• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Keywords : Purification, Ulin Wood Waste, Distillation, Zeolite ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Keywords : Purification, Ulin Wood Waste, Distillation, Zeolite ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMURNIAN ASAP CAIR DARI LIMBAH KAYU ULIN

(EUXIDERXYLON ZWAGERI) PADA PIROLISIS SUHU RENDAH

PURIFICATION OF LIQUID SMOKE FROM ULIN WOOD WASTE

(EUXIDERXYLON ZWAGERI) AT LOW TEMPERATURE PYROLYSIS

Evy Setiawati

Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru

Program Doktor Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : [email protected]

ABSTRACT

This research produced liquid smoke at low temperature pyrolisis in order can be commercially practiced by small industries. The compounds content in the liquid smoke may differ depending on the type, moisture content and temperature pyrolysis of organic materials used. Components contained in the liquid smoke can be separated by a various methods based on the acidity, polarity, and volatility called purification. Purification is frequently used for the purpose of food production or agricultural products. One of the hazardous component obtained in liquid smoke is Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). PAH can be purified from the liquid by precipitation for 24 hours or by distillation. The research aim was to purify the liquid smoke from ulin wood waste produced at low pyrolysis temperature with various distillation temperature. The liquid smoke resulted in this research was distilled repeatedly based on boiling point and purified using zeolite as adsorbent. The pyrolysis of ulin wood waste was done at 180°C. Three kinds of distillation temperatures were at x≤ 0C, <x≤ 0C, and <x≤ 0

C. The liquid was redistilled at 1000C. Redistilled liquid smoke was repurified using zeolite then was tested the chemical and physical properties. The pure liquid smoke was colorless, transparent, odourless, pH 2.9 to 3.5, specific gravity 1.001 to 1.006 gr/mL, and total of titrated acid 29.85 to 49.38 % with main component 2-methoxyphenol (mequinol). The active ingredient contained in this liquid smoke can be used as a herbal medicine for skin dermatitis. Liquid smoke resulted from this research fulfilled the Japan’s standards of liquid smoke which contained alcohol, carboxylic, and aldehyde.

Keywords : Purification, Ulin Wood Waste, Distillation, Zeolite ABSTRAK

Penelitian ini memproduksi asap cair pada pirolisis suhu rendah agar dapat secara komersial diterapkan oleh industri kecil. Kandungan asap cair dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis, kadar air dan suhu pirolisis dari bahan organik yang digunakan. Komponen yang terkandung dalam asap cair dapat dipisahkan dengan berbagai metode berdasarkan keasaman, polaritas, dan volatilitas yang disebut sebagai pemurnian. Pemurnian sering digunakan untuk tujuan produksi pangan atau produk pertanian. Salah satu komponen berbahaya diperoleh dalam asap cair Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). PAH dapat dimurnikan dari cairan asap cair dengan pengendapan selama 24 jam atau dengan distilasi. Penelitian ini bertujuan untuk memurnikan asap cair dari limbah kayu ulin yang dihasilkan pada suhu pirolisis rendah dengan berbagai suhu distilasi. Asap cair yang dihasilkan dalam penelitian ini disuling berulang kali berdasarkan titik didih dan dimurnikan menggunakan zeolit sebagai adsorben. Pirolisis limbah kayu ulin dilakukan pada suhu 8 °C. Distilasi dilakukan pada suhu x≤ 0C, <x≤ 0C, dan <x≤ 0

C. Asap cair diredistilasi dengan suhu 1000C. Asap cair dimurnikan kembali menggunakan zeolit. Asap cair kemudian diuji sifat kimia dan fisik. Asap cair murni bersifat tidak berwarna, transparan, tidak berbau, pH 2,9-3,5, berat jenis 1,001-1,006 gr/mL, dan total asam tertitrasi 29,85-49,38% dengan komponen aktif yang utama 2-metoksifenol (mequinol). Bahan aktif yang terkandung dalam asap cair ini dapat dimanfaatkan sebagai obat alami dermatitis pada kulit. Asap cair hasil penelitian ini memenuhi standar Jepang asap cair, yang mengandung unsur alkohol, karboksilat, dan aldehid.

Kata Kunci : Pemurnian, Limbah Kayu Ulin, Distilasi, Zeolit 1. PENDAHULUAN

Asap cair adalah produk samping dari pirolisa kayu dalam proses pembuatan arang (Ratanapisit et al., 2009; Sumanatrakul et al., 2015) dengan tidak adanya kondisi udara (Yang et al., 2016) yang mengandung lebih dari 200 senyawa larut dalam air yang terdiri dari senyawa asam organik (asam asetat, formik dan propionat), fenolik (guaiacol dan cresol), alkana, alkohol dan ester (Sumanatrakul et al., 2015). Asap cair telah banyak dimanfaatkan di bidang pertanian dan kesehatan. Bidang kesehatan, asap cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan antibakteri dan antijamur (Alpian et al., 2014; Yang et al., 2016) penghambat bakteri dan jamur dermatitis yang dapat menyebabkan penyakit kulit (Rakmai, 2009; Velmurugan et al., 2009). Di Thailand, cuka kayu tidak hanya digunakan dalam pertanian sebagai agen pemercepat pertumbuhan tanaman, tetapi juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi kulit dan ketombe (Ponghirantanachokea,

et al., 2015), namun, tidak ada satupun laporan ilmiah yang diterbitkan untuk mendukung aplikasi asap cair sebagai agen

penghambat bakteri dan jamur dermatitis (Rakmai, 2009).

Asap cair pada penelitian ini dihasilkan dari jenis kayu keras, yaitu kayu ulin (Euxiderxylon zwageri). Kayu umumnya tersusun atas selulosa, hemiselulosa dan lignin sedangkan komponen lainnya terdiri dari tanin, resin dan terpentin. Velmurugan et al. (2009) melaporkan bahwa serbuk gergaji dari kayu Pinus mengandung komponen yang berfungsi sebagai antimikroba (antijamur). Alpian et al. (2014) menyatakan bahwa asap cair kayu keras berupa kayu

(2)

Gelam memenuhi standar Jepang pada pirolisis suhu 5000C selama 3 jam. Kondisi operasi pirolisis maksimum adalah pada suhu 5000C dengan laju pemanasan 600C/mt (Rahman et al., 2014). Suhu pirolisis yang cukup tinggi ini merupakan pembatas bagi industri kecil untuk memproduksi asap cair karena memerlukan biaya dan teknologi tinggi (Nsamba et al., 2015). Penelitian tentang pirolisis biomassa pada suhu rendah belum banyak dilakukan. Eseyin et al. (2015) telah berhasil mempirolisis tongkol jagung dan dedaunan kering pada suhu rendah (150-2500C). Pangnakorn & Kanlaya (2014) telah memproduksi asap cair limbah kayu sebagai bahan insektisida pada suhu 120-430°C. Penelitian ini menggunakan pirolisis biomassa kayu ulin pada suhu rendah supaya dapat dimanfaatkan lebih luas oleh industri kecil dan menengah.

Asap cair berupa cairan berwarna coklat dan beraroma asap menyengat (Ponghirantanachokea et al., 2015), terdiri dari senyawa kompeks yang timbul akibat kayu yang terbakar dengan campuran berupa 80-90% air dan 10-20% senyawa organik. Asap cair bersifat toksik dan harus dimurnikan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan (Payamara, 2011; Pangnakorn & Kanlaya, 2014). Pemurnian adalah proses yang memisahkan dan menghilangkan bahan asing dari produk yang diinginkan. Ada beberapa cara melakukan pemurnian, yaitu proses fisik, mekanik dan kimiawi. Pemurnian sering digunakan dalam produksi pangan atau produk pertanian. Pemurnian asap cair umumnya dilakukan melalui proses pengendapan, penyaringan, absorpsi, distilasi atau kombinasinya (Budaraga et al., 2016). Senyawa–senyawa dalam asap cair dapat dipisahkan melalui pemurnian menggunakan distilasi fraksinasi untuk menghasilkan asap cair berkualitas tinggi (Choi et al., 2009). Pemurnian asap cair kayu keras berupa kayu manis pada suhu distilasi 1400C lebih baik dibandingkan metode yang lain karena mempunyai warna lebih menarik (Budaraga et al., 2017). Pemurnian asap cair kayu manis dengan distilasi pada suhu 100°C menunjukkan tingkat toksisitas terendah pada berbagai tingkat konsentrasi asap cair digunakan. Hal ini diduga karena pemurnian dengan distilasi mampu menguapkan banyak zat beracun terkandung dalam asap cair sehingga sifat toksisitas menjadi lebih rendah (Budaraga et al., 2016). Pada penelitian ini dilakukan pemurnian asap cair kayu ulin berdasarkan perbedaan suhu distilasi, yaitu antara 100-1200C dilanjutkan dengan penyaringan zeolite. Zeolite adalah senyawa mineral yang mempunyai struktur bercirikan kanal dan pori (Budaraga et al., 2016) yang mana struktur pori pada daerah permukaannya sangat besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari asap cair kayu ulin hasil pirolisis suhu rendah setelah dilakukan beberapa tahap pemurnian.

2. METODE 2.1 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kayu ulin, NaOH 0,1N, indikator phenolftalein, etanol 95%, aluminium sulfit, Na2SO3, asam tanat 0,2%, 4-nitronanilin, Na2CO3, NaNO2, zeolit, buffer pH 4 dan 7,

seperangkat alat pengolah asap cair, seperangkat alat distilasi, pHmeter, spektrofotometer UV-Vis, piknometer, buret 25 mL, Gas Chromatography-Mass Spectrophotometer (GC-MS).

2.2 Prosedur

Prosedur penelitian ini meliputi pengolahan dan pemurnian asap cair kayu ulin. 1. Pengolahan asap cair

Siapkan seperangkat alat pengolah asap cair yang bagian atasnya dilengkapi pipa pendingin dan penampung asap cair. Potong dan masukkan kayu ulin dengan ukuran 25-30 cm sebanyak 50 kg ke dalam tungku pembakaran (sesuai ukuran tungku), kemudian panaskan dengan suhu 1800C. Asap yang keluar dialirkan melalui pipa pendingin sehingga asap akan mencair dan didapatkan asap cair kayu ulin. Proses pirolisis dihentikan jika tidak ada lagi asap yang mencair (selama 8 jam).

2. Proses pemurnian asap cair

Sebanyak 200 mL asap cair dimasukkan sebanyak 200 mL ke dalam labu distilasi, dipanaskan menggunakan pemanas listrik. Proses distilasi ini dilakukan untuk mengambil seluruh fraksi dan diatur hingga berbagai suhu, antara lain x ≤ 0

C; < x ≤ 0C; dan < x ≤ 0C. Uap yang terbentuk lalu masuk ke dalam pipa pendingin balik (kondensor) dan distilat ditampung dalam sebuah wadah atau labu. Asap cair diredistilasi dengan suhu 1000C. Distilat yang dihasilkan kemudian dimurnikan kembali menggunakan zeolit kemudian disaring.

Analisis yang dilakukan terdiri dari rendemen, pH, warna, aroma, berat jenis, total asam tertitrasi, kadar fenol, kandungan kimia (GC-MS).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis Sifat Fisik Asap Cair Kayu Ulin

Analisis sifat fisik asap cair kasar, distilasi pertama menggunakan variasi suhu x≤ 0C, 100<x<1100C, 100<x<1100C, dilanjutkan dengan redistilasi suhu 1000C dan penyaringan zeolit ditampilkan pada Tabel 1, meliputi rendemen, pH, warna, berat jenis, total asam tertitrasi, transparansi dan benda terapung.

Tabel 1. Hasil Analisa Fisik Asap Cair Kayu Ulin

Distilasi pertama Redisti-lasi 1000C Penyari-ngan zeolit pH Berat jenis (gr/mL) Total asam tertitrasi (%) Ren-demen Warna Transpa -ransi Benda terapung

Tidak Tidak Tidak

2.14 1.001 68.42 26.55 Coklat

kehitaman Keruh Tar X≤ 0

C Tidak Tidak

2.35a 0.990c 34.19d 75.14g coklat Agak

keruh Sedikit X≤ 0

(3)

X≤ 0

C ya ya 2.92a 1.001c 29.85f 89.12h Jernih Jernih Tidak ada 100<x<11 00C Tidak Tidak 2.59a 0.995c 44.52e 76.25g Kuning kecoklatan Agak keruh Sedikit 100<x<110 0 C ya -

2.74a 1.004c 46.12e 94.23i Agak jernih Jernih Tidak ada 100<x<110

0

C

ya ya

3.25b 1.005c 31.24f 90.11h Jernih Jernih Tidak ada 110<x<120 0 C Tidak Tidak 2.68a 1.002c 49.52e 80.15g Kuning kecoklatan Agak keruh Sedikit 110<x<120 0 C ya - 2.78a 1.004c 48.64e

95.62i Agak jernih jernih Tidak ada 110<x<120

0

C

ya ya 3.50b 1.006c 49.38e 91.23h

Jernih jernih Tidak ada Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

Pemilihan suhu pemurnian X≤ 0C, T=100-1100C dan T=110-1200C didasarkan atas hasil penelitian Ratanapisit

et al. (2009) yang menyatakan bahwa rata–rata titik didih asap cair bekisar antara 96-1080C, mendekati titik didih air pada tekanan atmosfer. Hal ini dikarenakan bahwa komponen utama asap cair adalah air, oleh karena itu peneliti berusaha untuk meneliti pemurnian pada suhu di bawah, di atas, dan di antara titik didih asap cair.

Berdasarkan Tabel 1, hasil uji BNJ 5% menunjukkan bahwa karakteristik asap cair (pH, total asam tertitrasi, rendemen) yang dihasilkan dari proses pemurnian suhu T=100-1100C dan 110-1200C yang dilanjutkan dengan penyaringan zeolit tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan proses pemurnian tanpa penyaringan zeolit. Pemurnian secara distilasi yang dilanjutkan dengan penyaringan zeolit memberikan hasil yang lebih baik dibanding perlakuan tanpa penyaringan zeolit. Berat jenis asap cair yang dihasilkan dari beberapa proses pemurnian tidak berbeda nyata diantara semua perlakuan, yaitu bekisar antara 0,990-1,006 gr/mL.

Tabel 2. Rata – Rata Hasil Analisa Fisik Asap Cair Kayu Ulin

Parameter Hasil Analisa Standard of wood vinegar in

Japan, 2001 Asap Cair Kasar Distilasi I Distilasi II pada T=1000C Zeolit Wood Vinegar Distilled Wood Vinegar Rendemen (%) 26,55 75,14-80,15 92,16-95,62 89,12-91,23 - - pH 2,14 2,35-2,68 2,74-2,78 2,92-3,50 1,5 – 3,7 1,5 – 3,7 Warna Coklat kehitaman Kuning

kecoklatan Bening Bening

Yellow Pale reddish Brown Reddish brown Colorless Pale yelow Pale reddish Brown

Transparansi Keruh Sedikit

keruh Jernih Jernih Transparan Transparan Benda Terapung Tar Floating

matters No floating matters No floating matters No floating matters No floating matters Berat Jenis (gr/mL) 1,012 0,99-1,002 1,000-1,004 1,001-1,006 - - Total Asam Tertitrasi

(%) 68,42 34,19-49,52 34,98-48,64 29,85-49,38 - -

Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemurnian asap cair hasil penelitian dibandingkan dengan standar kualitas asap cair dari Jepang menunjukkan bahwa asap cair hasil penelitian untuk distilasi II (redistilasi) pada suhu 1000C sudah memenuhi standar Jepang, sedangkan hasil distilasi pertama tidak memenuhi standar khusus untuk parameter transparansi dan benda terapung.

Rendemen asap cair kasar yang diproleh dari hasil pirolisis kayu ulin pada suhu 1800C sebesar 26,55%. Rendemen asap cair kayu durian maksimum sebesar 39,46% pada suhu pirolisis 4210C selama 72,9 menit (Oramahi & Diba, 2013), sedangkan maksimum rendemen asap ampas tebu sebesar 27,60% pada suhu pirolisis 5500C (Demiral & Ayan, 2011). Rendemen asap cair bervariasi tergantung dari kondisi proses pirolisis. Secara umum, semakin rendah suhu pirolisis, semakin rendah pula rendemen yang dihasilkan karena peningkatan suhu tidak memungkinkan terjadinya piroisis secara lengkap. Di sisi lain, pada suhu pirolisis yang lebih tingi, kemungkinan terjadi reaksi dekomposisi sekunder sehingga rendemen asap cair yang dihasilkan lebih tinggi (Islam et al., 2005).

Tabel 2 terlihat bahwa terjadi peningkatan pH asap cair setelah dilakukan beberapa tahap pemurnian. pH asap cair kasar paling rendah (asam) yaitu sebesar 2,14 karena selama proses destruksi hemiselulosa dan selulosa kayu, terbentuk zat-zat kimiawi yang bersifat asam (Ratanapisit et al., 2009). pH asap cair setelah dilakukan redistilasi dan penyaringan zeolit memiliki pH sebesar 2,92-3,50. Nilai pH asap cair yang dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi dibanding asap cair kayu manis hasil distilasi suhu 1400C, yaitu sebesar 2,36 (Budaraga et al., 2016). Asap cair yang didistilasi sampai suhu 100°C memiliki nilai pH yang paling rendah, karena pada fraksi asap cair ini mengandung banyak

(4)

air sehingga menurunkan tingkat keasaman. Fraksi asap cair pada suhu distilasi 100°C sampai 125°C memiliki keasaman yang lebih tinggi karena fraksi asap cair ini mengandung asam asetat yang memiliki titik didih 118°C ataupun asam butanoik yang memiliki titik didih 122°C (Noor et al., 2006).

Total asam adalah jumlah asam bebas dalam cairan. Senyawa ini terbentuk dari degradasi ester oleh air menjadi asam dan alkohol. Total asam tertitrasi bervariasi antara 29,85-49,38%. Variansi nilai total asam tertitrasi ini menandakan bahwa metode pemurnian mempunyai pengaruh signifikan pada total asam tertitrasi asap cair.

3.2. Analisis Senyawa Kimia Asap Cair Kayu Ulin

Kromatogram senyawa asap cair kayu ulin ditampilkan pada Gambar 1 hasil pirolisis 180°C pada distilasi suhu 100-1100C yang dilanjutkan dengan pemurnian zeolit. Kandungan senyawa pada Gambar 1 dijabarkan pada Tabel 3.

Gambar 1. Kromatogram GC-MS Asap Cair Kayu Ulin Hasil Pemurnian Suhu 100-1100C

Pada Gambar 1 terlihat bahwa terdapat beberapa kromatogram, dimana terdapat beberapa senyawa yang terkandung di dalam asap cair kayu ulin yang telah dimurnikan (Tabel 2). Analisis GC-MS ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis senyawa yang terdapat pada asap cair. Campuran senyawa yang dilewatkan pada kromatograf gas akan terpisah menjadi komponen-komponen individual. Hasil fragmentasi GC-MS yang dianalisa dalam penelitian ini adalah 1 (satu) senyawa dominan, yaitu 2-metoksifenol (39,28%).

Tabel 3. Kandungan Senyawa Asap Cair Kayu Ulin

No Nama Senyawa Kadar (%)

1 4-metilfenol 6,643 2 2-metoksifenol 39,281 3 2-siklopenten-1-on 1,919 4 2,5-dimetilfenol 2,863 5 3-etilfenol 2,908 6 2-metoksi-2-metilfenol 21,209 7 2-furankarboksilat 1,092 8 2,3 dimetoksitoluena 1,407 9 4-etil-2-metoksifenol 18,329 10 2-metoksi-4-propilfenol 4,349

Pada Tabel 3 terlihat bahwa senyawa dominan yang terkandung dalam asap cair kayu ulin murni adalah 2-metoksifenol. Senyawa ini termasuk dalam senyawa fenolik tipe guaiacol yang terbentuk pada saat pirolisis hemiselulosa dan lignin pada kayu (Graber et al., 2014). 2-metoksifenol merupakan bahan aktif antioksidan / obat dermatitis pada kulit (Fujisawa et al., 2007). Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat sejauh mana efektivitas asap cair dalam menghambat bakteri / jamur penyebab dermatitis pada kulit.

4. KESIMPULAN

Asap cair kayu ulin yang dihasilkan dari pemurnian suhu 100-1100C yang dilanjutkan dengan penyaringan zeolit memiliki aroma asap lemah; pH 2,92-3,50; berat jenis 1,001-1,006; dan total asam 29,85-49,38%. Hasil fragmentasi senyawa asap cair yang telah dimurnikan mengandung senyawa utama berupa 2-metoksifenol yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alami dermatitis pada kulit. Secara umum, asap cair hasil penelitian ini memenuhi standar Jepang yang mengandung unsur alkohol, karboksilat, dan aldehid.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Perindustrian pada umumnya dan Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru pada khususnya yang telah mendanai penelitian ini serta kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan makalah ini.

(5)

6. DAFTAR PUSTAKA

Alpian, Prayitno, T. A., Sutapa, J. P. G., & Budiadi. (2014). KUALITAS ASAP CAIR BATANG GELAM ( Melaleuca sp .) ( Quality of Wood Vinegar Stem Gelam ( Melaleuca sp . ) ). Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32(2), 83–92.

Budaraga, I. K., Arnim, Marlida, Y., & Bulanin, U. (2016). Toxicity of Liquid Smoke Cinnamon ( Cinnamomum Burmannii ) Production of Ways for Purification and Different Concentration. International Journal of Scientific and Research

Publications, 6(7), 13–21.

Budaraga, I. K., Arnim, Marlida, Y., & Bulanin, U. (2017). Chemical Components Analysis of Cinnamon Liquid Smoke with GC MS from Various Production of different Purification Method. International Journal of ChemTech Research,

10(1), 12–26.

Budaraga IK,Arnim, Marlida Yetti, & Bulanin Usman. (2016). Characteristics of Cinnamon Liquid Smoke Produced Using Several Purification Techniques. American Journal of Food Science and Nutrition Research, 3(2), 16–21. Retrieved from http://www.openscienceonline.com/journal/fsnr

Choi, J. Y., Shinde, P. L., Kwon, I. K., Song, Y. H., & Chae, B. J. (2009). Effect of wood vinegar on the performance, nutrient digestibility and intestinal microflora in weanling pigs. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences, 22(2), 267–274.

Demiral, I., & Ayan, E. A. (2011). Pyrolysis of grape bagasse: Effect of pyrolysis conditions on the product yields and characterization of the liquid product. Bioresource Technology, 102(4), 3946–3951.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2010.11.077

Eseyin, A. E., Ekpenyong, K. I., El-Giar, E. M., & Abel-anyebe, O. (2015). THE INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENCE & TECHNOLEDGE The Effect of Pd- -Al 2 O 3 on the Low-Temperature Thermal Decomposition of Corn Cobs and Leaves in Bio-oil Production. The International Journal Of Science & Technoledge, 3(2), 11–17.

Fujisawa, S., Ishihara, M., Murakami, Y., Atsumi, T., Kadoma, Y., & Yokoe, I. (2007). Predicting the biological activities of 2-methoxyphenol antioxidants: Effects of dimers. In Vivo, 21(2), 181–188.

Graber, E.R., Frenkel, O. Jaiswalab, A.K., & Elad, Y. (2014). How May Biochar Influence Severity of Diseases Caused by Soilborne Pathogens?. Carbon Management, 5(2), 169-183. http://dx.doi.org/10.1080/17583004.2014.913360 Islam, M. N., Islam, M. N., Beg, M. R. A., & Islam, M. R. (2005). Pyrolytic oil from fixed bed pyrolysis of municipal solid

waste and its characterization. Renewable Energy, 30(3), 413–420.

https://doi.org/10.1016/j.renene.2004.05.002

Noor, E., Luditama, C., & Pari, G. (2006). Isolasi dan pemurnian asap cair berbahan dasar tempurung dan sabut kelapa secara pirolisis dan distilasi. In prosiding Konferensi Nasional Kelapa (Vol. VIII, pp. 93–102).

Nsamba, H. K., Hale, S. E., Cornelissen, G., & Bachmann, R. T. (2015). Sustainable Technologies for Small-Scale Biochar Production—A Review. Journal of Sustainable Bioenergy Systems, 5, 10–31. https://doi.org/10.4236/jsbs.2015.51002

Oramahi, H. A., & Diba, F. (2013). Maximizing the Production of Liquid Smoke from Bark of Durio by Studying Its Potential Compounds. Procedia Environmental Sciences, 17, 60–69. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2013.02.012 Pangnakorn, U., & Kanlaya, S. (2014). Efficiency of Wood Vinegar Mixed with Some Plants Extract against the Housefly (

Musca domestica L .). International Journal of Biological, Biomolecular, Agricultural, Food and Biotechnological

Engineering, 8(9), 1044–1048.

Payamara, J. (2011). Usage of wood vinegar as new organic substance. International Journal of ChemTech Research, 3(3), 1658–1662.

Ponghirantanachokea, N., Athinuwata, D., & Chuaboona, W. (2015). The 4th International Symposium on Engineering , Energy and Environment. In The 4th International Symposium on Engineering , Energy and Environment (pp. 29– 34).

Rahman, A. A., Abdullah, N., & Sulaiman, F. (2014). Temperature Effect on the Characterization of Pyrolysis Products from Oil Palm Fronds. Advances in Energy Engineering, 2, 14–21. Retrieved from

http://www.studentsoutlook.com/upload/technicalpaper/engineering/Temperature-Effect-on-the-Characterizat-on-of-Pyrolysis-Products-from-Oil-Palm-Fronds.pdf

Rakmai, J. (2009). Chemical Determinations, Antimicrobial and Antioxidant Activities of Thai Wood Vinegars. Prince of

Songkala University. Prince of Songkala University.

Ratanapisit, J., Apiraksakul, S., Rerngnarong, A., Chungsiriporn, J., & Bunyakarn, C. (2009). Preliminary evaluation of production and characterization of wood vinegar from rubberwood. Songklanakarin Journal of Science and

Technology, 31(3), 343–349.

Sumanatrakul, P., Kongsune, P., Chotitham, L., & Sukto, U. (2015). Utilization of Dendrocalamus Asper Backer Bamboo

Charcoal and Pyroligneous Acid. Energy Procedia (Vol. 79). Elsevier B.V. https://doi.org/10.1016/j.egypro.2015.11.558

Velmurugan, N., Han, S. S., & Lee, Y. S. (2009). Antifungal activity of neutralized wood vinegar with water extracts of Pinus densiflora and Quercus serrata saw dusts. International Journal of Environmental Research, 3(2), 167–176. Yang, J.-F., Yang, C.-H., Liang, M.-T., Gao, Z.-J., Wu, Y.-W., & Chuang, L.-Y. (2016). Chemical Composition, Antioxidant, and

Antibacterial Activity of Wood Vinegar from Litchi chinensis. Molecules, 21(2150), 1–10. https://doi.org/10.3390/molecules21091150

(6)

TANYA JAWAB

1. Yeniza, SMAK padang

Bagaimana cara pemurnian-nya? Apakah dari asap cair setelah produksi bisa langsung diaplikasikan Jawaban :

Asap cair kasar tidak bisa diaplikasikan langsung karena bersifat toksik sehingga perlu pemurnian. Pemurnian tergantung tujuan dan grade berapa yang kita inginkan. Grade 3 untuk pengawetan kayu/ karet, grade 2 untuk pengawetan makanan mentah (tahu, mie)/bidang farmasi, grade 1 untuk pengawetan makanan matang.

Karena asap cair ini telah melalui beberapa tahap pemurnian (yaitu distilasi dan penyaringan zeolite), maka pada riset ini dihasilkan asap cair grade 2 dengan senyawa aktif berupa 2-metoksifenol yang dapat dimanfaatkan sebagai anti jamur penyebab demartitis.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisa Fisik Asap Cair Kayu Ulin
Tabel 2. Rata  – Rata Hasil Analisa Fisik Asap Cair Kayu Ulin
Gambar 1. Kromatogram GC-MS Asap Cair Kayu Ulin Hasil Pemurnian Suhu 100-110 0 C

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik anak berdasarkan berjenis kelamin sebagian besar anak berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 anak. Pada

ternak telah dilakukan lebih dari setengah abad yang lalu. Kenyataan menunjukkan bahwa antibiotika dalam dosis yang sangat kecil dapat mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga

Metode analisis data pada penelitian kualitatif ini dibagi menjadi 3 tahap pertama data reduction, proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian dan

Setelah dilakukan penelitian terhadap variabel pengembangan produk pada KFC Sudirman Pekanbaru dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pengembangan produk yang

Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar geografi tentang sejarah pembentukan bumi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten

Akan tetapi, kebolehan tersebut ada ketentuannya yakni harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu

Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Anemia, Kehamilan Ganda, dan Letak Sungsang baik secara simultan maupun parsial dengan Kejadian