• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permendagri No 50 Tahun 2009 ttg pelaksanaan koordinasi penataan ruang daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Permendagri No 50 Tahun 2009 ttg pelaksanaan koordinasi penataan ruang daerah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG

PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menim bang : a. bahwa dalam rangka m enserasikan dan m ensinergikan penataan ruang daerah, perlu dilakukan koordinasi dan sinkronisasi antar susunan pem erintahan;

b. bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nom or 147 Tahun 2004 tentang Pedom an Koordinasi Penataan Ruang Daerah sudah tidak sesuai dengan Undang-Undang Nom or 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sehingga perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertim bangan sebagaim ana dim aksud dalam huruf a dan huruf b, perlu m enetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedom an Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nom or 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem bangunan Nasional (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nom or 104, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 4421);

2. Undang-Undang Nom or 32 Tahun 2004 tentang Pem erintahan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nom or 125, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 4437) sebagaim ana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nom or 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nom or 32 Tahun 2004 tentang Pem erintahan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom or 59, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 4844); 3. Undang-Undang Nom or 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nom or 68, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 4725); 4. Undang-Undang Nom or 17 Tahun 2007 tentang Rencana

(2)

5. Undang-Undang Nom or 39 Tahun 2008 tentang Kem enterian Negara (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom or 166, Tam bahan lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 4916); 6. Peraturan Pem erintah Nom or 79 Tahun 2005 tentang Pedom an

Pem binaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pem erintahan Daerah (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nom or 165, Tam bahan Lem baran Negara Republik Indonesia Nom or 4593); 7. Keputusan Presiden Nom or 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi

Penataan Ruang Nasional; MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dim aksud dengan:

1. Pem erintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pem erintahan daerah.

2. Koordinasi adalah upaya m encapai suatu kesatuan sikap pandangan dan gerak langkah m elalui kegiatan yang m eliputi penentuan pem bagian pekerjaan, hubungan kerja dan penyaluran tanggung jawab m asing-m asing unsur yang terlibat dalam penyelenggaraan suatu tugas untuk m enghindari adanya kesim pangsiuran dan/ atau tum pang tindih.

3. Sinkronisasi adalah upaya m enciptakan suatu kondisi di antara kom ponen-kom ponen yang m em iliki gerakan secara selaras dan sim ultan (tidak bertentangan atau m enim bulkan konflik) serta m em iliki tujuan yang sam a.

4. Ruang adalah wadah yang m eliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, term asuk ruang di dalam bum i sebagai satu kesatuan wilayah, tem pat m anusia dan m akhluk lain hidup, m elakukan kegiatan, dan m em elihara kelangsungan hidupnya. 5. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

6. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat perm ukim an dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonom i m asyarakat yang secara hierarkis m em iliki hubungan fungsional.

7. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang m eliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 8. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pem anfaatan

ruang, dan pengendalian pem anfaatan ruang.

9. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk m enentukan struktur ruang dan pola ruang yang m eliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

10. Pem anfaatan ruang adalah upaya untuk m ewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang m elalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pem biayaannya.

11. Pengendalian pem anfaatan ruang adalah upaya m ewujudkan tertib tata ruang.

(3)

13. Rencana Rinci Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RRTR adalah hasil perencanaan tata ruang pada kawasan yang m erupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistem nya ditentukan berdasarkan aspek fungsional dan disusun berdasarkan nilai strategis kawasan dan/ atau kegiatan kawasan sebagai perangkat operasionalisasi rencana tata ruang wilayah.

14. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pem anfaatan ruang wilayah negara.

15. Rencana Tata Ruang Pulau/ Kepulauan yang selanjutnya disebut RTR Pulau/ Kepulauan adalah rencana rinci yang disusun sebagai penjabaran dan perangkat operasional dari RTRWN.

16. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut dengan RTR Kawasan Strategis Nasional adalah rencana tata ruang yang penataan ruangnya diprioritaskan karena m em punyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keam anan negara, ekonom i, sosial, budaya, dan/ atau lingkungan, term asuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. 17. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disingkat RTRWP adalah hasil

perencanaan tata ruang yang m erupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pem anfaatan ruang wilayah nasional dan pulau/ kepulauan ke dalam struktur dan pola ruang wilayah Provinsi.

18. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disebut dengan RTR Kawasan Strategis Provinsi adalah rencana tata ruang yang penataan ruangnya diprioritaskan karena m em punyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonom i, sosial, budaya, dan/ atau lingkungan.

19. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota yang selanjutnya disingkat RTRWK/ K adalah hasil perencanaan tata ruang yang m erupakan penjabaran RTRWP ke dalam struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten/ Kota.

20. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/ Kota yang selanjutnya disebut dengan RTR Kawasan Strategis Kabupaten/ Kota adalah rencana tata ruang yang penataan ruangnya diprioritaskan karena m em punyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten/ Kota terhadap ekonom i, sosial, budaya, dan/ atau lingkungan. 21. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/ Kota adalah rencana rinci yang m erupakan

penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota.

22. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, yang selanjutnya disebut BKPRN adalah badan yang dibentuk untuk m endukung pelaksanaan Undang-Undang Nom or 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang tugas pokoknya m engoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang.

23. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk m endukung pelaksanaan Undang-Undang Nom or 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/ Kota dan m em punyai fungsi m em bantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/ Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup koordinasi penataan ruang daerah m eliputi: a. perencanaan tata ruang;

b. pem anfaatan ruang; dan

(4)

BAB III ORGANISASI Bagian Pertam a

Provinsi Pasal 3

(1) Penataan ruang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 2 di provinsi m enjadi tugas dan tanggung jawab Gubernur.

(2) Gubernur dalam m elaksanaan koordinasi penataan ruang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), m em bentuk BKPRD Provinsi.

(3) Susunan keanggotaan BKPRD Provinsi sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), terdiri atas:

a. Penanggung jawab : Gubernur dan Wakil Gubernur; b. Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi; c. Sekretaris : Kepala Bappeda Provinsi;

d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kem am puan daerah.

Pasal 4

(1) BKPRD Provinsi dalam m elaksanakan koordinasi penataan ruang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 ayat (2), m em punyai tugas:

a. Perencanaan tata ruang m eliputi:

1. m engoordinasikan dan m erum uskan penyusunan rencana tata ruang provinsi; 2. m em aduserasikan rencana pem bangunan jangka panjang dan m enengah

dengan rencana tata ruang provinsi serta m em pertim bangkan pengarusutam aan pem bangunan berkelanjutan m elalui instrum en Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

3. m engintegrasikan, m em aduserasikan, dan m engharm onisasikan rencana tata ruang provinsi dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/ kepulauan, rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi yang berbatasan, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota dalam provinsi yang bersangkutan;

4. m engoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang provinsi kepada BKPRN dalam rangka m em peroleh persetujuan substansi teknis;

5. m engoordinasikan pelaksanaan evaluasi rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang provinsi kepada Menteri Dalam Negeri;

6. m engoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang provinsi;

7. m ensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/ kota dengan provinsi dan antar kabupaten/ kota yang berbatasan;

8. m elakukan fasilitasi dan supervisi penyusunan rencana tata ruang yang m enjadi wewenang dan tanggung jawab Pem erintah Kabupaten/ Kota dalam provinsi yang bersangkutan;

9. m elakukan fasilitasi pelaksanaan konsultasi substansi teknis rencana tata ruang kabupaten/ kota;

10. m em berikan m asukan kepada Gubernur untuk dijadikan bahan rekom endasi atas rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang kabupaten/ kota dalam rangka persetujuan substansi teknis;

(5)

12. m elakukan fasilitasi pelaksanaan konsultasi substansi teknis rencana tata ruang kabupaten/ kota ke BKPRN;

13. m elakukan fasilitasi pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang kabupaten/ kota;

14. m elakukan fasilitasi proses penetapan rencana tata ruang kabupaten/ kota; dan

15. m engoptim alkan peran m asyarakat dalam perencanaan tata ruang. b. Pem anfaatan ruang m eliputi:

1. m engoordinasikan penanganan dan penyelesaian perm asalahan dalam pem anfaatan ruang baik di provinsi m aupun di kabupaten/ kota, dan m em berikan pengarahan serta saran pem ecahannya;

2. m em berikan rekom endasi guna m em ecahkan perm asalahan pem anfaatan ruang provinsi dan perm asalahan pem anfaatan ruang yang tidak dapat diselesaikan kabupaten/ kota;

3. m em berikan inform asi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata ruang provinsi;

4. m enjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran pem erintah, swasta, dan m asyarakat;

5. m elakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasam a penataan ruang antar provinsi; dan

6. m engoptim alkan peran m asyarakat dalam pem anfaatan ruang. c. Pengendalian pem anfaatan ruang m eliputi:

1. m engoordinasikan penetapan arahan peraturan zonasi sistem provinsi;

2. m em berikan rekom endasi perizinan pem anfaatan ruang provinsi dan kabupaten/ kota;

3. m elakukan fasilitasi dalam pelaksanaan penetapan insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan pem anfaatan ruang provinsi dan/ atau lintas provinsi serta lintas kabupaten/ kota;

4. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pem antauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan penataan ruang;

5. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pem anfaatan ruang untuk m enjaga konsistensi pem anfaatan ruang dengan rencana tata ruang;

6. m engoptim alkan peran m asyarakat dalam pengendalian pem anfaatan ruang; dan

7. m elakukan evaluasi atas kinerja pelaksanaan penataan ruang kabupaten/ kota.

(2) BKPRD Provinsi m enyelenggarakan pertem uan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk m enghasilkan rekom endasi alternatif kebijakan penataan ruang. (3) BKPRD Provinsi dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)

dan ayat (2) m enyam paikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Provinsi dan rekom endasi secara berkala kepada Gubernur.

(4) BKPRD Provinsi m elakukan pem binaan dan m em fasilitasi penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/ kota.

Pasal 5

BKPRD Provinsi dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 ayat (1), dapat:

a. m enggunakan tenaga ahli yang diperlukan;

b. m em bentuk Tim Teknis untuk m enangani penyelesaian m asalah-m asalah yang bersifat khusus; dan

(6)

Pasal 6

Gubernur m em erintahkan SKPD terkait untuk m enindaklanjuti rekom endasi BKPRD Provinsi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 ayat (3).

Pasal 7

BKPRD Provinsi dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4, dibantu:

a. Sekretariat BKPRD Provinsi; dan b. Kelom pok Kerja.

Pasal 8

(1) Sekretariat BKPRD Provinsi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 7 huruf a berada pada Bappeda Provinsi yang dipim pin oleh Sekretaris Bappeda Provinsi.

(2) Sekretariat BKPRD Provinsi sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), m em punyai tugas: a. m enyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Provinsi;

b. m enyusun jadwal dan agenda kerja BKPRD Provinsi;

c. m elakukan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan BKPRD Provinsi;

d. m engoordinasikan pelaksanaan kegiatan pada kelom pok kerja dalam BKPRD Provinsi;

e. m engolah data dan inform asi untuk m endukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRD Provinsi;

f. m enyiapkan dan m engem bangkan inform asi tata ruang provinsi;

g. m enyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang provinsi; dan

h. m enerim a pengaduan dari m asyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam penyelenggaraan penataan ruang.

(3) Sekretariat BKPRD Provinsi dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Sekretaris BKPRD Provinsi.

Pasal 9

Kelom pok Kerja sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 7 huruf b, terdiri atas: a. Kelom pok Kerja Perencanaan Tata Ruang; dan

b. Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang.

Pasal 10

(1) Kelom pok Kerja Perencanaan Tata Ruang sebagaim ana yang dim aksud dalam Pasal 9 huruf a, m em punyai susunan keanggotaan terdiri atas:

a. Ketua : Kepala Bidang pada Bappeda yang m em bidangi penataan ruang;

b. Wakil Ketua : Kepala Bidang/ Sub Dinas pada Dinas yang m em bidangi penataan ruang;

c. Sekretaris : Kepala Sub Bidang yang m em bidangi penataan ruang pada Bappeda;

d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kem am puan daerah.

(7)

a. m em berikan m asukan kepada BKPRD Provinsi dalam rangka pelaksanaan kebijakan penataan ruang provinsi;

b. m elakukan fasilitasi penyusunan rencana tata ruang dengan m em pertim bangkan instrum en Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

c. m elakukan fasilitasi penyusunan program dan pem biayaan dalam rangka penerapan rencana tata ruang;

d. m elakukan fasilitasi pengintegrasian program pem bangunan yang tertuang dalam rencana tata ruang dengan rencana pem bangunan jangka panjang dan m enengah;

e. m enyiapkan bahan dalam rangka m em peroleh persetujuan substansi teknis rencana tata ruang provinsi; dan

f. m enginventarisasi dan m engkaji perm asalahan dalam perencanaan serta m em berikan alternatif pem ecahannya untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Provinsi.

(3) Kelom pok Kerja Perencanaan Tata Ruang dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Ketua BKPRD Provinsi.

Pasal 11

(1) Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 huruf b, m em punyai susunan keanggotaan terdiri atas: a. Ketua :Kepala Bidang/ Sub Dinas pada Dinas yang m em bidangi

penataan ruang;

b. Wakil Ketua :Kepala Bagian pada Biro Hukum ;

c. Sekretaris :Kepala Seksi/ Sub Bidang pada Dinas yang m em bidangi penataan ruang;

d. Anggota :SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kem am puan daerah.

(2) Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), m em punyai tugas:

a. m em berikan m asukan kepada Ketua BKPRD Provinsi dalam rangka perum usan kebijakan pem anfaatan dan pengendalian pem anfaatan ruang provinsi;

b. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pem antauan terhadap penegakkan peraturan daerah tentang rencana tata ruang;

c. m elakukan fasilitasi pelaksanaan evaluasi terhadap penegakkan peraturan daerah tentang rencana tata ruang;

d. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pelaporan terhadap penegakkan peraturan daerah tentang rencana tata ruang;

e. m elakukan fasilitasi pelaksanaan perizinan pem anfaatan ruang; f. m elakukan fasilitasi pelaksanaan penertiban pem anfaatan ruang; dan

g. m enginventarisasi dan m engkaji perm asalahan dalam pem anfaatan dan pengendalian pem anfaatan ruang serta m em berikan alternatif pem ecahannya untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Provinsi.

(3) Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Ketua BKPRD Provinsi.

Pasal 12

(8)

Bagian Kedua Kabupaten/ Kota

Pasal 13

(1) Penataan ruang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 2 di kabupaten/ kota m enjadi tugas dan tanggung jawab Bupati/ Walikota.

(2) Bupati/ Walikota dalam m elaksanaan koordinasi penataan ruang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), m em bentuk BKPRD Kabupaten/ Kota.

(3) Susunan keanggotaan BKPRD Kabupaten/ Kota sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), terdiri atas:

a. Penanggung jawab : Bupati dan Wakil Bupati; Walikota dan Wakil Walikota; b. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota; c. Sekretaris : Kepala Bappeda Kabupaten/ Kota;

d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kem am puan daerah.

Pasal 14

(1) BKPRD Kabupaten/ Kota dalam m elaksanakan koordinasi penataan ruang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 13 ayat (2), m em punyai tugas:

a. Perencanaan tata ruang m eliputi:

1. m engoordinasikan dan m erum uskan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/ kota;

2. m em aduserasikan rencana pem bangunan jangka panjang dan m enengah dengan rencana tata ruang kabupaten/ kota serta m em pertim bangkan pengarusutam aan pem bangunan berkelanjutan m elalui instrum en Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

3. m engintegrasikan, m em aduserasikan, dan m engharm onisasikan rencana tata ruang kabupaten/ kota dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/ kepulauan, rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota yang berbatasan;

4. m ensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/ kota dengan provinsi dan antar kabupaten/ kota yang berbatasan;

5. m engoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang kabupaten/ kota kepada BKPRD Provinsi dan BKPRN;

6. m engoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang kabupaten/ kota ke provinsi;

7. m engoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang kabupaten/ kota; dan

8. m engoptim alkan peran m asyarakat dalam perencanaan tata ruang. b. Pem anfaatan ruang m eliputi:

1. m engoordinasikan penanganan dan penyelesaian perm asalahan dalam pem anfaatan ruang baik di kabupaten/ kota, dan m em berikan pengarahan serta saran pem ecahannya;

2. m em berikan rekom endasi guna m em ecahkan perm asalahan dalam pem anfaatan ruang kabupaten/ kota;

(9)

4. m enjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran pem erintah, swasta, dan m asyarakat;

5. m elakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasam a penataan ruang antar kabupaten/ kota; dan

6. m engoptim alkan peran m asyarakat dalam pem anfaatan ruang. c. Pengendalian pem anfaatan ruang m eliputi:

1. m engoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem kabupaten/ kota; 2. m em berikan rekom endasi perizinan pem anfaatan ruang kabupaten/ kota; 3. m elakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam

pelaksanaan pem anfaatan ruang kabupaten/ kota dengan provinsi dan dengan kabupaten/ kota terkait;

4. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pem antauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan penataan ruang;

5. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pem anfaatan ruang untuk m enjaga konsistensi pem anfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan 6. m engoptim alkan peran m asyarakat dalam pengendalian pem anfaatan ruang. (2) BKPRD Kabupaten/ Kota m enyelenggarakan pertem uan paling sedikit 1 (satu) kali

dalam 3 (tiga) bulan untuk m enghasilkan rekom endasi alternatif kebijakan penataan ruang.

(3) BKPRD Kabupaten/ Kota dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dan ayat (2) m enyam paikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Kabupaten/ Kota dan rekom endasi secara berkala kepada Bupati/ Walikota.

Pasal 15

BKPRD Kabupaten/ Kota dalam m elaksanakan tugas sebagaiam ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (1), dapat :

a. m enggunakan tenaga ahli yang diperlukan;

b. m em bentuk Tim Teknis untuk m enangani penyelesaian m asalah-m asalah yang bersifat khusus; dan

c. m em inta bahan yang diperlukan dari SKPD Kabupaten/ Kota. Pasal 16

Bupati/ Walikota m em erintahkan SKPD terkait untuk m enindaklanjuti rekom endasi BKPRD Kabupaten/ Kota sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (3).

Pasal 17

BKPRD Kabupaten/ Kota dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14, dibantu:

a. Sekretariat BKPRD Kabupaten/ Kota; dan b. Kelom pok Kerja.

Pasal 18

(1) Sekretariat BKPRD Kabupaten/ Kota sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 17 huruf a berada pada Bappeda Kabupaten/ Kota yang dipim pin oleh Sekretaris Bappeda Kabupaten/ Kota.

(2) Sekretariat BKPRD Kabupaten/ Kota sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), m em punyai tugas:

(10)

c. m elakukan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan BKPRD Kabupaten/ Kota;

d. m engoordinasikan pelaksanaan kegiatan pada kelom pok kerja dalam BKPRD Kabupaten/ Kota;

e. m engolah data dan inform asi untuk m endukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRD Kabupaten/ Kota;

f. m enyiapkan dan m engem bangkan inform asi tata ruang kabupaten/ kota;

g. m enyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang kabupaten/ kota; dan

h. m enerim a pengaduan dari m asyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam penyelenggaraan penataan ruang.

(3) Sekretariat BKPRD Kabupaten/ Kota dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Sekretaris BKPRD Kabupaten/ Kota.

Pasal 19

Kelom pok Kerja sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 17 huruf a, terdiri atas: a. Kelom pok Kerja Perencanaan Tata Ruang; dan

b. Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang. Pasal 20

(1) Kelom pok Kerja Perencanaan Tata Ruang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 19 huruf a, m em punyai susunan keanggotaan terdiri atas:

a. Ketua : Kepala Bidang pada Bappeda yang m em bidangi penataan ruang;

b. Wakil Ketua : Kepala Bidang/ Sub Dinas pada Dinas yang m em bidangi penataan ruang;

c. Sekretaris : Kepala Sub Bidang yang m em bidangi penataan ruang pada Bappeda;

d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kem am puan daerah.

(2) Kelom pok Kerja Perencanaan Tata Ruang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), m em punyai tugas:

a. m em berikan m asukan kepada BKPRD Kabupaten/ Kota dalam rangka pelaksanaan kebijakan penataan ruang kabupaten/ kota;

b. m elakukan fasilitasi penyusunan rencana tata ruang dengan m em pertim bangkan instrum en Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

c. m elakukan fasilitasi penyusunan program dan pem biayaan dalam rangka penerapan rencana tata ruang;

d. m elakukan fasilitasi pengintegrasian program pem bangunan yang tertuang dalam rencana tata ruang dengan rencana pem bangunan jangka panjang dan m enengah;

e. m enyiapkan bahan dalam rangka m em peroleh persetujuan substansi teknis rencana tata ruang kabupaten/ kota; dan

f. m enginventarisasi dan m engkaji perm asalahan dalam perencanaan serta m em berikan alternatif pem ecahannya untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten/ Kota.

(11)

Pasal 21

(1) Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 17 huruf b, m em punyai susunan keanggotaan terdiri atas: a. Ketua :Kepala Bidang/ Sub Dinas pada Dinas yang m em bidangi

penataan ruang; b. Wakil Ketua :Kepala Bagian Hukum ;

c. Sekretaris :Kepala Seksi/ Sub Bidang pada Dinas yang m em bidangi penataan ruang;

d. Anggota :SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kem am puan daerah.

(2) Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), m em punyai tugas:

a. m em berikan m asukan kepada Ketua BKPRD Kabupaten/ Kota dalam rangka perum usan kebijakan pem anfaatan dan pengendalian pem anfaatan ruang kabupaten/ kota;

b. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pem antauan terhadap penegakkan peraturan daerah tentang rencana tata ruang;

c. m elakukan fasilitasi pelaksanaan evaluasi terhadap penegakkan peraturan daerah tentang rencana tata ruang;

d. m elakukan fasilitasi pelaksanaan pelaporan terhadap penegakkan peraturan daerah tentang rencana tata ruang;

e. m elakukan fasilitasi pelaksanaan perizinan pem anfaatan ruang; f. m elakukan fasilitasi pelaksanaan penertiban pem anfaatan ruang; dan

g. m enginventarisasi dan m engkaji perm asalahan dalam pem anfaatan dan pengendalian pem anfaatan ruang serta m em berikan alternatif pem ecahannya untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Kabupaten/ Kota.

(3) Kelom pok Kerja Pem anfaatan dan Pengendalian Pem anfaatan Ruang dalam m elaksanakan tugas sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Ketua BKPRD Kabupaten/ Kota.

Pasal 22

Pem bentukan BKPRD Kabupaten/ Kota, Sekretariat BKPRD Kabupaten/ Kota, dan Kelom pok Kerja sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 13 dan Pasal 1 7 ditetapkan dengan Keputusan Bupati/ Walikota.

BAB IV PELAPORAN

Pasal 23

(1) Bupati/ Walikota m elaporkan pelaksanaan koordinasi penataan ruang kabupaten/ kota kepada Gubernur dengan tem busan Menteri Dalam Negeri disam paikan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun pada bulan April dan Agustus.

(12)

BAB V PENDANAAN

Pasal 24

(1) Pendanaan pelaksanaan koordinasi penataan ruang provinsi dan pem binaan penataan ruang kabupaten/ kota dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan sum ber-sum ber lain yang sah dan tidak m engikat.

(2) Pendanaan pelaksanaan koordinasi penataan ruang daerah kabupaten/ kota dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/ Kota dan sum ber-sum ber lain yang sah dan tidak m engikat.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Pada saat Peraturan Menteri ini m ulai berlaku, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nom or 147 Tahun 2004 tentang Pedom an Koordinasi Penataan Ruang Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 26

Keputusan Gubernur tentang Pem bentukan BKPRD Provinsi dan Keputusan Bupati/ Walikota tentang Pem bentukan BKPRD Kabupaten/ Kota disesuaikan paling lam bat dalam waktu 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.

Pasal 27

Peraturan Menteri ini m ulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Oktober 2009 MENTERI DALAM NEGERI,

Referensi

Dokumen terkait

Shalawat dan salam keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke alam yang berilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul

Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sektor Mahakam mengenai sejauh mana strategi komunikasi Divisi safety yang telah dilakukan untuk memberikan kinerja yang lebih optimal dalam

Efek konatif atau efek yang muncul berkaitan dengan sikap seseorang, pada efek konatif pengaruh dari pesan komunikasi yang timbul berupa tekad, hasrat atau upaya

Kegiatan ini bertujuan untuk: Menyediakan data berbagai karakteristik dari perusahaan industri besar/sedang yang akurat dan tepat waktu perencanaan pembangunan sektor

[r]

Time Warner´s road runner is a timely addition to the list of cable service providers.. Dial up connections for the internet is

pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Angkasa Sulaiman dilakukan melalui dokumen RPP serta terjadinya pembelajaran observasi (observational learning)

a. Importir Umum.Yaitu perusahaan pemegang API Umum yang dapat mengimpor barang bukan limbah yang tidak diatur Tata Niaga Impornya. Importir Umum Limbah. Yaitu importir umum