• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA MODEL ITTO KABUPATEN CIAMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAGA YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA MODEL ITTO KABUPATEN CIAMIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

HUTAN RAKYAT DI DESA MODEL ITTO KABUPATEN CIAMIS

Oleh :

Tri Sulistyati Widyaningsih

Balai Penelitian Kehutanan Ciamis

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk memetakan lembaga-lembaga yang mempengaruhi perkembangan hutan rakyat di desa model ITTO Kabupaten Ciamis yaitu Desa Sindanglaya, Kecamatan Sukamantri, Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga, dan Desa Cimerak, Kecamatan Cimerak. Data dikumpulkan pada bulan Mei-Juni 2009 dengan informan pengurus dan anggota kelompok tani di ketiga desa model ITTO melalui wawancara kelompok menggunakan teknik diagram venn. Hasil kajian menunjukkan bahwa perkembangan hutan rakyat di desa model dipengaruhi oleh PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), pemerintah (dinas kehutanan, desa, balai penyuluh, dan balai litbang), lembaga donor, perusahaan swasta/ tengkulak, dan tokoh masyarakat.

Kata kunci : Hutan rakyat, lembaga, kelompok tani, desa model ITTO

I. PENDAHULUAN

Seiring dengan perubahan paradigma pengelolaan hutan ’timber management’ menjadi ’community based forest management’, pemberdayaan masyarakat menjadi strategi yang populis untuk mengembangkan masyarakat yang memiliki ketergantungan terhadap hutan. Upaya pemberdayaan masyarakat salah satunya dengan melibatkan desa dalam kegiatan rehabilitasi lahan terdegradasi yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis didukung oleh lembaga internasional ITTO melalui proyek ITTO PD 271/04 Rev. 3 (F): ”Rehabilitation of Degraded Forest Land Involving Local Communities in West Java, Indonesia”.

Proyek ITTO merancang desa model yang ditekankan kemandiriannya dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) serta kegiatan lain yang dibutuhkan desa model untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan desanya (Subarudi, 2007). Proyek ini dilakukan pada tahun 2006 sampai dengan 2008 di desa model terpilih dengan maksud memberdayakan masyarakat sekitar hutan agar terlibat dalam berbagai program RHL terutama melalui pengembangan hutan rakyat. Hutan rakyat di Kabupaten Ciamis seluas 31.707,44 ha yang tersebar di 36 kecamatan dengan produksi sebanyak 450.274,11 m3 pada tahun 2008 (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2009). Perkembangan hutan rakyat di Kabupaten Ciamis tidak lepas dari keberadaan berbagai lembaga yang mempengaruhinya.

Kajian ini bertujuan memetakan lembaga-lembaga yang mempengaruhi perkembangan hutan rakyat di desa model ITTO. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan di bidang kehutanan dalam merumuskan kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang kehutanan.

II. METODE KAJIAN A. Lokasi, Waktu, dan Unit Analisis

Kajian ini dilakukan di tiga desa model ITTO di Kabupaten Ciamis, yaitu Desa Sindanglaya, Kecamatan Sukamantri yang terletak di hulu, Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga yang terletak di antara hulu dan hilir, dan Desa Cimerak, Kecamatan Cimerak

(2)

yang terletak di hilir. Kajian dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2009. Unit analisis kajian ini adalah tiga kelompok tani di desa model ITTO yaitu KT Harapan Mulya (Desa Sindanglaya), KT Sejahtera (Desa Cisaga), dan KT Cempaka Sari (Desa Cimerak) dengan informan pengurus dan anggota kelompok tani tersebut.

B. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data primer kajian ini dikumpulkan melalui wawancara kelompok menggunakan salah satu teknik dalam metode PRA (Participatory Rural Appraisal) yaitu diagram venn. Diagram venn digunakan untuk mengkaji hubungan kelembagaan antara masyarakat dengan lembaga atau pihak-pihak tertentu yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram venn (diagram lingkaran) yang menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh, dan kedekatan hubungan lembaga tersebut berdasarkan penilaian masyarakat yang menjadi sasaran PRA (Mudjihardjo dan Mahyudi, 2007). Data hasil diagram venn selanjutnya dianalisis dengan metode kualitatif yang berupa uraian dan disajikan secara deskriptif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Hutan Rakyat di Desa Sindanglaya, Kecamatan Sukamantri

Desa Sindanglaya memiliki luas 811 ha yang terletak di Kecamatan Sukamantri dengan ketinggian 800 m dpl dan topografi berbukit (Muhyidin, 2009). Masyarakat mulai mengenal hutan rakyat sejak adanya program Rakgantang dari Gubernur Jawa Barat yang masuk desa ini pada tahun 1977. Kemudian Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah memberikan pelatihan penghijauan dan bantuan bibit mahoni (Swietenia mahagoni), albasia (Falcataria mollucana), kaliandra (Calliandra calotyrsus), petai (Parkia speciosa), dan afrika (Maesopsis eminii) pada tahun 1982.

Perkembangan tanaman kayu semakin bagus pada tahun 1986 karena meningkatnya jumlah bantuan bibit dan kebutuhan masyarakat akan kayu, yang diikuti adanya penggergajian dan bandar kayu pada tahun 1990. Pada tahun 2006, desa ini terpilih menjadi salah satu desa model ITTO untuk melakukan rehabilitasi hutan dan lahan, yang dilakukan Kelompok Tani Harapan Mulya yang didirikan pada tanggal 30 November 1994 di Dusun Sindangkalangon, Desa Sindanglaya.

Pada tahun 2007, Desa Sindanglaya menjadi tempat dilaksanakannya silvikultur intensif tanaman manglid (Manglieta glauca) sebanyak 20.000 bibit oleh BPTH Jawa Madura dan dilakukan pembentukan Gapoktan Sindangjaya sebagai wadah kegiatan kelompok tani di tingkat desa yang mewakili kelompok-kelompok tani di tingkat dusun. Kemudian pada tahun 2008 dilakukan kerjasama dengan Universitas Galuh Ciamis yang melaksanakan program Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berupa penanaman petai, mahoni, albasia, durian (Durio sp), dan beringin (Ficus benyamina) sebanyak 3.000 bibit di tanah titisara seluas 4 ha serta kemitraan dengan PT Investama Indonesia (GIANT) untuk melakukan penanaman albasia dan suren (Toona sureni) sebanyak 50.000 bibit di tanah desa seluas 20 ha. Kemitraan tersebut dilakukan dengan cara kontrak selama 5 tahun (2008-2013), dengan sistem bagi hasil 25% untuk desa dan 75% untuk investor. Anggota gapoktan selain dilibatkan dalam penanaman, juga diperbolehkan untuk menanam tanaman tumpang sari di lahan tersebut. Kemitraan ini dapat meningkatkan pendapatan petani.

B. Perkembangan Hutan Rakyat di Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga

Desa Cisaga terletak di Kecamatan Cisaga dengan luas 596,6 ha yang berada di ketinggian 160 m dpl dengan topografi datar bergelombang (Desa Cisaga, 2009). Hutan rakyat di Desa Cisaga bermula sejak adanya program Rakgantang yang diinstruksikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tahun 1970an, yang disusul proyek penghijauan sekitar

(3)

tahun 1975-1976. Pada tahun 1991, masyarakat melihat perkembangan kayu cukup bagus, harga kayu terutama albasia membaik, sehingga muncul adanya penggergajian. Hal tersebut menyebabkan masyarakat bersedia menanam setiap ada bantuan bibit, bahkan bersedia membeli secara swadaya.

Pada tanggal 15 September 2006 dilakukan pembentukan Kelompok Tani Sejahtera yang melakukan kegiatan secara intensif sejak tahun 2007 berupa pelatihan, pembuatan persemaian, serta penanaman. KT Sejahtera bertujuan menjadi kelompok tani tempat menggali potensi di wilayahnya dan menjadi motivator membangun kesadaran masyarakat sehingga sanggup, siap, dan mampu untuk hidup bergotong royong dalam pengembangan atau pengelolaan hutan lestari untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan lahir batin (KT Sejahtera, 2009). Tahun 2008 di Desa Cisaga dilakukan pembentukan SPKP (Sentra Penyuluh Kehutanan Pedesaan) yang berkantor di Desa Cisaga. SPKP beranggotakan pemerintah desa, BPD, LPM, kelompok tani, serta LSM Gerakan Masyarakat Pasundan Peduli Lingkungan.

C. Perkembangan Hutan Rakyat di Desa Cimerak, Kecamatan Cimerak

Desa Cimerak terletak pada ketinggian 5-15 mdpl dengan luas 1521,3 ha yang menjadi bagian dari Kecamatan Cimerak. Masyarakat Desa Cimerak mulai mengenal adanya hutan rakyat pada tahun 1995 ketika PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) mulai masuk ke desa tersebut. Pada saat itu, kayu albasia mulai laku di pasaran, sehingga masyarakat mulai tertarik untuk menanam, meskipun masih dengan sistem cabutan. Penanaman kayu dilakukan dengan tujuan utama untuk membangun rumah, sehingga penjualan dilakukan jika masih terdapat sisa kayu pembangunan rumah.

Perkembangan hutan rakyat di Desa Cimerak tidak lepas dari peran kelompok tani Cempaka Sari yang didirikan pada tahun 2003 oleh PKL, tokoh masyarakat, dan aparat desa. Pada saat pendirian, kelompok ini beranggotakan 10 orang, kemudian berkembang hingga saat ini menjadi 48 orang dengan kegiatan awal membuat Kebun Bibit Desa (KBD) yang merupakan program dinas kehutanan dengan hasil 100.000 bibit albasia. Pada tahun 2003, PT BKL (Bineatama Kayone Lestari) mulai masuk ke Desa Cimerak untuk melakukan pembelian kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat. Pada tahun 2004, terdapat pelatihan program Gerakan Rehabilitasi Lahan (Gerhan) dari Dinas Kehutanan Ciamis, yang diikuti oleh 11 orang pengurus dan anggota KT Cempaka Sari. Pada tahun 2006, Desa Cimerak terpilih menjadi salah satu desa model untuk kegiatan ITTO dan dilakukan pemilihan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM).

D. Pihak-pihak yang Mempengaruhi Perkembangan Hutan Rakyat di Desa Sindanglaya, Desa Cisaga, dan Desa Cimerak

Pihak-pihak yang mempengaruhi perkembangan kelompok tani dalam mengem-bangkan hutan rakyat di tiga desa model ITTO dapat diketahui melalui pemetaan lembaga dengan diagram venn. Hal ini penting untuk dilakukan agar diketahui pihak-pihak yang berperan dan dapat dilibatkan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan melalui pengembangan hutan rakyat. Keberadaan petani sebagai pelaku utama pengembangan hutan rakyat harus didukung beberapa lembaga yang mempengaruhi perkembangan hutan rakyat (Diniyati, 2004). Lembaga-lembaga tersebut di antaranya :

1. Kelompok tani, yaitu kelompok formal yang seringkali dibentuk oleh pemerintah bersama masyarakat untuk mewadahi para petani hutan rakyat di suatu daerah agar memudahkan pemerintah dalam melakukan pembinaan dan penyaluran bantuan. 2. Instansi Pemerintah, yaitu instansi yang akan memberikan penyuluhan mengenai

teknologi baru, pembinaan, pemberian stimulus serta melakukan pelayanan terhadap petani.

3. Lembaga-lembaga masyarakat seperti lembaga adat, lembaga swadaya masyarakat, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, yaitu lembaga independen yang memiliki kepedulian untuk melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang mengembangkan hutan rakyat. Adanya kepedulian dari lembaga ini biasanya

(4)

dikarenakan adanya tujuan jangka panjang yang ingin dicapai seperti adanya perbaikan lahan secara terus-menerus agar berdampak positif terhadap perkembangan lingkungan masyarakat baik secara lokal, nasional, serta global.

4. Lembaga perekonomian, yaitu lembaga yang bergerak di sektor perekonomian untuk menunjang pengembangan usaha hutan rakyat, misalnya bank perkreditan rakyat, koperasi, pasar, kios-kios yang dapat menyediakan sarana produksi, industri kayu, dan lain-lain.

Berbagai lembaga di atas juga mempengaruhi keberadaan kelompok tani yang mengembangkan hutan rakyat di Desa Sindanglaya, Desa Cisaga, dan Desa Cimerak. Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan pengurus dan anggota kelompok tani di Desa Sindanglaya, Desa Cisaga, dan Desa Cimerak menggunakan bantuan diagram venn, diketahui beberapa lembaga yang turut mempengaruhi keberadaan kelompok tani dan perkembangan hutan rakyat di tiga desa tersebut. Beberapa lembaga yang turut berpengaruh dalam perkembangan hutan rakyat dan keberadaan kelompok tani di Desa Sindanglaya, Cisaga, dan Cimerak tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Lembaga yang Mempengaruhi Perkembangan Hutan Rakyat dan Kelompok Tani di Desa Model ITTO

Desa Sindanglaya Desa Cisaga Desa Cimerak

1. Desa/ BPD 2. PKL 3. Dinas kehutanan 4. ITTO 5. Perusahaan swasta 6. Universitas 7. Perhutani 8. Tengkulak 1. ITTO 2. Pustanling 3. Dinas Kehutanan 4. Pemerintah desa 5. PKL 6. Badan Litbang 7. BP3K 8. LMDH Cikole Bodas 1. PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), Dinas Kehutanan (UPTD), dan ITTO

2. Tokoh masyarakat dan tokoh agama

3. Pemerintah desa 4. Pengusaha/ tengkulak

Sumber: Data primer, 2009

Keterangan: Lembaga-lembaga yang tertera dalam tabel diurutkan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap perkembangan hutan rakyat dan keberadaan kelompok tani.

Keberadaan lembaga-lembaga di atas jika digambarkan dalam bentuk diagram venn untuk melihat hubungannya dengan kelompok tani di desa model tertera dalam Gambar 1.

(5)

KT Sejah tera Litbang 7 PKL 1 Pemdes 2 BP3K 6 LMDH 8 Dishut 3 Pustanling 5 ITTO 4 KT H. Mulya Univer-sitas 8 Perusa- Haan 6 ITTO 4 Perhu- tani 7 Teng-kulak 5 Dishut 2 PKL 3 Desa 1 KT Cempa-ka Sari KT desa lain 4 Pengusaha / tengkulak 5 Pemdes 3 Tokoh 1 ITTO 2 Dishut 2 PKL 2

Sumber: Data primer, 2009

Gambar 1. Diagram Hubungan Lembaga yang Mempengaruhi Keberadaan Kelompok Tani dan Hutan Rakyat di Desa Sindanglaya, Cisaga, dan Cimerak

Keterangan: Nomor di dalam lingkaran tiap lembaga menunjukkan jarak hubungan lembaga tersebut dengan kelompok tani yang ada di Desa Sindanglaya, Desa Cisaga, dan Desa Cimerak

Diagram venn pada Gambar 1 menunjukkan bahwa perkembangan hutan rakyat dan kelompok tani di Desa Sindanglaya dipengaruhi oleh delapan lembaga yaitu desa, PKL, Dinas Kehutanan, ITTO, perusahaan swasta, universitas, Perhutani, dan tengkulak. Hubungan antara kelompok tani dengan delapan lembaga tersebut jika dilihat dari jarak hubungannya, maka yang terdekat adalah pemerintah desa. Kedekatan tersebut karena pemerintah desa sangat berperan sebagai perantara pelaksanaan koordinasi kegiatan pengembangan hutan rakyat bersama pihak lain. Kedekatan selanjutnya dengan dinas kehutanan yang senantiasa memberikan stimulus bantuan bibit tanaman kayu, kemudian diikuti adanya PKL. Meskipun dinas kehutanan dinilai lebih dekat dengan masyarakat daripada PKL, tetapi dari segi besarnya pengaruh, masyarakat menilai keberadaan PKL lebih besar pengaruhnya daripada dinas kehutanan karena PKL melakukan pembinaan serta pendampingan secara terus-menerus terhadap petani dan kelompok tani hutan rakyat.

ITTO dinilai masyarakat turut mempengaruhi keberadaan hutan rakyat di desa ini karena perannya dalam memberikan pelatihan dan bantuan bibit. Hubungan selanjutnya dengan perusahaan swasta yang bekerja sama dengan kelompok maupun pemerintah desa untuk mengembangkan hutan rakyat. Lembaga lain yang berpengaruh yaitu universitas dalam hal ini Universitas Galuh Kabupaten Ciamis yang melaksanakan

(6)

program pelestarian lingkungan melalui penanaman pohon di lahan desa. Peran lain ditunjukkan oleh Perhutani yang turut melakukan sosialisasi terhadap masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian hutan, apalagi desa ini berada dekat kawasan hutan negara yang dikelola Perhutani. Sedangkan tengkulak menjadi pihak yang membeli hasil-hasil hutan rakyat, sehingga petani semakin antusias mengembangkan hutan rakyat apalagi jika harga jual hasil hutan rakyat cukup tinggi.

Berbeda dengan Desa Sindanglaya, kelompok tani di Desa Cisaga menilai bahwa pihak yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan hutan rakyat dan keberadaan kelompok tani adalah ITTO. Hal tersebut dikarenakan kelompok tani berdiri untuk merespon adanya proyek ITTO, meskipun dari segi kedekatannya, PKL adalah pihak yang terdekat dengan kelompok. Lembaga selanjutnya yang berpengaruh besar adalah Pusat Standarisasi Lingkungan Departemen Kehutanan, karena telah memberikan bantuan dana dan kegiatan bagi kelompok setelah berakhirnya proyek ITTO. Dinas Kehutanan dinilai menjadi pihak yang berpengaruh besar berikutnya karena dinas kehutanan menjadi pihak yang dipercaya oleh ITTO untuk mengembangkan kelompok tani ini, diikuti oleh pemerintah desa yang berperan dalam perijinan, PKL dalam hal pembinaan kelompok, Balai Penelitian Kehutanan dalam hal pemberian informasi hasil penelitian, BP3K dalam hal pelaksanaan penyuluhan, dan LMDH Cikole Bodas sebagai embrio lahirnya KT Sejahtera.

Terkait dengan perkembangan kelompok dan hutan rakyat di Desa Cimerak, pihak yang dinilai pengaruhnya cukup besar bagi kelompok dalam mengembangkan hutan rakyat adalah PKL, Dinas Kehutanan (UPTD), dan ITTO yang berperan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan dan penyuluhan. Pengaruh selanjutnya berasal dari tokoh masyarakat dan tokoh agama yang berperan dalam memberikan motivasi kepada masyarakat untuk melestarikan hutan dan lingkungan. Tokoh masyarakat dan agama dinilai paling dekat dengan kelompok karena interaksinya yang lebih intensif dengan kelompok. Pihak yang berpengaruh berikutnya adalah pemerintah desa yang berperan dalam koordinasi kegiatan dan perijinan, disusul pengusaha/ tengkulak yang berperan membeli hasil hutan rakyat, dan kelompok tani dari desa lain sebagai mitra dalam bertukar informasi untuk kemajuan kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui beberapa pihak yang mempengaruhi perkembangan hutan rakyat dan keberadaan kelompok tani, yaitu :

a. PKL; berfungsi untuk melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani secara intensif

b. Pemerintah (dinas kehutanan, desa, balai penyuluh, balai litbang); berfungsi sebagai pelaksana dan pendukung pengembangan hutan rakyat melalui fasilitasi program, penyuluhan, serta pemberian informasi teknologi dan hasil penelitian.

c. Lembaga donor; sebagai pemberi dana stimulus pelaksanaan kegiatan.

d. Perusahaan swasta/ tengkulak; sebagai mitra dalam jual beli hasil hutan rakyat. e. Tokoh masyarakat; berfungsi dalam membangun kesadaran masyarakat.

Perkembangan hutan rakyat di Jawa Barat semakin marak karena adanya stimulus program pemerintah, selain didukung oleh kesadaran dan minat masyarakat. Meskipun masyarakat semakin menyadari pentingnya hutan rakyat, tetapi perhatian pemerintah masih sangat diperlukan. Bentuk perhatian pemerintah (kementerian kehutanan dan dinas kehutanan) untuk pengembangan hutan rakyat di Desa Sindanglaya yaitu bantuan bibit dan penyuluhan, di Cisaga berupa bantuan dana, bibit, pupuk, penyuluhan, peninjauan ke lokasi, pembinaan, dan fasilitasi kelompok, sedangkan di Cimerak berupa bantuan bibit, adanya program kehutanan, penyuluhan, pelatihan, pupuk, bantuan ternak, dan alokasi anggaran. Dalam mengembangkan hutan rakyat, masyarakat mengaku tidak lepas dari kendala, yang di antaranya tertera dalam Tabel 2.

(7)

Tabel 2. Kendala Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Sindanglaya, Desa Cisaga, dan Desa Cimerak

No. Desa/ Kendala Pengembangan Hutan Rakyat

1. Sindanglaya

ƒ Bantuan bibit dari pemerintah hanya diterima segelintir orang

ƒ Pengelolaan HR saat ini dilakukan secara kontrak kepada pihak swasta

ƒ Sistem pembagian bantuan yang tidak jelas

ƒ Masyarakat susah diatur, tetapi jika ada uang menjadi semangat

ƒ Kurangnya partisipasi dalam mengembangkan hutan rakyat

ƒ Seringkali sosialisasi hanya sampai ke tingkat desa saja, tanpa ada realisasi ke masyarakat

ƒ Kurang stabilnya kondisi hutan rakyat

ƒ Kurangnya permodalan dan adanya usulan yang belum tentu diterima

2. Cisaga

ƒ Tanaman albasia terserang hama karat tumor

ƒ Anggota kelompok kadang sulit diatur

ƒ Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menanami lahan kosong, karena hasilnya tidak bisa langsung

dinikmati dan dirasa kurang efektif dari segi pemeliharaan dan waktu

ƒ Sebagian anggota masyarakat menilai kelompok tani fiktif

3. Cimerak

ƒ Menginginkan bantuan, tetapi setelah ada bantuan seringkali disia-siakan

ƒ Kurangnya informasi tentang pengelolaan hutan rakyat (jarak tanam, budidaya, dan penanganan hama

penyakit)

Sumber: data primer, 2009

Pemetaan lembaga yang mempengaruhi perkembangan hutan rakyat dan kelompok tani, serta kendala yang dihadapi oleh petani dalam mengembangkan hutan rakyat di atas, dapat digunakan untuk membantu merumuskan kegiatan di bidang kehutanan bagi masyarakat.

IV. KESIMPULAN

1. Pengembangan hutan rakyat oleh kelompok tani di Desa Sindanglaya, Kecamatan Sukamantri, Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga, dan Desa Cimerak, Kecamatan Cimerak dipengaruhi oleh beberapa pihak yaitu PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), pemerintah (dinas kehutanan, desa, balai penyuluh, dan balai litbang), lembaga donor, perusahaan swasta/ tengkulak, dan tokoh masyarakat.

2. Keberhasilan pengelolaan hutan rakyat tidak terlepas dari pelibatan berbagai pihak yang mempengaruhi perkembangan kelompok tani untuk turut mengatasi kendala yang dihadapi masyarakat dalam mengembangkan hutan rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Desa Cimerak. 2007. Pengumpulan Data Sosek Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan. Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis tahun 2007. Ciamis.

Desa Cisaga. 2009. Data Monografi Desa Cisaga tahun 2009. Pemerintah Desa Cisaga. Ciamis.

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. 2009. Statistik Kehutanan Jawa Barat tahun 2008. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Diniyati, D. 2004. Kajian Kelembagaan Hutan Rakyat. Makalah dalam Prosiding Ekspose Terpadu Hasil Penelitian Menuju Pembangunan Hutan Tanaman Produktivitas Tinggi dan Ramah Lingkungan, tanggal 11-12 Oktober 2004 di Yogyakarta, hal. 227-237. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

(8)

Kelompok Tani Cempaka Sari. 2007. Profil Kelompok Tani Cempaka Sari Desa Cimerak, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. KT Cempaka Sari. Ciamis.

Kelompok Tani Sejahtera. 2009. Selayang Pandang KT Sejahtera Desa Cisaga Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis. Kelompok Tani Sejahtera. Ciamis.

Mudjihardjo dan U. Mahyudi. 2007. Identifikasi Masalah dan Potensi Kelembagaan. Bahan Ajar Diklat Kelembagaan Masyarakat Sekitar Hutan. Balai Diklat Kehutanan Kadipaten. Majalengka. Tidak diterbitkan.

Muhyidin, E. 2009. Rencana Kerja Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan BP3K Kecamatan Sukamantri Tahun 2009. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K). Pemerintah Kabupaten Ciamis. Ciamis.

`Subarudi. 2007. Konsep Pembentukan dan Pengembangan Desa Model ITTO. Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis dan ITTO. Ciamis. Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel  1. Lembaga yang Mempengaruhi Perkembangan Hutan Rakyat dan Kelompok Tani di Desa  Model ITTO
Gambar 1.  Diagram Hubungan Lembaga yang Mempengaruhi Keberadaan Kelompok Tani dan  Hutan Rakyat di Desa Sindanglaya, Cisaga, dan Cimerak
Tabel 2.  Kendala Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Sindanglaya, Desa Cisaga, dan Desa  Cimerak

Referensi

Dokumen terkait

Contoh Daun Berdasarkan Umur dan Kondisi Pada Masing – Masing Spesies yang Dijumpai di Lokasi Penelitian ... Dokumentasi Pengolahan Data Herbivori

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini menjadi penting untuk melakukan survei sikap masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di Pantai Loang Baloq

Kajian ini dibuat bertujuan untuk mengesan kecenderungan keusahawanan di kalangan pesara tentera yang mengikuti program keusahawanan anjuran Jabatan Hal-Ehwal

mengurangkan masalah dalam hubungan manusia dan untuk memperbaiki kehidupan melalui interaksi manusia yang lebih baik.Selain itu,terdapat ramai pekerja dalam profesion bantuan

belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah.Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa,

Dakwah kelas bayangan, perkuliahan gabung dengan kelas Filsafat Islam (BP-A2).. 11 KPI-11027 Metodologi Penelitian Komunikasi 2

Sedangkan menurut Zulma, G.W.M (2020), tarif pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pajak karena dalam masa pandemi covid-19, mengungkapkan bahwa pemerintah cukup

Istilah akulturasi atau accutulturation atau cultur contact mempunyai beberapa arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu