BMW
merupakan program pinjaman tanpa bunga dan tanpa biaya administrasi,
calon anggota hanya menyiapkan biaya materai saja. Bahkan jika telah
memiliki materai maka tidak perlu beli materai, cukup dibawa saja. Dalam
memberikan pinjaman dilakukan melalui kelompok-kelompok
beranggotakan 5-7 orang. Di dalam kelompok tersebut akan dipilih ketua
kelompok yang akan mengkoordinir jumlah pembagian uang pinjaman
kepada anggota dan mengkoordinir dalam melakukan pembayaran angsuran
pengembalian pinjaman. Lazismu juga pemberian pinjaman yang di bagi
langsung kepada personal-personal, tanpa melalui kelompok.25
Pembagian kelompok BMW dilakukan berdasarkan kedekatan
wilayah. Misalnya ada kelompok daerah kedinding, kelompok simokerto,
dll. Meskipun di dalam kelompok itu nanti bentuk usahanya bisa jadi
berbeda-beda. Dibentuk berdasarkan kedekatan wilayah agar mudah
komunikasi antara ketua kelompok dengan anggota kelompok.26
Jumlah nominal pinjaman yang diberikan bervariasi. Ketua program
BMW menjelaskan untuk perorangan maka jumlah pinjaman yang
diberikan adalah satu juta sedangkan untuk kelompok yang beranggotakan
5 orang maka jumlah pinjaman yang diberikan 5 juta. Apabila anggota
lancar dalam membayarkan angsuran pinjaman maka jumlah pinjaman
dapat meningkat dari yang awalnya 1 juta menjadi 1.250.000, jika lancar
64
lagi maka dapat meningkat menjadi 1.500.000. kalau bagus dalam
pembayaran angsurannya maka jumlah pinjaman yang diberikan akan dapat
meningkat terus.27 Sedangkan menurut penuturan Khusnul kisaran
pinjaman yang diberikan Lazismu antara 250 ribu sampai 1,5 juta rupiah.28
Tidak ada batasan waktu bagi anggota dalam meminjam. Artinya jika
pinjaman sebelumnya telah lunas, maka anggota dapat mengajukan
pinjaman lagi secara terus menerus.29
Dalam mendapatkan objek pemberian bantuan pinjaman modal
bersifat pasif, Lazismu menunggu adanya pengajuan dari masyarakat.
Berbeda dengan bank-bank yang memang sengaja mencari orang yang
hendak mengajukan pinjaman. Dikarenakan di Lazismu tidak ada margin
keuntungan sama sekali.30
Dalam akad peminjaman, Lazismu menyertakan syarat adanya
penjamin, atau orang yang akan bertanggung jawab apabila peminjam
tersebut mengalami masalah dalam pengembaliannya. 31 Syarat ini baru
ditentukan sejak tahun 2013.
Selain memberikan bantuan, Lazismu juga memberikan program
pelatihan dan pembinaan kepada anggota BMW dengan nama “Kajian Bisnis”. Kajian Bisnis tersebut diselenggarakan satu bulan sekali secara
27Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 28Khusnul,Wawancara, Surabaya, 10 Juni 2017. 29Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 30Ibid.
65
rutin. Materi yang disampaikan pada Kajian Bisnis tersebut adalah
materi-materi yang berkaitan dengan kewirausahaan dan materi-materi keislaman untuk
memotivasi anggota dalam menjalankan usaha. Materi kewirausahaan yang
diberikan misalnya materi tentang cara melakukan ijin usaha, cara
melakukan pembukuan, pelatihan membuat bakso dan lain-lain.32
Penyelenggaraan Kajian Bisnis ini dilakukan dengan mengundang seluruh
anggota, tidak hanya ketua kelompok. Setelah pengajian tersebut biasanya
dilangsungkan pembayaran angsuran. Jika tidak datang maka kita akan
menagih dengan mendatangi rumahnya.33
Pengisi Kajian Bisnis merupakan orang yang memang ahli di
bidangnya. Misalnya dalam pelatihan membuat bakso maka yang mengisi
adalah penjual bakso. Pengisi tersebut tidak harus orang Muhammadiyah.
Terkadang Kajian Bisnis juga diisi sendiri oleh ketua program BMW,
Achmad Sudjai. Tempat penyelenggaraan Kajian Bisnis berpindah-pindah,
tidak hanya digedung dakwah. Dalam 6 bulan terakhir, Lazismu
memberikan dana hibah kepada peserta Kajian Bisnis. Dana hibah akan
diberikan secara bergilir kepada para anggota yang sering datang untuk
mengikuti Kajian Bisnis.34
Ketua program BMW menjelaskan, apabila pengusaha kecil tersebut
sudah berdaya maka akan dimotivasi melalui program pembinaan sebulan
32Ibid
66
sekali agar dia tidak sekedar meminta tetapi juga bisa berinfak di lembaga
ini. Pemberian infak ini sifatnya sukarela, jika memang ingin berinfak pun
nominalnya tidak ditentukan. Lazismu hanya memotivasi saja. Berdasarkan
pernyataan ketua program BMW, motivasi ini di dasarkan pada ayat dan
hadist nabi yang mengatakan bahwa orang bersedekah itu rejekinya akan
ditambah oleh Allah. Adanya pola pikir takut miskin ketika bersedekah akan
diluruskan, agar mereka memahami manfaat dari sedekah.35
Selain kedua program tersebut, Lazismu juga memberikan
membantu mengikutkan mereka pada pameran. Melalui pameran tersebut
anggota akan dibantu dalam memasarkan produknya. Lazismu juga akan
membeli produk mereka dalam acara-acara Lazismu.36
Sumber pendanaan program ini adalah dari dana Zakat Infaq dan
Shodaqoh (ZIS) yang diterima Lazismu. Program ini termasuk dalam
program pen-tasyarufandana Zakat dalam bidang ekonomi. Ketua Lazismu Surabaya menerangkan bahwa jumlah anggaran yang disediakan untuk
program ini adalah sekitar Rp. 126.000.000 dari total penerimaan Zakat
Infak Shodaqoh Lazismu sebanyak 1,5 Miliyar per tahunnya. Ahmad Ainul
Illah menjelaskan bahwa BMW tidak memiliki donatur (non lembaga) yang
secara khusus menyalurkan dana Zakat Infak dan Shodaqahnya untuk
67
program BMW.37 Sehingga pendanaan BMW diambilkan dari dana ZIS
yang telah terkumpul.
Dalam pendanaan program ini Lazismu juga bekerjasama dengan
lembaga lain, yakni dengan menyasar dana-dana CSR yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan. Di tahun-tahun awal penyelenggaraan program ini,
Lazismu pernah menerima dana bantuan dari bank CIMB Syariah sebesar
Rp. 87.000.000. Dari uang tersebut kemudian dibelikan rombong untuk
dibagikan kepada pengusaha-pengusaha kecil.38
Dari anggaran yang dimiliki ini digunakan untuk pemberian
pinjaman dan penyelenggaraan acara Kajian Bisnis. Apabila ada anggota
kelompok yang kesulitan membayar biasanya itu akan dipinjamkan oleh
anggota kelompok yang lain. Misalnya harus mengembalikan Rp. 4.000.000
oleh orang, tapi 1 tidak bisa maka bagaimana caranya dari 3 orang tersebut
mencoba menutupi agar bisa mengembalikan Rp. 4.000.000. Namun
apabila diketahui anggota tersebut benar-benar kesulitan untuk
mengembalikan maka akan dilepaskan tagihan pinjamannya dan
diambilkan dari dana ZIS.39
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis saat mengikuti
kegiatan kajian bisnis bertemaUrban Farming, dalam kajian bisnis tersebut terdapat pengisi materi, konsumsi, alat-alat yang digunakan seperti pengeras
37Ahmad Ainul Illah,Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017. 38Sunarko,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017.
68
suara, LCD, contoh pupuk, dan map berisi alat tulis dan fotocopy materi yang disampaikan. Berdasarkan gambaran acara tersebut bisa diketahui
alokasi anggaran dalam penyelenggaraan Ngaji bisnis. Dana dalam kajian
bisnis secara umum digunakan untuk mengundang pemateri, sarana dan
prasarana Ngaji Bisnis, biaya konsumsi dan biaya pemberian hibah. Untuk
pemateri disesuaikan dengan konteks acaranya. Di dalam Kajian Bisnis
tersebut anggota akan mendapatkan konsumsi berupa makanan ringan dan
kadang juga tersedia makanan berat. Di dalam acara kajian bisnis, Lazismu
juga memberikan dana hibah sebesar 100 ribu rupiah kepada 5 orang
anggota secara bergilir.40 Dalam salah satu penyelenggaraan acara Kajian
Bisnis bertajuk “Urban Farming” dengan 3 orang pembicara dan terdapat
konsumsi makanan ringan dan makanan berat, diketahui anggaran yang
dikeluarkan mencapai 3,5 juta.
2. Pengorganisasian
Ketua program BMW menjelaskan bahwa pengurus yang
menjalankan program BMW ada 3 orang, antara lain Achmad Sudjai
sebagai penanggung jawab, Ahmad Ainul Illah bagian administrasi yaitu
mencatat pembayaran angsuran dan Farid membantu dibagian survei. Lebih
lanjut Ketua Program BMW menjelaskan alasan adanya struktur yang
menurutnya masih kecil tersebut dikarenakan dana yang dimiliki masih
sedikit. Apabila dana yang dimiliki sudah besar hingga milyaran ada
69
kemungkinan bisa menambah struktur lagi. Karena dengan struktur yang
kecil tersebut pengurus saat ini masih bisa menangani. Alasan yang kedua
adalah karena program pada saat ini belum terlalu banyak meskipun secara
bantuan sudah cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota yang
terus meningkat.41
Achmad Sudjai menjelaskan, dalam menempatkan Ahmad Ainul
Illah dan Farid tidak didahului dengan membuat kriteria-kriteria secara
khusus. Awalnya Achmad Sudjai ini yang mengurusi program BMW
sendirian. Lalu Achmad Sudjai melihat Ahmad Ainul Illah memiliki
kecakapan tertentu maka di rekrut oleh Achmad Sudjai untuk membantunya
menjalankan program BMW. Achmad Sudjai menerangkan
pertimbangannya saat itu hanya agar program ini bisa dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.42
Dalam menjalankan program BMW, proses komunikasi antara
Ahmad Ainul Illah dan Achmad Sudjai dilakukan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung dilakukan pada
hari jumat malam yakni pada saat rapat mingguan yang diadakan secara
rutin. Komunikasi secara tidak langsung dilakukan melalui telpon atau
Whatsapp.
70
Bentuk koordinasi Achmad Sudjai dengan Ahmad Ainul Illah
sifatnya tergantung situasi. Keputusan berkenaan dengan sesuatu yang
penting bersifat instruktif dari Achmad Sudjai. Kalau yang sifatnya teknis
lapangan yang tidak mengakibatkan dampak yang besar diserahkan kepada
Ahmad Ainul Illah. Achmad Sudjai menyerahkan keputusan ke Ahmad
Ainul Illah dan menilai Ahmad Ainul Illah bisa mengambil keputusan
sendiri.43
Jika dilihattrack record-nya selama ini keputusan-keputusan yang dihasilkan lebih banyak merupakan keputusan dari Achmad Sudjai.44
Ahmad Ainul Illah memberikan contoh, misalnya keputusan untuk
mengadakan penagihan kepada orang-orang yang tidak membayarkan
setoran angsuran. Bahkan orang-orang yang macet angsurannya cukup
banyak. Akhirnya keputusan tersebut diambil oleh Achmad Sudjai. Selain
itu Achmad Sudjai pula yang memberikan keputusan untuk membagikan
dana hibah kepada para anggota yang rajin mengikuti pengajian. Keputusan
ini diambil dikarenakan sepinya Kajian Bisnis, bahkan yang hadir tidak
sampai 15 orang dari 100 orang. setelah adanya keputusan tersebut, jumlah
anggota yang menghadiri Kajian Bisnis meningkat drastis bahkan mencapai
100 orang.45
43Ibid.
71
Semua keputusan untuk peminjaman merupakan keputusan Achmad
Sudjai. Sebelum memberikan keputusan peminjaman Achmad Sudjai
terlebih dahulu menanyakan kelancaran pembayaran dari orang-orang
kepada Ahmad Ainul Illah karena Ahmad Ainul Illah lah yang lebih
mengetahui. Jika lancar maka akan diberi kesempatan untuk pinjam lagi
bahkan nominalnya bisa meningkat. Misalnya ketika Achmad Sudjai
menanyakan bulan ini berapa anggota yang meminta? Jumlah kas di bank
ada berapa? Kas yang ada di tangan berapa? Nanti Achmad Sudjai
memberikan keputusan misalnya yang minta pinjaman sekian dipending
dulu, nanti dialokasikan bulan depan.46
Dalam menyelenggarakan Ngaji Bisnis yang menjalankan adalah
Ahmad Ainul Illah. Ahmad Ainul Illah yang akan mempersiapkan tempat
dan undangan. Mengenai tema dan pembicara akan didiskusikan dalam
rapat. Sedangkan Achmad Sudjai mengawasi saja selaku penanggung
jawab.47
Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Ketua Lazismu
Surabaya yang menyatakan bahwa dirinya kurang mengetahui tentang
jumlah anggota program BMW dan bagaimana kondisi-kondisinya. Ia
mengatakan yang lebih mengetahui adalah Achmad Sudjai dan Ahmad