NTP Sumatera Barat bulan September 2014 tercatat sebesar 100,17 atau turun sebesar 0,32 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 100,50 (September 2014). Indeks harga yang diterima petani (It) naik 0,43 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik lebih tinggi sebesar 0,76 persen.
Pada bulan September 2014 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 100,34 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 96,57 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 99,61 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 103,13 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 105,40 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Untuk Subsektor Perikanan terbagi menjadi dua, yaitu Subsektor Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 100,87 dan 106,53.
Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan September 2014 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,92 persen yang disebabkan oleh hampir semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan (1,60%),kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,46%), kelompok Perumahan (0,89%),kelompokKesehatan(0,20%)dan kelompok Pendidikan,Rekreasi, dan Olah Raga (0,12%) dan Transportasi dan Komunikasi ( 0,36%). Sedangkan kelompok kelompok Sandang mengalami deflasi, yaitu sebesar 0,54 persen.
No.57/10/13/Th. XVII, 1 Oktober 2014
P
ERKEMBANGAN
N
ILAI
T
UKAR
P
ETANI
,
D
AN
H
ARGA
P
RODUSEN
G
ABAH
A.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 SEBESAR 100,17 ATAU TURUN 0,32%
1. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator
untuk melihat tingkat kemampuan/ daya beli petani di pedesaan . NTP juga menunjukkan daya tukar
(term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya
produksi.Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/ daya beli petani.
2 Tabel1
NilaiTukarPetaniPerSubsektordanPerubahannya Agustus 2014–September 2014
(2012=100)
Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase
Agustus 2014 September 2014 Perubahan
(1) (2) (3) (4) d. Indeks Dibayar Petani 113,20 114,09 0,78
- IndeksKonsumsiRumahTangga 114,84 115,95 0,96 - Indeks BPPBM 108,48 108,72 0,22
2. Hortikultura
a.Nilai Tukar Petani (NTPH) 96,08 96,57 0,50 b.NilaiTukar Usaha Pertanian 101,96 103,01 1,02 c. Indeks Diterima Petani 108,19 109,55 1,26
- Sayur-sayuran 109,00 110,92 1,76
- Buah-buahan 106,78 107,20 0,40
-Tanaman Obat 105,72 104,81 -0,86
d. Indeks Dibayar Petani 112,60 113,45 0,76
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,01 114,99 0,86
d. Indeks Dibayar Petani 114,01 115,07 0,93
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115,55 116,72 1,01
- Indeks BPPBM 105,53 105,99 0,44
4. Peternakan
a.Nilai Tukar Petani (NTPT) 102,52 103,13 0,59 b.NilaiTukar Usaha Pertanian 107,38 108,39 0,95 c. Indeks Diterima Petani 111,46 112,69 1,10
- Ternak Besar 109,87 111,12 1,13
- Ternak Kecil 103,72 105,34 1,56
- Unggas 118,62 119,48 0,72
- HasilTernak 114,59 115,95 1,19
d. Indeks Dibayar Petani 108,72 109,27 0,50
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,10 115,07 0,85
- Indeks BPPBM 103,80 103,96 0,15
5. Perikanan
a.Nilai Tukar Petani (NTN) 105,80 105,40 -0,37 b.NilaiTukar Usaha Pertanian 113,21 113,05 -0,14 c. Indeks Diterima Petani 116,11 116,21 0,08
- Tangkap 114,62 113,28 -1,17
- Budidaya 116,48 116,91 0,38
d. Indeks Dibayar Petani 109,75 110,25 0,46
- IndeksKonsumsiRumahTangga 114,84 115,53 0,60
Kelompokdan Sub kelompok Bulan Persentase Agustus 2014 September 2014 Perubahan
(1) (2) (3) (4)
5.a. Perikanan Tangkap
a. Nilai Tukar Petani 102,56 100,87 -1,65 b. NilaiTukar Usaha Pertanian 106,29 104,74 -1,46 c. Indeks Diterima Petani 114,62 113,28 -1,17
- Penangkapan Perairan Umum 112,19 112,60 0,36 - Penangkapan Laut 114,69 113,30 -1,21
d. Indeks Dibayar Petani 111,77 112,31 0,48
- IndeksKonsumsiRumahTangga 114,67 115,38 0,62
- Indeks BPPBM 107,84 108,16 0,29
5.b. Perikanan Budidaya
a. Nilai Tukar Petani 106,60 106,53 -0,07 b. NilaiTukar Usaha Pertanian 114,99 115,19 0,17 c. Indeks Diterima Petani 116,48 116,91 0,38
- Budidaya Air Tawar 116,48 116,91 0,38
d. Indeks Dibayar Petani 109,26 109,75 0,45
- IndeksKonsumsiRumahTangga 114,88 115,57 0,60
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga
beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan September 2 0 1 4 terjadi kenaikan
pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0 ,4 3 persen bila dibandingkan dengan bulan
sebelumnya, yaitu dari 1 1 2 ,9 0 menjadi 1 1 3 ,3 9 .
Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh menaiknya nilai It pada empat subsektor, yaitu
Subsektor Tanaman Pangan sebesar 2 ,0 4 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 1 ,2 6
persen,Subsektor Peternakan sebesar 1 ,1 0 persen dan Subsektor Perikanan Sebesar 0 ,0 8 persen.
Sementara Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar 1 ,8 4 persen.
4
yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar,
serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Pada bulan September 2014 terjadi kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,76 persen bila dibandingkan Agustus2014, yaitu dari 112,34menjadi113,19. Naiknya nilai Ib diakibatkan
oleh meningkatnya nilaiIb pada semua subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,78persen, Subsektor Hortikultura sebesar 0,76 persen,Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,93persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,50persen,dan Subsektor Perikanan sebesar 0,46 persen.
Grafik 1
NTP Sumatera Barat Bulan September 2013 – September 2014 (2012=100)
4. NTP Subsektor
a.
SubsektorTanamanPangan (NTPP)
NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) pada bulan September 2014 mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,25 persen. Hal ini dikarenakan meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 2,04 persen, Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,78 persen.
Menaiknya nilai indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh peningkatan
indeks sub kelompok padi sebesar 2 ,6 6 persen. Sementara sub kelompok palawija
mengalami penurunan sebesar 0 ,2 2 persen. Sementara itu, perubahan indeks harga yang
dibayarpetani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0 ,7 8 persen diakibatkan oleh naiknya
indeks subkelompo konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0 ,9 6 persen dan subkelompok
biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0 ,2 2 persen.
b.
Subsektor Hortikultura (NTPH)
Meningkatnya nilai It disebabkan adanya menaiknya nilai indeks harga pada berbagai komoditas subkelompok Sayur-sayuran sebesar 1,76 persen, subkelompok Buah-buahan sebesar 0,40 persen, Sedangkan subkelompok Tanaman Obat mengalami penurunan sebesar 0,86 persen. Sementara kenaikan Ib sebesar 0,76 persen disebabkan meningkatnya indeks harga subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,86 persen dan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,24 persen.
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)
NTPR pada bulan September 2 0 1 4 mengalami penurunan sebesar 2 ,7 4 persen, yaitu
dari 1 0 2 ,4 2 menjadi 9 9 ,6 1 . Menurunnya NTPR ini disebabkan oleh menurunnya indeks
harga yang diterima petani sebesar 1 ,8 4 persen. Sementara disisi lain Indeks yang di bayar
petani mengalami peningkatan sebesar 0 ,9 3 persen. Naiknya nilai Ib diakibatkan adanya
peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga dan BPPBM
masing-masing sebesar 1 ,0 1 persen dan 0 ,4 4 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT)
NTPT pada September 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,59 persen, yaitu dari 102,52 menjadi 103,13. Kenaikanyang terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,10 persen. Sementara disisi lain,indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikanyang lebih rendah, yaitusebesar 0,50 persen.
Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena terjadinya kenaikan
pada semua subkelompok yaitu: sub kelompok Ternak Besar, Ternak Kecil, Unggas, dan
diakibatkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0 ,0 8 persen lebihrendah
dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang mengalami kenaikan
sebesar0 ,4 6 persen.
Kenaikan nilai It yang cukup tinggi merupakan kontribusidarikenaikan subkelompok
budidaya ikan yang naik sebesar 0 ,3 8 persen sementara subkelompok penangkapan ikan
mengalami penurunan sebesar 1 ,1 7 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, kenaikan
yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar
0 ,6 0 persen dan subkelompok BPPBM sebesar 0 ,2 2 persen.
4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/ deflasi
di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan September 2 0 1 4 terjadi
inflasi di daerah perdesaan sebesar 0 ,9 2 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Terjadinya inflasidi daerah perdesaan merupakan kontribusi dari perubahan indeks pada
6
kesehatan (0 ,2 0 % ), kelompok Pendidikan, Rekreasi dan O lahraga (0 , 1 2 % ) dan kelompok
Transportasi dan Komunikasi (0 ,3 6 % ), Sedangkan kelompok Sandang (mengalami deflasi
sebesar 0 ,5 4 persen.
Tabel 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Agustus 2014-September 2014
(2012=100)
Transportasi dan Komunikasi 111,61 112,02 0,36 1.44 1.54
*) Persentaseperubahan IHK Perdesaan BulanSeptember 2014 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan September 2014 terhadap Bulan Desember 2013 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan September 2014 terhadap Bulan September 2013
Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan September 2 0 1 4 sebesar 4 ,9 3 persen,
sedangkan nilai inflasi pedesaan tahun ketahun (year on year) sebesar 5 ,3 6 persen.
Grafik 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Agustus 2012 – September 2014
Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama September 2014, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen.
Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Banang Pulau yaitu sebesar Rp 6.100,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas IR 66, yaitu senilai Rp 3.900,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan.
Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan september rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 6,34 persen dari Rp 4.598,07,- per kg (September 2014) menjadi Rp 4.889,52,- per kg ( September 2014), dan di tingkat penggilingan naik 6,42 persen dari Rp 4.680,99,- per kg (September 2014) menjadi Rp 4.981,42,- per kg ( September 2014). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.
B.
PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH SEPTEMBER 2014
HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 6,34%
Survei harga produsen gabah berasal dari 9 9 observasi di tujuh kabupaten di Sumate ra Barat,
yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman.
Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan September dibanding bulan Agustus untuk kualitas
GKP mengalami kenaikansebesar 6 ,3 4 persen dari Rp 4 .5 9 8 ,0 7 per kg (Agustus) menjadi Rp
4 .8 8 9 ,5 2 per kg (September). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar
6 ,4 2 persen dari Rp 4 .6 8 0 ,9 9 ,- per kg (Agustus) menjadi Rp 4 .9 8 1 ,4 2 ,- per kg (September).
Tabel 3
Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) September 2014
KelompokKualita s
JumlahObs ervasi
Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan
(Rp/Kg)
HargaPembelianPe
merintah (Rp/Kg) Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)
8
Harga gabah kualitas GKP terendah pada September 2 0 1 4 di tingkat petani dijumpai di
Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu sebesar Rp3 .8 8 8 ,8 9 ,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat
penggilingan juga terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Rp 4 .0 0 0 ,0 0 ,- per kg. Sementara harga
tertinggi di tingkat petani dan penggilingan terjadi di Kabupaten Solok, yaitu masing-masing sebesar
Rp6 .1 0 0 ,0 0 ,- per kg dan Rp6 .2 0 0 ,0 0 ,- per kg.
Tabel 4
Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Juli2014 s/d September 2014
No. Kabupaten
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)
Juli.’14 Agt.’14 Sept.’14 BulanSept. 2014 % Perubahan thdp.Agt. 2014
Juli.’14 Agt.’14 Sept.’14
% Perubahan BulanSept. 2014
thdp.Agt. 2014
(1) (2) (5) (5) (5) (6) (8) (9) (9) (10)
1 Pes, Selatan 4.119,40 4.441,45 4.567,76 2,84 4.033,86 4.401,53 4.503,03 2,31
2 Solok 4.846,08 4838,00 5640,60 16,59 4.970,53 4.714,67 5.546,20 17,64
3 Tanah Datar 4.711,10 4.743,77 5.183,49 9,27 4.683,81 4.700,43 5.133,49 9,21
4 Pdg, Prmn. 4.753,08 4.789,04 5.025,00 4,93 4.705,77 4.676,54 4.912,50 5,05
5 Agam 4.615,00 5.058,33 4.760,00 -5,90 4.385,00 4.991,67 4.670,00 -6,44
6 50 Kota 4.896,00 4.866,33 5.461,43 12,23 4.880,00 4.771,67 5.321,43 11,52
7 Pasaman 4.135,00 4.030,00 4.231,67 5,00 3.870,00 3.930,00 4.140,00 5,34
Sumbar 4.584,39 4.680,99 4.981,42 6,42 4.504,14 4.598,07 4.889,52 6,34
Grafik 3
Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Sumatera Barat Okt 2012 –Sept
2014
Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2 0 1 2 tentang Pengadaan Gabah/ Beras dan Penyaluran Beras
oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang b aru yang berlaku sejak
tanggal 2 7 Februari 2 0 1 2 , yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3 .3 0 0 ,0 0 , - per kg di tingkat
petani dan Rp 3 .3 5 0 ,0 0 ,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG
sebesar Rp4 .1 5 0 ,0 0 ,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan April 2 0 1 4 tidak
Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat
JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159, Fax.(0751)442161 Homepage : http://sumbar.bps.go.id
Email : sumbar@bps.go.id