• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI DASAR

II. 1. Sedimentasi

II.1.1. Pengertian Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses penghancuran, pengikisan, dan pengendapan material pada suatu tempat melalui media air laut, air tawar, angin dan es. Beberapa faktor alam yang menyebabkan terjadinya proses pendangkalan atau proses sedimentasi, yaitu :

a. Adanya sumber sedimentasi yang mengakibatkan banyaknya sedimen yang terbawa oleh arus.

b. Adanya sungai-sungai yang bermuara terjadinya sedimentasi c. Adanya arus laut yang memungkinkan terjadinya sedimentasi

d. Berat dan besar butir-butir material pembentuk sedimen memungkinkan tempat pengendapannya.

e. Tempat pengendapan, untuk daerah relatif tenang seperti bentuk-bentuk lekukan teluk yang kecil, dimana air relatif tenang kemungkinan sedimentasi akan lebih besar dibandingkan dengan daerah yang arusnya kuat dan letaknya didaerah yang bebas.

II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi

Sebagai dasar proses terjadinya sedimentasi disebabkan oleh beberapa peristiwa yang mempengaruhi terbentuknya permukaan bumi yaitu :

a. proses pengangkatan b. proses transportasi c. proses pengendapan

(2)

Pada pembentukan permukaan bumi dimulai dari proses pengangkatan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen, dengan adanya pengangkatan ini, batuan kulit bumi akan terangkat sebagian kemudian menjadi relatif tinggi dari daerah lainnya. Proses terjadinya pengangkatan juga dipengaruhi oleh faktor dari luar yaitu tenaga eksogen yang terdiri dari pelapukan, transportasi dan pengendapan. Dengan demikian sedimentasi terjadi karena adanya sumber sedimen, transpor sedimen dan daerah terjadinya sedimen atau pengendapan material.

Fenomena fisik dihubungkan dengan transport sedimen di daerah pantai, menghasilkan perubahan morfologi pantai (erosi, sedimentasi) adalah faktor utama dalam desain, konstruksi dan operasi struktur pantai (Koutitas, 1988).

Penjelasan umum awal sedimen dasar bergerak

Berdasarkan teori klasik partikel sedimen tidak akan bergerak apabila kecepatan aliran sangat kecil. Sediment akan mulai bergerak jika kecepatan aliran cukup kuat sehingga gaya pengerak partikel sedimen melebihi gaya stabilnya, Kecepatan ini dikatakan kecepatan aliran kritis.

Sebagian besar kriteria mulai bergerak partikel sedimen umunya diturunkan atas dua pendekatan, yaitu: pendekatan tegangan geser dan kecepatan.

Untuk sungai biasa, slope channel cukup kecil dimana komponen dari gaya gravitasi pada aliran arah arus dapat diabaikan dengan gerak gaya partikel sediment spherical. Pada Gambar 2.1 memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada partikel sedimen di dasar.

(3)

Gambar 2.1 Diagram gaya yang bekerja pada partikel sediment.

Keterangan :

d = diameter partikel, D = kedalaman perairan, FD = gaya penarik (drag force), FL = gaya pengangkat,

Ws = berat di bawah permukaan air. FR = gaya penahan (resistanceforce ).

Partikel sedimen berada pada kondisi mulai bergerak apabila salah satu dari kondisi berikut terpenuhi yaitu :

FL = WS FD = FR MO = MR dimana :

MO = Moment penggelinding yang disebabkan oleh FD dan FL MR = Momen penahan yang disebabkan oleh FL dan Ws.

(4)

II.1.3. Transport Sedimen

Transport sedimen adalah gerak partikel yang dibangkitkan oleh gaya yang bekerja. Transport sediment merupakan hubungan aliran air dan partikel-partikel sediment. Pemahaman dari sifat-sifat fisis air dan partikel sediment sangatlah penting untuk mengetahui tentang pengertian transport sediment. Sifat-sifat pokok dari air dan partikel-partikel sediment , parameter yang menggambarkan beberapa sifat yang sering digunakan dalam persamaan transport sediment. Metode komputasi dan beberapa contoh digunakan dalam menjelaskan prosedur untuk mendeterminasikan beberapa sifat-sifat sediment.

Pada umumnya transport sedimen dikelompokkan atas tiga kelompok, yaitu : bed load, suspended load dan wash load. Bed load didefinisikan sebagai transport sedimen yang mengalami kontak terus menerus dengan dasar selama pergerakannya (sliding, jumping dan rolling). Sedangkan Suspended load dalam gerakannya tidak mengalami kontak yang terus menerus dengan dasar dan ukuran partikelnya lebih kecil (Murphy dan Aguirre, 1985;Fredsoe dan Rolf, 1993 dalam Mubarak, 2004). Sedangkan Wash load terdiri dari partikel-partikel yang sangat halus, biasanya wash load tidak mewakili komposisi dasar.

II.1.4. Transport Sedimen kohesif dan non kohesif

Sedimen kohesif merupakan butiran-butiran partikel Lumpur yang berada di dasar maupun di badan air yang bila bergabung bersama akan membentuk suatu unit yanglebih besar yang disebut floc. Proses ini sangat bergantungpada konsentrasi sedimen. Flokulasi yang terjadi sangat mempengaruhi kecepatan jatuh sedimen kohesif. Semakin besar konsentrasi dari flokulasi yang terjadi maka akan semakin besar pula kecepatan jatuh sedimen (Irham, 2000)

Sedimen non-kohesif merupakan sedimen dengan butiran-butiran partikel yang umumnya berasal dari pasir. Pergerakan sedimen ini sangat bergantung pada besar

(5)

kecilnya diameter partikel sedimen. Berbeda dengan sedimen kohesif, partikel sedimen non-kohesif tidak pernah membentuk flokulasi sehingga antara partikel sedimen tidak pernah bergabung membentuk suatu unit baru.

II.1.5. Pengendapan (deposision) dan erosi (erosion)

Pengendapan dan resuspensi sedimen halus selama siklus pasut merupakan karakteristik penting dari transport sedimen kohesif di estuari. Hal tersebut sangat diperlukan dalam memodelkan dinamika sedimen untuk memperoleh informasi secara kuantitatif proses perubahan didasar, yaitu pengendapan dan erosi (Dronkers and Van Leussen, 1988)

Pengendapan merupakan suatu peristiwa dimana material sedimen tersuspensi (partikel, agregat atau floc) jatuh ke dasar perairan dan menjadi sedimen dasar. Pada peristiwa ini arus sudah tidak mampu lagi mengangkat atau mempertahankan partikel sedimen berada dalam kolam air. Dengan pengertian lain bahwa tegangan geser dasar aliran lebih kecil dibandingkan tegangan geser kritis pengendapan (Umar, 2000 dalam Mubarak, 2004)

Sedangkan peristiwa tergerus atau terangkatnya sedimen dari dasar perairan ke dalam kolam perairan menjadi sedimen tersuspensi disebut dengan erosi. Kecepatan erosi didefinisikan sebagai jumlah massa sedimen yang tererosi per satuan waktu. Partikel sedimen, gumpalan (flocs) atau bongkahan (lumps) di permukaan dasar akan tererosi jika tegangan geser dasar (τb) yang ditimbulkan oleh arus dan gelombang melebihi tegangan geser kritis erosi (τce). Hal ini tergantung pada karakteristik material dasar (komposisi mineral, material organik, salinitas, densitas dan lain-lain) atau struktur dasar (Van Rijn, 1993)

Pendekatan Shear Stress

Shields (1936) percaya bahwa sangat sulit untuk menjelaskan secara analisa gaya yang berada dalam partikel sediment. Shields menerapkan analisa dimensi untuk

(6)

mendeterminankan beberapa parameter besaran dan tidak bisa dipungkiri diagram yang baik seperti dijelaskan oleh Shields untuk gerak awal.

Faktor-faktor yang penting dalam determinan dari gerak awal adalah shear stress τ, perbedaan densitas antara sediment dan fluida ρs - ρf, diameter partikel d, viskositas kinematik v dan percepatan gravitasi g. 5 kuantitas dapat dikelompokkan menjadi 2 besaran kuantitas.

v dU v d c f * 2 / 1 ) / ( = ρ τ (1) dan ] 1 ) [( ) ( − = SfC f s C d g d γ ρ ρ τ ρ ρ τ (2) dimana :

ρs - ρf = densitas sediment dan fluida ϒ = berat spesifik air

U* = velocity shear

τ = shear stress kritis pada gerak awal

II.1.6 Perhitungan Transport Sedimen

Dasar dari model tranportasi, jumlah total dari muatan yang merupakan penjumlahan dari muatan dasar dan muatan tersuspensi.

Pendekatan secara umum

Ada dua pendekatan untuk menentukan jumlah total muatan. Pertama, dengan menghitung muatan dasar dan muatan tersuspensi secara terpisah dan kemudian menambahkan keduanya secara bersamaan untuk mendapatkan total muatan. Kedua, menentukan fungsi muatan total secara langsung tanpa pemisahan dalam muatan dasar dan muatan tersuspensi.

(7)

Partikel sediment yang dipindahkan sebagai dasar muatan pada waktu tertentu dan muatan tersuspensi pada lain waktu atau tempat. Dengan pengecualian untuk material coarse dimana pusat perpindahan pada dasar muatan, jumlah persamaan total muatan material dasar yang digunakan untuk menentukan kapasitas transport sediment dalam aliran natural.

Adapun beberapa formula empirik yang ada dalam proses erosi dan sedimentasi, yaitu :

Formula I (Transpor sedimen total dari Koutitas (1988)) Paramater partikel D* 1/ 3 * 50 2 (s 1)g D D v − ⎡ ⎤ = ⎣ ⎦ (3)

dimana D50 = ukuran partikel s = densitas spesifik g = kec. Gravitasi

v = koef. Viskositas kinetik

untuk kecepatan kritis bed shear, berdasarkan Shield jika ; 1 * * 0.64 * * 0.10 * * 0.29 * * * 4, 0.24 ( ) 4 10, 0.14 ( ) 10 20, 0.04 ( ) 20 150, 0.013 ( ) 150, 0.055 cr cr cr cr cr D D D D D D D D D

θ

θ

θ

θ

θ

− − − − ≤ = ≤ ≤ = ≤ ≤ = ≤ ≤ = ≤ = Koefisien Chezy (C’) : 90 12 ' 18 log 3 Rb C D ⎛ ⎞ = ⎝ ⎠ (4)

dimana Rb = radius hidrolik D50 = 400 micrometer D90 = 580 micrometer

(8)

Tegangan geser efektif (τb) 2 ( ) ' 2 ( ') u g b c τ = ρ (5) dimana u = kec.aliran c = koef. Chezy

Kec. Efektif bed Shear (U’*) 0 . 5 ' * ' g u U c = (6) Jika ; ' * * 2 ' 2 2 5 2 5 0 ' 2 ' 2 ( ) ( ) ( ) ( ) b b s U U u g c g d s D c τ ρ τ ρ τ τ τ ≥ = = = (7)

Sehingga transport sedimen total arah x dan y sebagai berikut : 0 . 0 5 0 . 0 5 T x s x T y s y q u q v τ τ = = (8) Formula II

Transport Bed Load :

Untuk partikel 100 – 2000 micrometer, kec. Aliran kritis u cr

0 .1 5 0 5 0 9 0 0 .6 5 0 5 0 9 0 1 2 0 .1 9 ( ) lo g , 1 0 0 5 0 0 3 1 2 8 .5 0 ( ) lo g , 5 0 0 2 0 0 0 3 c r c r R b u D D m ic r o m e te r D R b u D D m ic r o m e te r D = ≤ ≤ = ≤ ≤

(9)

2 . 4 0 .6 5 0 * 0 .5 5 0 2 . 4 1 .2 5 0 * 0 . 5 5 0 0 .0 0 5 ( ( 1) ) 0 . 0 1 2 ( ( 1) ) c r b c r s D u u q D s g D d D u u q D s g D d ⎛ − ⎞ ⎛ ⎞ = ⎝ ⎠ ⎛ − ⎞ ⎛ ⎞ = − ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ (9)

Muatan sedimen dasar qb dan muatan sedimen melayang qs:

B x b b S x b s q u R q q u R q = = (10)

Transport Sedimen Total T x B x S x T y B y S y q q q q q q = + = + (11) Formula III

Bed Load Transport

1 . 5 3 / 1 0 3 / 1 0

5 0 *

0 . 0 5 3 . . ( ( 1 )

B s

q = D sg T D (12)

Suspended Load Transport

' ' 1 . 5 5 0 0 . 3 * 1 . 2 0 . 0 1 5 1 ( 1 . 2 ' ) 0 . 0 0 1 , 0 . 0 5 , 0 . 1 S z z q F u d C a D T C a a D a a d d F a z d a d = = ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ = ⎛ ⎞ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ = (13) T x B x S x T y B y S y

q

q

q

q

q

q

=

+

=

+

(14)

(10)

II.2. Perubahan Morfologi Dasar

Perubahan level dasar laut atau batimetri laut diturunkan dari prinsip kekekalan sedimen di suatu ruang atau tempat yang menyatakan bahwa tergerusnya (erosi) atau terjadinya endapan (sedimentasi) di suatu dasar perairan merupakan netto transpor sedimen total dalam arah sumbu – x dan sumbu – y, seperti dinyatakan dalam persamaan (10) berikut:

0 ) ( ) ( = ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ ty tx b q y q x t

ς

(15) dimana :

qt = qs +qb = transpor sedimen total (m 2

/detik) qs = transpor sedimen melayang (m2/detik) qb = transpor sedimen dasar (m2/detik)

qtx = transpor sedimen total arah sumbu – x (m2/detik) qty = transpor sedimen total arah sumbu – y (m2/detik)

b

ζ = perubahan level dasar laut disebabkan oleh transpor sedimen total (m)

II. 3. Model Hidrodinamika

Arus di perairan pantai dipengaruhi oleh pasang surut dan angin yang bertiup diatas laut. Gelombang laut sebenarnya juga mempengaruhi arus laut di dekat pantai, tapi dalam model yang telah dijalankan pengaruh arus yang dibangkitkan oleh gelombang dianggap kecil karena daerah kajian berada di suatu selat cukup sempit sehingga bangkitan gelombang oleh angin sangat kecil.

Gerak sirkulasi arus di perairan pantai yang dangkal dapat diasumsikan sebagai aliran masa air yang bercampur sempurna (homogen) mulai dari permukaan laut sampai kedasar perairan dan pengaruh angin dipermukaan diasumsikan mencapai

(11)

dasar laut. Oleh karena itu persamaan model yang dipakai adalah persamaan yang diintegrasikan terhadap kedalaman. Dalam model ini air laut dianggap sebagai fluida yang tak mampu mampat (incompresible fluid).

Persamaan model arus perairan dangkal terdiri dari :

a. Persamaan kontinuitas, dimana dalam persamaan ini debit air pendingin power plant akan dimasukkan.

b. Persamaan kekekalan momentum, dimana pengaruh angin dan pasang surut akan diperhatikan.

Persamaan kontinusitas dirumuskan sebagai berikut :

∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ξ t + U x + V y = Qs (16)

Persamaan kekekalan momentum dirumuskan sebagai berikut : ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ξ ∂ U t + U H U x + V H U y + gH x+ rU U + V H 2 2 2 + A ( V x + V y ) = W W + W h 2 2 2 2 y 2x 2y ∂ ∂ ∂ ∂ λ (17) ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ U t + U H V x + V H V y + gH y+ rV U + V H 2 2 2 ξ + A ( V x + V y ) = W W + W h 2 2 2 2 y 2x 2y ∂ ∂ ∂ ∂ λ dimana :

x,y : koordinat ruang bertambah besar ke arah timur dan utara (m). u,v : kecepatan arus arah-x dan arah-y (m/detik)

(12)

U = 1

h+ξ - h udz ξ

(18)

V : transpor dalam arah sb-y ( m 2/detik)

V = 1

h+ξ - h vdz ξ

(19)

t : parameter waktu (detik)

ξ : elevasi dari permukaan laut terhadap muka air rata-rata (m) g : percepatan gravitasi bumi (m/detik2 )

H : kedalaman aktual = h + z (m) h : kedalaman laut yang tetap (m) r : koefisien gesekan dasar

Ah : koefisien gesekan eddy horisontal (m 2/detik) λ : koefisien gesekan angin

Wx,Wy : kecepatan angin arah-x dan arah-y (m/detik)

Qs : debit yang disedot di inlet dan/atau yang dibuang lagi di outlet power plant (m2/detik)

Model arus tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode semi implisit dua langkah dimana variabel-variabelnya dihitung pada deretan sel ruang pada setiap langkah waktu. Metoda ini dipilih karena dalam pemilihan langkah waktu simulasi tidak bergantung pada kriteria stabilitas Courant-Friedrich-Lewy (CFL) seperti pada metoda eksplisit, sehingga memori komputer dihemat dan simulasinya menjadi lebih ekonomis.

Gambar

Gambar 2.1 Diagram gaya yang bekerja pada partikel sediment.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dari proses rekrutmen adalah sejumlah tenaga kerja yang akan memasuki proses seleksi, yakni proses untuk menentukan kandidat yang mana yang paling layak

Apabila perpindahan panas terjadi secara konveksi alami, maka untuk menghitung koefisien pindah panas pada sebuah pelat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 15,

Untuk dapat menetapkan batas perairan pada wilayah yang berbatasan dengan RDTL, selain menunggu penyelesaian segment batas darat, perlu pula ditetapkan calon-calon titik dasar

Alat pemindahan bahan ( material handling equipment ) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak

Dalam menentukan kebutuhan kapasitas, yang dilakukan adalah menentukan permintaan untuk setiap bagian produksi, kemampuan setiap bagian, dan alokasi dari produkti melalui

Karena aliran metal yang kura ng teratur pada kecepatan potong yang rendah dan bila daya adhesi atau afinitas antar material benda kerja dan material pahat

Produk yang diproduksi akan dikerjakan dalam satu sel dari proses awal hingga proses akhir, sehingga tidak terdapat waktu perpindahan material dari setiap sel yang mengakibat

Persamaan (2.59) tersebut merupakan persamaan diskretisasi yang dapat dipakai pada tiap control volume untuk kasus infinite width slider bearing dengan model slip