• Tidak ada hasil yang ditemukan

262242460 Jurnal pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "262242460 Jurnal pertanian"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT

DI MAIN NURSERY (Elaeis guineensis Jacq)

RIKI AFRIANTO *) NPM : 0910005301023

Dibawah bimbingan M.Zulman Harja Utama dan Zaharnis

*) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi pemberian pupuk organik cair daun lamtoro terhadap beberapa varietas bibit kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase main nursery, untuk mempelajari pengaruh pupuk organik cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit, untuk mengetahui varietas bibit kelapa sawit yang paling respon terhadap pupuk organik cair daun lamtoro. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap secara faktorial. Faktor pertama pemberian pupuk organik cair lamtoro yang terdiri dari 5 taraf yaitu = 0, 100, 200 , 300, 400, 500 cc/l air sedangkan faktor kedua terdiri dari 3 taraf yaitu: Tenera, Dampy, Sofi sehingga diperoleh 18 kombinasi perlakuan. Data yang diperoleh dianalisi secara stasistika dengan uji F, jika uji F hitung lebih besar dari dari F tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Dunncan’s Multiple Range Test pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi pupuk organik cair daun lamtoro pada pengamatan: tingggi tanaman, lingkar batang bibit, total luas daun dan pertambahan bobot bibit kelapa sawit yang paling respon dengan pemberian 500 cc/l air menunjukkan pengaruh sangat nyata. Kesimpulan dari penelitian ini pemberian pupuk organik cair daun lamtoro memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bibit kelapa sawit dan total luas daun.

(2)

PENDAHULUAN

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupkan salah satu jenis tanaman

perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian disebabkan Kelapa Sawit dapat

menambah devisa dan menciptakan lapangan kerja. luas perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

pada tahun 2009 mencapai + 7,12 juta ha dengan total produksi + 20,5 ton Crude Palm Oil

(Anonim, 2010).

Kelapa sawit juga dapat diolah menjadi berbagai produk industri dari hulu hingga hilir

(Pahan, 2008). Menurut Badan

Pusat Statistik (2012), Crude Palm Oil (CPO) menyumbangkan 18,03% atau 17.261,2 juta US$

dari total jumlah ekspor sebesar 104.483,3 juta US$ (Anonim, 2012).

Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi tanaman sawit dilakukan dengan cara

intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha intensifikasi dilakukan antara lain dengan perbaikkan cara

bercocok tanam yang tepat, melalui paket teknologi yang mampu memberikan output seoptimal

mungkin dimana input diusahakan sekecil mungkin. Salah satu teknologi yang digunakan

sekarang adalah anjuran atau rekomendasi pemupukan yang selama ini belum diaplikasikan

menurut dosis yang sesuai para petani (Santrosayono, 2005).

Penggunaan pupuk organik dapat menjadi bahan alternatif untuk mengurangi

penggunaan pupuk buatan. Dalam upaya melestarikan dan mengembalikan kesuburan tanah

tersebut perlu dilakukan upaya-upaya meningkatkan unsur hara denagan cara pemberian bahan

organik. Penggunaan pupuk organik yang lebih efektif adalah dalam bentuk cair karena pupuk

cair lebih mudah dimamfaatkan oleh tanaman. Bahan baku pupuk organik dapat berasal dari

bahan padat denagan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa

perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair, sedangkan limbah padatnya

(3)

Lamtoro adalah salah satu tumbuhan yang dapat memiliki kandungan unsur hara yang

tinggi yang sangat dibutuhkann oleh tanaman. Daun lamtoro mengandung 3,84 % N, 0,20% P,

0,206% K, 1,31% Ca, 0,33% Mg (Racham, 2002). Menurt Parlimbungan (2006) bahwa pupuk

organik berupa daun lamtoro akan meningkatkan kesuburan tanah dan akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam memperoleh berbagai macam unsur hara. Hal

ini dipertegaskan oleh Susanto (2002) bahwa pupuk organik cair antara lain adalah kompos,

ekstrak tumbuh-tumbuhan, fermentasi limbah air peternakan, fermentasi tumbuh-tumbuhan yang

memiliki kandungan hara yang lengkap bahkan dalam pupuk organik juga terdapat

senyawa-senyawa organik lain yang bermamfaat bagi tanaman, seperti asam humat, asam sulvat, dan

senyawa-senyawa organik lain.

Menurut hasil penelitian Parlimbungan (2006) bahwa perlakuan pupuk organik cair

lamtoro terhadap tanaman sawi memberikan hasil terbaik 250cc/1 pada pertumbuhan tinggi

tanaman dan berat segar tanaman. Adanya respon terhadap pada tanaman sawi adalah akibat dari

perbedaan level dosis yang diberikan. Pada dosis 250cc/1 air menunjukkan dosis yang paling

sesuai sehingga pertumbuhan tanaman terpacu secara optimal. Aplikasi dosis kurang dari pada

dosis 200cc/1 kurang/tidak memberikan pengaruh nyata.

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini telah dilaksanakan dilahan petani Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten

Pasaman Barat dengan ketinggian 25 m di atas permukan laut dan dilakukan dari bulan

Agustus-November 2013.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit Kelapa Sawit yang berasal dari

petani seperti bibit. Sofi, Dampy, Tenera yang berumur 3 bulan, Tanah lapisan olah, pasir, pupuk

organik cair, pupuk kompos, air, bambu dan polybag hitam (0,15 mm x 35 cm x 50 cm). Alat

yang digunakan dalam percobaan ini adalah : cangkul, parang, timbangan, handsprayer, tali,

(4)

Percobaan dilakukan dengan menggunakn Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam

bentuk faktorial. Faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair, yaitu : P0= 0 cc, P1= 100

cc, P2= 200 cc, P3= 300 cc, P4= 400 cc, P5= 500 cc. Faktor kedua adalah varietas Kelapa Sawit

yang terdiri dari tiga varieatas yaitu VI = Tenera, V2 = Dampy dan V3= Sofi. Dari ketiga faktor

diatas dihasilkan 18 kombinasi percobaan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 54 unit percobaan.

Setiap unit percobaan terdiri dari 3 batang bibit sawit, maka jumlah bibit keseluruhan 172 bibit

sawit.

Data hasil pengamatan dianalissi dengan uji F pada 5% jika F hitung lebih besar dari F

tabel 5% maka dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range test (DMRT) pada taraf nyata

5%.

Pelaksanaan meliputi: persiapan tempat dan media tanam yaitu Areal tempat percobaan

di bersihkan dari rerumputan, dan diratakan serta dibatasi dengan tali plastik. Selanjutnya dibuat

petak percobaan dengan ukuran 60 x 60 cm sebanyak 54 unit percobaan, jarak antara satuan

percobaan 50 cm.

Media yang digunakan adalah tanah lapisan olah dicampur dengan kompos dengan

perbandingan 2:1 lalu masukan ke dalam Polybag 5 kg selanjutnya disusun pada petak

percobaan. Pembuatan pupuk organic cair, pemilihan bibit yaitu Bibit sawit yang dipilih adalah

bibit sawit yang normal yang telah berumur 3 bulan, bibit sebelum nya berada pada polybag

kecil (pray nursery). Penanaman yaitu Jumlah bibit yang akan ditanam adalah 54 batang, bibit

yang telah disediakan kemudian dipindahkan kedalam polybag percobaan kemudian disusun

pada unit percobaan. Pemasangan Label. Perlakuan yaitu Penyemprotan pupuk organik cair

dilakukan pada pagi hari dengan melakukan penyemprotan pada bagian atas daun sesuai dengan

takaran dan dosis pada perlakuan dengan interval 1 kali seminggu dan Pemeliharaan dilakukan

pada pagi hari dan sore hari guna mencegah kekeringan. Jika hari hujan maka penyiraman tidak

dilakukan. Jumlah air siraman diberikan sama setiap plot sebanyak 2 liter/bibit/hari.

Parameter yang diamati: Pertambahan Tinggi Bibit, Lingkar Batang Bibit, Total Luas

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama

berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro secara bersaman

menunjukkan sawit tertinggi terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit Pertambahan bibit

kelapa sawit yang paling tinggi dari pemberian dosis 500 cc terdapat pada varietas sofi dengan

nilai 43,79 Cm dan nilai terendah tanpa perlakuan diperoleh dari pemberian

pupuk organik cair lamtoro pada varietas tenera dengan nilai 15,85 Cm. Perlakuan

pemberian komposisi pupuk organik cair lamtoro mampu memberikan pertambahan lebih baik

(6)

bibit kelapa sawit, pemupukan bertujuan menambah unsur- unsur hara tertentu di dalam tanah

yang tidak mencukupi bagi tanaman yang diusahakan. Pupuk yang sering digunakan antara lain

pupuk N, P, K, Menurut Panji (2011), Pupuk organik cair (POC) yaitu pupuk organik dalam

bentuk cair unsur hara yang terkandung didalamnya berbentuk larutan yang sangat halus

sehingga sangat mudah diserap oleh tanaman, sekalipun oleh bagian daun atau batangnya. Oleh

sebab itu selain dengan cara disiramkan pupuk jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara

disemprotkan pada daun atau batang tanaman.

Sumber bahan baku pupuk organik tersedia dimana saja dengan jumlah yang melimpah

yang semuanya dalam bentuk limbah, baik limbah rumah tangga, rumah makan, pasar pertanian,

peternakan, maupun limbah organik jenis lain. Walaupun hasilnya cukup menggembirakan

penggunaan bentuk-bentuk organik tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Kandungan

hara bentuk-bentuk organik yang rendah mengharuskan penggunaan bentuk-bentuk organik

dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Pupuk organik cair yang

bahan bakunya berasal dari tumbuh-tumbuhaan dan hewan. Pupuk organik sangat ramah

lingkungan sehingga tidak akan mengakibatkan kerusakan daya dukung lingkungan termasuk

aman bagi penggunanya sehingga meningkatkan protein pada tanaman serta pertambahan yang

baik dan fotosintensis serta pertambahan akar.

(7)

Tabel 2. Lingkar batang bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama

berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.

Pemberian pupuk organik cair lomtoro yang paling meningkat pada varietas sofi

dengan rata-rata 6,40 cm sedangkan nilai terendah pada varietas tenera dengan nilai 5,70 cm.

Hal ini sesuai dengan pendapat Panji (2011), pemberian pupuk organik cair lamtor memberikan

pertambahan dan hasil yang baik pada tanaman serta mampu memningkatkan akar dan mampu

membantu penyerapan unsur hara dan air dan menunjang perkembangan pada tanaman

Pemberian pupuk organik cair lamtoro pada tingkat 500 cc pada lingkar batang paling besar

dibandingkan dengan pemberian pupuk organik cair lamtoro tingkat 0 – 400 cc. Hal ini

(8)

hara P dan K maka pembentukan karbohidrat akan berjalan dengan baik dan translokasi pati ke

lingkar batang sawit akan semakin lancar, sehingga akan terbentuk lingkar batang bibit kelapa

sawit yang baik Setyamidjaja (2006).

Total Luas Daun

Tabel 3. Total luas daun bibit kelapa kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro

terhadap beberapa varietas.

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama

berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.

Tabel 3 menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro yang terbaik dari

perlakuan 0 cc sampai 500 cc terletak pada varietas sofi dan yang terendah terletak pada

pemberian 0 cc sampai 400 cc terletak pada varietas tenera pemberian pupuk organik cair

lamtoro berbeda sangat nyata pada total luas daun. Peningkatan total luas daun erat kaitannya

dengan unsur hara terutama unsur N, P, dan Mg. Sesuai dengan pendapat Palimbungan (2001),

bahwa unsur N sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun.

Lankitan (2002) juga menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur utama dalam

(9)

fosfor berfungsi sebagai penyusun protein dan magnesium sebagai penyusun molekul klorofil

berperan dalam proses fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan dapat ditranslokasikan

untuk mendukung pertambahan pertumbuhan daun.Ketersediaan unsur hara makro seperti N,

P, dan Mg pada Ultisol sangat tergantung pada pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat

mempengaruhi total luas daun pada tanaman dan peningkatan total luas daun yang paling luas

diperoleh dari komposisi pupuk yang paling tinggi.

Pertambahan Bobot Tanaman

Tabel 4. Pertambahan bobot bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro

terhadap beberapa varietas

Angka-angka pada jalur dan baris yang berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%..

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro terhadap

pertambahan bobot bibit kelapa sawit berbeda tidak nyata. Pertambahan bobot bibit kelapa

sawit pada perlakuan pupuk organik cair lamtoro pada varietas Tenera dengan nilai 30,52 cc.

(10)

29,30 cc. Hal ini disebabkan karna penambahan bobot bibit kelapa sawit lebih dipengaruhui

oleh faktor lingkungan terutama ketersedian air

Normalitas Bibit

Berdasarkan pengamatan secara visual dan foto, ciri-ciri bibit normal antara lain: bibit

tegak yaitu pelepah dan anak daun tegak dan kurang membuka dan pertumbuhan bibit

terhambat tidak terdapat dalam percoban ini karena pertumbuhan bibit sawit meningkat sangat

baik berdasar parameter pertumbuhan tinggi bibit Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan bibit normal dan tidak normal akibat pemberian pupuk organik cair

daun lamtoro

Keterangan: A. Bibit tidak normal terletak pada varietas tenera

B. Normal pada varietas sofi

Pada Gambar 1 bibit normal dan tidak normal akibat pemberian pupuk organik cair

daun lamtoro pada dosis 500 cc sangat baik pada varietas sofi sedangkan untuk varietas tenera

(11)

Gambar 2. Penempatan bibit sawit dilahan percoban

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa jarak antara polybag dan antar baris sudah cukup

baik, dapat dilahat pada pertambahan tinggi bibit tanaman yang tumbuh dengan baik dan

perkembangan bagus. Daun seperti rumput tidak ditemukan pada percoban ini dikarenakan

pada fase pertumbuhan daun di main nursery sudah berkembang dengan baik.

Gambar 3. Pengukuran lebar daun dan tinggi bibit kelapa sawit.

Keterangan: A. Pengukuran lebar daun bibit kelapa sawit

(12)

B. Pengukuran tinggi bibit kelapa sawit

Pada gambar 3 tinggi bibit kelapa sawit dan lebar daun kelapa sawit akibat pemberian pupuk

organik cair daun lamtoro dapat menambah lebar daun dan pertambahan tinggi bibit kelapa

sawit karna pupuk organik cair daun lamtoro sudah mengadung usus N yang tinggi. Sesuai

pendapat Palimbungan (2001), bahwa unsur N sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan daun serta tinggi tanaman

DAFTAR PUSTAKA Anomin, 2012. Sumatera Barat Dalam Angka 2010.Padang

Anonim, 2006. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Budidaya Kelapa Sawit. PPKS. Medan. 153 hal.

Anomin, 2008. Luas Lahan Perkebunan Dan Lahan Non Perkebunan Pasaman Barat

Anomin, 2000, Ekspor CPO Indonesia Terancam Turun.Indocomercial.No.257,1 1 September

(13)

Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 2002. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara.

Jakarta. 750 hal.

Brady, N.C dan Weil, R. 2002. The Nature and Properties of Soil Thirteenth Edition. Prentice

Hall Upper River. New Jersey. P. 391-434.

Darmosarkoro. W. 2006. Towards sustainable oil palm industry in Indonesia. International Oil

Palm Conference.Nusa Dua-Bali June 19-23. p 1-12.

Darmosarkoro, W., Akiyat., Sugiyono., dan E.S. Sutarta. 2008. Pembibitan Kelapa Sawit. CV

Mitra Karya. Medan. Indonesia. 51 hal.

Fauzi, Y., E. Yustina., Widyastuti., S. Iman., H.,R. 2002. Budidaya dan Pemanfaatan Hasil

Limbah Kelapa Sawit hal 236, Jakarta.

Hidayat, T.C., G. Simangunsong., Eka, L., dan Iman Y.H. 2007. Pemanfaatan Berbagai Limbah

Pertanian untuk Pembenah Media Tanam Bibit Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa

Sawit Vol.15 (2). PPKS. Medan. hal. 185.

Koedadiri, A.D., W. Darmosarkoro., dan E.S. Sutarta. 1999. Potensi dan Pengolahan tanah

Ultisol Pada Beberapa Wilayah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Kongres

Nasional VII HITI. 2- 4 November 1999. Bandung. 24 hal.

Lubis, A.U.2008.Kelapa Sawit (Elais Guieensisjacq) diIndonesia Edisi 2.432 hal.

Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 95 hal.

Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah

(14)

Murband, L. 2003. Membuat Kompos Penebar Swadaya.Jakarta. 54 hal.

Parnata, A Styamidjaja,2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya,Panen dan Pengolahan

Kanisius,Yogyakarta.127 hal 3.

Pahan,1.2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta:Penebar Swadaya

Parnata. A. S. 2004. Pupuk organik cair aplikasi dan mamfaatnya. Agromedia pustaka. Jakarta.

Palimbungan N., 2006. Pengaruh ekstra daun lamtoro sebagai pupuk organik cair terhadap

pertumbuhan.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 404 hal.

Prasetyo S., 2007, Pertanian organik gerakan bawah tanah petani Indonesia melawan revolusi

hijau.

Panji nugroho, 2011, Panduan membuat pupuk kompos cair, Makasar. 204 hal.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sastrosayono.S, 2008.Budidaya Kelapa sawit Kiat mengatasi Permasalahan Praktis, Jakarta.

Siswanto, 2004. Tanggapan pertumbuhan, sarapan hara dan morfologi terhadapcekaman

kekeringan pada bibit kelapa sawit yang bersembiosis dengan FMA desertasi sekolah

pasca sarjana , Instituti pertanian Bogor

(15)

Sutarta, E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara dan

sumber hara pada tanaman kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. hal. 79

– 90.

Shancez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid I. Terjemahan Johara T.

Jayatina. ITB Bandung. 67 hal.

Tim Pengembangan Materi LPP.2000. Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi

Pertama.Yogyakarta.

Tan, K. H. 2003. Humic Matter in Soil and the Environment. CRC Press. New York. 408 p.

Tan, K.H. 2011. Principles of Soil Chemistry (2nd Ed). CRC Press. New York.343 p

Gambar

Tabel 3.   Total luas daun bibit kelapa kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoroterhadap beberapa varietas.
Tabel 4.  Pertambahan  bobot  bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro
Gambar 1.  Perbandingan bibit normal dan tidak normal akibat pemberian pupuk organik cair
Gambar 2. Penempatan bibit sawit dilahan percoban

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan faktor pendukung pengembangan kewirausahaan di pondok pesantren Bahrul Maghfiroh yang ditemukan oleh peneliti berdasar terhadap hasil dari wawancara dengan

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, Medan. Kecamatan Medan Labuhan berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Deli di sebelah

Rhizopus dari sampel oncom hitam asal beberapa pasar tradisional di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur yang berhasil diisolasi dan dimurnikan sebanyak 13

Ketiga item tersebut dengan sebuah hadis satu dari tiga perkara yang diampuni Allah: tidak tahu, lupa, dan terpaksa, bersabar dalam segala ujian, hidup seperti

Variabel dalam penelitian ini pelayanan customer service terhadap kepuasan pelanggan Secara simultan Uji bersama yang menunjukkan pengaruh nyata (signifikansi)

Pengurus Barang Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga

Berdasarkan hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan Supervisi akademik melalui pembimbingan individu yang dilakukan oleh Kepala sekolah terhadap guru kelas

Apabila jumlah malai per rumpun atau hasil gabah berkurang 1,33 kali atau lebih (lebih kecil atau sama dengan 3/4 kali hasil tegel) karena jarak tanam yang rapat, misalnya dari