• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPI RAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

NOMOR :

P.03/MENHUT-V/2004

TANGGAL :

22 JULI 2004

BAGI AN KETI GA

PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOI SASI HUTAN KONSERVASI

DALAM RANGKA

GERAKAN NASI ONAL REHABI LI TASI HUTAN DAN LAHAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan untuk

terwujudnya kelestarian tipe-tipe ekosistem, sumberdaya alam hayati

didalamnya serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih

mendukung optimalisasi fungsinya, antara lain dilakukan dalam bentuk

penetapan keterwakilan tipe ekosistem tersebut sebagai hutan konservasi

(Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru).

Kondisi hutan konservasi di beberapa lokasi saat ini telah mengalami

degradasi, dan telah menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati,

serta menurunnya kualitas habitat tumbuhan dan satwa liar, yang

mengganggu keseimbangan lingkungan dan fungsi hutan konservasi. Untuk

memulihkan kondisi tersebut, perlu adanya upaya rehabilitasi pada hutan

konservasi.

Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan sesuai

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 349/ Kpts-I I / 2003, dirasakan belum

cukup mengatur penyelenggaraan rehabilitasi di hutan konservasi. Oleh

karena itu agar kegiatan rehabilitasi dapat terlaksana dengan baik, maka perlu

disusun Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi.

B.

Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya pedoman ini adalah tersedianya aturan sebagai acuan

atau dasar pelaksanaan rehabilitasi di hutan konservasi bagi para pelaksana,

dengan tujuan agar pelaksanaan rehabilitasi di hutan konservasi dapat

berjalan secara tertib dan efektif.

C.

Batasan/ Pengertian

(2)

1.

Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu , yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan

satwa serta ekosistemnya yang terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam

(KSA), Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru (TB).

2.

Kawasan Hutan Suaka Alam (KSA) adalah hutan dengan ciri khas tertentu,

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga

berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan yang terdiri dari Cagar

Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM).

3.

Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA) adalah hutan dengan ciri khas

tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa, serta

pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,

yang terdiri dari Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA) dan

Taman Hutan Raya (Tahura).

4.

Taman Buru (TB) adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat

wisata berburu.

5.

Reboisasi hutan konservasi adalah kegiatan perbaikan habitat dengan

melakukan penanaman pada bagian kawasan Suaka Margasatwa, Taman

Nasional selain di dalam zona inti, Taman Wisata Alam, Taman Hutan

Raya dan Taman Buru yang mengalami kerusakan.

6.

Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai

penanaman berupa kegiatan penyulaman dalam jumlah per satuan luas

sesuai dengan standar hasil yang ditentukan dan dilakukan dalam kurun

waktu dua tahun.

7.

Pengamanan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah

dan menanggulangi berbagai gangguan yang disebabkan oleh perbuatan

manusia, kebakaran, satwa, ternak, hama dan penyakit, guna

mendapatkan tanaman yang berkualitas dalam jumlah per-satuan luas

sesuai dengan standar hasil yang ditentukan dan dilakukan dalam kurun

waktu dua tahun setelah selesai penanaman.

8.

Pembinaan habitat adalah kegiatan berupa pemeliharaan/ perbaikan

lingkungan tempat hidup satwa dan atau tumbuhan dengan tujuan agar

satwa dan tumbuhan tersebut dapat terus hidup dan berkembang secara

dinamis dan seimbang melalui pengkayaan jenis dan pengendalian

tanaman pesaing.

9.

Bibit merupakan suatu tanaman muda yang berasal dari benih , stek atau

cabutan anakan pohon jenis asli/ endemik.

10.

Jenis asli/ endemik adalah jenis pohon yang pernah tumbuh dan atau

masih ada, dan berkembang di lingkungan wilayah kawasan tersebut

berada.

11.

Suksesi alami adalah proses regenerasi ekosistem yang diserahkan kepada

(3)

D.

Sasaran

Sasaran kegiatan rehabilitasi di hutan konservasi adalah areal yang rusak pada

kawasan Suaka Margasatwa, Taman Nasional (di luar zona inti), Taman

Wisata Alam, Taman Hutan Raya dan Taman Buru.

E.

Ruang Lingkup

(4)

BAB I I

RENCANA TEKNI S

A.

Rancangan Kegiatan

1.

Rancangan kegiatan memuat rancangan kegiatan fisik dan biaya, yang

dituangkan dalam buku rancangan dan dilampiri dengan peta rancangan

kegiatan.

2.

Rancangan kegiatan fisik menguraikan secara rinci mengenai :

a.

Lokasi, yaitu provinsi, kabupaten, DAS/ Sub DAS, Wilayah Konservasi,

status kawasan, unit/ blok penanaman, yang dituangkan dalam risalah

lapangan dan peta lokasi (skala 1:250.000 / skala 1: 100.000).

b.

Uraian kegiatan, meliputi jenis kegiatan, cara pembuatan, risalah fisik

lapangan, target luas, volume/ jumlah dan jenis tanaman/ bangunan,

input fisik (sarana produksi) bahan, peralatan kerja, pemeliharaan

tanaman dan bangunan, sarana-prasarana kerja (gubug kerja, jalan

hutan/ inspeksi) tenaga kerja, pelaksana kegiatan dan jadwal waktu.

c.

Gambar dan peta rancangan sebagai acuan pelaksanaan di lapangan.

Gambar rancangan memuat gambar bangunan (design/ bestek

bangunan), pola tanam (sistem pertanaman: campuran, sejenis, tata

letak) dan peta rancangan yang memuat situasi lapangan, batas luar

dan batas petak tanaman, batas alam, letak tanaman (tegakan sisa

dan baru), jalan masuk (angkutan bibit), jalan inspeksi dll. Skala peta

disesuaikan dengan jenis kegiatan masing-masing (skala 1:1.000 /

skala 1:10.000).

3.

Rancangan Anggaran Biaya (RAB) memuat uraian secara rinci mengenai

kebutuhan biaya per jenis pekerjaan dan jumlah biaya keseluruhan yang

didasarkan pada rancangan fisik dan harga satuan dari setiap komponen

pekerjaan.

4.

Rancangan masing-masing kegiatan secara spesifik menyesuaikan dengan

kegiatan, satuan, target, dan kondisi setempat.

B.

Penyusunan Rancangan

Pembuatan tanaman didasarkan pada perencanaan yang dituangkan dalam

rancangan teknis rehabilitasi hutan konservasi.

Materi yang dituangkan dalan rancangan teknis tersebut meliputi :

1.

Target luas (letak/ lokasi, peta kerja skala 1 : 10.000 atau 1: 20.000).

2.

Jenis dan jumlah tanaman (jumlah tanaman sudah termasuk bibit untuk

penyulaman T-0).

3.

Jenis dan jumlah tanaman untuk pemeliharaan T+ 1 dan T+ 2.

4.

Pembiayaan (dituangkan dalam Rencana Anggaran Biaya).

(5)

6.

Pengangkutan bibit (termasuk mekanisme/ proses pengangkutan bibit dari

tempat pembibitan – penampungan sementara - lokasi penanaman.

7.

Pengadaan sarana dan peralatan kerja.

8.

Organisasi pelaksana pembuatan tanaman.

9.

Pembersihan lapangan pada areal yang akan ditanami (bukan berarti

harus land clearing).

10.

Pengukuran batas lokasi, tata letak, blok-blok tanaman, jalan hutan dll.

11.

Pembuatan lobang tanaman.

12.

Pemasangan ajir pada areal (lu bang) tanaman yang telah dibuat sesuai

penyebaran tanaman.

13.

Model rehabilitasi dapat dilaksanakan melalui pola cemplongan/ piringan,

jalur dll.

C.

Organisasi Pelaksana Penyusunan Rancangan

Organisasi pelaksana penyusunan rancangan pembuatan tanaman reboisasi

hutan konservasi adalah sebagai berikut :

1.

Penanggungjawab/ Pengesah Kepala Balai KSDA untuk kawasan Suaka

Margasatwa dan Taman Wisata Alam serta Kepala Balai Taman Nasional

untuk kawasan Taman nasional.

2.

Penyusun, Aparat/ petugas yang ditunjuk oleh Kepala Balai KSDA untuk

kawasan Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam serta oleh Kepala

Balai Taman Nasional untuk kawasan Taman nasional.

3.

Penilai, kepala Balai Pengelolaan DAS.

D.

Tahapan Penyusunan Rancangan

1.

Mengumpulkan bahan, data dan menganalisa data.

Hasil pengumpulan data, pengolahan dan analisa data beberapa

diantaranya dituangkan dalam gambar dan peta.

2.

Mengadakan orientasi lapangan, perisalahan lokasi, pengukuran dan

pemancangan batas areal tanaman.

3.

Pengolahan dan analisa data, serta menyusun draft rancangan dan sketsa

lapangan pembuatan tanaman reboisasi.

4.

Mengadakan rapat koordinasi dengan instansi/ lembaga terkait untuk

membahas draft rancangan.

5.

Memperbaiki rancangan yang telah dibahas menjadi draft I .

6.

Draft I dinilai oleh Pejabat I nstansi berwenang melalui rapat koordinasi

dengan instansi/ lembaga terkait.

7.

Naskah dan peta rancangan diperbaiki menjadi draft final.

(6)

9.

Perubahan dalam rancangan dapat dilakukan

sesuai prosedur

penyusunan, dan merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dengan

rancangan semula sesuai dengan bidang/ kegiatannya.

E.

Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan perencanaan teknis adalah buku rancangan rehabilitasi hutan

konservasi dilampiri peta yang diperlukan dan telah dinilai oleh Kepala Balai

Pengelolaan DAS, dan telah disahkan oleh Kepala Balai KSDA/ TN.

Buku rancangan teknis pembuatan tanaman rehabilitasi dalam rangka

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan disusun dengan mengikuti

ketentuan sebagai berikut :

1. Judul

: RANCANGAN …. (kegiatan yang sesuai) ….

GERAKAN NASI ONAL REHABI LI TASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN ...

Lokasi : ………..

Luas : ………

Desa : ………...

Kecamatan : ………...

Kabupaten : ………

Provinsi : ………

DAS/ Sub DAS : ………...

2. Format :

a. Bentuk

: Buku, ukuran A4/ folio, memanjang (landscape)

b. Warna sampul : Orange

c. Penyajian : Uraian, tabel/ daftar, diagram, gambar bagan/pola

tanam, gambar konstruksi, peta rancangan, peta

lokasi/ peta situasi

3. Muatan : Rancangan Fisik dan Rancangan Biaya (RAB)

4. Naskah Rancangan

KATA PENGANTAR

DAFTAR I SI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPI RAN

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Dasar Penyusunan

I I . KEADAAN LOKASI KEGIATAN

A. Biofisik

(7)

2. JenisTanah

3. Topografi

4. Hidrologi

5. Penutupan Lahan/ Vegetasi

6. Fauna

B. Sosial Ekonomi

1. Demografi

2. Mata pencaharian

3. Tenaga kerja

I I I . RENCANA TEKNI K DAN PERLAKUAN

A. Rencana Fisik Tanaman

B. Pola Tanam

C. Jadwal Waktu Pelaksanaan

D. Rencana Kebutuhan Biaya

LAMPI RAN

Ø

Gambar/ design konstruksi

(8)

BAB I I I

PEMBUATAN TANAMAN

A.

Perencanaan

Pembuatan tanaman didasarkan pada perencanaan yang ditu angkan dalam

rancangan teknis rehabilitasi hutan konservasi yang disusun sesuai dengan

rancangan teknis pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi yang telah

dibuat.

B.

Penyediaan Bibit

1.

Melalui Pihak Ketiga

Penyediaan bibit dalam rangka penyelenggaraan reboisasi hutan

konservasi dilakukan oleh pihak ketiga yang diatur melalui petunjuk

pelaksanaan tersendiri, dengan jenis dan kualitas bibit yang diusulkan

oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam/ Taman Nasional sesuai

dengan ketentuan sebagai berikut :

a.

Persyaratan Bibit

1)

Bibit dari Cabutan/ Puteran :

a)

Asal bibit dari dalam kawasan yang bersangkutan atau dari

tempat lain dengan bibit sejenis yang ada (pernah ada) dalam

kawasan, yang merupakan satu kesatuan ekosistem

(

bioregion

).

b)

Sehat, berbatang tunggal dan leher akar berkayu.

c)

Ukuran bibit cabutan minimal 40 cm.

d)

Tidak satu jenis (heterogen).

e)

Perlakuan bibit cabutan untuk siap tanam (menggunakan

polybag atau media lainnya).

f)

Pemupukan (pupuk organik) bila dilakukan penyemaian.

2)

Bibit dari persemaian :

a)

Benih/stek yang merupakan jenis asli/ endemik.

b)

Sehat berbatang tunggal dan leher akar berkayu .

c)

Ukuran bibit siap tanam berasal dari benih minimal 30 cm.

d)

Ukuran bibit siap tanam berasal dari stek minimal 25 cm dari

pangkal tunas

e)

Tidak satu jenis (heterogen).

f)

Perlakuan bibit untuk siap tanam (polybag atau lainnya).

(9)

3)

Persyaratan Tempat Penampungan Sementara Bibit :

a)

Lokasi terletak pada atau dekat dengan lokasi penanaman

dan dekat dengan sumber air.

b)

Tersedia naungan alam/ buatan dan topografi datar.

c)

Aksesibilitas memadai (lokasi mudah dijangkau).

d)

Pengamanan dan pemeliharaan mudah dilakukan.

2.

Mekanisme Penerimaan Bibit dari BP DAS

Bibit dinilai oleh Tim I ndependen Penilai Bibit di Tempat Penampungan

Sementara dengan disaksikan oleh petugas dari BP DAS dan Balai

KSDA/ TN selanjutnya dituangkan dalam berita acara penilaian bibit.

Pelaksanaan penilaian bibit dilakukan minimal 2 (dua) minggu setelah

bibit tiba di Tempat Penampungan Sementara.

Bibit yang belum diserah terimakan kepada Kepala Balai KSDA/ TN

pemeliharaan dan pengamanannya menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga.

Bibit yang telah lulus seleksi oleh Tim I ndependen Penilai Bibit diserahkan

oleh Kepala BP DAS kepada Kepala Balai KSDA/ TN, selanjutnya

dituangkan dalam berita acara serah terima sesuai jenis dan jumlah yang

memenuhi syarat.

Kepala Balai KSDA/ TN berhak menolak bibit yang diserahkan oleh BP DAS,

apabila tidak sesuai dengan jenis, jumlah dan kriteria/ standar yang telah

ditetapkan dalam juklak.

C.

Pelaksanaan Pembuatan Tanaman

1.

Kriteria Kawasan yang Perlu Direhabilitasi

a.

Lokasi tidak dalam sengketa/ konflik hak kepemilikan lahan (

land

tenure

).

b.

Lokasi bebas dari gangguan manusia dan ternak.

c.

Persentase kerusakan minimal 5 % dari luas fungsi kawasan/ zona

pada taman nasional; kerusakannya kompak/ terkonsentrasi; areal

yang terbuka bukan berupa padang penggembalaan; serta tidak

tersedia anakan pohon yang memungkinkan terjadinya suksesi secara

alami.

d.

Diusulkan oleh Kepala Balai KSDA/ Balai TN.

2.

Pembuatan Tanaman

a.

Persiapan

1)

Penyediaan bahan, peralatan, perlengkapan kerja dan tenaga

kerja.

2)

Pembersihan jalur/ piringan rencana tanam tanpa menebang

pohon yang telah ada.

(10)

4)

Distribusi bibit dari tempat penampungan bibit ke lokasi

penanaman. dan menempatkannya menurut arah larikan atau

lubang penanaman.

5)

Persiapan sebagaimana butir a, b, c dan d mengacu pada

dokumen rancangan yang telah disahkan.

b.

Penanaman

1)

Melepas polybag dari media tanaman dengan hati-hati (polybag

dikumpulkan dan dibawa ke luar kawasan).

2)

Meletakkan bibit dan media pada lobang tanaman yang telah

diberi pupuk organik.

3)

Penimbunan lobang tanaman dengan tanah sampai lebih tinggi

dari permukaan tanah dan pemasangan ajir pada tanaman.

c.

Pemeliharaan Tahun Berjalan (T-0)

Pemeliharaan tahun berjalan meliputi pemeliharaan bibit cadangan

untuk penyulaman, penyiangan, penyulaman dan pengamanan :

1)

Penyiangan pertama dilakukan pada antara + 15 – 30 hari setelah

bibit ditanam sekaligus melakukan monitoring fisik tanaman

(prosen tumbuh tanaman).

2)

Penyulaman dilakukan setelah penyiangan pertama untuk

mengganti tanam an yang mati/ tidak tumbuh sehat apabila

tanaman yang tumbuh kurang dari 55 % .

3)

Penyiangan kedua

dilakukan antara

15-30 hari setelah

penyulaman disesuaikan dengan kondisi setempat.

4)

Pengamanan dilakukan setelah bibit ditanam untuk mencegah dan

menanggulangi berbagai gangguan yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, kebakaran, satwa, ternak, hama dan penyakit

dalam kurun waktu berjalan.

3.

Pelaksana

a.

Dilaksanakan secara swakelola oleh BKSDA/ BTN dengan melibatkan

masyarakat setempat apabila tersedia tenaga kerja penanaman

disekitar kawasan.

b.

Dilaksanakan melalui kepeloporan TNI pada daerah yang sulit

(11)

BAB I V

PEMELIHARAAN TANAMAN

A.

Jangka Waktu Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman rehabilitasi di hutan konservasi dilakukan pada :

1.

Pemeliharaan tahun pertama (T+ 1)

2.

Pemeliharaan tahun kedua (T+ 2)

B.

Komponen Pekerjaan

1.

Pemeliharaan Tahun Pertama dan Kedua

a.

Penyulaman,

Bibit yang digunakan minimal berukuran sama atau lebih tinggi dari

bibit yang telah ditanam untuk menyamakan pertumbuhan tanaman.

Untuk tahun ke 1 dan 2 dilaksanakan pada awal musim penghujan.

Apabila prosentase hidup tanaman kurang dari 55 % , maka perlu

dilakukan penyulaman/ penanaman ulang.

b.

Penyiangan dan Pendangiran,

Penyiangan secara manual dilakukan melalui pendangiran piringan

tanah sekitar tanaman. Sisa semak/ tumbuhan hasil penyiangan harus

ditempatkan diposisi yang benar (ditanam), diupayakan agar dapat

cepat membusuk dan tidak rawan kebakaran. Kegiatan ini termasuk

memusnakan tanaman pengganggu dan tanaman eksotik/ asing

(

invasive species

) dalam rangka pengendalian hama dan penyakit

C.

Pengamanan

Pengamanan dilakukan untuk melindungi tanaman dari gangguan manusia,

satwa, ternak, dan kebakaran, antara lain melalui :

1.

Peningkatan patroli dan pengawasan secara periodik di areal tanaman.

2.

Melakukan pembersihan areal tanaman dari bahan yang mudah

terbakar/ pembuatan sekat bakar.

3.

Dalam pengamanan dan pembuatan sekat bakar pada areal tanaman

(12)

BAB V

PEMBI NAAN, PENGENDALI AN DAN PELAPORAN

A.

Pembinaan dan Pengendalian

Pembinaan dan pengendalian dilakukan melalui :

1.

Bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Balai KSDA/ TN terhadap

pelaksaan kegiatan penanaman.

2.

Monitoring fisik tanaman dilakukan secara periodik dimulai setelah 15 hari

penanaman oleh Kepala Balai KSDA/ TN atau petugas yang ditunjuk.

B.

Monitoring

Untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan pelaksanaan reboisasi/ rehabilitasi

di hutan konservasi dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (GN RHL/ Gerhan) perlu dilakukan monitoring dalam bentuk

pengawasan :

1.

Pengawasan intern dijalankan oleh unsur pelaksana kegiatan, misalnya;

Balai Taman Nasional, Balai KSDA, atau pelaksana lainnya.

2.

Pengawasan ekstern; pengawasan yang dilakukan oleh pihak di luar

organisasi pelaksana, misalnya oleh tim dari Ditjen PHKA atau Ditjen

RLPS.

C.

Evaluasi

Kegiatan pelaksanaan reboisasi/ rehabilitasi di hutan konservasi dalam rangka

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/ Gerhan) dinilai

berhasil bila prosentase tanaman yang tumbuh cukup tinggi, yaitu diatas 55

% dan bisa menutupi areal yang sebelumnya terbuka.

D.

Pelaporan

(13)

BAB VI

PENUTUP

Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi ini merupakan

panduan dalam penyelenggaraan pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi

kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/ Gerhan).

Diharapkan pedoman ini diacu oleh semua pihak yang terkait guna kelancaran dan

keberhasilan dalam penyelenggaraan pembuatan tanaman penghijauan kota

kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Hal-hal yang belum cukup diatur secara teknis agar diatur lebih lanjut oleh satker

pelaksana di daerah sebagai penjabaran lebih lanjut dan tidak bertentangan

dengan pedoman ini.

MENTERI KEHUTANAN

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi GNRHL Hutan Negara di Provinsi D.I .Yogayakarta Tahun 2007. No BDH/ RPH Petak/ Blok Pengkayaan Reboisasi Jenis

Rencana dan Realisasi Reboisasi Dalam Kawasan Hutan Produksi Di Wilayah Kerja BP DAS Benain

Rencana dan Realisasi Reboisasi Dalam Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Di Wilayah Kerja BP DAS Benain

Rencana dan Realisasi Reboisasi Dalam Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Di Wilayah Kerja BP DAS Benain

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi dan penyelenggaraan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang berbasis tahun jamak ( multi years), maka

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN (PSDH) DAN DANA REBOISASI (DR) 3 TAHUN TERAKHIR.

Ruang lingkup pedoman ini terbatas pada arahan teknis pembuatan reboisasi GN RHL/ Gerhan tahun 2004 dan selanjutnya pada lokasi/ site kawasan hutan lindung dan hutan produksi

Pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman pada kawasan hutan (hutan lindung dan hutan produksi), hutan rakyat, rehabilitasi hutan magrove dan pembuatan bangunan konservasi