BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi salah tiganya yaitu umur, pendidikan dan sosial ekonomi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Over behavior) (Notoadmodjo, 2007, p:139-140).
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengarahan (telinga), dan indera pengelihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda ( Notoadmodjo, 2005, p:50).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2007, p:140-142) Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recail) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja. 5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat meyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
c. Cara memperoleh ilmu pengetahuan
Menurut Saryono (2008, p:4) terdapat beberapa cara dalam memperoleh ilmu pengetahuan, yang semuanya sering dilakukan oleh manusia yaitu:
1) Cara tradisional/ non ilmiah: a) Coba-coba (trial and error) b) Spekulasi
c) Autoritas/ tradisi/ kekuasaan d) Pengalaman pribadi
e) Melalui jalan pikiran: Induksi dan Deduksi 2) Cara modern/ ilmiah: Metode penelitian ilmiah d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang (Notoadmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2006) kategori pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Pengetahuan baik nilai : > 75% 2) Pengetahuan cukup nilai : = 60-75% 3) Pengetahuan kurang nilai : < 60%
e. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menurut dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Mubarok 2011, p.83) yaitu: 1) Pendidikan
a) Pengertian Pendidikan
Tidak atau kurang tingginya pendidikan ibu atau seseorang sangat mempengaruhi terhadap pengetahuan tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita, karena pengetahuan yang diperoleh juga terbatas. Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya berdasarkan proses pembelajaran. Sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran (Notoadmodjo, 2005, p:26).
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
Menurut Notoadmodjo (2005, p:284) faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan yaitu faktor masukan dan faktor metode, faktor metode dapat dibagi sebagai berikut:
(1) Metode promosi individual (perorangan) yaitu bimbingan dan penyuluhan, wawancara
(2) Metode promosi kelompok:
(a) Kelompok besar yaitu ceramah dan seminar
(b) Kelompok kecil yaitu: diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, memainkan peranan, permainan simulasi
(3) Metode promosi kesehatan massa yaitu ceramah umum, pidato/diskusi dan simulasi
(4) Tulisan-tulisan dimajalah atau Koran yaitu Bill board: spanduk, poster, dan sebagainya (dipasang di pinggir jalan) c) Faktor materi atau pesan yaitu faktor pendidikan dan faktor
petugas yang melakukannya d) Tingkatan pendidikan
Menurut Ramadhan (2011) tingkatan pendidikan yaitu sebagai berikut: (1) Pendidikan Dasar : SD, MI, SMP, MTS
(2) Pendidikan Menengah : SMA, MA, SMK, MAK
(3) Pendidikan Atas :Akademi, Poliklinik, Sekolah Tinggi, Institut, Universitas
2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2011, p.83)
Tingkatan pekerjaan menurut Notoadmodjo (2012) sebagai berikut: a) Pedagang b) Buruh/ tani c) PNS d) TNI/ Polri e) Pensiunan f) Wiraswasta
g) Ibu Rumah Tangga (IRT) 3) Umur/ usia
Umur seseorang juga bisa dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan seseorang, karena jika umur ibu masih terlalu muda pengetahuan yang diperoleh pun bisa terbatas khususnya tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-pembagian umur, penggolongan umur ibu menurut (Hurlock, 2004) sebagai berikut:
a) Dewasa awal : 18 - 40 tahun b) Dewasa tengah : 41 – 60 tahun c) Dewasa tua : > 61 tahun
4) Minat
Minat suatu kecenderungan atau keinginan yang tertinggi terhadap sesuatu (Mubarok, 2011, p.83)
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Mubarok, 2011, p.83) 6) Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita (Mubarok, 2011, p.84)
7) Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan (Mubarok, 2011, p.84).
f. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin rendah pendekatan sosial dan pendapatan ekonomi seseorang maka semakin rendah pengetahuan yang diperoleh ibu tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita, begitu pula dengan pendekatan sosial tinggi dan pendapatan ekonomi maka semakin tinggi pula pengetahuan ibu tentang pneumonia dan cara penanganan pada anak balita.
1) Sosial
Semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum (Nugroho, 2010, p:225). Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, (Sudarti, 2005, p:70) yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi
2) Keadaan ekonomi
Yang dimaksud keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung (Nugroho, 2010, p:12)
g. Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang tidak senang, Setuju tidak setuju) (Notoadmodjo, 2005, p.52).
h. Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoadmodjo, 2007, p.181).
i. Nilai
Di dalam suatu masyarakat ataupun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat (Notoadmodjo, 2007, p.181).
j. Perilaku
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/ tindakan seseorang dalam melakukan respons terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri atas komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) (Mubarok, 2011, p.79). Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosa perilaku adalah konsep dari Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama (Notoadmodjo, 2007, 16): 1) Faktor Predisposisi :Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat, sisitem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi dan sebagainya.
2) Faktor Pemungkin :Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Faktor Penguat :Sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. 2. Pneumonia
a. Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu radang paru yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu virus, bakteri, jamur dan benda asing. Tubuh manusia memiliki daya tahan tubuh yang berguna melindungi dari berbagai bahaya penyakit yang disebabkan oleh infeksi melalui mekanisme daya tahan traktutus ( Ngastiyah, 2005, p.57).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung- kantung kemampuan untuk menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus atau streptokokus), atau virus (respiratory syncytial virus). Penyebab yang kurang umum adalah mikoplasma, aspirasi benda asing dan jamur. Kejadiannya seperti penyakit primer atau komplikasi penyakit lain, sama-sama ditandai dengan eksudasi kental yang dapat membuat alveoli dan mengurangi pertukaran oksigen. Pneumonia yang bersal dari bakteri atau virus terjadi secara cepat (Kathleen, 2008).
b. Etiologi Pneumonia
Menurut Amina Lalani (2011, p: 125) faktor penyebab terjadinya penyakit pneumonia yaitu sebaagai berikut:
1) Usia merupakan predikator yang baik untuk memperkirakan kemungkinan organisme penyebab
2) Pada neonates < 3 minggu, pneumonia biasanya disebabkan oleh infeksi yang di derita ibu
3) Pada bayi yang lebih muda, pertimbangkan infeksi Chlamydia trachomatis : afebri, nontoksik, batuk kering, eosinofilia, perifer 4) Pikirkan kemungkinan pertusis terutama jika anak tidak
mendapatkan imunisasi terbaru
5) Pada nak usia > 5 tahun dan remaja, streptococcus pneumoniae merupakan penyebab yang paling sering, diikuti oleh mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumoniae ( TWAR) 6) Bakteri penyebab lainnya, khususnya pada bayi dan balita yang
sakit, meliputi: staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes, haemophilus influenza, dan moraxella catarrhalis
Etiologi penyebab pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan tindakan yang sangat intensif sehingga tidak dilakukan. Hasil penelitian lebih dari 44-85% pneumonia disebakan oleh bakteri dan virus, dan 25-40% diantaranya disebabkan lebih dari satu pathogen. Pathogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi tergantung pada usia, status imunologis, kondisi lingkungan, status
imunisasi, faktor penjamu (penyakit penyerta dan malnutrisi) ( Herry dan Sri, 2005, p:403).
Sebagian penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya. Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40% sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Staphylococcus pnoumoniae dan Haemophilus influenza type B (Hib) (Misnadiarly, 2008, p:29).
c. Faktor Resiko terjadinya Pneumonia
Menurut Lalani (2011, p:125) meningkatnya angka kejadian dan keparahan penyakit pneumonia dipengaruhi oleh faktor resiko yaitu Prematuritas, malnutrisi, status sosial ekonomi rendah, terkena asap secara pasif, dititipkan di penitipan anak, tinggal dirumah yang terlalu padat, dan memiliki riwayat pneumonia.
Pneumonia dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera di tangani, faktor–faktor yang dapat meningkatkan resiko kematian akibat pneumonia (Misnadiarly, 2008, p:45 – 46) yaitu sebagai berikut:
1) Faktor Ibu yaitu Menderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Pecandu alkohol, Perokok, Menderita penyakit kronik menahun, Tingkat pendidikannya rendah dan Kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
2) Faktor Bayi dan Balita yaitu Kekurangan nutrisi, umur dibawah 2 bulan, jenis kelamin laki-laki (lebih rentan), gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI memadai, terkena populasi udara, orang tua tinggal di lingkungan kumuh, tidak mendapatkan imunisasi yang memadai, defisiensi vitamin A.
Faktor resiko untuk pneumonia telah diidentifikasi secara rinci, yaitu faktor yang meningkatkan terjadinya (morbiditas) pneumonia dan faktor yang meningkatkan terjadinya kematian (mortalitas) (Maryunani, 2010, p:12) yaitu sebagai berikut:
1) Faktor resiko yang meningkatkan insiden pneumonia yaitu: umur < 2 bulan, laki-laki, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, membedong anak (menyelimuti berlebihan) dan defisiensi vitamin A
2) Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia yaitu: umur < 2 bulan, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu yang rendah, tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah, kepadatan
tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan menderita penyakit kronis.
d. Klasifikasi Pneumonia
Menurut Nursalam (2005, p:116-117) berdasarkan pedoman MTBS (2000) pneumonia diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat
Bila ada tanda bahaya (anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, mengalami kejang, atau tidak sadar), terdapat tarikan dinding dada ke dalam
2) Pneumonia: dengan gejala napas cepat (perhatikan batas napas cepat).
3) Batuk bukan pneumonia : bila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat
Menurut (Maryunani, 2010, p:10) Secara anatomi, pneumonia dapat dikenal sebagai berikut:
1) Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah seluruh atau segmen yang besar dari satu atau lebih lobus pulmonary. Apabila kedua paru yang terkena, maka hal ini sering tersebut sebagai bilateral atau “double” pneumonia (pneumonia lobular)
2) Broncho pneumonia (pneumonia lobular) yang dimulai pada terminal bronchiolus menjadi tersumbat dengan eksudat
mucopurulent sampai membentuk gabungan pada daerah dekat lobules
3) Interstitial pneumonia yang mana adanya suatu proses inflamasi yang lebih atau hanya terbatas didalam dinding alveolar (interstitium) dan peribronchial dan jaringan inter lobular
e. Gejala pneumonia
Menurut Misnadiarly (2008, p:16-19) pneumonia dikalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) di bawah ini merupakan gejala dari pneumonia yaitu:
1) Pneumonia disebabkan oleh virus terdiri dari : panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, denyut jantung, meningkat cepat, bibir dan kuku mungkin membiru akibat tubuh kekurangan oksigen, menggigil, gigi bergemelutuk, Sakit dada, batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau.
2) Pneumonia disebabkan oleh bakteri terdiri dari : demam, batuk kering, sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh, letih dan lesu selama 12 jam, Napas sesak, batuk hebat berlendir dan demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.
3) Pneumonia yang disebabkan oleh mikoplasma terdiri dari: batuk berat namun dengan sedikit lendir, demam dan menggigil hanya muncul di awal dan beberapa pasien bisa mual dan muntah, rasa lemah baru hilang dalam waktu lama
4) Pneumonia jenis lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang di duga disebabkan oleh jamur. PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. Pneumonia lain yang lebih jarang adalah disebabkan oleh masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur
Menurut (Herry dan Melinda, 2005, p:405) tanda gejala pneumonia yaitu seperti dibawah ini:
1) Anamnesis
Non-respiratorik yaitu: demam, sakit kepala, kuduk kaku terutama bila lobus kanan atas yang terkena, anoreksia, alergi, muntah, diare, sakit perut, distensi abdomen terutama pada bayi.
Respiratorik yaitu: Batuk dan sakit dada 2) Pemeriksaan fisik
Trakipnea menurut WHO:
Usia< 2 bulan ≥ 60x/menit Usia 2-12 bulan ≥ 50x/menit Usia 1-5 tahun ≥ 40x/menit 6 tahun – pubertas 16-20x/menit
Manifestasi klinik dari pneumonia sangat besar variasinya tergantung pada: Agent etiologi, umur anak, reaksi sistematik anak terhadap infeksi, perluasan lesi, tingkat obstruksi pada bronchial dan bronchioler. Agent etiologi sebagian besar diidentifikasikan dari:
riwayat klinik, umur anak, riwayat kesehatan secara umum, pemeriksaan fisik, radiografidan pemeriksaan laboratorium. Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas dengan tanda-tandanya yaitu sebagai berikut (Maryunani, 2010, p:11):
1) Suhu meningkat mendadak 39-40°C, kadang-kadang disertai kejang karena demam tinggi
2) Anak gelisah, dysponea, pernafasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung kadang-kadang disertai muntah dan diare
3) Batuk setelah beberapa hari sakit, mula-mula batuk kering kemudian batuk produktif
4) Anaka lebih suka tiduran pada dada yang terinfeksi
5) Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang f. Pencegahan pneumonia
Mengingat pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan tips berikut:
1) Menghindari bayi (anak) dari paparan asap rokok, populasi udara, dan tempat keramaian yang berpotensi penularan
2) Menghindari bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA 3) Membiasakan pemberian ASI
4) Segera berobat jika mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas, dan adanya tarikan pada otot dianta rusuk (retraksi)
5) Periksa kembali jika dalam 2 hari belum ada perbaikan, dan segera datang ke rumah sakit jika kondisi anak memburuk
6) Imunisasi Hib untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenza, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= Invasive Pneumococcal Diseases) dan vaksin influenze pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan (Misnadiarly, 2008, p:44-45)
Cara yang terbukti efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT), 6% kematian pneumonia dapat dicegah (Maryunani, 2010, p:18).
3. Cara penanganan pneumonia
Berikut ini adalah cara mengatasi bahaya pneumonia berdasarkan umur penderita (Misnadiarly, 2008, p:46-49)
a. Umur dibawah 5 tahun (balita)
Apabila anak balita diketahui menderita penyakit pneumonia, harap segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit atau hubungi kader kesehatan terdekat, atau dibawa ke dokter terdekat.
b. Umur dibawah 2 bulan
Apabila anak berumur di bawah 2 bulan diketahui menderita penyakit pneumonia , harap segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit atau hubungi petugas kesehatan terdekat atau dokter terdekat.
Diagnosis dan penanganan yang terjadi pada anak dengan gangguan sisitem pernafasan adalah sebagai berikut (Hidyat, 2008, p:81-84):
a. Pola napas tidak efektif
1) Aturlah posisi anak dengan memungkinkan ekspansi paru maksimum dengan semi fowler atau kepala agak tinggi kurang lebih 30 derajat
2) Hindari pakaian anak yang terlalu ketat
3) Berikan bantal atau sokongan agar jalan napas memungkinkan tetap terbuka
4) Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan anak atau dengan jadwal yang tepat
5) Berikan pelembab untuk melancarkan jalan pernapasan
6) Ajarkan teknik relaksasi pada anak yang sudah memahami, sudah bisa atau mengerti
7) Monitor pernafasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi untuk memantau saturasi oksigen
b. Takut atau cemas
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan serta ciptakan hubungan antara anak dan orangtua
2) Berikan kenyamanan pada lingkungan anak seperti digendong, mengayun, membelai dan memberikan musik
3) Libatkan orang tua dalam memberikan perawatan sehingga anak merasakan ketenangan
4) Jangan berbuat yang menimbulkan anak menjadi cemas atau takut
5) Berikan obat yang memperbaiki ventilasi seperti bronchodilator atau ekspektoran sesuai dengan ketentuan anak
c. Bersihan jalan napas tidak efektif
1) Atur posisi dengan tubuh sejajar yang dapat membuat ekspansi paru
2) Lakukan penghisapan sekresi jalan napas 3) Bantu anak mengeluarkan sputum
4) Lakukan fisioterapi dada
5) Berikan ekspektoran yang sesuai untuk memudahkan pengeluaran sputum
6) Berikan cairan yang adekuat untuk mengeluarkan sekresi
7) Berikan nabulasi dengan larutan dan alat yang tepat sesuai dengan ketentuan
d. Resiko infeksi
1) Isolasikan anak untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial 2) Pertahankan lingkungan yang aseptik
4) Berikan diet yang seimbang 5) Anjurkan fisioterapi dada
6) Ajarkan anak untuk mencegah penyebaran infeksi seperti mencuci tangan, membuang tisu kotor
7) Batasi pengunjung
8) Berikan antimikroba bila ditemukan kuman e. Intoleransi aktivitas
1) Bantu anak melakukan aktivitas yang sesuai dan berikan aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan kemampuan dan minat anak 2) Anjurkan anak istirahat sesuai dengan kondisi yang sesuai 3) Berikan lingkungan yang tenang
4) Atur aktivitas yang sesuai agar tidur dapat maksimum 5) Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak
f. Rasa nyeri
1) Berikan kompres panas atau dingin pada daaerah yang sakit 2) Berikan analgesik sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
anak
3) Berikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak
4) Perubahan proses kelurga
5) Kaji perasaan keluarga dan masalah yang terjadi pada anak 6) Jelaskan tentang terapi yang dilakukan serta perilaku pada anak 7) Berikan dukungan pada keluarga
8) Libatkan keluarga dalam perawatan anak
B. Kerangka Teori
Gambar 1.1 Kerangka Teori Keterangan : Kata yang dicetak tebal yang diteliti
Sumber: Modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo (2007) Faktor Predisposisi: a. Pengetahuan b. Pendidikan c. Umur d. Sosial ekonomi e. Sikap f. Kepercayaan g. Nilai Pneumonia dan Cara Penanganan Faktor Pemungkin: a. Fasilitas Kesehatan b. Fasilitas pelayanan kesehatan Faktor Penguat: a. Tokoh Masyarakat b. Tokoh Agama c. Petugas Kesehatan