• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : Pendahuluan

E. Kegunaan Penelitian

12

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses manajemen dakwah pada program Bina Mandiri Wirausaha oleh Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah Muhammadiyah Surabaya dan implikasi program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya.

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memperkaya khazanah teoritis tentang manajemen yang dilakukan lembaga dakwah pada komunitas masyarakat tertentu. Secara Teoritis penelitian ini memperkaya kajian komunikasi ditinjau dari proses manajemen organisasi berdasarkan teori manajemen modern.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah dalam rangka mengelola program dakwah komunitas. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan umpan balik terhadap proses manajemen dakwah yang telah dilaksanakan dari komunitas yang menjadi sasarannya. Penelitian ini juga menjelaskan respon dari sasaran dakwah komunitas BMW, hal ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi LAZIS Muhammadiyah Surabaya untuk merumuskan manajemen program yang semakin efektif.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti di lingkungan,

seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi

kemasyarakatan dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.1

Penelitian lapangan ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.2 Peneliti menggunakan studi awalan terlebih dahulu dengan menggunakan metode wawancara dan penelusuranwebsite, kemudian melanjutkan perolehan data lebih mendalam dengan metode wawancara mendalam dan diskusi.

Karakteristik riset kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah menjelaskan fenomena secara mendalam melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini hendak menggali proses manajerial yang terjadi di Lazismu Surabaya dalam mengelola program BMW. Untuk mendapatkan data yang utuh dan mendalam mengenai proses manajerial yang terjadi dan implikasinya.

1Sarjono,Pandung Penulisan Skripsi,(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008), 21.

39

Dalam penelitian ini peneliti menjadi instrument yang secara aktif ke lapangan penelitian secara mendalam.

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini dapat di klasifikasikan ke dalam penelitian deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi maupun variable tertentu.3 Penelitian ini tanpa hipotesis, sebagaimana pada penelitian deskriptif biasanya.4

B. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian salah satunya dapat dilihat dari spesialisasi (interest) bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan.5 Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen, khususnya pada wilayah manajemen dakwah. Pendekatan tersebut digunakan untuk mengkaji secara keseluruhan tentang proses manajemen dan implikasi manajemen pada Lazismu Kota Surabaya, khususnya program BMW.

Salah satu isu yang cukup penting diperhatikan dalam kajian mengenai manajemen dakwah adalah terkait proses dan implikasinya pada pelanggan. Perhatian pada hal ini akan dapat menyingkap segala kegiatan atas pengelolaan

3Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2011), 48.

4Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei,Metode Penelitian Dakwah,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), 128.

5Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), 16.

40

manajemen yang memproses masukan (in-put) menjadi keluaran (out-put). Apakah memang ada keterhubungan secara kualitatif antara masukan dan keluaran manajemen.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengelola program Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Kota Surabaya. Peneliti tidak menempatkan pengurus Lazismu secara umum sebagai subjek penelitian dikarenkan dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada salah satu program yaitu program Bina Mandiri Wirausaha (BMW). Objek penelitian adalah objek yang menjadi titik perhatian di dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah proses manajerial yang dilakukan dalam mengelola Program BMW dan implikasinya bagi lembaga Lazismu dan masyarakat.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada pengurus program Bina Mandiri Wirausaha Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya dan wawancara kepada anggota Bina Mandiri Wirausaha.

41

Wawancara pada pengurus program BMW Lazis Muhammadiyah Surabaya dilakukan untuk mengetahui proses yang dilakukan lembaga tersebut dalam melakukan pengelolaan program dakwah komunitas melalui program Bina Mandiri Wirausaha. Sedangkan data dari anggota binaan program Bina Mandiri Wirausaha digunakan untuk mengetahui implikasi dari adanya program tersebut bagi dakwah komunitas Muhammadiyah di Surabaya.

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran dan dokumentasi terhadap website resmi Lazismu Surabaya dan buletin bulanan yang diberikan kepada donatur. Dariwebsitedan buletin tersebut didaparkan data mengenai penyelenggaraan program BMW selama ini.

2. Profil Informan Pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya

Untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui wawacara pada pengurus yang terlibat dalam mengelola program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya dan pengurus yang mengetahui keberadaan program ini sejak awal pendiriannya.

Tabel 3.1.

Identitas Informan Pengurus Lazismu Surabaya

Nama Informan Kedudukan Kriteria

Sunarko, S.Ag. Ketua Lazismu

Surabaya tahun 2015-2020

• Pihak yang terlibat dalam perumusan program Bina Mandiri Wirausaha

42

• Pihak yang menerima

pertanggung jawaban

tahunan program Bina

Mandiri Wirausaha

Achmad Sudjai Ketua Program

Bina Mandiri

Wirausaha

Penanggung jawab program Bina

Mandiri Wirausaha Lazismu

Surabaya Ahmad Ainul Illah Bidang Adminstrasi program Bina Mandiri Wirausaha • SDM yang melakukan pencatatan adminstratif program pinjaman tanpa bunga

• SDM yang terlibat dalam operasioanlisasi kegiatan Bina Mandiri Wirausaha

3. Profil Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha

Untuk mengetahui implikasi program Bina Mandiri Wirausaha di Masyarakat Surabaya, maka peneliti melakukan penggalian data pada beberapa anggota binaan program Bina Mandiri Wirausaha Lazismu Surabaya yang telah mengikuti program ini sejak awal pendirian hingga sekarang.

Tabel 3.2.

Indeititas Informan Anggota Bina Mandiri Wirausaha

43

Khusnul Anggota

BMW

• Warga Kedinding yang

melaporkan masalah adanya riba pada pengurus Lazismu.

• Telah mengikuti program

BMW sejak awal sampai sekarang.

• Penerima dana hibah

Yu Ma Anggota

BMW

• Salah satu warga yang dahulunya menjalankan praktik riba.

• Telah mengikuti program

BMW sejak awal sampai sekarang.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data terkait dengan proses manajemen yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya dalam mengelola program Bina Mandiri Wirausaha, peneliti menggunakan 3 metode pengumpulan data, yaitu wawancara, diskusi dan observasi. Wawancara dilakukan peneliti dengan berinteraksi atau berhadap-hadapan langsung dengan informan. Metode wawancara dalam penelitian ini menjadi metode utama bagi peneliti untuk melakukan penggalian data. Sedangkan dua metode yang selainnya bersifat menunjang

44

peneliti untuk mendapatkan data-data tertentu yang sulit digali dengan wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara semi terstruktur.6 Peneliti telah menyusun poin-poin penting dalam konsep manajemen, namun tidak sampai pada penyusunan instrumen wawancara. Poin-poin itulah yang peneliti jadikan pijakan dalam melakukan wawancara. Peneliti juga mengembangkan poin-poin tersebut sesuai dengan data yang peneliti terima ketika melakukan proses wawancara.

Metode pengumpulan data lainnya dalam penelitian ini adalah diskusi dan observasi. Metode diskusi dalam penelitian ini dilakukan melalui obrolan informal (keakraban) yang dilakukan oleh peneliti dengan para pengurus. Melalui diskusi ini diketahui bagaimana pemaknaan pengurus Lazismu atas pekerjaannya sebagai pengurus Lazismu. Pemaknaan inilah yang menggerakkan mereka dalam menjalankan tugas-tugas organisasi. Sedangkan metode observasi dilakukukan peneliti adalah dengan mengikuti program pembinaan yang diberikan Lazismu kepada anggota program BMW. Dalam proses observasi tersebut peneliti mengamati isi acara dan panitia penyelenggara acara. Dari proses observasi ini peneliti mendapatkan gambaran kongrit mengenai penyelenggaraan kegiatan pembinaan untuk anggota BMW.

45

5. Metode Triangulasi Data

Dalam penelitian kualitatif, faktor keabsahan data juga perlu diperhatikan. Peneliti menggunakan wawancara mendalam untuk pengumpulan data kepada beberapa informan. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap informasi yang telah didapatkan untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan. Apabila ternyata ada informasi yang bertentangan peneliti harus mengonfirmasi perbedaan itu kepada informan. Hasil informasi itu perlu diuji lagi dengan informasi-informasi sebelumnya karena bisa jadi hasil konfirmasi itu bertentangan dengan informasi-informasi yang telah dihimpun sebelumnya.7

Proses triangulasi tersebut di atas dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaa-perbedaan dan tidak ada lagi perbeda-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.8

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi merupakan ide bahwa melihat sesuatu hal dari beberapa sudut pandang bisa meningkatkan keakuratan.9Triangulasi dilakukan dengan cara mewawancari 3 orang pengurus Lazismu Surabaya untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang proses manajerial dalam program BMW.

7Burhan Bungin,Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis Ke Atas Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), 203.

8Ibid.,204.

9W. Lawrence Neuman,Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi 7,(Jakarta : Indeks, 2015), 186.

46

Pernyataan salah satu informan akan dihubungkan dan dibandingkan dengan informan yang selainnya. Peneliti akan melihat kekonsistenan jawaban dari ketiga informan tersebut sehingga di dapatkan data yang akurat.

Pernyataan dari ketiga informan ini juga ada yang bersifat saling melengkapi karena keterbatasan pengamatan masing-masing informan mengenai kejadian manajerial tertentu. Misalnya pada kegiatan yang sifatnya teknis lebih diketahui oleh salah satu informan karena beliau yang menjalankan teknis kegiatannya. Pada data yang demikian peneliti kesulitan untuk membandingkan melalui informan yang lain. Oleh karena itu dalam menguji keakuratan data teknis, peneliti menggunakan cara observasi langsung dengan mengikuti kegiatan pembinaan yang dilakukan Lazismu

Pengukuran validitas dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunjukkan hubungan yang tetap antara konsep abstrak yang telah didefinisikan dan ukuran yang telah dikalibrasi secara cermat untuk penampilan empirisnya.10 Agar dianggap valid, klaim kebenaran peneliti harus masuk akal dan cukup baik untuk dimengerti oleh banyak orang. masuk akal disini maksudnya peneliti tidak mengklaim bahwa pernyataannya adalah satu-satunya kebenaran di dunia, melainkan merupakan deskripsi yang kuat dan persuasif yang mengungkapkan pengalaman asli peneliti dengan data empiris.11 Penelitian kualitatif

10Ibid., 242. 11Ibid.

47

memperoleh validitas ketika didukung oleh berbagai potongan data empiris yang beragam.

E. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung sampai selesai dalam periode tertentu. Jika data yang diperoleh dari wawancara belum memuaskan, maka peneliti melakukan wawancara lagi sampai data yang diperoleh sesuai dengan keinginan peneliti.

Analisis data dibagi menjadi tiga tahapan sesuai yang dijelaskan Miles dan Huberman dikutip dalam Sugiyono, yaitu:

1. Reduksi Data(Data Reduction)

Reduksi data dalam penelitian yaitu menyederhanakan dan menyeleksi hal-hal penting yang menjadi pokok dalam permasalahan. Data yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data pada tahap selanjutnya. Reduksi data juga memudahkan peneliti untuk mencari dan menemukan kembali data saat diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi: a. Teks naratif

b. Grafik, matrik, jaringan, dan bagan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teks naratif dalam menyajikan data penelitian. Peneliti mendeskripsikan semua informasi yang ada di lapangan dan mengolah hasil wawancara dengan informan mengenai proses manajemen LAZISMU pada komunitas BMW. Pengolahan data dan hasil wawancara di

48

lapangan kemudian diklarifikasi sampai peneliti membuat suatu simpulan. Simpulan ini disajikan dengan teks naratif.

3. Simpulan

Penarikan simpulan dalam kualitatif dilakukan peneliti secara terus-menerus berdasarkan data-data dengan bukti yang valid. Dalam tahapan ini pengecekan ulang perlu dilakukan agar data yang diperoleh sama dengan informasi dan catatan yang diperoleh peneliti sebelumnya.12

BAB IV

MANAJEMEN BINA MANDIRI WIRAUSAHA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA

A. Profil Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya

1. Sejarah Berdirinya LAZIS Muhammadiyah Surabaya

LAZIS Muhammadiyah Surabaya lahir berdasarkan adanya amanat dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang arahan untuk berdirinya LAZIS Muhammadiyah sampai dengan tingkat daerah. LAZIS Muhammadiyah Kota Surabaya dibentuk dan didirikan pada tanggal 14 September 2007 dengan SK dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya. Berdirinya LAZIS Muhammadiyah juga didorong adanya Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai dasar hukum bagi organisasi masyarakat guna menggali sumber dana ZIS Undang – undang ini dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan zakat secara profesional.1

Selain adanya Undang-Undang tentang pengelolaan zakat, berdirinya Lazismu juga berangkat dari karakteristik organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah yang berkemajuan dan

1Wahanani Mawasti. “Usaha Penyadaran Berzakat dan Penumbuhan Kepercayaan Masyarakat Muslim Kelas Menengah Terhadap Lembaga Amil Zakat, Infaq & Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya” (Tesis—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016), 56.

50

memiliki berbagai amal usaha sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo, balai kesehatan dan sekolah, yang dimaksudkan

untuk memberdayakan kaum mustad’afin dan memberikan kemudahan

pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin. Untuk menjalankan berbagai amal suaha, organisasi Muhammadiyah sangat bergantung pada dana zakat, infak dan shodaqoh yang ada di masyarakat. Oleh karena itu selaras dengan adanya undang-undang pengelolaan zakat dan juga karakter organsiasi Muhammadiyah maka dibentuklah LAZIS Muhammadiyah sebagai LAZIS yang berkemajuan.2

Di dalam organisasi besarnya yakni Muhammadiyah, Lazismu memiliki peran sebagaifund risingdi dalam Muhammadiyah. Berpijak pada poissi LAZISMU sebagai lembaga intermediate, maka dalam penyaluran dan pendayagunaan dana ZISKA bersinergi dengan berbagai lembaga baik di internal Muhammadiyah maupun lembaga di luar Muhammadiyah.3 Misalnya dengan MPM dalam program pemberdayaan masyarakat, dengan MEK dalam pembentukan Maida Bakery, dengan MPS dalam program kurban Pak Kumis, dll.

2. Visi, Misi dan Kebijakan Strategis LAZIS Muhammadiyah Surabaya

Visi LAZIS Muhammadiyah adalah Menjadi lembaga zakat terpercaya sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.4

2Ibid.

3Redaksi, “Bergerak Serentak Berdayakan Ekonomi Umat Dengan Ziska”, Majalah Donatur LAZIS Muhammadiyah, Edisi 111, (April, 2017), 11.

4LAZIS Muhammadiyah Kota Surabaya, Majalah Donatur LAZIS Muhammadiyah, Edisi 111, (April, 2017), 5.

51

Dalam rangka mencapai visi organisasi maka LAZIS Muhammadiyah memiliki beberapa misi organisasi, diantaranya : (1) Optimalisasi kualitas pengelolaan ZIS yang amanah, professional dan transparan; (2) Optimalisasi pendayagumaam ZIS yang kreatif, inovatif, dan produktif; dan (3) Optimalisasi pelayanan donator.5

3. Susunan Pengurus Lazismu Kota Surabaya Periode 2015-2020

Struktur organisasi LAZIS Muhammadiyah Surabaya terdiri dari Dewan Syariah, Dewan Pengawas, dan Badan Pengurus. Badan pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya terdiri dari : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota.

Secara rinci Struktur kepengurusan LAZIS Muhammadiyah periode 2015-2020 adalah sebagai berikut :6

a. Dewan Syariah : Syamsun Aly,MA, Imanan, S.Ag, Imam Syaukani, M.Ag

b. Dewan Pengawas : Drs. Misrin Hariyadi, Drs. Ezif F. Wasian, Hamri Al-Jauhari, M.Ag

c. Badan Pengurus

1) Ketua : Sunarko

2) Wakil Ketua : Achmad Sudjai, Abdul Hakim, Imam Ghozali 3) Sekretaris : Andri Kurniawan

4) Wakil Sekretaris : Muhammad Khoirul Anam

5Ibid. 6Ibid.

52

5) Bendahara : Syamsul Huda

6) Anggota : Ahmad Ainul Illah, Fathchurrohman, Aksar Wiyono, Rahmat Edy Hidayat

4. Program LAZIS Muhammadiyah Surabaya

LAZIS Muhammadiyah Surabaya memiliki 3 program yaitu : (1)

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Micro Economic

Empowerment); (2) Program Pengembangan pendidikan (Education Development); dan (3) Program Pelayanan Sosial dan Dakwah (Sosial & Dakwah Services).7

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan UKM BMW (Bina Mandiri Wirausaha). Sedangkan program pengembangan pendidikan dilakukan melalui berbagai macam kegiatan seperti pemberian beasiswa bagi siswa SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, pemberian bantuan sarana pendidikan bagi siswa kurang mampu, dan lain-lain. Sedangkan program pelayanan sosial dan dakwah diantaranya melalui bantuan ambulan, bantuan pemberian kursi roda peduli disabilitas, dan lain-lain.8

B. Profil Bina Mandiri Wirausaha LAZIS Muhammadiyah Surabaya 1. Latar Belakang

Awal mula adanya program BMW menurut Ketua Lazismu Surabaya berasal dari adanya informasi yang diterima oleh ketua Lazismu pada saat itu

7Sunarko,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 8Ibid.

53

dari seorang donatur yang menginformasikan tentang adanya orang-orang yang terjerat rentenir di daerah Kedinding Surabaya sampai harus menggadaikan rumahnya kepada rentenir tersebut karena tidak mampu mengembalikan hutang dan besarnya bunga.9Dari cerita tersebut akhirnya ketua Lazismu pada saat itu yaitu Yatno dan Sunarko selaku bendahara Lazismu mendiskusikannya dengan para pengurus yang lain.

Pernyataan ketua Lazismu tersebut senada dengan pernyataan Ketua program BMW. Beliau menjelaskan bahwa adanya program BMW dilatar belakangi karena adanya keprihatinan bahwa biasanya usaha kecil itu biasanya banyak yang terjerat kepada rentenir. Ketua program BMW menilai adanya kecendrungan pengusaha kecil untuk meminjam modal ke rentenir dikarenakan ketidak mampuan mereka untuk meminjam uang di bank. Ketidak mampuan ini disebabkan mereka tidak memiliki jaminan untuk meminjam uang di bank. Kejadian pengusaha kecil yang meminjam uang ke rentenir ini juga banyak dijumpai di lingkungan informan bahwa pengusaha kecil rata-rata jika pinjam uang akan meminjam ke rentenir.10

Fenomena sosial tersebut sesuai dengan pasal 5 ayat 3 Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 01/PED/I.0/B/2017 tentang LAZISMU dijelaskan bahwa salah satu tujuan pengelolaan dana ZISKA adalah meningkatkan kemampuan ekonomi umat melalui pemberdayaan usaha-usaha produktif. LAZISMU diperbolehkan membangun perusahaan dari uang zakat,

9Sunarko,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017. 10Achmad Sudjai,Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2017.

54

untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya diberikan kepada mustahiq dalam jumlah yang relatif besar sehingga terpenuhi kebutuhan para mustahiq dengan lebih leluasa. Lazismu juga bisa memberdayakan para mustahiq di dalam pengelolaan perusahaan yang didirikannya dengan bentuk memberikan kesempatan kerja. Lazismu dapat membuka peluang usaha bagi para pelaku usaha yang tergolong dalam kategori fakir miskin.11

Atas dasar pertimbangan tersebut dibentuklah UKM-BMW (Unit Keuangan Mikro – Bina Mandiri Wirausaha). UKM-BMW ini menyalurkan dana pinjaman tanpa bunga kepada para pelaku usaha mikro yang tergolong dalam kategori fakir, miskin dan fisabilillah. Para pelaku usaha mikro binaan UKM-BMW LAZISMU Kota Surabaya berasal dari berbagai sector usaha diantaranya makanan, minuman dan kerajinan.

2. Tujuan

Ketua Program BMW menyatakan tujuan dari adanya program BMW ada empat yakni : (1) pemberdayaan masyarakat kecil dan menengah, (2) memberantas riba, (3) membentuk jaringan pengusaha kecil, dan (4) memberikan pembinaan rutin mengenai wawasan usaha di dalam Islam.12

3. Sasaran dan Keanggotaan

Ketua Lazismu Surabaya menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran program BMW adalah mereka yang belum memiliki usaha kemudian

11Ibid., 12.

55

dibantu permodalannya untuk usaha dan mereka yang sudah punya usaha kemudian dibantu permodalannya agar semakin bertambah. Sasaran program ini tidak hanya pada warga Muhammadiyah saja, tetapi juga banyak orang umum (di luar Muhammadiyah).13

Untuk penyaluran dana pinjaman, mereka bergabung dalam sebuah kelompok yang terkoordinir. Bentuk tanggung jawab pengembalian dana pinjaman adalah tanggung renteng. Setiap bulan, mereka diundang untuk mendapat pelatihan, pembinaan dan pendamipingan. Tidak jarang pula mereka mendapat suntikan dana hibah untuk mengembangkan usaha.

Berikut nama-nama kelompok yang dibina dalam program Bina Mandiri Wirausaha :

1. Kelompok Ahmad Dahlan 2 a. Daerah Kedinding b. Ketua : Sarwi 2. Kelompok Ahmad Dahlan 5

a. Daerah Kedinding 3. Kelompok Amien Rais

a. Ketua Muh Anam 4. Kelompok Kreatif Mandiri

a. Daerah Bubutan b. Ketua : Joko 5. Kelompok PRM

56

a. Daerah Simokerto Sidoyoso Masjid Ahmad Yani b. Ketua : Abdul Hakim A

6. Kelompok Hidayatullah a. Simokerto

b. Ketua : Sri Wilujeng (istri Abdul Hakim, ketua kelompok PRM) 7. Kelompok Raihana

a. Daerah Kalilom b. Ketua : Sri Wilujeng 8. Kelompok Al Mukminun

a. Daerah Bulak Banteng 14 b. Ketua: Sumarsih

9. Kelompok Lawang Sewu

a. Daerah Simolawang Kapasan b. Ketua : Muhammad Khoirul Anam 10. Kelompok Bunga

a. Sidoyoso (Makam Rangkah) b. Ketua : Sumarni

C. Proses Manajemen Program BMW 1. Perencanaan

Data perencanaan yang penulis dapatkan bersumber dari hasil wawancara dikarenakan Lazismu tidak memiliki perencanaan secara tertulis. Menurut Ketua Lazismu, program BMW direncanakan sejak 1 tahun BMW berdiri. Proses perencanaan dilakukan melalui proses diskusi

57

yang dilakukan oleh ketua Lazismu dengan para pengurus Lazismu pada saat itu. Ide lahirnya program ini tidak berasal dari pengurus melainkan dari informasi yang disampaikan oleh donatur mengenai adanya praktik riba yang banyak menjerat warga Kedinding Surabaya.

Pernyataan ketua Lazismu tersebut senada dengan pernyataan Ketua program BMW. Beliau menjelaskan bahwa adanya program BMW dilatar belakangi karena adanya keprihatinan bahwa biasanya usaha kecil itu biasanya banyak yang terjerat kepada rentenir. Ketua program BMW menilai adanya kecendrungan pengusaha kecil untuk meminjam modal ke rentenir dikarenakan ketidak mampuan mereka untuk meminjam uang di bank. Ketidak mampuan ini disebabkan mereka tidak memiliki jaminan untuk meminjam uang di bank. Kejadian pengusaha kecil yang meminjam uang ke rentenir ini juga banyak dijumpai di lingkungan informan bahwa pengusaha kecil rata-rata jika pinjam uang akan meminjam ke rentenir.14

Dokumen terkait