• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang bisa membuat para siswa lebih unggul di antara teman-teman sebayanya. Menurut Miftahul Huda (2011: 29), pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas kelompok belajar yang di organisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajaran sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Menurut Isjoni (2009: 8), pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan lain dalam belajar yang memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, Isjoni (2009: 9) menambahkan: Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Hal ini menunjukan pembelajaran kooperatif dapat membangun siswa ke arah yang positif.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk berinteraksi (Nurul Hayati dalam Rusman, 2012: 203). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa

(2)

saling berkerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka balajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok belajar. Siswa belajar dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

Tom V. Savage (dalam Rusman, 2012: 213) mengemukan bahwa “cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekannkan kerja sama dalam kelompok” Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dengan kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan hasil mereka dan mengajar anggota lain dalam kelompok tersebut (Hasan dalam Rusman, 2012: 204)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam melaksanakan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di tetapkan. Terdapat empat hal penting dalam pembelajran kooperatif yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaca belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus di capai oleh kelompok.

(3)

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas: (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan antara minat dan bakat dan latar belakang kemampuan siswa (Rusman 2012: 204)

Menurut Agus Suprijono (2009: 65) menjelaskan bahwa sintaks pembelajaran kooperatif terdiri dari enam komponen utama yaitu:

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

1) Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

2) Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi. Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

3) Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

4) Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

5) Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok presentasi hasil kerja

Fase 6 Memberikan penghargaan

6) Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

Eggen dan Kuchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group Investigation (GI) adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Group Investigation adalah kelompok kecil untuk

(4)

menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

H. Isjoni (2009: 87) model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.

Menurut Huda (2011), Group investigation adalah suatu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Sharan ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk didalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih matei yang akan dipelajari sesuai dengan topik yang sedang dibahas.

Berdasarkan pemaparan mengenai definisi dari Group Investigatioan (GI) diatas, jelas terlihat bahwa Group Investigation (GI) mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berpikir tentang suatu persoalan dan mencari bagaiamana pemecahan dari persoalan tersebut secara mandiri/individual. Dengan demikian siswa akan

(5)

lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar siswa dapat tertanam pada diri siswa itu sendiri.

2.1.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

Model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation mempunyai ciri-ciri, yakni sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan bertindak antara siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompak. 3. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih

untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

4. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

5. Pembelajaran kooperatif dengan metode group Investigation suasana belajar terasa lebih aktif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagaiinformasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

(6)

2.1.4 Kekurangan dan Kelebihan Model Kooperatif tipe Group Investigation

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, yaitu:

1. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan. 2. Sulitnya memberikan penilaian personal.

3. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.

4. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang aktif.

5. Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model kooperatif tipe ini.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation selain memiliki kekurangan juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1. Secara Pribadi

a. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas b. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif c. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat

d. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah e. Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik

2. Secara Sosial

a. Meningkatkan belajar bekerjasama

b. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru c. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

d. Belajar menghargai pendapat orang lain

(7)

3. Secara Akademis

a. Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan

b. Bekerja secara sistematis

c. Mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang

d. Merencakan dan mengorganisasikan pekerjaannya e. Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat

f. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum

2.1.5 Langkah-Langkah Model Kooperatif Tipe Group Investigation Kiranawati (2007), menjabarkan mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok adalah sebagai berikut.

1. Seleksi topik

Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups). Anggota kelompok terdiri atas dua hingga enam orang.Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan kerja sama

Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan yang telah dipilih dari seleksi topik.

3. Implementasi

Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah .Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun

(8)

di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan setiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah dan merencanakan untuk meringkas dalam penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok dalam atau keduanya.

Berdasarkan langkah-langkah model kooperatif tipe group Investigation. bahwa sintak model kooperatif tipe Grup Investigation akan menjadi acuan pembuatan langkah- langkah pembelajaran

2.2 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 2.2.1 Belajar

Belajar diartikan sebagai usaha untuk mengubah tingkah laku. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri sesorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W.Gulo, 2002 :8)

Menurut Trianto (2010: 16) menyatakan bahwa proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak sengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pelajaran.

(9)

Selanjutnya menurut Slavin (2000: 143) menyatakan, belajar merupakan akibat adanya interksi antara secara stimulus dan respon.

Menurut Gagne (dalam suprijono 2009 :2) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang dianut. Guru dianut sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didomonasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya (Suprijono, 2009: 3). Lebih lanjut menurut (Agus Suprijono, 2009) menyatakan, bahwa belajar adalah diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan posisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Menurut para pendapat ahli di atas tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar seseorang dapat mengetahui sesuatu yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu. 2.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pengajaran.

Hasil Belajar menurut Bloom (Agus Suprijono, 2011: 7) mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

(10)

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organizations (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Hasil belajar menurut Winkel (Purwanto, 2011: 45), adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Blom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1996: 244). Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hal yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.

Berdasarkan berbagai definisi hasil belajar diatas, disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan baik itu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami aktivitas dari proses belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Dan hasil belajar menurut Winkel di atas yang digunakan oleh peneliti untuk dijadikan ukuran dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa.

2.2.3 Pengukuran Hasil Belajar

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam menurut Sudjana (2010: 5) yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif dan penilaian penempatan. Dalam penelitian ini penilaian yang dilakukan adalah penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat

(11)

tingkat keberhasilan proses belajar. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (non test). Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ada tes tulisan (menuntut jawaban sacara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Dalam penelitian ini diukur dengan soal pilihan ganda (kognitif), dan observasi sebagai alat ukur keaktifan siswa.

2.3 Pengertian IPA

Menurut KTSP, (2006) IPA atau SAINS merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala gejala alam. Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam dan sekitarnya yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Trianto (2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gajala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah lanjut.

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010: 141) dalam buku model pembelajaran terpadu dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu kemampuan yang mempelajari gejala-gajala melalui serengkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.

Berdasarkan para ahli disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, ilmu yang

(12)

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah.

2.3.1 Tujuan IPA di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Masa Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Menggembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai ciptaan Tuhan.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebegai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat sifat dan kegunaan meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listtrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(13)

Tabel 2.2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

7. Memahami gaya dapat mengubah gerak

dan/atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi

melalui penggunaan alat musik

Bumi dan Alam Semesta 9. Memahami perubahan

kenampakan

permukaan bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari

(14)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan lingkungan 11.2 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan

Pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 4 semester 2 diatas, yang akan diteliti adalah pada Standar Kompetensi (SK) 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-haridan Kompetensi Dasar (KD) 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

2.3.2 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Dalam Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) menurut Kiranawati (2007), diawali

(15)

dengan guru mengajak siswa untuk menggali pengetahuan siswa dengan bertanya jawab mengenai materi IPA tentang energi panas dan energi bunyi. Guru memberikan materi pembelajaran dan memberikan masalah umum yang akan dipecahkan oleh siswa. Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru.

Selanjutnya, siswa membentuk kelompok secara heterogen (tiap kelompok yang terdiri dari 4-5 orang). Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan yang telah dipilih dari seleksi topik.Guru menjelaskan langkah-langkah dalam berdiskusi.

Setelah mendengarkan penjelasan gari guru, siswa melaksanakan rencana pembelajaran dalam kelompok. Siswa dalam kelompok berdiskusi mengenai topik permasalahan yang akan dipecahkan dalam kelompok dengan penemuan. Setelah itu, siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh. Masing-masing kelompok mempersiapkan hasil diskusi kelompok untuk presentasi. Kemudian, semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari. Perwakilan kelompok siswa melakukan presentasi hasil diskusi kelompok.

Pada akhir pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran dengan lembar observasi yang akan dikerjakan oleh siswa secara individu. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa sebagai penutup pembelajaran.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk memecahkan masalah pembelajaran IPA yang mengacu ke arah yang hampir sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian tersebut antara lain:

(16)

Sutanto (2012), pada penelitian yang berjudul Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA melalui model pembelajaran group investigation (GI) di kelas V SD N Gejayan, kec. Pakis, kab.Magelang tahun ajaran 2011/2012. Menyimpulkan: Pembelajaran menggunakan metode Group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya, gerak. Saran yang dapat disampaikan peneliti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah guru dalam melakukan pembelajaran hendaknya menggunakan metode Group Investigation(GI) agarsiswa lebih aktif, kreatif, inovatif, dan senang. Dalam mendemonstrasikan gambar didalam kelas agar anak tidak jenuh dan dapat menggunakan miniature yang berhubungan dengan materi agar gambar lebih menarik. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) adapun hasilnya yaitu pada pra siklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7 anak dari seluruh siswa ( 21 siswa) yaitu sebesar 33% dengan rata- rata 58. Sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 66 % dengan rata-rata 69. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar 33%. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66%, pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwaPembelajaranmenggunakan metode Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V Semester II SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2011/2012.

Sudarmono (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Metode Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar dan aktivitassiswa pada mata pelajaran IPA kelas III SDNegeri 1 Kemiri Kecamatan Kaloran Kabupaten

(17)

Temanggung tahun pelajaran 2011/2012. Menyimpulkan bahwa penggunaan metode Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Dalam kegiatan ini, aktvitas siswa berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar nampak dari hasil ulangan harian siswa yang mulanya hanya 66 kemudian meningkat menjadi 88. Sedangkan hasil analisis data dari keaktifan siswa yaitu pada kondisi awal hanya 51 %, siklus I mencapai persentase 77 %, dan siklus II dengan persentase 89 %.

Dari kajian penelitian Sutanto dan Sudarmodo penelitian tersebut menarik minat peneliti untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan hasil melajar IPA di SDN Kumpulrejo 03. Penelitian tindakan kelas di atas, dijadikan acuan penelitian dalam memilih model pembelajaran dalam mengatasi permasalahan pembelajaran khususnya pelajaran IPA.

2.5 Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) memberi kesempatan kepada siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) dimulai dengan seleksi topik. Selanjutnya perencanaan kerja sama mengenai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan yang telah dipilih dari seleksi topik yang akan dilakukan dalam kelompok heterogen yang telah dibentuk. Kemudian implementasi yaitu pelaksanaan rencana belajar yang telah direncanakan oleh kelompok dalam pemecahan masalah. Kemudian dilakukan analisis dan sintesis informasi yang akan digunakan dalam penyajian hasil pemecahan masalah.

(18)

Langkah berikutnya adalah penyajian hasil akhir dengan melakukan presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai persepktif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok diakhir pembelajaran dilakukan dengan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan assesmen individual atau kelompok.

(19)

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir ini, diringkas dalam gambar sebagai berikut: Pra siklus: Guru belum menggunakan model pembelajaran konvensinal Hasil belajar belum mencapai KKM Kondisi awal Siklus I Peningkatan hasil belajar meningkat, KKM belum tercapai Siklus I dan siklus II: Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) Tindakan Siklus II Peningkatan hasil belajar, KKM sudah tercapai Kondisi akhir

Melalui penggunaan metode kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 03 Kumpulrejo tahun ajaran 2015/2016

Gambar 2.1 Skema kerangka pikir

(20)

2.6 Hipotesis Tindakan

Dengan mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir sebagaimana yang telah diuraikan di atas, penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

1. Penggunaan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Kumpulrejo 03 kecamatan Argomulyo kota Salatiga tahun ajaran 2015/2016

Gambar

Gambar  2.1  Skema kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bab ini akan dijabarkan tentang langkah - langk h pengerjaan tugas akhir ini yang terdiri dari anali a optimasi, analisa keandalan dan resiko, serta anali

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

Artinya untuk Teknologi kita dapat tmengadopsi teknologi Open Source yang semuanya itu tersedia pada Linux.Survey membuktikan pada tahun 1998 menyebutkan

IC50 dari formula 1,2, dan 3 memiliki rentan yang tidak begitu jauh artinya perbandingan emulgator tidak begitu mempengaruhi aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit buah

Induk Organisasi ini merupakan Kepengurusan tiap-tiap cabang pada tingkat Nasional, yang membawahi dan membina olahraga - olahraga di daerah.. Induk organisasi cabang olahraga

Hasil dari pengujian dapat disimpulkan bahwa metode Template Matching dapat diterapkan untuk mengidentifikasi penyakit Tuberkulosis paru dengan prosentase keberhasilan

Research), yang dilaksanakan pada mata pelajaran Pendidikan Menolong Diri Sendiri. Pada penelitian ini menggunakan variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat

Penelitian yang dilakukan oleh, Sofie Naqiyah UIN Walisongo semarang pada tahun 2017 “ strategi pemasaran dalam.. 9 upaya mendapatkan nasabah di BMT AULIA