• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI KARYAWISATA DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS IX F SMP HANGTUAH 1 SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI KARYAWISATA DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS IX F SMP HANGTUAH 1 SURABAYA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI KARYAWISATA

DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA

DI KELAS IX F SMP HANGTUAH 1

SURABAYA

SKRIPSI

OLEH:

AGENG ARIADIN D03208032

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ageng Ariadin, 2015. “Bimbingan Kelompok Melalui Karyawisata dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya”, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai sifat toleransi dan budaya lokal yang turun temurun dan terjaga. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi terutama wilayah perkotaan, budaya lokal itu mulai pudar. Seiring dengan adanya pendidikan karakter untuk menjaga kearifan lokal yang telah mulai pudar. Hal ini akan menambah tindakan sosial rendah pada masa remaja. Maka sering kita melihat dan mendengar dari media cetak dan elektronik konflik antar remaja, tawuran, keacuhan, dan ketidakpedulian. Berbagai cara yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menanamkan dan menjaga budaya lokal kepada siswanya. Salah satunya yang dilakukan oleh SMP Hangtuah 1 Surabaya, menanamkan dan mengembangkan perilaku toleransi dan tolong menolong (prososial) ini telah menjadi program melalui kegiatan karya wisata. Program ini di koordinasikan oleh guru bimbingan konseling dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran, waka kurikulum, kesiswaan dan wali kelas. Oleh karena itu peneliti tertarik dalam melakukan penelitian yang berjudul “Bimbingan Kelompok Melalui Karyawisata Dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya”

Dari uraian tersebut penulis mengambil tiga rumusan masalah antara lain: Bagaimana penerapan bimbingan kelompok melalui karyawisata siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya? Bagaimana prososial siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya? Bagaimana hasil bimbingan kelompok melalui karyawisata dalam meningkatkan perilaku prososial siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya?

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk menggambarkan realitas yang sebenarnya sesuai dengan fenomena yang ada secara mendalam, rinci, jelas dan tuntas. Hasil yang didapat adalah (1) Penerapan bimbingan kelompok melalui karyawisata siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya sudah berjalanan dengan baik, dengan adanya kegiatan rutin persemester diharapkan siswa dapat menjaga kearifan lokal, (2) Kondisi perilaku prososial siwa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya masih tergolong baik, dikarenakan tidak ada kasus yang mencapai tindakan antisosial secara umum, misalnya, perjudian, narkoba, 3) Perilaku prososial siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya meningkat setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok melalu karyawisata. Dengan Indikator bahwa siswa kelas IX F semakin bertambah solidaritasnya sesama teman, lebih jujur, serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

(6)

A. Bimbingan Kelompok dan Karyawisata ... 8

1. Bimbingan Kelompok ... 8

2. Teknik Karyawisata ... 17

B. Perilaku Prososial... 27

1. Pengertian Perilaku Prososial ... 27

2. Bentuk-bentuk Perilaku Prososial ... 29

3. Prinsip Prinsip Dasar Perilaku Prososial ... 32

(7)

C. Bimbingan Kelompok Melalui Karyawisata dalam meningkatkan

Prososial Siswa ... 39

1. Peningkatan Perilaku Prososial Siswa ... 39

2. Aspek Perilaku Prososial Melalui Karyawisata ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 43

B. Kehadiran Peneliti ... 45

C. Lokasi Penelitian………. . 49

D. Data dan Sumber Data ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data………. .. 54

F. Analisis Data……… ... 58

G. Teknik Keabsahan Data………... . 61

H. Tahap-tahap Penelitian ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PAMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 68

1. Profil Sekolah... 68

2. Visi Misi dan Tujuan ... 69

3. Struktur Organisasi BK SMP Hangtuah 1 Surabaya ... 71

4. Data Pendidik dan Tenaga Pendidikan ... 71

5. Data Siswa-siswi SMP Hangtuah 1 Surabaya ... 73

6. Data Sarana dan Prasarana... 73`

B. Penyajian Data ... 74

1. Bimbingan Kelompok Melalui Karyawisata di SMP Hangtuah 1 Surabaya... 74

2. Keadaan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya ... 83

3. Bimbingan Kelompok Melalui Karyawisata dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya ... 86

C. Analisis Data... 90

(8)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 95

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Strutur Organisasi BK ... 70

Tabel 2: Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 70

Tabel 3: Data Siswa-siswi SMP Hangtuah ... 72

Tabel 4: Data Sarana dan Prasarana ... 72

Tabel 5: Kegiatan Karyawisata yang dilaksanakan di SMP Hangtuah... 74

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara Indonesia sifat toleransi dan tolong menolong merupakan budaya lokal (kearifan lokal) yang turun temurun yang terjaga, namun seiring

dengan berkembangnya teknologi terutama wilayah perkotaan, sifat toleransi dan tolong-menolong itu mulai pudar. Seiring dengan disosialisasikanya pendidikan

karakter yang bertujuan untuk menjaga kearifan lokal yang telah mulai pudar. Sedangkan pada masa remaja terdapat dua gerak perkembangan sosial yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua dan gerak menuju kearah

teman-teman sebaya, dua gerak ini saling berurutan dan berkaitan erat, dan jika gerak pertama dilakukan namun gerak kedua tidak dilakukan maka remaja tersebut

akan terasing.1

Hal tersebut akan menambah tindakan sosial rendah pada masa remaja. Tidak jarang kita melihat dan mendengar dari media cetak maupun elektronik konflik antar remaja, berupa tawuran, keacuhan, dan ketidakpedulian.

Berbagai cara yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menanamkan dan mengembangkan sifat toleransi serta tolong menolong kepada siswanya,

salah satunya yang dilakukan oleh SMP Hangtuah 1 Surabaya.

1

F.J. Monks, A.M.P Knoers dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004) hal 276

(12)

2

Dalam usaha menanamkan dan mengembangkan perilaku toleransi dan tolong menolong (prososial) di SMP Hangtuah 1 Surabaya ini telah mempunyai program pokok enam bulan sekali dalam melakukan kegiatan karya wisata.

Program ini di koordinasikan oleh guru bimbingan konseling yang bekerja sama dengan guru mata pelajaran, waka kurikulum, kesiswaan dan wali kelas. Menurut

salah satu guru BK diSMP Hangtuah 1 program karyawisata ini adalah program kolaborasi antara pihak-pihak di atas, agar kegiatanya tidak hanya satu materi namun satu tema yang terintegrasikan dengan baik. Kegiatan ini pula dikemas

secara menyenangkan karena kegiatan ini mengaplikasikan prinsip belajar learning by doing.2

Karyawisata berasal dari karya yang artinya kerja, dan wisata artinya pergi, dengan demikian karyawisata berarti pergi bekerja atau berpergian ke suatu tempat untuk bekerja. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar

mengajar, karyawisata diartikan dengan siswa akan mempelajari suatu obyek dimana obyek itu berada. Dengan mengkolaborasikan metode karyawisata dalam

upaya meningkatkan prososial peserta didik yang bertujuan agar siswa belajar langsung dan bekerja langsung siswa juga dapat belajar pada lingkungan sekitarnya serta memahami kondisi kehidupan nyata. Kegiatan karyawisata yang

dilakukan SMP Hangtuah 1 ini diantaranya reboisasi, kunjungan UKM (Usaha Kecil Menengah), kunjungan di lembaga sosial, kunjungan pengetahuan sejarah,

2

(13)

3

penanaman pohon bakau, kunjungan ke panti sosial, keja bakti, ke museum. Kegiatan ini diharapkan siswa dapat melihat langsung problem sosial di masarakat, dan bisa merasakan langsung problem tersebut. Dari hasil

karyawisata siswa harus mencatat tema umum serta hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran, catatan siswa ini dijadikan sebagai laporan (portofolio) yang hasilnya di diskusikan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Dalam satu kelas siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dalam setiap kelompok terdapat 5-6 orang, yang memiliki tugas berbeda-beda mulai dari

dokumentasi, wawancara, merekam, menulis, pembagian tugas ini dilakukan oleh guru pembimbing, tujuanya supaya siswa dapat belajar secara tim. Sebelum

kegiatan dilaksanakan guru pembimbing memberikan briving dan jobdiscription masing-masing sesuai dengan tugasnya. Tujuan secara umum karyawisata sebagai media belajar dan bimbingan kelompok yang bertujuan supaya siswa

dapat belajar secara langsung, karena belajar dalam ruangan kelas lebih menjenuhkan dibanding dengan belajar di luar kelas. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk mendalami Bimbingan Kelompok melalui karyawisata untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut:

(14)

4

2. Bagaimana perilaku prososial siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya? 3. Bagaimana hasil bimbingan kelompok melalui karyawisata dalam

meningkatkan perilaku prososial siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1

Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan bimbingan kelompok melalui karyawisata siswa kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya

2. Untuk mengetahui kondisi perilaku prososial kelas IX F SMP Hangtuah 1

Surabaya

3. Untuk mengetahui hasil bimbingan kelompok melalui karyawisata dalam

meningkatkan perilaku prososial kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya

D. Manfaat Penelitian

1. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuan di bidang lembaga pendidikan umumnya dan untuk bimbingan dan konseling di

sekolah khususnya. 2. Praktis

a. Untuk siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan perilaku prososial kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya.

(15)

5

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membantu meningkatkan perilaku prososial siswa agar memilika jiwa kepedulian, kerja sama dan bersikap yang baik kepada sesama.

c. Untuk Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu yang

berharga dalam kehidupannya. Dan dapat dijadikan acuan ketika nanti terjun langsung di lembaga pendidikan.

E. Definisi Operasional

1. Bimbingan kelompok

Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang

diberikan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.3 2. Karyawisata

Suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid

langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata

berarti siswa-siswi mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada.

3. Perilaku Prososial siswa

Perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekwensi positif bagi penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun

psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya.

3

(16)

6

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku prososial bertujuan untuk membantu meningkatkan well being orang lain. Ada tiga ciri yang menunjukkan perilaku prososial yaitu. 1) Tindakan tersebut berakhir pada

dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi bantuan; 2) Tindakan tersebut dilahirkan secara sukarela; 3) Tindakan teersebut

menghasilkan kebaikan

Jadi maksud judul penelitian ini adalah upaya bimbingan kelompok yang menggunakan metode karyawisata dengan tujuan meningkatkan

prososial siswa di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Karya wisata mempunyai prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata

dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada “Bimbingan Kelompok melalui karyawisata untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di kelas IX F SMP Hangtuah 1 Surabaya”

F. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi dari pada laporan

penelitian ini, serta isi laporan penelitian tersusun secara sistematis sehingga dapat memenuhi kriteria penulisan secara ilmiah, maka peneliti menganggap perlu untuk membuat sistematika pembahasan.

BAB I merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan permasalahan, manfaat penelitian,

(17)

7

BAB II merupakan bab landasan teori. Bab ini menguraikan kajian teori mengenai 1) bimbingan kelompok dan karyawisata meliputi bimbingan kelompok dan teknik karyawisata, 2) Tinjauan tentang perilaku prososial siswa,

meliputi definisi perilaku prososial, aspek perilaku prososial, bentuk-bentuk perilaku prososial, perilaku antisosial, penyebab perilaku antisosial,

bentuk-bentuk perilaku antisosial; 3) bimbingan kelompok melalui karyawisata dalam meningkatkan perilaku prososial siswa, yang meliputi peningkatan prososial siswa, pelaksanaan bimbingan kelompok.

BAB III merupakan bab metode penelitian. Bab ini menguraikan pendekatan dan jenis penelitian, informan penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan uji keabsahan data penelitian.

BAB IV merupakan bab hasil penelitian. Bab ini menguraikan bimbingan

kelompok melalui kegiatan karyawisata, satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dapat meningkatkan perilaku prososial siswa kelas IX F di SMP

Hang Tuah 1 Surabaya.

BAB V merupakan bab penutup. Bab ini memuat kesimpulan, saran-saran, kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang

(18)

Menurut Prayitno layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.4 Menurut Achmad Juntika

Nurihsan layanan bimbingan kelompok adalah layanan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.5 Dan menurut I. Djumhur layanan bimbingan kelompok adalah teknik yang dipergunakan dalam

membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok.6

Sedangkan menurut Mc. Daniel yang dikutip oleh Prayitno bahwa sebagai informasi berkenaan dengan orientasi siswa baru, pindah pogram, dan peta sosiometri siswa dapat disampaikan dan dibahas dalam layanan bimbingan

kelompok.7 Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan kepada sekelompok siswa untuk membuat

keputusan dalam dinamika kelompok.

4

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal 309

5Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: PT Refika Aditama, 2007) hal 23

6

I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1975) hal 106 7

(19)

9

b. Teknik-teknik dalam Bimbingan Kelompok

Dalam bentuk-bentuk bimbingan kelompok terdapat sejumlah teknik

yang dipergunakan. Teknik-teknik itu dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Pemberian informasi

Informasi yang umumnya dibutuhkan di sekolah dan diberikan oleh

guru bimbingan dan konseling, yaitu: a) Cara bergaul dengan teman sebaya; b) Cara menghadapi orang tua dan guru; c) Cara membagi waktu sehari-hari; d) Cara mengisi waktu senggang; e) Cara belajar yang baik; f)

Cara mengerjakan tugas; g) Cara belajar dan bekerja kelompok; h) Cara mengembangkan hobi; i) Informasi tentang kurikulum; j) Informasi tentang

lanjutan studi; dan k) Informasi tentang lembaga-lembaga yang memberikan pelayanan sosial.

2) Pembelajaran remedial

Pembelajaran remedial merupakan suatu usaha pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai bahan

pelajaran tertentu, teruatama yang tidak dapat diatasi dengan cara klasikal. 3) Program suasana rumah (home room)

Suatu program yang dilaksanakan dengan tujuan agar guru dapat

mengenal lebih baik siswanya sehingga dapat membuatnya lebih baik. 4) Karyawisata

(20)

10

wisata tersebut. Karyawisata atau field-trip disamping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu teknik bimbingan kelompok.

5) Diskusi

Diskusi atau sering juga disebut kelompok merupakan salah satu

teknik bimbingan kelompok yaitu kegiatan diskusi antar siswa untuk saling menyumbangkan pikiran dalam menyelesaikan suatu masalah.

6) Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok merupakan teknik yang memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya

dalam kelompok. 7) Organisasi siswa

Teknik dalam bimbingan kelompok yang dapat memberikan

kesempatan siswa untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, baik organisasi siswa dalam lingkungan sekolah maupun organisasi diluar

lingkungan sekolah. 8) Sosiodrama

Teknik dalam memecahkan masalah-maalah sosial dengan melalui

bermain peranan. Dalam sosiodrama siswa memerankan suatu peranan tertentu dari suatu situasi masalah sosial. Dari pemeranan itu kemudian

(21)

11

9) Psikodrama

Teknik untuk memecahkan masalah-masalah psikis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan peran-peran tertentu, konflik-konflik

atau ketegangan-ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihilangkan.

10)Penyuluhan kelompok

Teknik untuk membantu individu-individu yang mempunyai masalah gangguan emosional yang serius yang disebabkan oleh banyaknya

frustasi dan tekanan emosi.8

c. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan bimbingan kelompok menurut Suparto, tujuan dari bimbingan kelompok, yakni:

1) Pengembangan pribadi;

2) Pembahasan masalah-masalah umum.9

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

bimbingan kelompok adalah: 1) Pengembangan pribadi;

2) Membantu individu dan kelompok untuk memperoleh pemahaman tentang

diri dan lingkungan;

3) Membahas masalah-masalah yang umum;

8

H. M. Surya, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000) hal 4.72-4.82 9

(22)

12

4) Memberi kesempatan kepada semua peserta untuk mengungkapkan perasaan diri sendiri;

5) Membantu peserta belajar memahami perasaan peserta lain dalam

mengatasi masalahnya.

Sedangkan menurut H.M. Surya dalam bukunya Bimbingan dan

Konseling yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka adalah:

1) Membantu individu dan kelompok untuk memperoleh pemahaman tentang diri dan lingkungannya;

2) Membantu memberikan orientasi dalam memasuki atau mengahadapi situasi, lingkungan, dan pengalaman baru;

3) Meletakkan dasar-dasar bagi penyuluhan individu;

4) Membantu memberikan penyesuaian diri dan penyembuhan terhadap gejala-gejala gangguan penyesuaian diri;

5) Membantu menemukan masalah-masalah pribadi; dan

6) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dengan pengalaman belajar

dalam kurikulum.10

Menurut Prayitno, tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut: 1) Memberikan informasi kepada peserta kelompok;

2) Menyusun rencana dan membuat keputusan; dan 3) Saling menelaah antar peserta kelompok.11

10

Ibid, hal 4.70 11

(23)

13

d. Manfaat dan Keterbatasan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang melibatkan beberapa siswa yang diberikan dalam sebuah kelompok untuk

membahas permasalahan yang menyangkut individu dan lingkungannya. Sehubungan dengan dilaksanakannya bimbingan kelompok, maka ada

beberapa manfaat layanan bimbingan kelompok, yakni:

1) Bimbingan kelompok yang dilakukan dalam satu kelompok kecil hasilnya lebih efektif daripada dilakukan secara pribadi;

2) Lebih baik waktu digunakan untuk membantu 5 - 15 orang sekaligus dari pada hanya untuk membantu seorang saja. Jadi bimbingan kelompok

mempunyai efisiensi yang baik;

3) Bimbingan kelompok dapat juga digunakan untuk mendorong orang yang tidak ingin mengikuti bimbingan secara formal;

4) Bimbingan kelompok cenderung memperkenalkan para konseli saling membantu;

5) Kelompok kecil adalah suatu kelompok umum untuk bimbingan pendidikan jangka pendek.

Akan tetapi selain mempunyai beberapa manfaat seperti yang

(24)

14

1) Tidak ada rahasia, karena semua anggota tahu tentang masalah didalam kelompok yang sedang terjadi baik itu masalah seorang anggota kelompok ataupun masalah bersama;

2) Suasana interaksi monolog atau terbatas kaena masalah yang dibahas cenderung homogen;

3) Dengan jumlah peserta bimbingan yang terlalu besar, layanan bimbinagn kelompok dapat tidak efektif lagi;

4) Pemimpin kelompok yang dipegang oleh salah satu peserta dapat

mengurangi keberhasilan layanan bimbingan kelompok, karena tidak langsung dipegang oleh konselor.12

e. Tahapan Bimbingan Kelompok

Tahapan bimbingan kelompok yang terdapat dalam makalah Suparto yaitu sebagai berikut:

Pada tahap ini dibentuk kelompok dengan peserta yang sudah diseleksi, peserta tersebut memenuhi kriteria yang diinginkan oleh konselor

dan dapat membangun harapan bersama dalam menyelesaikan masalah. 1) Tahap Permulaan

Pada tahap ini memulai mengeksplorasi harapan peserta bimbingan

kelompok dan mulai belajar fungsi kelompok, sekaligus menegaskan tujuan kelompok.

2) Tahap Transisi

12

(25)

15

Pada tahap ini konselor dan peserta bimbingan kelompok menyesuaikan diri dalam suasana kelompok yang baru, menciptakan keseimbangan interaksi antara konselor dengan peserta kelompok antarpeserta kelompok.

3) Tahap Kerja

Pada tahap ini proses bimbingan kelompok berlangsung. Proses tersebut

diawali dengan pengutaraan berbagai permasalahan, kemudian dilanjutkan pemilihan masalah yang dibahas dalam kelompok, dan terakhir pembahasan masalah tersebut.

4) Tahap Akhir

Pada tahap ini konselor dengan peserta kelompok membahas tentang

keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dibahas. Sekaligus konselor mengucapkan terimakasih kepada peserta bimbingan kelompok karena telah mengikuti proses bimbingan

hingga selesai.

5) Tahap Evaluasi dan tindak lanjut

Pada tahap ini konselor melakukan tindak lanjut jika ternyata ada kendala-kendala dalam pelaksanaan bimbingan kelompok.13

f. Proses dan Perilaku Antar Anggota

Dalam kelompok, peserta kelompok mengalami perkembangan sosial yang berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan

sosial. Menurut Hurlock ada tiga proses dalam perkembangan social, yang

13

(26)

16

masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda, tetapi saling berkaitan sehingga kegagalan dalam satu proses dapat menurunkan kadar sosialisai, ketiga proses tersebut adalah:

1) Berperilaku dapat diterima secara sosial.

Setiap kelompok social mempunyai standar bagi para anggotanya

tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilakunya sehingga ia bias

diterima sebagian dari masyarakat atau lingkungan social tersebut. 2) Memainkan peran dilingkungan sosialnya.

Setiap kelompok social mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.

3) Memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.

Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai

orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi, berarti ia berhasil dalam penyesuaian social dan diterima sebagai anggota kelompok social tempat mereka menggabungkan diri.14

14

(27)

17

h. Interaksi dalam Kelompok

Dalam layanan bimbingan kelompok, terdapat interaksi antar peserta. Hal ini memang yang diinginkan untuk terjadi dalam layanan ini, karena

memang salah satu tujuan layanan bimbingan kelompok seperti yang dijelaskan di atas salah satunya adalah saling mengungkapkan masalah untuk

dipecahkan bersama. Saling berhubungan antara peserta kelompok sangatlah diutamakan, sedangkan hubungan antar peserta dengan pemimpin kelompok tidak sedemikian penting, karena dalam layanan bimbingan kelompok semua

peserta mendapatkan kedudukan yang sama untuk saling berhubungan atau berinteraksi denganpeserta lain.15

cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.16 Sedangkan karya wisata adalah berpergian atau mengunjungi suatu objek dalamrangka memperluas pengetahuan.17 Pada dunia pendidikan karya wisata

dapat diartikan dengan peserta didik pergi kesuatu tempat untuk mempelajari suatu obyek dimana obyek itu berada dengan kata lain adalah kunjungan

15Prayitno, Dasar-DasarBimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal 27. 16

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: BalaiPustaka, 1989), Cet, Ke-2, h. 530

17

(28)

18

peserta didik ke luar kelas untuk mempelajari obyek-obyek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan di sekolah.18

Menurut Shalahuddin, metode adalah suatu cara yang paling tepat

diguna;kan untuk menyampaikan bahan pelajaran, sehingga tujuan dapat dicapai.19 sedangkan menurut Zuhairini metode dalam mengajar adalah:

a. Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan

b. Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat bantu mengajar,

c. Merupakan kebulatan dalam satu sistem pendidikan.20

Menurut Roestiyah karyawisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannyadengan melihat kenyataannya. Karena

itu dikatakan teknik karyawisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah

untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.21

Menurut checep Teknik karyawisata atau widyawisata adalah cara

penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungansebagai sumber belajar, dapat

merangsang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luasdan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi.Tetapi karyawisatamemerlukan

18

Nana Sudjana dan Ahmad rival, Media Mengajar; Penggunaan dan Pembuatanya. (Bandung: CV. Sinar Baru, 1997), Cet VII, h.210

19

Mahfudh Salahudin, Metodologi Pendidikan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu 1981), h. 29 20

Zuharini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional 1983 ), Cet, Ke-8, h. 79 21

(29)

19

waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.

Menurut Mulyasa Teknik field trip atau karyawisata merupakan suatu perjalanan atau pesiar yangdilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian

integral dari kurikulum sekolah. Meskipunkaryawisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikandapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalamantentang dunia

luar.22

Menurut Djamarah teknik karyawisata, yang merupakan cara mengajar

yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari ataumenyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan padateknik

karyawisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karyawisataada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu

beberapa hari atau waktu panjang.23

b. Tujuan Fungsi dan Manfaat Teknik Karyawisata

Pelaksanaan karyawisata dapat ditujukan untuk mencapai beberapa

tujuan seperti :

22

(30)

20

1. Untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah atau di kelas dengan hal-hal yang lebih praktis dan realistis.

2. Untuk menanamkan nilai moral pada siswa serta mengembangkan rasa

sosial diantara siswa dengan teman-temannya maupun orang lain.

3. Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh

pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya.

4. Dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu

memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum.

5. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya,agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Fungsi dari teknik karya wisata adalahdengan mengunjungi obyek-obyek menarik yang berkaitan dengan pelajaran atau tujuan tertentu untuk

mengetahui lingkungan dan masalahnya sehingga memupuk rasa tanggung jawab, kerjasama, kepercayaan diri, mengembangkan bakat dan cita-cita peserta didik.

(31)

21

1. siswa akan memperoleh pengalaman langsung. Pengalaman ini dapat memperdalam pengetahuan dan pengertian siswa karena akan lebih banyak menarik perhatian siswa.

2. Dengan karya wisata dapat mengumpulkan bahan-bahan untuk pelajaran, misalnya dengan cara observasi, wawancara dan sebagainya, serta dapat

mengumpulkan benda-benda untuk alat peraga.

3. Memperluas atau memperbesar minat dan perhatian anak. Misalnya dengan kunjungan ke pabrik, perindustrian, kesenian dan lain-lain.

4. Memperkaya pengajaran di dalam kelas.

5. Membuktikan benar tidaknya pengertian yang diperoleh di dalam kelas.

Sumber di luar kelas merupakan laboratorium tempat anak-anak mengadakan observasi, eksperimen dan lain-lain.

c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Karyawisata

Dengan teknik karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di

sekolah. Berbeda dengan darmawisata, disini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk rekreasi. Teknik karyawisata berguna bagisiswa untuk membantu mereka memahami kehidupan riil dalam lingkungan beserta

segalamasalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau kesuatu tempat yang mengandung nilai sejarah atau

(32)

22

1. Persiapan

Dalam merencanakan tujuan karyawisata, guru perlu menetapkan tujuan pembelajarandengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik,

menghubungi pemimpin obyek yangakan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yangmasak, membagi tugas-tugas,

mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok,serta mengirim utusanUntuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke obyek yang dituju.Dalam

kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara laintentang lokasi, aspek-aspek yang dipelajari, jalan yang

ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh. dimana.

2. Perencanaan

Hasil kunjungan pendahuluan (survei) dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan karyawisata,

pembagian objek sesuai dengan tujuan, jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa.

a. Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok/seksi.

b. Menentukan teknik mengumpulkan data, mungkin berwujud wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi.

(33)

23

telahdirencanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana.

d. Mengurus perizinan.

e. Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan.

3. Pelaksanaan

Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencanakunjungan, sedangkan guru mengawasi,

membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswayang kurang mentaati tata tertib sesuai acara. Pemimpin rombongan mengatur

segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya,

serta memberi petunjuk bila perlu. 4. Pembuatan laporan Akhir karya wisata

Pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasilkarya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindak lanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti

membuat grafik, gambar, model-model, diagram, sertaalat-alat lain dan sebagainya. Hasil yang diperoleh dan kegiatan karyawisata ditulis dalam

(34)

24

Menurut Mulyasa sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai teknik pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar.

b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah.

c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis.

d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalamkaryawisata menunjang dan sesuai dengan

tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapatdilaksanakan.

e) Membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis.

f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, denganmemperhatikan tujuan pembelajaran, materi

pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif.

g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan,

memberikan surat ucapan terima kasih kepada merekayang telah me mbantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahankarya

(35)

25

d. Kelebihan dan Kekurangan Karyawisata

Teknik karyawisata memiliki beberapa kelebihan di dalam pelaksanaanya yaitu seperti:

1) Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.

2) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin

diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka.

3) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.

4) Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan

yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.

5) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh

(36)

26

6) Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Walaupun banyak memiliki kelebihan tetapi di dalam teknik karyawisata juga memiliki beberapa kekuranganya seperti:

1) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak. 2) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.

3) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada

tujuan utama,sedangkan unsur studinya terabaikan.

4) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik

anak didik dilapangan. 5) Biayanya cukup mahal.

6) Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran

karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

7) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan. 8) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau

kantor yang akan dikunjungi

e. Hambatan Dalam Teknik Karyawisata

Di dalam teknik karyawisata terdapat juga hambatan-hambatan

antara lain:

(37)

27

2) Dianggap karya wisata akan mengganggu pelajaran. 3) Memakan waktu dianggap sebagai penghamburan waktu.

4) Keengganan guru yang telah merasa puas dengan pelajaran sehari-hari.

5) Enggan mengganggu kegiatan perusahaan, badan-badan pemerintah dan lain-lain.

6) Transport dan Biaya yang mahal.

B. Perilaku Prososial

1. Pengertian Perilaku Prososial

Perilaku prososial (prososial behavior) dalam kamus Psikologi desebutkan sebagai perilaku Sosial yang menguntungkan orang lain, tercakup

di dalamnya kebersamaan, kerjasama kooperatif dan alturisme,24 Staubmenyatakan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan orang lain yang dilakukan secara sukarela dan tanpa

paksaan.25 O’Sears menyatakan bahwa perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas, meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau

direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif – motif si penolong.26

Baron & Byrne menjelaskan bahwa perilaku prososial sebagai

tindakan apapun yang menguntungkan orang lain. Secara umum, istilah ini diaplikasikan pada tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung

24 Kartono, Kartini, Gulo, Dali. Kamus Psikologi. (Bandung: Pionir Jaya, 1987). Hal.108 25

Judith I.M, Staub. Morality and Prosocial Behavior: The Role of Awareness, Responsibility, and Norms Model. (Bournemouth University: University of Groningen, 1987).Hal.428

26

(38)

28

pada orang yang melakukan tendakan tersebut, dan bahkan mungkin mengandung derajat resiko tertentu.27

Dayakisni & Yuniardi mendefinisikan perilaku prososial merupakan

kesediaan orang – orang untuk membantu atau menolong orrang lain yang ada dalam kondisi distress (menderita) atau mengalami kesulitan. Sedangkan

Faturohman juga menyatakan perilaku Sosial sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain.28

Staub mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu perilaku yang

memiliki konsekuensi Sosial positif secara fisik maupun secara psikologis, dilakukan secara sukarela dan menguntungkan orang lain. Sedangkan

Wrightsman dan Daux mempertegas pendapat pendapat Staub dengan menyatakan bahwa perilaku proposial merupakan tindakan yang mempunyai akibat Sosial secara positif yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain, baik

secara fisik maupun secara psikologis dan perilaku tersebut merupakan perilaku yang lebih banyak memberikan keuntungan pada orang lain dari pada

dirinya sendiri.

Berdasarkan definisi tentang perilaku prososial dari beberapa ahli tersebut dapatlah ditegaskan bahwa untuk mengukur suatu tindakan itu

merupakan tindakan yang termasuk dalam perngertian perilaku prososial adalah :

27

Baron, R.A. Psikologi Sosial Edisi 10 Jilid 2, Terjemahan: Djuwita. (Jakarta: Erlangga, 2005) hal 119. 28

(39)

29

1. Perilaku atau tindakan tersebut dilakukan secara sukarela dan tanpa tekanan.

2. Perilaku atau tindakan tersebut dilakukan dengan maksud menolong dan

mementingkan orang lain.

3. Perilaku atau tindakan tersebut dilakukan tanpa mempedulikan motif –

motif dari pelakunya.

2. Bentuk – Bentuk Perilaku Prososial

Sebagaimana ditegaskan dalam pengertian prososial, jelaslah kiranya

perilaku prososial merupakan perilaku yang menguntungkan orang lain dilakukan secara sukarrela dan tanpa adanya paksaan dari siapapun serta tiadak

mempedulikan motif – motif pelakunya. Dengan demikian, perilaku – perilaku yang termasuk dalam pengertian prososial diantaranya dapat berbentuk misalnya seseorang memberikan santunan kepada yayasan Sosial dengan

maksud agar diberitakan sehingga terkesan sebagai orang baik atau dermawan, menolong orang lain yang sedang kesusahan, seorang pejabat level bawah

mengirim parcel ke atasannya di waktu hari lebaran sehingga mengandung makna tertentu bagi pelakunya, member bantuan kepada si miskin, mempedulikan kesejahteraan orang..

Samson dan Museen menyebutkan bahwa perilaku – perilaku yang termasuk dalam pengertian prososial meliputi: berbagi, bekerja sama,

(40)

30

hak dan kesejahteraan orang lain, menyumbang, merawat, dermawan, memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain, dan mempunyai kepedulian terhadap orang lain.

Menurut Museenbentuk – bentuk perilaku prososial memiliki beberapa macam yang antara lain :29

1. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka. Contoh: Siswa sering berbagi

makanan berupa roti, jajanan kepada siswa yang lain, Selain itu siswa juga sering berbagi perasaan dalam curhat keseharian.

2. Menolong (helping), yaitu kesediaan memberikan bantuan atau pertolongsn kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan baik berupa moril maupun materil. Menolong meliputi membantu orang lain atau

menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain. Contoh: Siswa menolong siswa lain yang sedang jatuh dari sepeda, siswa menawarkan pertolongan kepada siswa lain karena tidak punya uang saku

sekolah akhirnya mengajaknya untuk makan bersama, siswa membantu siswa lain yang tidak mampu membayar SPP Perbulan dengan iuran teman.

3. Kerjasama (cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Cooperting biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menenangkan.

29

(41)

31

Contoh: Siswa menyelasaikan tugas yang diberikan kepada guru dengan cara berkelompok untuk mencapai tujuan bersama yakni menjawab soal dan pemecahan masalah yang diberikan guru.

4. Bertindak jujur (honesty), yaitu kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain. Contoh: Siswa selalu

dilatih untuk selalu berbuat jujur kepada sesama siswa bahkan kepada guru dalam kondisi apapun yang ada dilingkungan sekolah maupun keluarga. 5. Berderma (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan sacara sukarela

sebagian barang miliknya kepada orang lain yang membutuhkan. Contoh: Siswa memberikan bulpen kepada teman lain supaya untuk dipakai, siswa

memberikan makanan kepada teman-teman lainnya, dan siswa memberikan sebagaian uang untuk siswa yang kurang mampu dalam keseharian di sekolah maupun dilingkungan keluarganya. Hal ini akan membatu perilaku

prososial siswa tertanam dan berkembang lebih baik.

Brigham menyebutkan bentuk – bentuk prilaku prososial yang hampir

sama dengan di atas, yaitu :30

1. Alturisme yaitu kesediaan untuk menolong orang lain secara sukarela

tanpa mengharapkan imbala.

2. Murah hatu yaitu kesediaan untuk bersikap dermawan pada orang lain.

30

(42)

32

3. Persahabatan yaitu kesediaan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang lain.

4. Kerjasama yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain demi

tercapainya suatu tujuan.

5. Menolong yaitu kesediaan untuk membantu orang lain yang sedang berada

dalam kesulitan.

6. Penyelamatan yaitu kesediaan untuk menyelamatkan atau membantu orang lain yang membutuhkan.

7. Pengorbanan yaitu kesediaan untuk berkorban demi orang lain yang membutuhkan.

8. Berbagi yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain salam suasana duka.s

Berdasarkan uraian di atas maka bentuk – bentuk perilaku prososial tersebut antara lain berbagi, menolong, kerja sama, bertindak jujur, pengorbanan dan berbagi merupakan suatu perilaku yang mengarah kepada

kebaikan dan pengembangan perilaku siswa yang sangat mencerminkan akhlaqul karimah.

3. Prinsip – Prinsip Dasar Perilaku Prososial

(43)

33

oleh lingkungan sosialnya. Secara naluriah misalnya dapat dijumpai bentuknya pada seorang ibu dan ayah memberikan pertolongan kepada anaknya, bahkan tidak segan – segan orang tua akan berbuat yang beresiko tinggi manakala

anaknya terancam bahaya. Sedangkan yang dibentuk oleh lingkungan Sosial dapat dijumpai misalnya di daalam sebuah pertemuan bagaiman mereka yang

terlibat dalam pertemuan tersebut saling mendukung dan menyetujui pendapat– pendapat yang dikemukakan demi untuk kepentingan bersama di dalam kelompok tersebut.

Pemikiran di atas memberikan gambaran tentang adanya prinsip – prinsip dasar munculnya perilaku prososial pada manusia. Prinsip pertama

menyatakan bahwa perilaku prososial merupakan bagian sifat manusia yang ditentukan secara genetik. Sehubungan dengan ini, Travers (dalam O’Sears,

1994) mengemukakan bahwa hanya altruism timbale balik yang mempunyai dasar biologis. Prinsip kedua merupakan kritik dari prinsip pertama di atas. Prinsip kedua ini menyatakan bahwa faktor Sosial jauh lebih penting

dibandingkan faktor biologis dalam menentukan perilaku prososial.31

Dalam kaitannya dengan perilaku prososial yang dibentuk oleh

lingkungan Sosial, ditemukan bahwa masyarakat secara bertahap dan selektif mengembangkan keterampilan, keyakinan dan teknologi yang mennunjang

31

(44)

34

kepentingan kelompok tersebut. Karena dirasakan bermanfaat bagi masyarakat, maka perilaku prososial menjadi bagian dari aturan atau norma sosial.

Ada tiga norma yang penting bagi pembentukan perilaku prososial, yaitu tanggung jawab Sosial, saling timbale balik dan keadaan Sosial. Norma tanggung jawab Sosial menentukan bagaimana seharusnya kita membantu

orang lain yang bergantung kepada kita. Bentuknya bisa bermacam – macam. Orang tua diharuskan memelihara anak – anaknya dan jawatan Sosial bisa ikut

campur tangan apabila orang tua gagal memenuhi kewajibannya. Guru harus membantu murid – muridnya dan seterusnya. Aturan agama dan moral kebanyakan masyarakat menekankan keharusan untuk menolong orang lain

dan kadang – kadang keharusan ini dinyatakan dalam bentuk hukum. Hukum merupakan salah satu cara untuk menekankan pada orang bahwa mempunyai

kewajiban untuk menolong.

Sementara norma imbal balik menyatakan bahwa kita harus menolong orang yang telah menolong kita atau seseorang harus menolong kepada orang

yang telah menolongnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang lebih cenderung membantu seseorang yang pernah membantu mereka.32 Kekuatan

rasa kewajiban dipengaruhi oleh faktor – faktor yang ada dalam situasi. Misalnya bantuan yang lebih sering dilakukan akan dibalas daripada bantuan yang kecil atau jarang sekali. Di samping itu pandangan orang tentang motif

32

(45)

35

penolong juga berpengaruh. Upaya membalas pertolongan lebih mungkin terjadi pula bantuan awal dipersepsi sebagai sesuatu yang diberikan secara sengaja dan sukarela. Dalam hal ini Goranson da Berkowitz (dalam O’Sears,

1994) menyimpulkan bahwa subjek yang dibantu oleh seseorang cenderung membalas orang tersebut, tetapi cenderung tidak menawarkan bantuan kepada

orang lain.

Selanjutnya adalah norma keadilan yang mempunyai prinsip kesamaan.

Prinsip keadilan ini berimplikasi bahwa apabila ada dua orang yang memberikan andil yang sama dalam suatu tugas, maka kedua orang tersebut harus menerima ganjaran yang sama pula. Apabila salah seorang menerima

lebih dari yang lainnya, maka ia akan mengalami tekanan untuk mencoba memulihkan keadilan dengan jalan mengulang pembagian ganjaran tersebut.

Orang yang menerima ganjaran yang lebih sedikit dari yang seharusnya diterima, jelas merasa dirugikan. Fakta yang menarik disini adalah bahwa orang yang mersa menerima lebih dari yang seharusnya diterima, maka harus

memberikan sebagian dari miliknya kepada orang yang mendapetkan terlalu sedikit tersebut. Dalam hal ini orang lain yang menyaksikan situasi

ketidakadilan tersebut, mungkin sekali tertarik untuk menolong orang yang dirugikan. Tindakan membantu orang yang kurang beruntung dalam kehidupan sehari - hari member amal, tampaknya dimotivasi oleh keinginan untuk

(46)

36

4. Ciri – Ciri Perilaku Prososial

Menurut Staub dalam Dayakisni dan Hudaniah, ada 3 (tiga) cirri seseorang dikatakan menunjukkan perilaku prososial, yaitu:33

1. Tindakan tersebut berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi bantuan.

2. Tindakan tersebut dilahirkan secara sukarela 3. Tindakan teersebut menghasilkan kebaikan.34

Dalam situasi tertentu, keputusan untuk menolong melibatkan proses kognisi Sosial yang kompleks dan pengambilan keputusan yang rasional. Awalnya, seseorang harus memperhatikan bahwa sesuatu sedang berlangsung

dan memutuskan apakah pertolongan dibutuhkan atau tidak. Bila pertolongan dibutuhkan mungkin orang itu masih mempertimbangkan sejauh mana

tanggung jawabnya untuk bertindak. Kemudian, orang tersebut mungkin masih menilai ganjaran dan kerugian bila membantu atau tidak. Terakhir, orang itu harus memutuskan jenis pertolongan apa yang dibutuhkan dan bagaimana

memberikannya. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut :35

1. Mempersepsi Kebutuhan

Persepsi terhadap kebutuhan merupakan langkah pertama yang

penting dalam setiap perilaku prososial, yaitu memperhatikan bahwa

33

Dayakisni, T. Psikologi Sosial, Cet 2. (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press. 1997) hal 166. 34

Ibid, hal 168. 35

(47)

37

sesuatu sedang berlangsung dan memutuskan apakah pertolongan dibutuhkan. Dalam beberapa situsi, suatu kebutuhan jelas, tetapi dalam kebanyakan situasi suatu kebutuhan tidak jelas sehingga sulit untuk

memutuskan. Ketidakpastian tentang situasi merupakan alas an utama mengapa kadang – kadang orang tidak memberikan bantuan. Isyarat apa

yang digunakan orang untuk memutuskan apakah ada keadaan darurat yang membutuhkan campur tangan atau tidak. Menuruut Shotland & Hudson yang mengidentifikasi lima karakteristik utama yang mengarahkan persepsi

bahwa suatu kejadian merupakan keadaan darurat.36

a. Sesuatu yang terjadi secara tiba – tiba dan tidak terduga

b. Ada ancaman bahaya yang jelas terhadap korban

c. Tindakan yang membahayakan kkorban cenderung meningkat bila tidak

ada campur tangan seseorang

d. Korban tidak berdaya dan membutuhkan bantuan orang lain e. Ada beberapa kemungkinan cara campur tangan yang efektif

Interpretasi atau definisi seseorang tentang situasi merupakan faktor yang penting untuk memastikan apakah orang tersebut akan memberikan

pertolongan atau tidak.

36

(48)

38

2. Memikul Tanggung Jawab

Seseorang yang merasa mempunyai tanggung jawab pribadi akan

lebih cenderung melakukan perilaku prososial. Faktor yang mempengaruhi tanggung jawab yang di persepsi adalah kompetensi. Tampaknya seseorang merasa mempunyai kewajiban yang lebih besar untuk turut campur tangan

dalam situasi di mana mempunyai kecakapan untuk membantu secara efektif.

3. Mempertimbangkan untung rugi

Menurut teori insentif, orang selalu mempertimbangkan kemungkinan untung rugi dari suatu tindakan tertentu termasuk menolong

orang lain. Oleh karena itu orang akan berperilaku secara prososial bila yang dipersepsi berupa keuntungan (ganjaran) melabihi keuntungan yang diperoleh, sehingga orang tidak menolong.

Kadang – kadang relative mudah untuk menolong tapi di saat lain, pemberian pertolongan bisa menimbulkan kerugian waktu, tenaga,

kesulitan yang sangat besar. Namun ada juga kerugian bila tidak memberikan pertolongan, misalnya ada rasa bersalah karena tidak

(49)

39

tentang manfaat tindakan yang dilakukan, semakin besar kecenderungan untuk membantu. Semakin pantas seseorang untuk ditolong semakin besar pertolongan yang dapat diberikan dan semakin besar kesediaan untuk

menolong.

4. Memutuskann Cara Menolong dan Bertindak

Unsur terakhir dalam keputusan untuk menolong adalah menetapkan jenis bantuan apa yang akan diberikan dan kemudian melakukan tindakan.

C. Bimbingan Kelompok Melalui Karyawisata dalam meningkatkan Perilaku Prososial Siswa

1. Peningkatan Perilaku Prososial Siswa

Tujuan secara umum bimbingan kelompok adalah untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi siswa. Secara lebih khusus bimbingan kelompok guna mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap

yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para

siswa.37 Dan menurut I. Djumhur layanan bimbingan kelompok adalah teknik yang dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok.38

37

Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung: PT Refika Aditama, 2007) hal 23

38

(50)

40

Dalam karyawisata siswa perlu keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi akan tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya.

Karena itu dikatakan teknik karyawisata ialah cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah

untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik, perusahaan dan lain sebagainya agar siswa bisa langsung dapat mengetahui bagaimana kondisi atau sistem-sistem yang patut untuk di pelajari.

Dengan melaksanakan teknik karyawisata siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, menanamkan rasa cinta pada

alam. Mengembangkan kegairahan belajar siswa, mamberikan kepada siswa bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi. Dan dengan adanya penugasan secara kelompok akan menimbulkan rasa

kebersamaan , empati dan saling membantu serta kebersamaan yang harmonis di lingkungan sekolah maupun lingkungan umum.

2. Aspek Perilaku Prososial Melalui Karyawisata

Dalam bimbingan kelompok melalui karyawisata maka akan terjadi interaksi sesama teman kelompok, maka akan muncul aspek perilaku

prososial, yang antara lain :

a. Menolong orang lain yang kesulitan

(51)

41

Semakin banyak orang yang hadir, semakin kecil kemungkinan individu yang benar-benar memberikan pertolongan. Terdapat dua variabel yang bias mendukung dan menghambat individu untuk menolong orang yang

mengalami kesulitan, yaitu penyebaran tanggung jawab dan menghindari kesalahan.

b. Penyebaran tanggung jawab

Bila tanggung jawab sosial merupakan keyakinan normative yang jelas bagi kelompoknya, maka kehadiran orang lain menyebabkan

meningkatnya kemungkinan dalam berperilaku prososial. c. Menghindari kesalahan

Kehadiran orang lain bisa menjadi penghambat berperilaku prososial, karena individu yang berada dalam kelompok orang banyak takut apabila melakukan kesalahan sosial. Apabila individu sedang

sendiri, maka tidak akan ragu-ragu dalam melakukannya. Namun, saat ada beberapa orang di tempat, kecenderungannya adalah menunggu perintah

daripada membuat kesalahan dan terlihat kebodohannya. Individu yang menolong orang yang mengalami kesulitan juga mempertimbangkan hadiah dan kerugian yang diperoleh, suasana hati individu pada waktu itu,

empati dan karakteristik individu. d. Mengurangi suatu tindak pelanggaran

(52)

42

memberikan bantuan terhadap orang yang mengalami tindak pelanggaran. Komitmen utama terhadap tanggung jawabnya akan meningkatkan kemungkinan untuk ikut serta dalam berperilaku prososial.

e. Menahan godaan

Individu seringkali dihadapkan pada pilihan antara melakukan apa

yang diketahui dengan mempertahankan perilaku moral atau melakukan cara penyelesaian yang mudah melalui berbohong, berbuat curang. Hal tersebut sangat menggoda individu untuk melanggar aturan yang ada agar

memperoleh keuntungan dengan segera. Misalnya, siswa izin keluar keluar kelas untuk izin ke kamar mandi, padahal ia pergi ke kantin untuk

jajan sebelum jam istirahat tiba. Individu nampaknya lebih menyukai melakukan kejahatan sederhana jika keuntungan yang diperoleh secara potensial tinggi dan jika kemungkinan diketahui atau ditangkap dan

(53)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawanannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam

peristilahannya.31 Penelitian kualitatif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek yang berupa individu,

organisasional atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada.

Pada umumnya penelitian kualitatif tidak menggunakan hipotesis (non hipotesis) sehingga dalam penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.32

Menurut Suharsimi, “Ada tiga macam pendekatan yang termasuk dalam penelitian kualitatif, yaitu penelitian kasus atau studi kasus, penelitian kausal komparatif dan penelitian kolerasi.”33 Apabila ditinjau dari bentuknya, maka

penelitian ini termasuk ke dalam penelitian lapangan ( field research). Dimana peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang berupa kata-kata tertulis

31

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002),135. 32

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 245. 33

Ibid., 81.

(54)

44

yang diperoleh selama mengadakan pengamatan dan wawancara dengan sejumlah informan dengan memakai perspektif fenomenologi, yaitu peneliti mengetahui dan memahamai tentang lokasi penelitian tersebut.

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah field research, penggunaan metode ini karena secara empiris yang menginvestigasi fenomena

sementara dalam konteks kehidupan yang nyata; ketika batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara jelas; dan sumber-sumber fakta ganda yang digunakan. Penelitian terhadap latar belakang dan kondisi dari individu,

kelompok, atau komunitas tertentu dengan tujuan untuk memberikan gambaran lengkap mengenai subyek atau kejadian yang diteliti. Penelitian yang dilakukan

secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu.34

Dalam pendekatan toritis dan empiris dalam penelitian sangat

diperlukan. Oleh karena itu, sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Karena penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan gejala variabel, gejala atau keadaan yang diteliti secara apa adanya.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.35 Hal ini sesuai

34

Gabril Amin Silalahi, Metodologi Penelitian Study Kasus, (Sidoarjo: Citramedia, 2003), 62. 35

(55)

45

dengan pendapat Donal Ary dkk:1982, yang mengatakan bahwa penelitian deskripif adalah penelitian yang menggambarkan peristiwa secara apa adanya.36

Jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian deskriptif

dalam ragam survei. Karena survei merupakan suatu cara mengenai penelitian terhadap sekumpulan objek yang cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.37

B. Kehadiran Peneliti

Salah satu keunikan dalam penelitian kualitatif adalah bahwa peneliti itu sendiri sebagai instrumen utama, sedangkan instrumen non insani bersifat

sebagai data pelengkap. Kehadiran peneliti merupakan tolak ukur keberhasilan atau pemahaman terhadap beberapa kasus. Peneliti bertindak sebagai instrumen

utama dalam pengumpulan data atau instrumen kunci.38

Dalam penelitian kualitatif, peneliti wajib hadir di lapangan, karena peneliti merupakan instrumen penelitian utama (the instrument of choice in naturalistic inquiry is the human) yang memang harus hadir sendiri di lapangan secara langsung untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti

bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data, karena dalam penelitian kualitatif instrumen utama (key person-nya) adalah manusia.39

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian maka peneliti di sini sebagai

instrumen kunci. Peneliti akan melakukan obsevasi, wawancara dan pengambilan

36

Donal Ary, et. Al, Pengantar Penelitian Pendidikan, Terjemahan Arif Furchan, (Surabaya:Usaha Nasional, Surabaya, 1982), hlm. 415

37

Donal Ary, et. Al., Op.Cit., Hlm 418 38

S. Margono, Metodologi Penelitian, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003 ), 64. 39

(56)

46

dokumen Selama pengumpulan data dari subjek penelitian di lapangan, peneliti menempatkan diri sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Sebagai seorang instrumen penelitian yang mengumpulkan data, maka seseorang harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

1. Ciri umum, meliputi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan

kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim.

2. Kualitas yang diharapkan,

3. Peningkatan kualitas peneliti sebagai instrumen.40

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti adalah sebagai instrumen dan sekaligus sebagai pengumpul data. Sehingga dalam penelitian kualitatif peneliti harus mutlak hadir sebagai pelaku penelitian. Dan kehadiran peneliti harus

dilukiskan secara eksplisit dalam laporan penelitian serta perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh atau pengamat penuh.

Untuk mendukung pengumpulan data dari sumber yang ada di lapangan, peneliti juga memanfaatkan, alat perekam data, buku tulis, paper dan juga alat tulis seperti pensil juga bolpoin sebagai alat pencatat data. Kehadiran peneliti di

lokasi penelitian dapat menunjang keabsahan data sehingga data yang didapat memenuhi orisinalitas. Maka dari itu, peneliti selalu menyempatkan waktu untuk

40

(57)

47

mengadakan observasi langsung ke lokasi penelitian, dengan intensitas yang cukup tinggi.

Guba dan Lincoln mengemukakan tujuh karakteristik yang menjadikan

manusia sebagai instrumen penelitian yang memiliki kualifikasi baik, yaitu sifatnya yang responsif, adaptif, lebih holistic, kesadaran pada konteks tak

terkatakan, mampu memproses segera, mampu mengejar klarifikasi, mampu meringkaskan segera, dan mampu menjelajahi jawaban ideosinkretik serta mampu mengejar pemahaman yang lebih dalam.41 Dalam memasuki lapangan

peneliti harus bersikap hati-hati, terutama dengan informan kunci agar tercipta suasana yang mendukung keberhasilan dalam pengumpulan data.

Penelitian kualitatif mengharuskan peneliti sebagai instrumen kunci, konsekuensi psikologis bagi peneliti untuk memasuki latar yang memiliki norma, nilai, aturan dan budaya yang harus dipahami dan dipelajari oleh penelti.

Interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian, memiliki peluang timbulnya interest dan konflik minat yang tidak diharapkan sebelumnya, untuk menghindari

hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka peneliti memperhatikan etika penelitian.42

Adapun prinsip etika (ethical principle) yang harus diperhatikan oleh penelitian adalah:

41

YS. Lincoln and Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, (Beverly Hill, Caifornia: Sage Publications, 1985), 237. 42

(58)

48

1. Memperhatikan, menghargai, dan menjunjung hak-hak dan kepentingan informan;

2. Mengkomunikasikan maksud penelitian kepada informan;

3. Tidak melanggar kebebasan dan tetap menjada privasi informan; 4. Tidak mengeksploitasi informan;

5. Mengkomunikasikan hasil laporan penelitian kepada informan dan pihak-pihak terkait secara langsung dalam penelitian, jika diperlukan; 6. Memperhatikan dan menghargai pandangan informan;

7. Nama lokasi penelitian dan nama informan tidak disamarkan karena melihat sisi positifnya, dengan seijin informan waktu diwawancarai

dengan dipertimbangkan secara hati-hati segi positif dan negatif informan oleh peneliti; dan

8. Penelitian dilakukan secara cermat sehingga tidak mengganggu

aktifitas subjek sehari-hari. 43

Dalam penelitian ini peneliti datang langsung ke lokasi penelitian yaitu

kedua lembaga pendidikan tersebut. Peneliti akan datang ke lokasi untuk melakukan penelitian di lapangan. Peneliti melihat dan mengikuti kegiatan secara langsung dengan tetap berdasar pada ethical principle seorang peneliti. Untuk itu, kehadiran peneliti sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan utuh. Peneliti dapat sewaktu-waktu menuju tempat penelitian

43

Gambar

Tabel 1: Strutur Organisasi BK ..........................................................................
Gambar 4.1: Struktur Organisasi BK SMP Hangtuah 1 Surabaya ........................ 70

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menguji kefektifan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan perilaku prososial pada peserta didik kelas VII SMP N

Jumlah (Kls.. Bimbingan Kelompok melalui Karyawisata di SMP Hangtuah 1 Surabaya Bimbingan kelompok menjadi suatu model yang sangat penting dalam membimbing siswa

Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu meningkatkan komunikasi antarpribadi melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Watukumpul

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan harga diri peserta didik kelas IX SMP Negeri

Dengan pembuktian tersebut maka dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role play dapat meningkatkan kecerdasan emosi siswa kelas IX A SMP Negeri

Tujuan Penelitian: (1) Mendeskripsikan penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik live modeling dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan bagi pengurus OSIS SMA

Tabel 4.28 Rekapitulasi Hasil Observasi Peneliti terhadap Siswapada Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodram pada Siswa Kelas VIII E SMP 2 Kaliwungu Kudus

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING UPAYA MEREDUKSI PERILAKU BULLYING MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA SMP NEGERI 1 NGORO FAJAR ARI