• Tidak ada hasil yang ditemukan

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA BATU

PERATURAN WALIKOTA BATU

NOMOR 23 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PENATAAN ATRIBUT

PARTAI POLITIK DAN PESERTA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kelancaran penyelenggaraan pemilihan umum, perlu adanya penataan atribut partai politik dan peserta pemilihan umum demi menunjang dan memelihara Kota Batu yang bersih, indah, tertib, aman, dan teratur;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pedoman Penataan Atribut Partai Politik dan Peserta Pemilihan Umum;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 91 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4335);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Perundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5233);

(3)

10. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246);

11. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

15. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Batu; 16. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2010

tentang Pajak Reklame;

17. Peraturan Walikota Batu Nomor 31 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Laksana Perijinan Reklame di Kota Batu;

(4)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PENATAAN ATRIBUT PARTAI POLITIK DAN PESERTA PEMILIHAN UMUM.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kota Batu.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batu. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Batu.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Batu.

5. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Penataan Atribut adalah pemasangan atau penempatan atribut partai politik dan peserta pemilihan umum dengan memperhatikan estetika, ketertiban, dan keteraturan di wilayah Kota Batu. 7. Atribut adalah benda, alat, perbuatan, media yang

menurut bentuk, susunan, dan corak ragamnya bertujuan untuk memperkenalkan, menganjurkan, mengajak, mempromosikan, dan/atau mengkampanyekan orang, partai politik, dan/atau peserta pemilihan umum atau untuk menarik perhatian umum kepada orang, partai politik, dan/atau peserta pemilihan umum yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum.

8. Lokasi Atribut adalah suatu sarana atau tempat pemasangan atau penempatan atribut yang ditetapkan untuk satu atau beberapa buah atribut. 9. Penyelenggara atribut adalah perorangan, partai

politik dan/atau peserta pemilihan umum.

10. Kawasan/Zona Atribut adalah wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan wilayah yang digunakan untuk pemasangan atau penempatan atribut.

(5)

11. Titik Atribut adalah tempat untuk mendirikan atau menempelkan bidang atribut.

12. Bidang Atribut adalah bagian atribut yang dimanfaatkan guna tempat penyajian gambar, kata, atau pesan-pesan penyelenggara atribut. 13. Tinggi Atribut adalah jarak ambang paling bawah

atribut dari permukaan tanah rata-rata.

14. Ketinggian Atribut adalah jarak antara ambang paling atas bidang atribut dari permukaan tanah rata-rata.

15. Daerah Milik Jalan yang selanjutnya disebut Damija adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai Pembina jalan dengan satu hak tertentu.

16. Di Luar Daerah Milik Jalan adalah ruang atau wilayah di luar Damija.

17. Di Atas Bangunan adalah titik atribut yang ditempatkan di atap/atas bangunan atau gedung. 18. Menempel pada bangunan adalah titik atribut yang

menempel/menyatu pada bangunan baik menggunakan konstruksi maupun tidak.

19. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Batu yang selanjutnya disebut Kantor Kesbangpolinmas adalah instansi Pemerintah Kota Batu yang tugas pokok dan fungsinya terkait dengan penyelenggaraan pemilihan umum.

20. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Batu yang selanjutnya disebut Kantor Satpol PP adalah instansi Pemerintah Kota Batu yang tugas pokok dan fungsinya menyelenggarakan kemananan dan ketertiban masyarakat.

BAB II

RUANG LINGKUP DAN TUJUAN Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Walikota ini meliputi:

a. pemasangan atau penempatan atribut partai politik dan peserta pemilihan umum di wilayah Kota Batu;

b. semua partai politik dan/atau peserta pemilihan umum yang diselenggarakan dalam rangka pemilihan umum Presiden, Kepala Daerah, DPR, dan DPRD.

(6)

Pasal 3

Peraturan Walikota ini bertujuan untuk:

a. memberikan pedoman bagi pemasangan atau penempatan atribut partai politik dan peserta pemilihan umum dengan memperhatikan dan memelihara keindahan kota;

b. mewujudkan penyelenggaraan pemilihan umum yang aman, tertib, dan teratur;

c. melindungi masyarakat dari dampak negatif yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan pemilihan umum;

d. mengoptimalkan peran aparatur pemerintah dan masyarakat dalam menunjang pelaksanaan pemilihan umum; dan

e. memberikan landasan bagi partai politik dan peserta pemilihan umum dalam melakukan kampanye pemilihan umum.

BAB III

IJIN PEMASANGAN/PENEMPATAN ATRIBUT Pasal 4

Setiap pemasangan/penempatan atribut partai politik dan peserta pemilihan umum dalam wilayah Kota Batu wajib memberitahukan secara tertulis kepada Walikota melalui Kepala Kantor Kesbangpolinmas dengan tembusan Kepala Kantor Satpol PP.

Pasal 5

Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah:

a. menyampaikan surat permohonan pemasangan/penempatan atribut di atas meterai Rp6.000,00 (enam ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Peraturan Walikota ini;

b. mengisi formulir data pemasangan/penempatan atribut sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan Walikota ini;

c. menyerahkan foto copy KTP penyelenggara

atribut/penanggung jawab

pemasangan/penempatan atribut;

d. masa berlaku pemasangan/penempatan atribut sejak dimulai masa kampanye sampai dengan batas akhir masa kampanye.

(7)

Pasal 6

Penataan Atribut partai politik dan peserta pemilihan umum di wilayah Kota Batu dibebaskan dari pungutan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

PERUNTUKAN PENATAAN ATRIBUT Pasal 7

(1) Penataan atribut harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. tidak mengganggu keamanan dan ketertiban umum;

b. tidak mengganggu lalu lintas umum, baik kemananan pejalan kaki maupun kelancaran lalu lintas kendaraan;

c. tidak mengganggu keindahan/estetika, kebersihan, dan kesehatan lingkungan;

d. tidak mengganggu fungsi atau merusak konstruksi sarana dan prasarana kota, dan tidak mengganggu pemeliharaannya;

e. tidak boleh bertentangan dengan norma keagamaan, norma kesopanan, norma kesusilaan, kepribadian/budaya bangsa;

f. tidak boleh memuat propaganda yang mengarah pada konflik masyarakat;

g. konstruksi atribut dapat

dipertanggungjawabkan menurut persyaratan teknis yang ditentukan;

h. untuk atribut papan yang disinari cahaya atau sinar lampu tidak boleh mengarah dan menyilaukan pandangan pemakai jalan;

i. instalasi listrik dan materi lainnya yang dipasang pada atribut harus memenuhi persyaratan teknis dan tidak membahayakan keselamatan dan keamanan masyarakat; dan

(8)

j. segala bentuk kejadian atau kerusakan akibat pelaksanaan pemasangan/penempatan atribut menjadi tanggung jawab penyelenggara atribut. (2) Lokasi titik atribut terbagi atas:

a. Di Daerah Milik Jalan (Damija); atau b. Di Luar Daerah Milik Jalan.

(3) Titik-titik atribut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a ditempatkan di:

a. Bahu Jalan; b. Trotoar; c. Median Jalan;

d. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO); e. Halte Bus; dan/atau

f. Tempat lain yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

(4) Titik-titik atribut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditempatkan di:

a. halaman/persil;

b. menempel/menggantung pada bangunan; dan/atau

c. di atas bangunan.

Pasal 8

(1) Penataan atribut di Damija sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a harus memenuhi syarat:

a. disesuaikan dengan kondisi lingkungan;

b. jarak lebih dari 25 (dua puluh lima) meter dari tiang lampu pengaturan lalu lintas (traffic light); dan

c. pada halte, terminal bus, pasar, jembatan penyeberangan orang, dan tempat-tempat keramaian lainnya, panggung spanduk sesuai dengan bentuk dan kondisi bangunan tersebut. (2) Penataan atribut di Luar Damija sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b harus memenuhi syarat:

a. tidak mengganggu dan/atau sesuai dengan kondisi lingkungan, serta mendapat persetujuan tertulis dari pemilik persil;

b. penataan atribut yang ditempel pada bangunan di luar Damija dan tidak memiliki halaman

(9)

dapat dipasang melintang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan; dan

c. penataan atribut di atas bangunan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Pasal 9

Penataan atribut di sepanjang Damija dan di luar Damija yang menggunakan atribut papan berukuran di atas 3 (tiga) meter x 2 (dua) meter dan maksimal berukuran 10 (sepuluh) meter x 5 (lima ) meter harus memperhatikan jumlah maksimal dan jarak minimal penataan atribut.

Pasal 10

(1) Untuk menunjang keindahan dan keselamatan pengguna jalan, penataan atribut ditempatkan pada panggung atribut atau sarana lain.

(2) Pembangunan panggung atribut dilaksanakan oleh pemerintah daerah atau penyelenggara atribut. (3) Atribut berupa spanduk, baliho, banner,

umbul-umbul harus menggunakan tiang tersendiri tidak menggunakan fasilitas umum dan tidak boleh melintang jalan umum.

BAB V

LARANGAN PENATAAN ATRIBUT Pasal 11

(1) Dilarang memasang/menempatkan atribut pada: a. tembok, halaman, pagar kantor milik instansi

Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. tempat/sarana pendidikan, tempat ibadah, dan di sekitar Alun-Alun Kota/Taman Kota;

c. pohon yang berada di kanan kiri jalan; d. hutan kota; dan

e. di sepanjang Jalan Panglima Sudirman, Jalan Gajah Mada, dan Jalan Diponegoro Kota Batu. (2) Dilarang memasang/menempatkan atribut

papan/billboard:

a. jenis tiang yang sebagian atau seluruh tiang atribut berada di atas trotoar/jalan umum; b. jika kaki konstruksi atribut masuk ke dalam

(10)

c. di atas saluran sungai, tebing sungai atau tanggul sungai;

d. di persil/halaman dan gedung/bangunan milik instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah, tempat/sarana pendidikan, serta tempat ibadah, di sekitar Alun-Alun Kota/Taman Kota. (3) Dilarang memasang/menempatkan atribut

spanduk, baliho, banner, umbul-umbul:

a. pada tiang-tiang listrik, telepon, penerangan jalan umum, pagar taman, dan pagar pembatas jalan;

b. pada tiang-tiang rambu-rambu lalu lintas dan/atau menutupi atau menghalangi pandangan pada rambu-rambu lalu lintas; dan c. jalur hijau (kecuali dipasang pada panggung

atribut).

(4) Dilarang menempatkan, memasang, atau menempelkan atribut berupa selebaran, sticker, poster pada tembok-tembok, pagar, pohon, tiang listrik, tiang telepon, dan sejenisnya.

(5) Dilarang memasang atribut balon, jika penyelenggaraannya dilakukan pada tempat yang titik lokasinya pada Damija.

Pasal 12

Penataan atribut yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Walikota ini dapat dicabut, dirobohkan, dan disita oleh Tim Penertiban Pemasangan Atribut dari Kantor Satpol PP.

BAB VI

KEWAJIBAN PENYELENGGARA ATRIBUT Pasal 13

Penyelenggara atribut berkewajiban:

a. membongkar atribut beserta bangunan konstruksinya setelah berakhirnya masa kampanye;

b. menanggung segala akibat jika penataan atribut menimbulkan kerugian pada pihak lain.

(11)

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 14

Partai politik dan peserta pemilihan umum dalam waktu maksimal 5 (lima) hari sejak diberlakukannya Peraturan Walikota ini segera melakukan penertiban terhadap penataan atribut partai politik dan peserta pemilihan umum.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 15

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundan gkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Batu.

Diundangkan di Batu

pada tanggal 6 Agustus 2012

BERITA DAERAH KOTA BATU TAHUN 2012 NOMOR 10/E Ditetapkan di Batu

pada tanggal 6 Agustus 2012

WALIKOTA BATU, ttd

EDDY RUMPOKO SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU,

ttd

WIDODO, S.H.,M.H. PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19591223 198608 1 002

(12)

KOP SURAT PARTAI POLITIK

Nomor : / /2012 Sifat : Penting

Lampiran : 1 (satu) Lembar

Perihal : Pemasangan Atribut Partai Politik/Peserta Pemilukada

Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan Pemilihan Umum ... Kota Batu, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008, agar dapat berjalan dengan lancar, tertib dan aman.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka bersama ini diberitahukan bahwa kami akan mensosialisasikan atribut Partai Politik... dan Calon ... dari Partai Politik... di wilayah Kota Batu, sebagaimana data terlampir.

Demikian untuk menjadikan maklum.

Tembusan :

Yth. Sdr. Kepala Satpol PP Kota Batu

WALIKOTA BATU, ttd

EDDY RUMPOKO Batu, 2012 Kepada :

Yth. Kepala Kantor Kesbang, Politik dan Linmas Kota Batu di

B A T U

KETUA/PENGURUS PARPOL Lampiran I Peraturan Walikota Batu

Nomor : 23 Tahun 2012 Tanggal : 6 Agustus 2012

(13)

DATA PEMASANGAN ATRIBUT PARTAI POLITIK/PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2012

NO JENIS

ATRIBUT UKURAN JUMLAH

TANGGAL PEMASANGAN LOKASI PEMASANGAN WALIKOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO Lampiran II Peraturan Walikota Batu

Nomor : Tahun 2012 Tanggal : 2012

KETUA/PENGURUS PARPOL Lampiran II Peraturan Walikota Batu

Nomor : 23 Tahun 2012 Tanggal : 6 Agustus 2012

Referensi

Dokumen terkait

914 SITI FATIMAH SDN KREMBANGAN SELATAN IX SDN PENJARINGANSARI II 915 SIH ILMI ANA SDN KUTISARI II SDN PENJARINGANSARI II 916 ROUCHAH SDN KEJAWAN PUTIH I SDN PENJARINGANSARI II

Mewujudkan sistem perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas antara Pemerintah

Menurut Nafziger (1990) dan dalam Yuzrat and Makhfatih (Nasution, 2003) menyebutkan bahwa proporsi PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang lebih rendah

Sebelum memilih proses pengisian atau pengosongan baterai isi ulang, pengguna harus terlebih dahulu mengetahui tegangan awal baterai yang akan diproses dengan cara menekan tombol

Annual ( A ) : jumlah uang dari serangkaian transaksi seragam pada setiap akhir periode, dari periode ke 1 sampai dengan periode ke n, yang ekivalen dengan P dan F.

Akhir-akhir ini saya tertarik mengenai kasus kredit fiktif yang melibatkan 3 pegawai Bank Syariah Mandiri (Kepala Cabang BSM Bogor M. Agustinus Masrie, Kepala

Dengan pelestarian yang baik, diharapkan bahan pustaka dapat berumur lebih panjang, sehingga perpustakaan tidak perlu membeli bahan yang sama, yang dapat membebani

perawatan kayu yang dilakukan oleh masyarakat Bugis di Kabupaten Bone terdiri atas dua jenis yaitu, (1) masyarakat yang bermukim di daerah pedalaman melakukan pengawetan dengan