Matriks Masukan dan Akomodatif terhadap Permenhut Penyelenggaraan Karbon Hutan
No
Pemberi Saran
Saran
Tanggapan/Comments
1
bambang winarto
bambangredd@gmail.com
HAL HAL YANG MENDASAR :
1. Apakah boleh di dalam PERATURAN MENTERI KEHUTANAN ditindaklanjuti lagi dengan PERATURAN MENTERI KEHUTANAN juga? Kalau ditindaklanjuti dengan Peraturan eselon satu tidak jadi masalah.
2. Apakah boleh suatu Undang-‐Undang (Undang-‐Undang Nomor 41 Tahun 1999) terdapat pada menimbang dan mengingat?
3. Sepengetahuan saya dalam membuat PERATURAN MENTERI KEHUTANAN harus diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi (dalam hal ini Peraturan Pemerintah). Apakah memang demikian ?
4. Karbon dalam konteks permenhut dilihat sebagai KOMODITI atau JASA LINGKUNGAN. Pengertian ini sangat penting untuk mengatur dalam pasal
Bisa dilakukan, karena peraturan menteri tersebut akan
mengatur penyelenggaraan karbon yang lebih detail di
masing-‐masing fungsi hutan
Bisa, karena itu payung hukum bagi kawasan hutan di
Indonesia
Benar, yaitu PP 28 Tahun 2011 untuk Kawasan
Konservasi, dan PP 6 Tahun 2007 untuk kawasan hutan
produksi dan hutan lindung, dan sudah ada pada
bagian Mengingat
Sudah diakomodir
pasal nya. MASALAH TEKNIS
Mengingat : Undang-‐Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); SUDAH DIGANTI DENGAN : Undang-‐Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Kehutanan, apakah dapat dijadikan konsideran MENGINGAT untuk PERMENUT ?
Pasal 1 :
PENGERTIAN MITRA ? Mitra adalah pemerintah, badan internasional, swasta dan perorangan yang memiliki kemampuan untuk mendanai penyelenggaraan
demonstration activities dan implementasi.
Mitra adalah pemerintah ?
Demonstration activities adalah kegiatan
pengujian dan pengembangan metodologis, teknologi dan institusi pengelolaan karbon hutan dalam rangka fase readiness.
Pengertian Demonstration activities kurang
Sudah diakomodir
Sudah diakomodir, mitra bisa pemerintah, misalnya
dalam hal pelaksanaan demon
jelas.
FASE READINESS : adalah tahun 2009-‐2012),
JADI Demonstration activities tidak ada lagi mulai tahun 2013 (?) Pengertian lebih jauh apakah Permenhut ini hanya sampai tahun 2012 (?).
Perlu didefinisikan apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Karbon Hutan.
Pasal 2 : MAKSUD DAN TUJUAN . TIDAK JELAS TUJUAN Dari Permenhut Tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan
Pasal 3
Penyelenggaraan Karbon Hutan, AYAT 2 Kegiatan karbon hutan dapat berupa
penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, yang terdiri atas:
a. Pembibitan, penanaman, pemeliharaan hutan dan lahan dan pemanenan hutan yang menerapkan prinsip pengelolaan lestari;
b. Perpanjangan siklus tebangan pada dan/atau penanaman pengayaan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu;
Pengertian Fase readiness tidak mengartikan bahwa
permenhut ini hanya sampai tahun 2012.
Sudah jelas dalam Permenhut tentang definisi
“Pengelolaan Karbon Hutan” .
Sudah diakomodir, Pasal 2 (Maksud dan tujuan)
c. Perlindungan, pengamanan pada areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; d. Perlindungan keanekaragaman hayati; e. Pengelolaan hutan lindung lestari; f. Pengelolaan hutan konservasi;
Perlindungan dan Pengelolaan hutan DAPAT dijabarkan lebih rinci dalam BERBAGAI KEGIATAN
JADI : perlu penjabaran kegiatan apa saja yang terdapat pada perlindungan dan pengelolaan hutan
Pasal 4
Kriteria Kegiatan Demonstration Activities Kriteria kegiatan demonstration activities adalah sebagai berikut:
a. Membangun proses-‐proses pembuatan atau penyempurnaan standar teknis pengukuran, implementasi standar, serta pelaporan hasil pengukuran.
b. Fasilitasi yaitu pendampingan untuk proses-‐proses pembuatan atau penyempurnaan standar teknis
pengukuran, implementasi
(implementasi) standar, serta pelaporan
Penjabaran kegiatan perlindungan dan pengelolaan
hutan akan didetailkan pada peraturan selanjutnya
untuk masing-‐masing fungsi hutan
Sudah diakomodir
hasil pengukuran.
c. Kegiatan karbon hutan harus dapat diterapkan (workable), replikatif dalam skala yang lebih luas, dan
berkesinambungan setelah
demonstration activites berakhir.
a, b, dan c di atas BUKAN KRITERIA
JUDUL pada Pasal 4 : Kriteria Kegiatan
Demonstration Activities , KURANG atau
TIDAK TEPAT, karena isinya adalah PROSEDUR.
Pada Pasal 4, ada izin Demonstration
Activities, pada pasal 5 ada izin
penyelenggaraan karbon hutan ? Pasal 7, ayat (2)
Izin penyelenggaraan karbon hutan terintegrasi dengan izin yang melekat pada pemanfaatan hutan/hasil. (?) . SEHARUSNYA sama dengan pasal 6 ayat (4).
Pasal 7, ayat (3)
Izin penyelenggaraan karbon hutan pada kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung yang belum dibebani
Pada Pasal 5 tidak terkait dengan Izin. Izin
penyelenggaraan karbon hutan diakomodir pada Pasal
6 ayat 1
Pasal 7 ayat (2), terkait dengan izin terintegrasi
Pasal 6 ayat (4), terkait dengan Penyelenggara karbon
hutan yang berasal dari penyelenggaraan melalui DA
dan penyelenggaraan baru tanpa DA , adalah: a s/d p
Pasal 7 ayat (3) ttg KPHP/L
Yang dimaksud oleh pemberi saran sudah diakomodir
pada Pasal 7 ayat (4).
perizinan adalah izin usaha pemanfaatan penyimpanan dan/atau penyerapan karbon. SEBAIKNYA gunakan hutan produksi dan hutan lindung (kata KAWASAN dihilangkan). Hutan produksi dan hutan lindung adalah istilah baku menurut UU Kehutanan.
Pasal 7, ayat (6)
Tatacara pemberian izin penyelenggaraan karbon hutan pada kawasan hutan, dan hutan hak, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
SEHARUSNYA tidak perlu ada , langsung diatur dalam permenhut ini. Menurut saya, permenhut harus dapat diimplementasikan, dan jika ada pengaturan lebih lanjut dalam bentuk perdirjen.
Pasal 8, ayat 1 s/d 5
Apakah perlu dimuat ? Pasal 8, ayat 6 :Diperbaharui bahasanya.
Dalam penyusunan Permenhut yang berhubungan dengan karbon, mungkin perlu dilibatkan dari perguruan tinggi untuk “membuat naskah akademik” .
Peraturan selanjutnya mengatur tentang pengaturan
dimasing-‐masing fungsi hutan
Sudah diakomodir
Sudah dilibatkan dalam proses diskusi penyusunan
permenhut sejak awal,
2
Barbara Lang (FROCLIME)
1. Judul, maksud dan tujuan belum bisamenjelaskan regulasi ini mengatur apa. Disarankan: judul, maksud dan tujuan lebih umum, sedangkan substansi lebih fokus kepada carbon trading
Permenhut ini sepertinya mengatur 2 objectives yaitu:
a. mengatur pemanfaatan karbon hutan terkait jasa lingkungan (penurunan emisi karbon, konservasi dan meningkatkan karbon stock): definisi ruang lingkup kegiatan, tipe pemanfaatan,
pungutan pemanfaatan, dan registrasi kegiatan/pemanfaatan b. Mengatur registrasi DA
Disarankan: judul, maksud dan tujuan adalah regulasi terkait pemanfaatan karbon hutan sebagai jasa lingkungan.
Sedangkan penyelenggaraan karbon hutan atau implementasi dari pelaksanaan karbon hutan (seperti pada draft) sebenarnya saat ini sudah dilaksanakan dalam kebijakan pengelolaan kawasan hutan dan kawasan
Substansi permenhut ini sudah cukup menjelaskan
maksud dan tujuan.
Sudah tersirat pada pasal 3.
konsevasi.
Istilah pada tujuan yaitu optimalisasi
penyelenggaraan karbon hutan, biarkan saja terbuka apakah optimalisasi itu dimaksud sebagai suatu status untuk melindungi seluruhnya atau meningkatkan karbon stok atau optimal itu adalah tambahan manfaat dari penyelenggaraan karbon hutan
3.Pemanfaatan karbon hutan melalui perdagangan karbon (Pasal 8).
a. .(ayat 1). Perdagangan karbon tidak hanya sebatas pada jenis pemanfaatan dari hasil kegiatan karbon hutan sebagaimana disebut pada draft. Regulasi harus menyebutkan bahwa perdagangan karbon merupakan salah satu opsi atau tipe pemanfaatan dari hasil kegiatan karbon hutan. Opsi-‐opsi lain seperti skema insentif pembiayaan domestik, skema insentif pembiayaan dari luar, dan pendekatan program lainnya.
b.(ayat 2). Permenhut sebaiknya
menyebutkan sertifikat mana yang
diterima, karena VCS belum diatur, jadi,
“kata sertifikat sebagaimana disebut
dengan peraturan yang saat ini dibuat
Tersirat dalam pasal 3
Tersirat dalam pasal 3 ayat 5, Pasal
Diakomodir
untuk perdagangan karbon” memberikan
ruang bagi penyalahgunaan.
c.(ayat 3). Hasil dari kegiatan karbon
hutan adalah penurunan emisi,
konservasi dan/atau peningkatan stok
karbon. Harus jelas didefinisikan apa
yang merupakan penurunan emisi dan
apa yang merupakan peningkatan stok
karbon.
Yang diperdagangkan bukan karbon itu sendiri, tetapi suatu unit (dari penurunan emisi/peningkatan stok) yang dijelaskan dengan suatu standar/metodologi. Perlu menjelaskan mana yang merupakan penurunan emisi/peningkatan karbon terkait dengan berbagai tipe pemanfaatan (pasar karbon, mekanisme insentif domestik, mekanisme insentif berbasiskan pembiayaan/fund-‐based incentive mechanism, dst).
d. (Ayat 5). Peraturan ini masuk akal jika peraturan ini telah menjelaskan bahwa yang merupakan penurunan emisi adalah untuk mencapai target domestik. Unit dari penurunan emisi / peningkatan stok
Ada Pasal 8 ayat (3)
Diakomodir
yang dihitung untuk mencapai target domestik dapat menggunakan berbagai standar/metodologi daripada yang dipersyaratkan pasar karbon internasional. Tidak jelas, apa sebenarnya maksud bahwa pembeli luarnegeri terbatas hanya pada 49% dari nilai penurunan emisi? Apakah 49% adalah penurunan emisi dari sebuah area?. Atau apakah pembeli luar negeri hanya mendapatkan sebagian dari setiap ton CO2e untuk setiap ton yang mereka beli?
Umum:
Disarankan untuk melakukan review terhadap draft permenhut berdasarkan suatu analisa kebutuhan kebijakan dengan menyelaraskan pada berbagai tipe/opsi pemanfaatan hasil dari ‘kegiatan karbon hutan’, contohnya pasar/perdagangan, mencapai target domestic, non-‐market
arrangements for performance-‐based payments.
Pada pasal 8 ayat (6)
3
Nanang Roffandi Ahmad
1. Terhadap judul, apabila tidak mungkin dirubah (diperjelas) maka judul dapat tetap dipertahankan akan tetapi pengertian/definisi karbon hutan perlu diperbaiki sbb :Sudah tersirat pada judul
Karbon hutan adalah salah satu produk jasa lingkungan hutan dari penyerapan dan penyimpanan karbon yang dihasilkan hutan pada saat hutan tsb dikelola dengan baik dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari sehingga
menghasilkan penurunan emisi,
peningkatan penyerapan dan
penyimpanan serta perlindungan
karbon pada hutan tsb.
2. Draft permenhut tsb harus mengisi gap yang ada terutama terkait hutan konservasi dan pasar alternative
terutama melalui instrument
investasi.
3. Penyelenggaraan karbon hutan harus diatur jelas cakupannya seperti yang disyaratkan dalam UU No. 12 tahun 2011 tentang Penerbitan Peraturan Perundang-undangan Pasal 19 ayat (2) dan ayat (3).
4. Terkait Pasal 19 ayat (3) UU No. 12 tahun 2011, masukan tsb pada BAB I, II, III dan IV tulisan di atas perlu mendapat perhatian.
5. Hati-hati dalam menerapkan aturan
Sudah menjadi substansi permenhut, bahwa
penyelenggaraan karbon di hutan konservasi juga
diatur pada Permenhut ini
Sudah Diakomodir
terkait pungutan pemerintah agar para pemrakarsa, para mitra dan
investor tidak memandangnya
sebagai hambatan atau dis-insentif. 6. Finalisasi penyusunan draft harus
melibatkan masyarakat utamanya peran pihak terkait (stakeholder) agar sesuai dengan kaidah tata kelola yang baik (good governance) serta sesuai dengan Pasal 96 UU No. 12 tahun 2011 tentang partisipasi masyarakat.